Terlihat sosok gadis yang bergaya aneh yang terpampang dari pantulan cermin. Dia membolak balikan badannya dan juga berputar.
"Sempurna," kata sang gadis.
Apanya yang sempurna, penampilannya aja kaya culun tak kenal malu.
Ya dia merupakan anak perempuan kedua atau bisa disebut anakn bungsu dari pasangan Rachmat Fadillah Sanjaya dengan Dara Sanjaya.
Rachmat Fadillah Sanjaya merupakan pengusaha nomor 1 di Negara A. Sedangkan Dara Sanjaya adalah seorang perancang busana yang terkenal di Negara B. Sungguh pasangan yang sempurna.
Mereka memiliki 4 orang anak, 2 cewe dan 2 cowo.
Anak pertama bernama Dion Sanjaya. Dia memiliki paras tampan, tinggi 180 cm dengan berat badan 70 kg, dan merupakan Ceo dari perusahaan ayahnya yaitu Rachmat Fadillah Sanjaya. Sempurna hanya itu yang dapat dikatakan. Terlihat sangat ramah didepan publik, tetapi tidak tahu dibaliknya.
Anak kedua bernama Dirga Sanjaya. Dia memiliki paras tak kalah tampan dari kakaknya, memiliki tinggi badang 178 cm dengan berat badang 65 kg, dia merupakan seorang model yang terkenal. Wajahnya selalu terpampang di majalah-majalah, surat kabar dan lainnya. Dia memiliki sifat yang ceria. Itu yang dibilang orang, tapi tidak pada dalam dirinya.
Anak ke tiga bernama Sania Sanjaya, dia merupakan seorang aktris yang amat sangat dipuja para kaum adam karena kecantikannya dan keanggunannya. Memiliki tinggi 160 cm dengan berat badan 45 kg.
Mereka berlima duduk di satu meja makan yang besar.
"Sania hari ini seperti biasa terlihat sangat cantik," kata Dara (mommy nya).
"Tentu dong anak siapa dulu," kata Sania mengibaskan rambutnya yang panjang.
"Ya ya ya, tentunya anak papi dan mami dong," kata Rachmat Fadillah (papi nya).
"Lihat juga dong abangnya, ganteng-ganteng juga kan" kata Dirga menampilkan wajahnya.
"Iya, adik abang emang yang tercantik," kata Dion.
Mereka makan dengan senyuman dan candaan. Tetapi senyuman itu hilang saat seorang gadis menuruni tangga.
Tap tap tap. Langkang kaki sang gadis.
"Eh si bodoh jelek sudah turun," kata Sania dengan wajah mencemooh.
Sang gadis hanya bisa menunduk dan melanjutkan perjalanannya menuju dapur. Di dapur dia mengambil roti hambar dan sekotak susu dingin dari kulkas. Setelah memakan dan meminumnya dia keluar dari dapur. Langkahnya terhenti saat dia dipanggil.
"Heh Maya, kamu tidak tahu sopan santun ya," teriak Sania.
Maya...ya dia merupakan anak bungsu dari keluarga Sanjaya ini, tapi kelurga Sanjaya ini tak menganggapnya sebagai keluarga karena dianggap bodoh dan jelek.
Diakibatkan kerena.
Flashback on
Pada sore menjelang malam terlihat sebuah mobil hitam melaju dengan cepat. Di dalam mobil tersebut terdapat satu pria mengemudi dan satu perempuan yang sedang kesakitan akibat ingin melahirkan.
"Sabar ya sayang," kata si pria yang dapat dipastikan adalah suaminya dan perempuan yang ingin melahirkan itu istrinya. Mereka adalah pasangan Sanjaya.
Karena tergesa-gesa dan hilang fokus mobil itu hilang kendali saat menghindari mobil yang tiba-tiba menyeberang dan akhirnya terjadilah kecelakaan, dan mengakibatkan sang suami pingsan akibat berturan dari setir mobil yang mengenai kepalanya dan sang istri pingsan akibat syok.
Banyak warga yang berbondong-bondong membantu.
"Cepat panggil ambulan, sepertinya nyonya ini ingin melahirkan," teriak salah satu warga dan warga lainnya dengan cepat menelpon pihak rumah sakit.
15 menit menunggu ambulan pun datang dan membawa sepasang suami istri tersebut kedalam ambuln menuju rumah sakit.
*Di rumah Sakit*
"Akhh, kepalaku sangat sakit, dimana aku?" gumam sang pria yang tak lain adalah sang suami.
