“Dina sama Nico kedepan ngerjain nomor satu sama nomor dua” Bu Wita tersenyum lembut menyuruh kedua muridnya untuk kedepan mengerjakan soal yang telah ia tulis. Mereka mengangguk dan langsung mengerjakan apa yang diperintahkan bu Wita.
Devano ikut dari belakang. Bu Wita mengerutkan dahi lalu berkata lembut dengan Devano.
“giliran Vano nanti ya, tunggu Dina sama Nico udah selesai”
Devano menggelengkan kepalanya.
“Vano mau sama Mei-mei, bu guru” katanya meminta spidol yang lain pada bu Wita
“Vano tunggu sebentar ya sayang”
“pokoknya Vano mau sama Mei-mei bu guru” pinta Devano ngotot membuat bu Wita menghela nafas panjang lalu memberika Devan spidol.
Devan tersyum lalu maju kedepan menyusul Nico dan Dina. Ia menyempil diantara Nico dan Dina. Membuatnya mendapat tatapan tidak suka dari Nico.
Maksud dan tujuan Devan maju kedepan bukan untuk mengisi jawaban nomor tiga tapi mengisi jawaban punya Dina.
Devan menulis jawaban untuk Dina dan dengan iseng Nico menghapus jawaban dari Devan dan menulis jawabannya.
Devan kesal lalu menghapus jawaban Nico, sampai la mereka saling menghapus lalu saling mengisi jawaban mereka membuat bu Wita menggelengkan kepala. Kedua muridnya ini sudah kerap kali seperti ini.
Devan tambah kesal lalu mengambil alih spidol Nico dan membuangnya asal.
Nico juga tidak terima lalu melempar spidol milik Devan, naas lemparan Nico meleset dan mengenai kepala Dina sehingga Dina menagis kencang.
Bu Wita segera menghampiri Dina dan membujuk murid manis nya agar berhenti menangis.
Lain dengan Devan ia mengambil spidol diatas meja guru lalu melemparkannya ke Nico yang mengenai kepala bocah itu.
Nico juga menagis tapi Devan tidak peduli ia menghampiri Dina yang masih menangis.
Bu Wita menghampiri Nico yang sedang menangis mengecek keadaan kepala murid Nico.
”Mei-mei udah ga usah nangis, Nico udah Devan lempar balik pake spidol bu guru” ujar Devan memeluk Dina, dan seketika tangis Dina berhenti.
“maacih yaa” ujar Dina menghapus sisa air matanya.
Bu Wita jadi baper mendengar penuturan Devan yang usianya bisa dikatakan masih belia.
Gue masih betah tidur diatas kasur yang posesif ga mau gue kemana-mana, sampai ketika bunda membuka gorden kamar.
Silau
"Lima menit lagi bun" ujar gue males sambil mengangkat selimut menutupi wajah.
"Come on honey wake up" jawab bunda gemas dan gue sangat yakin sekarang bunda sedang berdecak pinggang. Bunda menarik paksa selimut gue.
"Bun pliss" rengek gue memelas namun bunda sepertinya ga peduli dengan rengekan gue.
"Bangun sekarang! Atau bunda siram kamu pakai air satu ember" ancam bunda garang membuat gue langsung duduk seketika.
Pusing guys, diatas kepala gue rasanya ada banyak bintang berputar.
Dengan malas gue bangun dari ranjang lalu berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.
Sepuluh menit gue keluar kamar mandi dan mengambil seragam sekolah diatas kasur yang sudah siapkan oleh bunda. The best banget emang bunda, ah salah tepatnya bunda ga mau lemari pakaian berantakan. Biasalah ya, gue itu anaknya super duper gerasak-grasuk. Bunda sampai bilang gini ‘daripada darah bunda naik, mending bunda yang siapin’
Setelah mengganti pakaian gue mengemasi buku pelajaran yang bakal bawa ke sekolah, lalu turun menuju meja makan untuk sarapan berasama bunda dan ayah.
Kenalin gue Meidina Adhmaja Putri tunggal gak punyai kakak atau pun adik. Dulu kata bunda, gue seharus mempunyai seorang kakak perempuan namun sayang tuhan lebih sayang calon kakak gue. So, im alone now.
