NovelToon NovelToon

Misi Panglima Albert & Pedang Joyouse

Kota Baum, Kota Kebodohan!

EPISODE 1

“Kota Baum, Kota Kebodohan!”

Di sebuah tempat yang bernama kota Baum, hiduplah sebuah kalangan masyarakat dikota tersebut yang dimana masyarakat kota itu masih keterbelakangan budaya, krisis moral sosial maupun peradaban. Hal demikianlah sehingga negara-negara lain menjustifikasi, bahwasanya kota itu adalah kota kebodohan. Dalam artian, bukan karena orang-orang dikota itu tidak bisa berpikir untuk men-sejahterakan diri mereka dan lain sebagainya. Namun dikarenakan orang-orang dikota itu memang tidaklah mau memikirkan satu sama lain. Melainkan hanya memikirkan diri sendiri, dan terlebih lagi tidak ada sistem kepemimpinan dikota itu, sehingga tidak ada aturan-aturan yang mengikat. Maka dari itu mereka bebas melakukan apa saja dikota tersebut.Terlebih lagi perbudakan yang terjadi dikota itu sungguh tidak ber-pri-kemanusiaan sama sekali, yang mana budak perempuan diperlakukan sebagai benda bergerak yang menyenangkan untuk di pakai dan terus dibuang. Sedangkan budak laki-laki diperas keringatnya tanpa ada imbalan sedikitpun yang mereka berikan.

“Hey… apa kau lihat perempuan yang sedang berjalan itu.? Ujar salah seorang laki-laki yang sedang mabuk bersama temannya.

“Ya... aku aku melihatnya, dia sepertinya sedang hamil.” Jawab temanya dan seketika terlintas pemikiran jahat mereka kepada perempuan hamil tersebut.

“Apa kau percaya jika bayi yang ada dikandungan nya itu berjenis kelamin laki-laki.?” Tanyanya kepada temanya.

“Ehm... aku tidak yakin, sepertinya bayi yang ada dikandungan nya itu perempuan” Jawab temannya kurang yakin dengan perkataan kawannya itu.

“Bagaimana jika kita bertaruh saja… jika dugaan ku salah, maka aku akan memberimu imbalan. Tapi… jika dugaanku benar, maka kau yang akan memberikanku imbalan.” Ucapnya menawarkan kepada temanya itu untuk bertaruh dengannya.

“Ya sudah… kalau begitu kita buktikan saja.” Jawab temannya yang bermaksud untuk segera membuktikan dugaan siapa yang benar.

Kedua orang itupun mendekati wanita hamil tersebut sembari mengeluarkan sebilah pedang dari sarungnya lalu dengan tanpa rasa ragu sama sekali iapun mendekap perempuan itu dari belakang dan kemudian menggorok lehernya menggunakan pedangya seperti sedang menyembelih hewan, dan membuat perempuan itu tewas detik itu juga. Sehingga, kedua orang itupun membaringkan perempuan hamil yang sudah tidak bernyawa itu dengan mengahadapkan wajahnya ke atas sehingga membuat mereka lebih leluasa dalam melakukan kebejatannya dengan membelah perut perempuan itu untuk melihat bayi yang ada di dalam perutnya berjenis kelamin apa.

“Hahahahah” Tertawa si laki-laki yang bertaruh jika bayi itu adalah bayi perempuan dan ternyata perkataanya itu benar, yang dimana bayi itu berjenis kelamin perempuan.

“Kau lihat… bayi ini perempuan kan.” Lanjutnya terlihat sangat gembira ketika mengetahui bayi itu adalah perempuan.

“Ahh kau beruntung saja… ambil ini!” Ucap laki-laki yang kalah itu dan memberikan imbalan kepada temannya.

“Hey apa yang sedang kalian lakukan dengan perempuan ini.?” Tegur salah seorang yang menyaksikan 2 orang tersebut sedang tertawa senang dihadapan mayat perempuan yang barusan mereka bunuh.

“Apa kau tidak melihat kami sedang tertawa.?” Jawab laki-laki itu seakan tak merasa bersalah sama sekali setelah apa yang sudah mereka lakukan.

“Hahahah” Lanjut temannya tertawa.

“Tega sekali kalian melakukan itu kepada perempuan ini dan bayinya.” Ujar orang yang menegur barusan dan terus menyahkan kedua orang tersebut.

“Apa urusannya denganmu,?” Lanjutnya terus tertawa.