"Anda sudah sadar," kata seorang dokter yang membuyarkan lamunan sang suami (sebut aja Rachmat Fadillah), dan mengingatkannya pada sang istri yaitu Dara.
"Dok dimana istri saya? Bagaimana keadaannya?" kata Rachmat dengan khawatir.
"Anda tak perlu khawatir, istri anda sudah di ruang operasi untuk melahirkan" kata Dokter yang membuat Rachmat lega.
"Syukurlah" lega Rachmat.
2 jam menunggu dengan khawatir di depan pintu operasi, keluarlah seorang dokter.
"Bagaimana dok hasil operasinya?" tanya Rachmat yang sudah tak sabar menunggu jawaban dokter.
"Istri dan anak anda baik-baik saja, dan anak anda perempuan, tapi...," kata dokter menjeda perkataannya.
"Tapi apa dok?" tanya Rachmat sedikit khawatir melihat raut wajah sang Dokter.
"Anak anda kemungkinan akan mengalami kelainan, karena akibat dari kecelakaan itu membuat otaknya sedikit bermasalah tapi itu tidak pasti akan menjadi ya...sedikit bodoh mungkin dan bisa juga sangat cerdas" jelas dokter.
"Huh, saya kira apa," kata Rachmat Lega. "Bolehkah saya melihat istri dan anak saya dok?" tanya Rachmat.
"Silahkan," jawab Dokter.
+
+
"Sayang," kata Rachmat yang membuat Dara mengalihkan pandangannya pada Rachmat dan diberikannya senyuman.
"Coba lihat anak kita sangat cantik," kata Dara.
"Iya dia sangat cantik, mau dikasih nama siapa?" tanya Rachmat.
"Maya, yang berarti kecantikan yang tersembunyi," kata Dara.
"Bagus," jawab Rachmat.
+6 tahun kemudian saat Maya menempuh Sekolah di TK Sentosa+
Terlihat seorang anak gadis yang berpakaian sembarang rambut dan wajahnya dekil dan suka bermain di tanah sisebiuah taman bermain di TK Sentosa.
"Hey coba lihat si jelek," ejek teman sekelasnya.
Maya pun berdiri dan mendorong si anak yang mengejeknya.
"Aku cantik tau," kata Maya.
"Heh, beraninya kamu mendorong teman kami," kata teman sang pengejek sambil mendorong Maya.
Dan terjadilah perkelahian antara 3 anak laki-laki dengan seorang anak perempuan.
Kedua orang tua dari pihak Maya maupun si pengejek (sebut aja namanya Tio) di panggil oleh pihak sekolah.
"Maaf pak bu, anak kalian yang bernama Maya ini, sepertinya tidak dapat kami pertahankan lagi disekolah ini, karena dia sering membuat onar," jelas kepala sekolah TK Sentosa.
"Huh...baiklah Bu, kami tidak dapat menentang keputusan dari sekolah ini, jadi kami menerimanya dan untuk orang tuan Tio kami selaku orang tua Maya meminta maaf akan kelakuan anak kami," kata Rachmat.
"Tidak apa kok pak, memang anak-anak suka begitu, tapi maaf ya pak kami tak bisa membantu mempertahankan Maya untuk tetap bersekolah disini" Kata Anton Anggara (ayah Tion).
"Iya pak bu, anak kami juga salah," kata Santi (mama Tio).
"Tidak masalah, kalau begitu kami pamit" kata Rachmat dan Dara dan di balas anggukan oleh kedua orang tua Tio.
Sesampainya di rumah Maya yang sudah ada di kamar ingin menemui orang tuanya tapi terhenti karena mendengar.
"Coba kamu lihat anakmu itu, sedari kecil sudah membuat onar, jika membuat onar saja tidak apa tapi ini juga bodoh dan dekil, apakah kamu tak bisa merawat anakmu?" kata Rachmat marah.
"Aku sudah berusaha, tapi aku capek mengulanginya setiap kali. Lebih baik jangan sampai pihak luar tahu bahwa Maya itu anak kita" kata Dara.
Dara merupakan seorang perancang busana terlihat ramah di luar tapi sangat sombong dan Rachmat merupakan pemimpin perusahaan nomor 1 di Negara A tidak ingin malu.
Mendengar percakapan kedua orang tuanya Maya hanya bisa menangis dalam diam, dadanya sesak, meskipun dia masih berusia 6 tahun tapi dia cerdas, tapi kecerdasannya tidak ditunjukkannya, jadinya dianggap bodoh oleh kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya. Dari saat itulah dia melanjutkan kebodohan dan kedekilannya.