"Bun, masa aku satu kelas lagi sama si Mail"curhat gue malas sambil mengolesi roti dengan selai coklat.
"Ya bagus dong, bisa belajar bareng lagain kita sama Devan tetanggaan"jawab bunda tersenyum lembut, tapi gue mengerutkan bibir. Ga suka aja, bunda tu kek lebih sayang sama Mail masa.
"Tapi kan bun aku tu dari TK sampe sekarang kelas 2 SMA sama dia mulu, mana dia suka gangguin aku lagi"
"Eh gak boleh gitu, Devan kan temen main kamu lagian Devan baik kok orangnya, sopan lagi. Iya kan yah?"
"Apa yang dibilangin bunda kamu bener sayang" jawab ayah membuat gue kicep.
Gue menghela nafas, seandainya ayah sama bunda melihat kelakuan Devano yang sebenarnya mungkin penilaian ayah sama bunda pasti ga kayak sekarang.
"Yah, ayah nganterin aku kan?" tanya gue mengalihkan topik, enek gue dengar pujian untuk Devano berlanjut lagi.
"Iya sayang"
Huh,
Devan tu superduper ngeselin, suka bikin naik darah. Untung aja gue cantik coba kalo engga, udah jantungan mungkin gue. Hihi.
*
Dina menyipitkan mata, jiwa dektektifnya mulai beraksi ketika melihat Davan sibuk menulis sesuatu dimejanya. Devan memandang kertas yang baru ia tulis dengan tersenyum penuh makna. Dan Dina yakin Devan sedang merencanakan sesuatu yang bersifat jail.
"Tu, Puthu " panggil Davano terhadap teman sebangkunya yang sedang mengobrol dengan Nita gebetan Puthu.
"Paan sih Van" jawab Puthu ogah-ogahan tidak rela jika obrolannya dengan sang gebetan berakhir. Vano tidak menjawab tapi mengangkat kertas yang ia tulis tadi. Puthu mengerti lalu mengambil double tip dilemari kelas. Lalu tersenyum devil.
"Woi bro, lo kagak ikutan nonton dibelakang" ujar Vano menepuk pundak Yudha kencang. Sontak saja membuat badan Yudha condong kedepan.
"Pakkk yuu! Kaget gue njirr!” umpat Yudha membuat Devan menyengir kuda.
“hehe, tumben amat lo. Biasanya juga ikut nimbrung”
“Males, bosan gue" jawab Yudha menempelkan kepalanya kemeja.
"Ya udah deh, gue kesana dulu ya"ujar Vano lagi sambil menahan tawanya agar tidak pecah. Bisa gawat kalau Yudha tahu duluan sebelum teman-teman yang lain. Bisa-bisa hancur rencana baiknya.
Vano dan Puthu bertos ria ketika sudah menempelkan kertas tepat dibelakang Yudha.
“yoss berhasil”
Tidak lama kemudian bu Tini masuk kekelas.
"Bersedia, beri salam pada buk guru" teriak Vano, kami semua berdiri.
"Assalamuaikum wr.wb"
"Walaikumsalam.wr.wb silahkan duduk" jawab buk Tini.
"Oke, sekarang kita masuk bab Metabolisme, buka buku paket halaman 57" perintah buk Tini.
"Jadi Metabolisme adalah suatu reaksi yang terjadi didalam tubuh makluk hidup....." jelas bu Tini. Membuat seluruh siswa mengangguk mengerti tak anyal Devan juga mengangguk walau pun ia tidak mengerti.
"Itu yang tidur coba jelaskan contoh metabolisme" teriak bu Tini ke Yudha. Yudha langsung terbangun ketika Dewi teman sebangkunya membangunkan. Ia lalu menatap bu Tini dengan tatapan inocent.
"maju kamu!" perintah bu Tini, segera saja Yudha langsung maju kedepan walaupun ia sama sekali tidak mengerti karena tidak memperhatikan. Jangankan itu memperhatikan saja Yudha sama sekali tidak mengerti apa lagi ketika ia tertidur.