“Atau kau juga ingin jika kami melakukan hal yang sama kepadamu.” Lanjutnya mengancam.

“Jika kau memang ingin, kami dengan senang hati melakukannya.” Sahut temannya membenarkan. Tentunya mendengar ancaman kedua laki-laki itupun membuat orang tersebut takut dan tanpa berlama-lama lagi iapun dengan cepat meninggalkan tempat itu.

Sungguh terkutuk dan begitu rendahnya peradaban orang-orang di kota itu serta tidak memiliki pri-kemanusiaan sama sekali terhadap sesama. Apalagi karena tidak adanya sistem kepemerintahan di kota itu sehingga tidak menutup kemungkinan orang-orang bebas melakukan hal apa saja di kota tersebut. Dan karena hal tersebutlah sehingga salah satu kerajaan yang bernama kerajaan Boam ingin sekali menaklukkan kota itu agar bisa memajukan peradabannya serta mengubah pola pikir masyarakat kota baum. Yang dimana, raja boam begitu terkejut dan sangat marah ketika mengetahui tentang masyarakat kota tersebut.

“Panggilkan aku panglima Albert sekarang juga!” Ujar sang raja menyuruh salah satu prajuritnya untuk memanggilkan panglima tersebut kehadapannya.

“Baik yang mulia” Sahut prajurit itu dengan cepat mematuhi perintah sang raja dan tak lama setelah itu, panglima Albert pun memenuhi panggilan sang raja.

“Ampun beribu ampun yang mulia… jika boleh tahu, ada apa yang mulia memanggil saya.?” Tanya panglima Albert ketika sudah berada dihadapan sang raja sembari memberikan penghormatan kepada raja.

“Aku ingin membicarakan suatu hal kepadamu” Ucap sang raja kepada panglima itu.

“Apa kau pernah mendengar kota baum.?” Ujarnya dengan wajah yang begitu serius menanyakan kota itu kepada si panglima.

“Ya… aku pernah mendengarnya” Jawab panglima Albert dan kemudian sang raja kembali bertanya lagi.

“Bagaimana pendapatmu mengenai kota itu.?” Tanyanya.

“Menurut kabar angin yang saya dapat, tempat tersebut begitu menjijikan karena orang-orang di kota itu tidak memiliki adab serta tidak mempunyai pri-kemanusiaan sama sekali. Mohon maaf jika hamba salah yang mulia” Jawab panglima Albert secara rinci.

“Yah… apa yang kau katakan itu memanglah benar, dan adapun hal yang membuat kota itu menjijikkan seperti yang kau katakan barusan, dikarenakan orang-orang di kota itu masih keterbelakangan budaya, krisis moral sosial maupun peradaban.” Ujar sang raja membenarkan perkataan panglima Albert.

“Ampun beribu ampun yang mulia. Kira-kira apa yang bisa hamba lakukan.?” Ucap Panglima Albert yang sepertinya sudah siap menerima perintah sang raja.

“Aku ingin kau mengsiasati perkara tersebut, dan jika memang benar adanya. Maka aku ingin kau menaklukkan kota itu dengan memberi pemahaman agar pola pikir orang-orang disana bisa berubah” Ucap sang raja dengan tegas memerintahkan hal itu kepada panglima Albet.

“Baik yang mulia, hamba akan berusaha sebisa mungkin” Ujar Panglima Albert menerima perintah dari rajanya barusan.

Panglima Albert merupakan salah satu panglima perang terbaik yang dimiliki oleh kerajaan boam, Selain dikenal sebagai panglima perang. Ia juga sangat disegani oleh kerajaan atau negara-negara lain, dan panglima Albert memiliki sebuah senjata yang sangat kuat, yaitu pedang Joyouse. Selain itu, ia juga merupakan panglima yang begitu dihormati serta dibangga-bangga-kan oleh sang raja, karena kepiawainya dalam mengatur strategi perang serta kegeniusan nya dalam berbagai hal. Sehingga, sang raja pun sudah tidak meragukannya lagi untuk menangani kota tersebut. Dengan kemampuan dan pedang Joyouse yang ia miliki serta kehebatan yang dimiliki oleh panglima Albert itupun membuat sang raja memilihnya untuk menangani kota baum, dan sang raja juga sangat yakin jika panglima handalan-nya itu bisa menaklukkan kota tersebut dalam kurun waktu yang se-singkat-singkatnya.

