NovelToon NovelToon

Kisah Kita Belum Usai

BAB 1

Hujan rintik-rintik membasahi tanah yang kering. Sudah hampir satu Minggu hujan terus mengguyur belahan bumi yang sedikit gersang. Jika ada yang mengatakan hujan adalah Rahmat dari Tuhan, tetapi itu tidak berlaku untuk seorang gadis kecil yang bernama Bunga. Ia harus bersedih karena cucian milik ibunya yang tak kunjung kering. Bahkan, beberapa kali Bunga melihat bundanya sedang dimarahi oleh pemilik pakaian yang menggunakan jasanya.

Ya, bundanya Bunga adalah seorang tukang cuci dan setrika baju. Jika hujan turun, pasti pekerjaannya sedikit terhambat, karena tidak kering.

Tumbuh tanpa seorang ayah, membuat Bunga yang kini menginjak usia 6 tahun sudah bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh ibunya. Dan tak jarang juga ia menjadi bahan olok-olok teman satu kompleks, karena tidak memiliki ayah. Namun, Bunga tak pernah mengadu pada ibunya, karena itu hanya akan menambah rasa sedih sang ibu.

"Bunga .... " panggil bundanya Bunga, yang tak lain adalah Asha.

Wanita tangguh dan kuat. Ia bertahan seorang diri dari awal dinyatakan hamil hingga saat ini. Tak pernah sedikitpun ia menyesali keputusannya yang pergi dari sisi suaminya. Lebih baik hidup seorang diri daripada hidup bersama suaminya, tetapi penuh dengan tekanan batin. Kini ia telah membuktikan bahwa ia bisa meraih kebahagiaan tanpa suaminya.

"Bunga .... " ulang Asha lagi.

Asha marasa jika putrinya belum pulang, padahal hujan sudah turun lagi. Karena terlalu khawatir, Asha langsung mengambil payung untuk menyusul putrinya.

"Tumben Bunga gak pulang saat gerimis sudah datang," kata Asha dalam perjalanan mencari Bunga.

*

*

Gadis manis berambut panjang itu belum bisa pulang, sekalipun hujan sudah mulai reda. Bukan tanpa alasan, karena saat ini ia masih mendapatkan pengobatan dari rumah sakit terdekat.

Beberapa menit yang lalu, Bunga terserempet mobil yang hendak berbelok. Beruntungnya sang pemilik mobil bertanggung jawab dan membawa Bunga ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan, meskipun luka yang dialami oleh Bunga tidaklah parah.

"Lain kali kalau mau nyebrang, hati-hati ya!" pesan pria yang kini sudah membawa Bunga untuk pulang.

"Iya, Om. Bunga minta maaf karena tidak melihat jalan dengan baik. Bunga hanya takut terlambat pulang. Bunda pasti akan marah kalau Bunga tidak langsung pulang saat hujan akan turun," jelas Bunga apa adanya.

"Om juga minta maaf karena tak melihat jalanan dengan baik. Jadi sekarang dimana rumahmu, biar Om antarkan."

"Tidak usah, Om! Jalan masuk ke kompleks rumah Bunga gak bisa dilewati mobil."

"Memangnya jarak untuk masuk jauh?" Pria yang tak lain adalah Askara itu terus bertanya karena merasa sangat bersalah telah menyerempetnya.

"Tidak, Om. Bunga cuma enggak mau bunda marah."

Askara pun tak ingin memaksakan keinginan. Ia menghargai keputusan Bunga yang tak ingin diantarkan sampai ke depan rumahnya. Namun, karena Askara tak tega melihat Bunga berjalan untuk sampai ke rumahnya, ia pun memesan ojek online untuk mengantarkan Bunga sampai di depan rumahnya.

"Bunga, Om benar-benar minta maaf ya. Ini ada sedikit uang untuk ganti rugi, karena Om udah menyerempet kamu." Askara memberikan beberapa lembar uang pada Bunga. Namun, dengan cepat Bunga menolak.

"Maaf Om, Bunga tidak bisa menerimanya. Kata bunda, Bunga enggak boleh menerima uang dari siapapun itu."

Askara merasa tertampar. Diusianya yang masih kecil, tetapi Bunga sudah bisa menolak dengan sopan.

"Ya udah kalau gak mau gak papa. Tapi lain kali boleh kan Om main ke rumah kamu?"

"Boleh. Tapi nunggu Bunda keliling dulu ya, Om. Bundanya Bunga itu galak, tapi sebenernya Bunda baik kok Om. Lain kali Bunga kenali sama Bunda deh," oceh Bunga saat hendak turun dari mobil Askara.