Flashback off.
•
•
•
•
•
Maaf jika banyak typo(s) yang bertebaran.
berikan like, comments, dan vote kalian sebanyaknya ya.
Happy Reading...
"Beri hormat pada majikan dong," kata Sania lagi dengan gaya sombongnya.
Maya masih terdiam.
Melihat keterdiaman Maya yang tak mau memberi hormat maupun membalas ucapan anak perempuan kesayangannya Rachmat pun bangkit dan menjambak rambut Maya.
"Kamu tidak dengar apa yang di ucapakan Sania," bentak Rachmat dengan masih menjambak rambut Maya.
Maya hanya mampu menangis dan merintih menahan sakit si kepalanya.
"Kamu tuli ya, sudah bodoh, jelek tuli lagi," bentak Rachmat.
Dara, Sania, Dion dan Dirga hanya menonton dengan datar.
"Maaf yah aku mendengarnya, tapi akukan bukan pembantu, aku juga anak kalian," ucap Maya pelan dengan meringis menahan sakit dikepalanya. Sepertinya rambut dan kulit kepalanya akan segera terpisah.
"Anak, aku tak merasa memiliki anak yang bodoh sepertimu," bentak Rachmat.
Tak sengaja Maya memukul tangan Rachmat.
"Sudah berani kamu melawan ya, ikut aku," kata Rachmat sambil menarik Maya ke suatu tempat.
Ctar
Ctar
Suara cambukan terdengar menggema di sebuah ruangan.
"Ampun hiks ampun, sakit yah," rintih Maya.
"Sudah 18 tahun aku memberimu makan tapi tak ada hasilnya," bentak Rachmat segera pergi dari ruangan yang bisa dikatakan gudang.
Maya sekarang berumur 19 tahun, dia bersekolah di universitas Sanjaya press. Universitas ini merupakan universitas milik dari keluarga Sanjaya. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa Maya merupakan anak dari pemilik universitas ini.
Maya hanya mampu merintih menahan sakit dikepala dan cambukan, tapi itu tak seberapa sakit karena yang lebih menyakitkan adalah kata-kata yang keluar dari mulut ayahnya.
Saat kejadian memalukan yang dibuat oleh Maya, dari saat itulah kedua orang tuanya tak pernah berlaku lembut lagi dan selalu menyiksa Maya. Hanya nenek dan kakeknya yang menyayanginya dan selalu mencegah dari siksaan ayahnya dan ibunya. Tapi semenjak kakek dan nenek nya wafat tak ada lagi yang menyayangi Maya, saat itu Maya berusia 16 tahun yang masih duduk dibangku SMA.
"Mengapa, mengapa mereka memperlakukanku seperti ini hiks, bukankah aku juga anak mereka, darah daging mereka, aku tahu jika saat itu aku membuat onar tapi aku kan masih kecil saat itu. Jika aku tidak berjanji dengan kakek nenek saat itu, aku sudah kabur dari rumah ini," gumam Maya menahan rasa sakit.
"Bagaimana ini, aku kan memiliki kelas siang ini, tapi melihat kondisi ku sperti ini ku rasa tak memungkinkan aku bisa mengikutinya," pasrah Maya seraya mencoba berdiri.
Maya sudah berada di depan pintu dia mulai membukanya dan terlihat lah kamar yang cukup bagus tapi elegan, tidak banyak barang. Semua orang rumah tak pernah melihat isi kamar ini karena mereka pikir orang dan kamarnya pastilah sama-sama dekil.
Maya masuk dan mengunciku kembali pintunya dan merebahkan tubuhnya di kasur yang tak terlalu besar tapi tetap nyaman. Saat ini dia tidur tengkurap karena punggung nya yang luka akibat cambukan sang ayah.
+Keesokan paginya+
Maya bangun lebih pagi karena tak ingin bertemu dengan orang-orang yang ada dirumah. Seperti biasa di pergi ke dapur untuk mengambil roti hambar dan sekotak susu dingin. Setelah selesai dia buru-buru berangkat ke kampus.
Dia ke kampus hanya berjalan kaki. 20 berjalan sampailah dia di depan gerbang kampus yang bertuliskan di atas gerbang kampu UNIVERSITAS SANJAYA PRESS. itulah yang terpampang di atas gerbang.