"HAHAHAHA" tawa seisi kelas pecah kecuali Dina tentunya ketika Yudha berjalan kedepan
"Cie anjing galak ni yee" teriak Devan dengan tawa yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"jangan salah lo walau pun anjing galak sama rabies hatinya hello kity hahahaaa"ujar Puthu membuat seisi kelas tertawa makin keras. Dua sejoli itu memang pas sekali menjadi teman.
Yudha merasa bingung kenapa dirinya ditertawakan.
Bu Tini berjalan ke arah Yudha lalu mengambil kertas yang tertempel dibelakang Yudha.
"Siapa yang nulis ini" ujar bu Tini marah ia paling tidak suka jika kelas nya ribut apa lagi dengan masalah tidak penting. Seperti Sekarang ini. Vano mengangkat tangannya disusul oleh Puthu.
"Ah ibuk gak seru" ujar Ani tidak terima karena ia harus belajar kembali.
"iya gak seru" ujar Sari teman sebangku gue.
"Yang bilang gak seru silahkan ikut keluar!" ujar bu Tini bulat kayak tahu bulat membuat Ani dan Sari kicep seribu bahasa.
Yudha menatap Vano dan Puthu dengan tatapan tajam. Seolah berkata.
'Awas lo pada'
"Devano, Puthu. Keluar!" perintah bu Tini. Tanpa diminta dua kali mereka langsung pergi meninggalkan kelas.
Sementara Yudha masih menatap horor kepergian Devan dan Puthu. Ia mengambil kertas itu sontak saja matanya tambah melotot.
'Jaga jarak anjing galak. Sekali gigit langsung mati rabies'
Diluar kelas, Puthu dan Devan kembali bertos ria.
“rencana kedua berhasil”
“akhirnya kita ga belajar, pusing banget gue hihi”
Dina hanya menonton, sudah menjadi kebiasaan Devan membuat sensasi ala-ala selebrity yang gagal.
Istirahat tiba Devano menghampiri gue yang sedang membaca novel dan duduk disebelah gue.
"Mei gue kok ga nyangka ya kita bisa sekalas lagi. Gue seneng deh bisa sekelas bareng lagi"ujar Devan mengambil alih novel yang sedang gue dibaca.
"Gue sih enek. Males banget gue sekelas sama elo" jawab gue malas.
"Kalo di hitung-hitung 12 tahun kita bareng-bareng. Langgeng kita ya"ujar Vano membuat gue memutar bola mata dengan malas.
Langgeng gundul mu!
Gue pengen meneriaki Devan namun gue urungkan dan merebut novel dari Devan.
"gue bawak donat buat lo, bentar"kata Devan berjalan kearah kursinya dan mengambil donat dari tasnya.
"Nih spesial buat lo"ujar Devan memberikan kotak donat ke gue, tanpa babibu lagi gue langsung mengambil alih kotak donat dari Devan. Rezeki anak ayah ya gini, dapat donat gratis hihi.
"Bilang sama tante Ayu makasih" kata gue melahap donat
"Ah ya, gue tetep enek sekelas sama elo"kata gue lagi membuat Devan tersenyum kecut.
“Kebiasaan donat diterima, gue nya kagak”
“bodok”
"Lo kok tumben baik sama Dina"ujar Sari sambil menatap Vano dengan tatapan menyelidik.
"Gue mah baik lama, ya kan Mei?"
"Engga"jawab gue dengan gelengan membuat Devan menggeram. Gue tersenyum mendengar geraman Devan.
"Lo denger kan,huss..huss...mending lo eyah deh"usir Sari mengusir Devan.
Devan langsung pergi dan menghampiri teman-teman nya lalu mereka pergi ke kantin.
"Bagi satu din"pinta Sari yang langsung dijawab gelengan keras dari gue.
"Engga, kalo lo laper tu makan bekal gue"jawab gue menunjuk tas yang berisi bekal buatan bunda.
Sari mengangguk cepat langsung membuka tas gue dan mengeluarkan bekal.
Kebiasan, masalah makan aja grecep banget. Huh.