...~BERSAMBUNG~...

Halo selamat Datang di Novel Kisah Kita Belum Usai. Novel ini sambung dari novel My Ex.Terima kasih masih stay disini menemani othor remahan ini.

BAB 2

Asha merasa sangat terkejut saat melihat putrinya pulang dengan luka di tangan dan kaki. Meskipun hanya sedikit lecet, tetap saja rasanya pasti sakit.

"Astaga … Bunga. Kamu kenapa, Nak?" tanya Asha yang sangat panik saat Bunga berjalan masuk ke rumah dengan tertatih.

"Bunga jatuh, Bun." Bunga berusaha menyembunyikan kebenaran jika dia baru saja diserempet oleh mobil. Jika Bunga mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, pasti hanya akan menambah beban pikiran bundanya.

"Kenapa bisa jatuh? Dimana kamu jatuhnya? Bunda tadi sudah mencari kamu kemana-mana, tetapi kamu enggak ada. Kamu main kemana, Bunga? Kan Bunda udah pernah bilang jangan main terlalu jauh, apalagi musim hujan seperti ini!" Omel Asha, bundanya Bunga.

"Maaf Bunda, Bunga sudah membuat Bunda sangat khawatir. Bunga gak apa-apa, Bunda." Sepertinya keadaan telah membuat hati Bunga kuat akan cobaan yang selalu saja datang.

"Terus ini siapa yang ngobatin?"

"Tadi Bunga ketemu sama Om yang baik hati. Om itu yang ngobatin luka Bunga dan pesenin Bunga ojek. Pokoknya Om itu baik, Bunda. Bunda harus berterima kasih pada Om itu."

"Iya. Kapan-kapan Bunda akan berterima kasih sama Om itu, tapi dengan syarat kamu gak boleh main jauh dan gak bikin Bunda khawatir lagi. Nanti kalau terjadi apa-apa sama kamu, gimana? Di dunia ini Bunda cuma punya kamu, Sayang." Asha tak kuasa untuk menahan perasaannya. Ia pun langsung memeluk tubuh kecil itu dengan pelan karena tangan dan kakinya terluka.

*

*

Malam yang panjang telah berakhir, karena sang mentari telah menyingsing di ufuk timur. Kilauan keemasan telah membentang luas menyinari belahan bumi. Kicauan burung terdengar merdu dan saling bersahutan. Sepercik harapan tertoreh dalam hati, berharap hari ini cuaca bersahabat, setelah hampir satu Minggu hujan terus mengguyur belahan bumi.

Seperti biasa, pagi ini Bunga sudah siap dengan pakaian seragam sekolahnya. Meskipun Bunga masuk sekolah pu-kul 8 pagi, tetapi pu-kul 7 ia sudah mempersiapkan dirinya.

"Lho, kok pakai baju sekolah?" Asha kaget saat melihat putrinya telah siap dengan seragam TK miliknya. Bunga yang sudah diajarkan kemandirian sejak dini oleh bundanya, kini sudah bisa memakai pakaiannya sendiri.

"Kamu kan lagi sakit. Kenapa sekolah? Bunda udah izin sama Miss Mely, kalau hari ini kamu enggak masuk sekolah, Sayang," ujar Asha lagi.

"Tapi Bunga mau sekolah, Bunda. Di rumah Bunga merasa bosan. Gak bisa main sama teman-teman," celoteh Bunga.

"Tapi kamu masih sakit, Sayang. Kamu libur dulu, ya," bujuk Asha.

"Enggak mau, Bunda. Bunga mau sekolah."

"Ya udah, Bunga sekolah. Tapi Bunda masak dulu, ya."

Semenjak pergi dari kehidupan Askara, Asha mencoba berbagai cara untuk mempertahankan hidupnya. Dulu sebelum Asha melahirkan ia bekerja di salah satu toko kue. Namun, setelah melahirkan ia tak bisa melanjutkan pekerjaannya lagi, karena tak ada yang menjaga anaknya. Beruntung saja dari kecil Bunga tidak rewel sehingga Asha berinisiatif untuk menjadi tukang cuci dan setrika saat usia Bunga masih dalam hitungan 40 hari.

Asha merasa sangat bersyukur, karena upah dari cuci dan setrika baju yang tak seberapa, tetapi bisa untuk menyambung hidupnya. Ya, meksipun terkadang harus buka tutup lobang.