Maya menuju kelasnya, sekarang Maya masih tahun pertama di kampus ini, dia tak memiliki seorang teman pun. Karena jika ada yang dekat dengannya, meskipun hanya bicara maka orang tersebut akan ikut di bully.
Tempat duduk Maya berada paling belakang pojok, karena teman-teman sekelasnya menganggap Maya itu bodoh tak bisa apa-apa dekil lagi. Jadi tak ada yang mau berdekatan dengannya.
Bel masuk berbunyi dan dosen pun masuk. Pelajaran dimulai.
Sebenarnya Maya itu cerdas mungkin jenius. Tapi dia tak ingin menunjukkannya.
Bel pulang berbunyi.
Maya cepat-cepat membereskan buku-bukunya dan berlari keluar kelas tapi dia menabrak seseorang.
"Auu, gak lihat jalan ya, atau gak punya mata sih," kata seorang siswi yang dikenal dengan nama Amora.
Maya juga terjatuh dan dia meminta maaf.
"Maaf maaf, aku terburu-buru," kata Maya seraya bangun dari jatuhnya dan ingin pergi tapi ditahan oleh Amora.
"Enak aja mau pergi gitu aja, lihat makananku tumpahkan, ayo cepat belikan yang baru," bentak Amora.
Maya hanya mengangguk dan pergi ke kantin untuk membelikan makanan. 10 menit bolak balik dan akhirnya selesai memberikan makanannya.
"Ini makanannya," kata Maya menyerahkan kantong palatik berisi makanan.
"Gitu dong, mana dompet mu," kata Amora.
Maya pun menyerahkan dompetnya dan terlihat lha ung lima puluh ribu plus recehan.
"Hanya segini, tapi tak apa lah, lumayan, sana pergi," kata Amora mengambil uang lima puluh ribu dan menyuruh Maya pergi.
Maya hanya pasrah dan pergi.
Sekarang Maya berada di sebuh mension yang luas dan perhatiannya teralihkan saat namanya di panggil.
"Hay May, apa kabar?" kata si pemanggil.
"Hay bang Riko, May baik kok," jawab Maya.
"Penampilan apa ini?" ejek Rio.
"Iya siapa si culun ini?" kata Dani menimpali.
"Huft, kalian mengejekku terus," cemberut Maya.
"Sudah sudah kalian ini jangan ejek adik abang yang cantik ini dong," kata Riko.
Maya pun menghambur memeluk Riko.
"Abang Riko terbaik deh," kata Maya dan menjulurkan lidahnya mengejek Rio dan Dani.
Rio dan Dani pun menghambur memeluk Maya dan Riko.
"Iish," ringis Maya saat Rio dan Dani memeluk erat Maya dan Riko. Karena mendengar ringisan Maya refleks Rio dan Dani melepaskan pelukan mereka.
"Kamu kenap May?" tanya Riko yang mendengar jelas ringisan Maya.
"Tidak ada apa-apa bang Riko, cuman luka kecil," jelas Maya.
"Beneran, aku tak percaya coba kami lihat," kata Rio mulai ingin menarik baju Maya.
"E eeehh bang aku ini perempuan loh masa mau di buka bajunya di hadapan para cowok," kata Maya menghindar seraya menutupi bagian dadanya.
"Ekhmm, maaf abang lupa kalau kamu tu gadis" kata Rion sambil terkekeh.
"Iya aku juga lupa kalau kamu gadis, mana ada gadis yang sadisnya minta ampun saat melawan musuh" kata Dani sambil tertawa.
"Bang Riko lihat mereka mengejekku" adu Maya kepada Riko.
"Kalian ini sudahlah, jangan menggoda gadis cantik ini" kata Riko.
Mereka pun tertawa bersama-sama.
Mereka adalah geng Galaksi yang ditakuti oleh geng lainnya, bisa dikatakan mereka geng paling kuat.
Riko merupakan ketua dari Geng Galaksi. Dia bringas galak, dingin saat menghadapi musuhnya akan tetapi lembut jika berurusan dengan Maya. Dia sangat menyayangi Maya sepeti adiknya sendiri. Begitu juga dengan Rio dan Dani, mereka merupakan tangan kanan dan kiri dari Riko. Dani juga merupakan ketua mafia dan Rio merupakan wakil nya di organisasi mafia miliknya. Sedangkan Maya merupakan wakil dari Geng Galaksi.