“Bersambung”

Perjalanan Menuju Kota Baum

EPISODE 2

“Perjalanan Menuju Kota Baum”

Hari dimana panglima Albert sudah siap untuk melakukan perjalanannya menuju kota baum demi mengemban misi yang diberikan oleh sang raja kepadanya yaitu untuk mensiasati kota tersebut iapun mendatangi sang raja sebelum keberangkatan-nya itu iapun menyempatkan diri untuk berpamitan terlebih dahulu kepada sang raja.

“Ada apa kau menemuiku panglima” Tanya sang raja kepada panglima Albert yang sduah berada dihadapannya

“Mohon ampun beribu ampun yang mulia.” Ucap Panglima Albert dihadapan sang raja sembari menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan kepada rajanya.

“Hamba ingin meminta restu, sekaligus mengabari jika hamba akan berangkat hari ini juga menuju kota baum” Lontarnya melanjutkan.

"Katakan apa yang kau butuhkan selama perjalananmu menuju kota itu.?” Tanya sang raja kepada panglima Albert.

“Tidak yang mulia, hamba tidak membutuhkan apa-apa selain doa dan restu dari yang mulia” Jawab Panglima Albert.

"Baiklah, kalau begitu ajak pasukan sebanyak mungkin untuk mengawal mu selama perjalan ke kota baum” Lanjut sang raja, sehingga panglima Albert pun berkata:

“Mohon maaf yang mulia, tapi hamba tidak ingin satupun pasukan menemani hamba dalam perjalanan. Cukup diri hamba saja yang kesana” Jawab panglima Albert dengan begitu percaya diri.

“Apa kau yakin?” Tanya sang raja lagi sedikit ragu jika panglima Albert harus berangkat seorang diri.

“Sekali lagi hamba mohon maaf yang mulia, bukan maksud hamba untuk menyombongkan diri dihadapan yang mulia. Tetapi hamba tidak ingin menimbulkan kecurigaan ketika berada disana nanti.” Ujar panglima Albert menjelaskan tentang perkataannya tadi kepada sang raja.

“Baiklah kalau begitu, aku merestuimu” Ucap sang raja merestui keberangkatan panglima Albert menuju kota baum.

Kota baum yang memiliki jarak tempuh yang terbilang jauh dari kota boam, sehingga membutuhkann waktu sekitar yang cukup lama untuk sampai dikota tersebut. Dan dalam perjalanan panglima Albert menuju kota baum tentunya tidak berjalan mulus begitu saja, melainkan sang panglima beberapa kali harus menghadapi cobaan saat menuju kota tersebut, seperti para bandit yang menghadangnya dengan maksud ingin mengambil harta benda dari panglima Albert.

“Berhenti!” Terlihat 3 orang bertopeng yang masing-masing dari mereka memegang sebilah pedang sedang menghadang panglima Albert yang sementara menunggangi kuda dan dengan terpaksa panglima pun harus memberhentikan kudanya itu karena ketiga orang tersebut.

“Ada apa.? Mengapa kalian menghalangi jalanku?” Tanya panglima Albert sembari turun dari atas kudanya.

“Jika kau ingin selamat! Serahkan harta bendamu” Tegas bandit itu kepada sang panglima.

“Ehm… jika aku tidak mau bagaimana? apa kalian akan membunuhku..?” Tanya panglima Albert tanpa merasa takut sama-sekali.

“Ckk! Kau menantang kami rupanya.” Ujar bandit itu dan tanpa bertele-tele lagi, mereka pun berlari ke-arah panglima Albert sambil memegang tegak pedang mereka.

“Huahhh.” Teriak ke 3 bandit itu yang sudah siap menyerang panglima Albert. Seketika, panglima Albert pun dengan cepat mencabut pedangnya dan kemudian dengan refleknya menepis serangan bandit tersebut.

“Suing…” Suara pedang bersentuhan ketika panglima Albert berhasil menahan serangan dari sang bandit menggunakan pedangnya.

“Sang sing sang sing” Suara pedang pun terus terdengar ketika pertempuran antara panglima dan ketiga bandit itu sedang berlangsung. Namun sayangnya, ketiga bandit itu tidak mengetahui jika orang yang mereka hadapi adalah seorang panglima terbaik dan terhebat dari kerajaan boam, dan tentunya dengan apa yang mereka lakukan itu hanya akan sia-sia saja, karena panglima Albert bukanlah tandingan yang pas untuk mereka yang merupakan bandit-bandit kecil.