Saat ini Bunga bersekolah di salah satu taman kanak-kanak terdekat yang jaraknya tidak terlalu jauh. Jika biasanya Bunga akan diantar bundanya dengan berjalan kaki, tetapi tidak untuk hari ini. Hari ini Bunga diantara bundanya dengan naik motor, karena sang bunda kebetulan juga ingin mengantarkan pakaian yang sudah selesai di setrikanya.

Setelah memastikan anaknya masuk kedalam kelas, Asha pun berniat untuk langsung mengantarkan baju-baju yang sudah di setrikanya. Namun, saat hendak menghidupkan motornya seorang ibu dari teman Bunga menegurnya.

"Lho, Bunga sekolah, Bun?" tanyanya.

"Iya. Memangnya kenapa, Bu?" Asha bertanya dengan heran.

"Lho, bukannya Bunga abis keserempet mobil di simpang tiga kemarin, Bun."

"Hah? Kok Bunga gak bilang kalau keserempet mobil? Dia cuma bilang katanya abis jatuh." Asha sangat terkejut apa yang baru saja didengarnya.

"Mungkin Bunga takut dimarahin sama bundanya," celetuk lawan bicaranya.

Asha hanya menggelengkan kepalanya, karena selama ini ia tidak pernah memarahi Bunga. Sebisa mungkin Asha menahan amarahnya agar tak terbawa emosi saat menghadapi lawan bicaranya.

Ia pun menghela napas berat. Sekalipun marah, ia tak akan pernah melampiaskan kemarahannya kepada sang anak. Namun, entah apa yang dipikirkan anak kecil itu sehingga memilih untuk menutupi sebuah kebenaran.

"Tapi untung aja yang nyerempet bertanggung jawab dan langsung membawa Bunga ke rumah sakit terdekat. Syukurlah kalau Bunga gak apa-apa," pungkas wanita itu yang kemudian meninggalkan Asha, karena ingin mengantarkan anaknya ke dalam kelas.

Astaga Bunga ... kenapa kamu sembunyikan hal ini dari Bunda, Nak? Bunda enggak akan marahin kamu.

Kini pikiran Asha semakin tidak tenang dan memilih mengurungkan niatnya untuk mengantar baju-baju itu kepada pelanggannya. Asha memilih untuk menunggu Bunga, untuk memastikan jika anaknya baik-baik saja.

...~BERSAMBUNG~...

BAB 3

Di dalam kelas Bunga dikerumuni oleh beberapa orang temannya. Mereka yang mendengar kabar jika Bunga mengalami kecelakaan langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bunga.

"Apakah lukamu tidak sakit?" tanya Nina, teman dekat Bunga.

"Enggak. Ini hanya lecet sedikit aja, kok. Diolesi salep juga udah sembuh. Buktinya aku masih masuk sekolah. Artinya aku baik-baik aja. Tapi kalian jangan bilang sama bundaku, ya! Bunda pasti akan mengkhawatirkanku dan tidak fokus pada pekerjaannya. Aku tidak mau membuat bunda bersedih," ucap Bunga penuh harap pada beberapa orang temannya.

"Tapi mamaku udah cerita sama bunda kamu. Mamaku bilang kalau kamu terserempet mobil dan dibawa ke rumah sakit terdekat," celetuk Aini, salah satu teman Bunga juga.

Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Aini, Bunga langsung membulatkan matanya dengan lebar.

"Serius? Jadi mama kamu uda kasih tahu bundaku." Tubuh Bunga tiba-tiba menjadi lemas. Apa yang akan ia perjelaskan pada bundanya nanti mengenai insiden kemarin, jika ternyata ia tidaklah jatuh, melainkan terserempet sebuah mobil?

"Bunga, jangan takut. Kan kamu enggak salah. Yang salah itu Om yang bawa mobil. Kata mamaku jika kemarin terjadi sesuatu padamu, maka warga semua mau menghajar Om itu. Bersyukurlah kamu enggak apa-apa," kata Aini lagi.

Sebenarnya Bunga tidak takut terkena marah oleh bundanya, ia hanya tak ingin membuat bundanya khawatir. Sudah itu saja.

"Bunga jangan bersedih. Jika kamu bersedih, kita semua juga akan bersedih," timpal Nina.

Sekalipun mereka masih kecil, tetapi mereka mempunyai pemikiran yang dewasa. Meskipun antara Bunga dengan Aini layaknya langit dan bumi, tetapi tak membuat Aini membenci Bunga, karena keadaan Bunga yang berada dibawahnya. Bunga adalah salah satu anak yang menciptakan aura positif, jadi tak heran jika sebagian dari teman-teman Bunga menyukainya. Namun, ada juga yang tidak menyukai Bunga, karena Bunga dari golongan miskin dan tidak mempunyai ayah.