Ya...tidak ada yang tahu bahwa Maya itu seorang wakil dari organisasi terkuat dan paling ditakuti oleh organisasi lainnya. Dia bisa beladiri, dia merupakan perempuan satu-satunya di Geng Galaksi itu.
^
^
^
^
^
Hay hay hay, baca terus karyaku ya.
Jangan lula kasih like, comments and vote ya.
Selamat membaca...:)
"Bang Riko, bang Dani, bang Rio, Maya pulang dulu ya, sudah malam ini," kata Maya seraya bangun dan beranjak pergi.
"Baiklah hati-hati di jalan, oh tunggu dulu," kata Riko mencegah Maya pergi.
"Ada apa bang?" tanya Maya bingung.
"Pakai motorku untuk pulang," kata Riko sambil menyerahkan kunci motornya.
"Abang tau aja kalo Maya gak punya uang," kata Maya tersenyum.
Sebenarnya Maya itu kaya, tapi dia tak ingin menggunakan uang dari hasil restoran yang si wariskan oleh kakeknya, kecuali dalam keadaan darurat. Maya hanya diberi uang jajan seratus ribu untuk seminggu oleh keluarga Sanjaya. Dia hanya bertahan dengan pekerjaan part time nya di sebuah bar.
Sekarang jam menunjukan pukul 11 malam dan di baru selesai dengan pekerjaannya dan berencana untuk pulang.
11:20 sampailah Maya di depan pintu gerbang.
"Non Maya sudah pulang, akan mang bukakan pintu samping ya," kata satpam yang baik kepada Lily beliau selalu bertugas pada malam hari, beliau merupakan satpam kakek neneknya Maya, jadi dia baik terhadap Maya karena dia selalu melihat Maya di siksa dalam keluarga ini dia merasa kasihan.
"Baik Mang terimakasih" ucap maya dengan senyuman.
Maya pun masuk dan memarkirkan motornya di bawah pohon, kenapa dibawah pohon? Agar tak ketahuan.
Maya pun masuk ke dalam rumah terlihat ruangan gelap karena lampu dipadamkan dan menandakan semua orang sudah tidur.
Maya perlahan masuk dan dikagetkan oleh sebuah suara.
"Bagus ya...selalu pulang malam, mau jadi ja***g ya kamu," teriak Rachmat sambil menarik rambut Maya.
Lampu pun menyala dan menampilkan semua orang menatap Maya dengan hinaan.
"Kamu memang pe****r, suka kamu ya melayani pria hidung belang lebih baik kau tak usah pulang sekalian, tinggallah bersama pria hidung belang itu," marah Rachmat seraya melemparkan beberapa foto ke wajah Maya.
Maya mengambil foto itu dan berkata.
"Ini salah paham yah, benar aku bekerja disana, tapi hanya sebagai pelayan, bukan sebagai pe****r," jelas Maya.
"Salah paham apanya, aku melihat sendiri kamu melayani para pria hidung belang," kata Sania sinis.
Dion dan Dirga hanya menatap datar dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh ayah mereka.
Maya mencoba memeluk kaki Rachmat dan yang di dapatnya hanya tendangan dan hasilnya kepala Maya terbentur sudut meja yang mengeluarkan darah di sudut keningnya. Belum hilang sakit benturan itu tamparan juga mendarat si pipinya dan menghasilkan sudut bibirnya berdarah.
"Kamu dasar anak tak tahu di untung sudah di beri makan dan tempat tinggal, masih aja menjadi ******," teriak marah Dara.
Maya tak mampu mengeluarkan air matanya lagi. Seakan-akan air matanya sudah kering.
"Ikut aku," kata Rachmat seraya menarik rambut Maya.
"Renungi kesalahanmu," kata Rachmat mendorong Maya kedalam ruangan gelap dan menguncinya.
"Yah ini salah paham aku hanya pelayan disana," kata Maya sambil menggendor pintu.
"Diam," teriak marah Rachmat.
Rachmat, Dara, Dion, Dirga dan Sania pergi meninggalkan Maya di ruang gelap nan dingin. Apalagi Maya belum makan sedari keluar dari mension.
Krukyuk kruyuk, suara perut Maya meronta.
Maya hanya mampu mengusap perutnya yang lapar.
Keesokan paginya, pintu terbuka.
Ceklek "Hey bangun," kata Dara membangunkan Maya yang tertidur di atas lantai tanpa alas.
Maya pun segera bangun dan berdiri seraya menundukkan kepalanya.
"Cepat keluar kau ingin terus disini," bentak Dara.