“Sang sing sang sing…” Beberapa kali srerangan yang diberikan, namun semua serangan itu berhasil dengan mudah di tepis oleh panglima Albert, bahkan juga beberapa kali berhasil mengenai bandit itu, sehingga salah satu bandit yang berhasil dijatuhkan oleh panglima Albert pun berteriak kesakitan.

“Ahh…” Rintihnya yang sudah terbaring ditanah dan tak bisa berbuat apa-apa lagi seketika panglima Albert pun mengarahkan pedangnya tepat didepan mata bandit yang sudah tergeletak di tanah itu.

“Kalian pikir kalian siapa menghadangku seperti itu.?” Ucap panglima Albert dengan sorotan mata tajamnya sepertinya sudah tidak ada ampun lagi.

“A… am..pun, tolong lepaskan aku tuan” Ucap bandit itu memohon agar panglima Albert mau melepaskannya. Namun sayangnya panglima Albert sepertinya sudah tidak bisa ditoleransikan lagi dengan permhonan bandit itu, melainkan kali ini dia betul-betul serius ingin membunuh bandit tersebut.

“Siuhhh… poakkk” Suara ayunan pedang dilayangkan oleh panglima Albert dan dengan tepat mengarah ke leher bandit itu hingga membuat kepalanya terpisah dari badan.

“Rey…” Teriak kedua bandit itu ketika menyaksikan kepala temannya sudah terputus. Sehingga panglima Albert pun menoleh ke-arah mereka dan membuat mereka pun berlari ketakutan meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Panglima Albert yang handal dalam mengatur strategi perang dan genius itu juga sangat disegani. Dikarenakan ia tidaklah segan-segan untuk menghabisi nyawa seseorang ketika berhadapan dengan lawan, Setelah selesai membunuh bandit itu iapun lekas meninggalkan tempat itu tanpa mengurusi mayat bandit yang baru saja ia bunuh. Hingga pada malam hari tiba, panglima Albert pun harus menghentikan perjalanannya terlebih dahulu untuk mengistirahatkan diri di sebuah perkampungan yang bernama, desa male.

“Ewhh maaf tuan, apa disini ada penginapan untuk satu malam saja.?” Tanya panglima Albert kepada salah seorang yang ia temui pada saat tibanya di desa male.

“Aduh… tidak ada tuan, ini hanya desa kecil saja.” Jawab orang yang ditanyakan tadi oleh panglima Albert.

“Maaf, kalau boleh tahu, sebetulnya tuan ini mau kemana?” Tanya orang itu penasaran dengan panglima Albert.

“Saya hanya pengembara, saya tadinya hanya ingin singgah untuk beristirahat didesa ini, tapi kalau memang tidak ada penginapan… saya bisa melanjutkan perjalanan saya.” Jawab Panglima Albert yang tidak memberitahu identitas nya sebenarnya.

“Oh tunggu tuan… kalau begitu tuan bisa menginap di rumah saya, kebetulan saya hanya tinggal berdua dengan anak saya” Lontar orang itu menawarkan kepada panglima Albert untuk menginap dirumahnya.

Dengan tawaran itupun tentunya panglima Albert tidak akan menolak karena memang hari yang sudah semakin larut malam sehingga iapun harus menerima tawaran orang tersebut.

“Silahkan, silahkan masuk tuan.” Ucap orang tersebut ketika sudah berada dirumahnya mempersilahkan sang panglima untuk masuk, dan seketika orang itupun memanggil anaknya dan menyuruh untuk mempersiapkan makan malam untuknya dan panglima Albet.

“Serah…” Teriaknya memanggil sang anak.

“Iya pak” Terdengar suara perempuan menyahuti panggilan nya. Dan tak lama setelah itu, keluarlah seorang wanita berparas cantik dengan rambut panjang yang terurai.

“Ada apa pak?” Tanya Serah kepada bapaknya.

“Tolong siapkan makan malam bapak dan tuan ini ya” Ujar bapak Serah menyuruh anaknya. Sembari menunggu Serah mempersiapkan makan malam, orang itupun menyodorkan beberapa pertanyaan kepada panglima Albert.

“Sebetulnya kamu ini darimana dan mau kemana nak?” Tanyanya.

“Saya kan sudah mengatakan, kalau saya ini hanya seorang pengembara dan kebetulan hanya lewat di desa ini saja.” Jawab panglima Albert mempertegas.

*Bersambung*

Kemarahan Panglima Albert!

EPISODE 3

“Kemarahan Panglima Albert!”