Saat keluar untuk bermain, Bunga terkejut saat melihat bunda belum pulang. Dengan langkah pelan, Bunga pun menghampiri sang bunda dan bertanya, "Bunda …. Kok Bunda masih berada disini? Bunda tidak mengantarkan baju-baju itu?"

Kepala Asha menggeleng dengan pelan. Matanya menatap Bunga dengan sendu. Entah apa yang ada didalam pikiran sang anak sehingga menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

"Sayang … kamu beneran enggak apa-apa? Kenapa kamu berbohong pada Bunda? Bukankah Bunda sudah pernah mengatakan jika Bunga harus berbicara jujur, sekalipun itu menyakitkan?"

Bunga tertunduk. Ia tahu kesalahan apa yang telah dibuatnya. "Maaf, Bunda. Bunga salah," akunya dengan kepala menunduk, karena Bunga tak berani untuk menatap bundanya.

"Kenapa Bunga bilang kalau Bunga hanya jatuh, enggak bilang kalau Bunga terserempet mobil?" tanya Asha yang masih bisa mengontrol emosinya. Ibu mana yang tidak shock ketika anaknya mengalami kecelakaan tanpa sepengetahuannya.

"Tapi Bunga enggak apa-apa, Bun. Bunga baik-baik aja. Ini hanya lecet karena jatuh ke tanah," terang Bunga.

Asha hanya bisa membuang napas beratnya. Bisa-bisanya sang anak masih bisa mengatakan jika ia baik-baik aja. Sungguh Asha tidak tahu bagaimana cara berpikir anaknya yang masih berusia enam tahun ini.

"Iya, Bunda tahu kamu baik-baik saja, tapi setidaknya kasih tahu kepada Bunda jika kamu habis terserempet oleh mobil. Bunga ... Bunda cuma punya Bunga seorang. Jika terjadi sesuatu kepada Bunga bagaimana?"

Bunga mengangguk pelan. "Iya, Bunda. Maaf Bunga sudah berbohong kepada Bunda. Bunga hanya tak ingin Bunda terlalu mengkhawatirkan Bunga, sehingga akan mengganggu pekerjaan Bunda. Sekali lagi maafkan Bunga. Lain kali tidak akan Bunga mengulanginya lagi," sesal Bunga.

Asha pun langsung merangkul tubuh kecil itu seraya mengelus rambutnya. "Tolong, lain kali jangan bohongi Bunda lagi ya. Bunda sayang sama Bunga."

"Iya, Bunda."

*

*

Hampir tiga jam Asha menunggu Bunga hingga pulang. Ia ingin memastikan bahwa anaknya baik-baik saja. Dalam hati Asha merasa gagal menjadi seorang ibu, karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya. Terkadang hatinya menangis saat Bunga bertanya tentang ayahnya. Bagaimana bisa Asha menjelaskan kepada Bunga jika ayahnya masih hidup. Bahkan, mungkin saja saat ini ia sudah hidup bahagia dengan pasangan barunya.

Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar, tetapi bayang-bayang saat Asha pergi meninggalkan Askara masih sangat jelas dalam ingatannya. Andaikan saja saat itu Asha tidak pergi, mungkin Bunga tidak pernah merasakan kesusahan seperti saat ini. Namun, terlambat untuk disesali karena itu sudah menjadi keputusannya.

"Bunda, menangis?" tanya Bunga saat melihat Asha menyapu jejak air matanya.

"Enggak, Sayang. Bunda nggak nangis. Orang besar kan tidak boleh menangis," tepis Asha.

Seketika Bunga terdiam. Dalam benak bocah itu, ia merasa sangat bersalah, karena telah membohongi Bundanya. Tangan mungil itu pun langsung menyeka air mata yang masih menetes membasahi pipi Asha. Dengan cepat Bunga berkata, "Bunda jangan nangis. Kalau Bunda nangis, Bunga ikut sedih. Semua gara-gara Bunga. Bunda nangis karena Bunda kecewa sama Bunga yang udah bohongin Bunda kan?"

"Tidak, Sayang. Bunda tidak menangis karena itu. Tapi Bunda menangis karena setiap hari hujan terus dan baju-baju yang Bunda cuci tidak kering. Bunga jangan berpikir macam-macam. Kan Bunda udah maafin Bunga, asalkan Bunga enggak mengulangi kesalahan yang sama lagi."

...~BERSAMBUNG~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!