Maya pun bergegas pergi kekamarnya.
Maya pun mandi dan setelah mandi dia memandang dirinya di cermin.
"Aku tak bisa selalu seperti ini, maaf kek nek aku tak bisa menyembunyikan nya lagi, aku sudah lelah dengan semua ini," gumam Maya dan tak terasa air mata jatuh dari pelupuk matanya.
Seperti biasa keluarga besar Sanjaya makan bersama kecuali Maya yang tak di anggap.
Maya pun turun dengan penampilan yang berbeda. Yang biasanya memakai pakaian serba kegedean, sekarang menggunakan jins kaos putih dengan peepaduan jaket kulit hitam, rambutnya di ikat kuncir satu dengan rapinya. Dia dengan acuhnya pergi ke dapur dan sekembalinya mendapat tatapan tajam dari seluruh anggota keluarga Sanjaya.
"Bisa juga tampil cantik, tapi tetap aja ja***g," sindir Dirga.
Maya tak menghiraukan sindiran Dirga, dia berlalu pergi keluar dan mengambil sepeda motor dan menaikinya, pergilah dia dari kediaman seperti neraka itu.
"Bagaimana Maya bisa berubah, bukankah dia sangat bodoh, membersihkan dirinya sendirinya aja gak bisa, tapi kenapa sekarang?" tanya mereka berlima dalam hati.
Hanya membutuhkan 10 menit untuk sampai ke kampus jika menaiki motor.
Maya memarkirkan motornya dan melepaskan helmnya, dari situ orang-orang mulai memperhatikannya.
"Siapa dia?"
"Mungkin siswi baru,"
"Cantiknya,"
"Wow luar biasa,"
"Aku baru pertama kali melihatnya,"
Itulah bisik-bisik yang di dengan Maya, tapi Maya tak menghiraukannya dia hanya berjalan ke kelas dan menuju tempat duduknya.
Di dalam kelas juga sama seperti si perjalanan menuju kelas banyak bisikan-bisikan penasaran.
"Siapa dia, kenapa duduk di kursi si culun?"
Bel masuk berbunyi dosen pun datang.
Merasa baru pertama kali melihat siswi yang duduk di pojok dosen pun bertanya.
"Nak, nama mu siapa? Apakah kau siswi baru?" tanya dosen perempuan berumur 30 tahunan.
"Saya Maya bu" jawab Maya datar.
"Oh Maya ya, pantesan ibu rada kenal tapi tak ingat," kata bu dosen dan hanya dibalas anggukan oleh Maya.
"Wahh ternyata benar si culun, kenapa bisa berubah secantik itu ya?"
"Si culun cantik amat,"
Banyak lagi kata-kata tak percaya dengan perubahan Maya yang awalnya culun, dekil dan bodoh nya minta ampun, sekarang jadi gadis yang sangat cantik.
Bel berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Maya pun beriniat untuk ke kantin.
"Hey culun udah cantik ya sekarang, tapi tetep harus jadi babu kita," kata Amora dan teman-temannya.
Tak ingin meladeni Amora dan yang lain Maya memilih pergi tapi tangannya dicegat oleh Amora dan ditariknya sampai Maya jatuh teraungkung. Maya masih sabar, dia tak ingin membuat keributan, dia pun berdiri dan ingin pergi dan lagi-lagi dihalangi oleh teman-temannya Amora.
"Heh Culun sudah berani ya mengacuhkan kami, mau minta pukul hah," kata temannya Amora yang bernama Linda.
"Aku tak ingin membuat masalah," kata Maya datar.
Hahahaha, tawa mereka, "tak ingin membuat masalah emangnya kamu berani ngelawan kami," kata Linda.
Linda pun menjambak rambut Maya, tapi Maya seperti tak merasa sakit, mungkin karena terlalu sering merasakannya.
Linda dan Amora mendorong Maya sampai tersungkur dan membentur dinding.
Para mahasiswa lain berkumpul mendengar keributan.
"Heh dengarkan kalian semua, gini ni jika kalian berani sama kita, akan berakhir seperti dia," kata Amora sambil menunjuk Maya yang masih terduduk.
Linda dan yang lain ingin menarik rambut Maya lagi, tetapi di tepis oleh Maya.
"Aku sudah sangat lama bersabar dengan perbuatan kalian terhadapku, tapi sekarang aku tak akan tinggal diam lagi" kata Maya dingin.
~
~
~
~
~
~
Kasih like, comments and vote ya
Happy Reading
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!