Pada ke-esokan harinya, panglima Albert yang hendak melanjutkan perjalanannya itupun berpamitan kepada orang itu beserta anaknya yaitu, Serah.

“Terima Kasih banya tuan telah membolehkan saya beristirahat dirumah tuan ini” Ucap panglima Albert.

“Sama-sama anak mudah… kapan-kapan jika kau kembali ke desa ini lagi, jangan sungkan-sungkan untuk mampir. Pintu rumah selalu terbuka untukmu” Jawab orang itu tampak tulus.

“Baiklah… kalau begitu saya permisi dulu” Ujar panglima Albert lalu pergi menunggalkan orang itu dan anaknya Serah.

“Pemudah itu tampan ya pak.” Ujar Serah memuji panglima Albert ketika sudah pergi.

“Hahah, apa kau menyukai dia nak?” Tanya bapak Serah dan membuat pipi Serah pun tampak sedikit memerah.

Panglima Albert yang sedang melanjutkan perjalanan itupun singgah disebuah tempat makan yang berada tidak jauh dari desa sebelumnya yang ia sempat singgahi. Namun, disaat dirinya sedang menikmati makanan-nya, tiba-tiba keributan pun terjadi yang disebabkan oleh beberapa orang yang baru saja datang dengan membawa senjata tajam sehingga mengacaukan ketenangan ditempat di tempat makan tersebut.

“Pergi kalian” Ujar orang yang orang-orang yang baru datang itu menyuruh orang-orang disitu untuk pergi dari meja makan mereka.

“Bawakan aku makanan sekarang juga!” Teriak orang-orang jahat tersebut.

“Kakak tertua… apa kau melihat orang itu? Dia sepertinya tidak takut dengan kita sama-sekali” Lontar salah seorang penjahat tersebut memberitahukan kepada seseorang yang sepertinya itu adalah pemimpin gerombolan mereka.

Terlihat pemimpin mereka itupun sedang mengupas kulit pisang dengan maksud untuk melempari panglima Albert menggunakan kulit pisangnya itu. Namun sayangnya niat jahatnya itu tidak berhasil mengenai panglima, karena saat itu panglima Albert menyadari akan maksud jahat orang tersebut, sehingga panglima Albert pun mengambil sebiji kacang tanah, kemudian dia melastekkan kacang tanah itu dan mengarah laju ke wajah orang jahat tersebut dan tepat mengenai nya:

“Aghhh” Teriaknya ketika panglima Albert berhasil mengenainya.

“Kurang ajar!!” Ucapnya terlihat marah sembari memukul meja makan didepannya dengan keras.

“Hey… berani-beraninya kau melakukan itu kepadaku!” Ujarnya sembari memerintahkan anak buahnya menyerang panglima Albert. Namun, panglima Albert terlihat masih saja santai sambil menikmati buah-buahan yang ada di meja nya.

“Hiyyaaa…. Bluduk, bak bukk bokk” Serangan demi serangan diberikan, namun tak satupun serangan itu mengenai panglima Albet, yang ada hanya orang-orang itu yang babak belur dihajar oleh panglima Albert.

“KURANG AJAR! Hiyyaaaa…” Ujar pemimpin gerombolan itu ketika melihat anak buahnya sudah habis dibantai oleh panglima Albert, sehingga iapun harus menghadapi panglima Albert seorang diri.

“Ting…. Tang Ting Tang.” Benturan pedang panglima Albert dengan pemimpin gerombolan itupun terus terjadi. Beberapa serangan yang diberikan oleh penjahat itu berhasil dengan mudah di tepis oleh panglima Albert. Dan pada saat penjahat itu mulai lengah, panglima Albert pun melepaskan sebuah pukulan keras kepadanya. Sehingga membuat orang itu pun terlempar dan jatuh terbaring dan tak berdaya lagi.

“Aghhh… Behuekk” Rintihnya sembari memuntahkan darah dari mulutnya akibat pukulan keras yang diberikan oleh panglima Albert barusan.

“Kakak tertua…” Teriak anak buahnya ketika melihat pemimpin mereka sudah terbaring dan tak berdaya lagi, sehingga dengan cepat mereka pun membawa pergi pemimpin mereka dari tempat itu.

“Ini duit untuk ganti rugi semua kerusakan yang terjadi disini” Ujar panglima Albert memberikan satu kantong duit kepada pemilik tempat itu.

“Terima kasih tuan” Ucap pemilik tempat itu dan setelahnya panglima Albert pun melanjutkan perjalanan nya untuk menuju ke kota baum.