"Tengkyu didin" ujar Sari senang, apasih yang ga buat teman tercinta gue. Jawab gue dalam hati soalnya donat lagi penuh dimulut gue. Percuma ngejawab ntar donat gue keluar. Dalam kamus gue pantang banget memuntahkan atau mengeluarkan lagi makanan yang udah masak kedalam mulut gue. Kecuali panas sih, tapi habis itu gue makan lagi kok, hehe. Donat adalah hidup bagi gue, biarlah seharian ga makan nasi asal gue makan donat.
$
Kelas XI A 2 ribut tak karuan sehingga kelas seperti kapal pecah, suara disana-sini kayak pasar kaget bulan ramadhan.
"Teman-teman gue ada pengumunan. Bisa diam sebentar"Teriak Aris wakil kelas. Sontak saja membuat kelas menjadi hening dan menoleh kearah aris.
"Paan?"tanya Rama kesal gimana ga kesal lagi asik-asik main song dibelakang tiba-tiba Aris teriak kayak abis nelan toa, gue juga kalo jadi mereka pasti kesel, tapi untungnya mood gue hari ini lagi cerah secerah pelangi sehabis ujan.
"Kita......" teriakan aris terpotong berganti dengan teriakan Putri yang super toa
"KITA FREE CLASS"
"Sotoy lo, jadi apa pengumumannya" ujar Sari mencibir Putri.
"Ya itu tadi bener apa yang dibilang sama Putri" jawab Aris lemes, gue yakin rencana Aris 100% untuk ngejutin anak kelas eh malah diduluin sama Putri. Emang dari dulu Aris ga punya bakat buat orang terkejut yang ada keseringan dapat kejutan dari kelas yang super rame.
"YEEEEE FREE CLASS.... .FREE CLASS" teriak anak kelas bersamaan, si Devan dia lah yang lebih parah berteriak sambil nyanyi ga jelas dengan sapu sebagai gitar. Sompal emang. Sebagain ada yang melompat lompat ga jelas ada yang bergoyang sambil memutar mutar tas di udara. Kelas gue berasa ips yang katanya paling ribut tapi nyatanya kelas gue melebihi itu. Sumpah kelas gue benar-benar kek kelas ips tapi versi yang paling parah.
"Woi lo pada bisa diam kagak sih!" ujar Puthu marah.
"Tauk. Kita lagi main song butuh konsentrasi penuh" sahut udin
"ikutan elah woi" ujar Devan menghampiri udin dkk yang sedang bermain song dibelakang kursi.
"mei lo mau ikutan ga?"
Gue langsung memberikan Devan pelototan dahsyat ala gue dan akhir nya si Devan kicep sendiri.
MAIN SONG KATANYA YANG BENAR AJA, MANA BISA GUE. EH BISA DENG MAIN CANGKUL.
Tanpa sadar gue mengulum senyum.
Kelas XI A 2 udah ga jelas lagi bentuknya.ketika buk Yuli guru agama masuk kelas kami.
"ini kelas apa kelas?"tanya buk Yuli garang
"Kelas buk" jawab kami serempak.
"Lalu kenapa sekotor ini? Bukan nya sudah ibuk bilang kalau kebersihan itu sebagian dari iman." ujar buk Yuli lagi.
Tapi seperti yang sudah-sudah semua hanya diam.
Devan si buluk Ismail asik memainkan ponsel nya, entah apa yang sedang dilihat oleh Devan
Udin asik nyengir-nyengir ga jelas, ini adalah jurus andalan udin.
Putri jangan ditanya dia kayak orang ga peduli.
Dan begitu yang lain nya hanya menatap buk Yuli untuk menghargai sesaat.
Gue? Gue sama masih dalam posisi awal 'baca novel'
"Sekarang yang piket bersihkan kelasnya yang lain bantu juga biar cepat, masa ibuk mau ngajar kelasnya kotor" perintah buk Yuli
Putri sama Jojo misuh-misuh membersihkan kelas dengan ogah ogahan.
“eh anjir, yang nyerakan sekalas yang bersihin kita”
“kutu kumpret emang”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!