“Tolong… tolong!” Seorang wanita sedang berlari sambil meminta tolong karena sedang dikejar-kejar oleh seorang pria yang ingin bermaksud jahat kepadanya.

“Tolong!” Ia terus teriak, berharap ada seseorang yang mau menolonginya. Hingga saat ia terus berlari, tiba-tiba kakinya tersundul oleh batang kayu sehingga membuatnya pun terjatuh.

“Ahhh tidak tidak… aku mohon lepaskan aku” Rintihnya memohon kepada pria yang mengejarnya karena pada saat ia terjatuh, pria tersebut pun berhasil menangkapnya.

“Tolong… tolong!” Suara perempuan itu terdengar jelas ditelinga panglima Albert yang kebetulan melewati tempat tersebut. Sontak iapun menghentikan kudanya untuk memastikan teriakan itu.

“TOLONGG” Teriakan itu masih terus terdengar di telinga panglima Albert, sehingga karena penasaran panglima Albert pun mendekati sumber suara tersebut.

“Tolong… tolong! Lepaskan aku” Ucap orang itu yang terus teriak dan memohon agar pria jahat itu mau melepaskannya.

“Kurang ajar kau...’mpkkkk’.” Pria itu terlihat marah dan menampari perempuan itu.

“Aghh… ampun tuan, tolong ampuni aku” Rintih perempuan itu yang tak bisa berbuat apa-apa lagi ketika sudah tertangkap oleh pria yang mengejarnya.

“Kau pikir kau bisa kabur dari sini? Hah!!” Ujar pria itu terlihat begitu marah, dan pria tersebut pun menyeret permpuan itu lagi dengan paksa.

“Lepaskan wanita itu!” Ujar panglima Albert yang tiba-tiba berada di depan menghadang si pria jahat.

“Ck… kau pikir kau siapa berani-beraninya menghadang ku” Ujar pria jahat itu dan tanpa berlama-lama lagi, panglima Albert pun berlari ke arah orang itu lalu menusukkan pedangnya tepat pada perut orang tersebut, sehingga tanpa ada perlawanan sama sekali orang itu pun jatuh dan tewas di tempat.

“Aghhhh” Teriak perempuan itu ketika melihat panglima Albert membunuh si pria jahat tepat di depan matanya.

“Ampun tuan, aku mohon jangan sakiti aku” Ucap perempuan tersebut yang begitu ketakutan.

“Kau tidak perlu takut denganku, aku disini untuk membantumu” Lontar panglima Albert menenangkan perempuan tersebut. Tentunya ketika mengetahui jika panglima Albert itu berniat baik kepadanya, iapun menangis histeris meminta pertolongan panglima Albert.

“Tuan… tolong aku tuan tolong!!” Ucapnya sambil menangis.

“Tenangkan dirimu nona, kau sudah aman sekarang” Ujar panglima Albert, namun perempuan itu terus saja menangis histeris dan terlihat seperti sangat ketakutan.

“Tidak tuan… orang-orang itu masih ada tuan, tolong saya tuan… tolong selamatkan saya” Ujarnya, tentunya ketika mendengar pernyataan wanita tersebut pun membuat panglima Albert penasaran dan bertanya:

“Apa maksudmu nona?” Tanya panglima Albert, dan Perempuan tersebut pun mulai menceritakan semua kepada panglima Albert tentang ketakutannya itu.

“Mereka menawan kami.., kami dijadikan seperti boneka yang bebas mereka pergunaakan kapan saja. Jika kami sudah tidak dibutukan.., kami dicampakkan dan dibunuh sesuka mereka!” Ujar perempuan itu menceritakan kepada panglima Albert.

“Jadi maksudmu.? Bukan hanya kamu yang diperlakukan seperti ini?” Tanya panglima Albert yang semakin penasaran.

“Iya tuan” Jawab wanita itu dan membuat kemarahan panglim Albert pun membludak ketika mendengar perkataan perempuan Tersebut.

“BINATANG!!” Lontarnya dengan penuh kemarahan.

“Beritahu aku dimana orang-orang itu menawan kalian?” Lanjut Panglima ingin memastikan langsung ditempat para penjahat itu.

“Tapi tuan.., mereka bukan 2-3 orang saja disana.” Ucap perempuan itu yang masih begitu cemas.

“Jadi maksudmu.? Komplotan mereka ada banyak disana.?” Tanya panglima dengan serius.

*Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!