Terlihat disebuah rumah sederhana, seorang wanita paruh baya bernama Bu Utami sedang merawat suaminya yang sedang sakit, sudah hampir satu minggu sang suami terbaring lemah tak berdaya, saat bekerja jadi buruh bangunan, tak sengaja kaki pak Ibnu tertimpa bangunan kayu yang hendak ia pasang, hingga membuat kakinya mengalami cidera, beruntung pak Ibnu tak mengalami patah tulang, hingga ia tak perlu dirawat dirumah sakit.
Saat ini terlihat Bu Utami sedang duduk melamun, tiba-tiba air matanya menetes, perasaan sedih mulai menyelimuti dihatinya, apa lagi melihat kondisi sang suami saat ini, ditambah lagi rasa sedih karna sampai saat ini ketiga anak-anaknya masih belum bisa mengunjungi mereka, padahal sebagai orang tua mereka sangat merindukan kehadiran anak-anaknya, sebagai penyemangat dikala mereka terpuruk seperti ini, apa lagi pak Ibnu yang mengatakan jika dirinya sangat merindukan mereka, memang semenjak ketiga nya menikah, mereka sudah jarang datang kerumah pak Ibnu dan Bu Utami, bahkan menanyakan kabar pun mereka tak pernah, hingga terkadang kedua pasangan itu merasa tidak dihargai lagi oleh anak-anak nya, apa salahnya jika menelpon sebentar,? padahal ibu dan bapaknya tersebut hanya ingin mendengar suara mereka, menanyakan kabar mereka dan cucu nya, walaupun hanya sebentar, itu sudah sangat membuat keduanya bahagia, tapi kenyataannya mereka berdua seolah dilupakan oleh ketiga anak-anaknya, untung masih ada Fitri yang selalu ada untuk mereka, yang selalu menjaga dan memperhatikan keduanya dengan penuh kasih sayang, walupun sebenarnya Fitri bukanlah anak kandung pak Ibnu dan buk utami namun mereka sangat menyayangi gadis itu.
'' Bu bagai mana keadaan bapak ?'' tanya Fitri saat melihat sang ibu baru saja keluar dari kamar, sambil membawa piring sisa suaminya makan, pak Ibnu yang memang belum bisa berjalan terpaksa untuk sementara makan didalam kamarnya.
'' Alhamdulillah kaki bapak sudah mulai sedikit membaik, hanya saja mungkin bapak masih sedih karna salah satu anaknya masih belum bisa menjenguknya.'' ucap Bu Utami, sangat terlihat guratan kesedihan diwajah nya.
'' Bu, apa sebaiknya Putri kerumah bang Sultan lagi untuk memberitahunya agar dia mau datang kerumah, jenguk bapak ?'' ucap gadis berusia 18 belas tahun tersebut, yang baru saja selesai menempuh pendidikannya dibangku SMA.
'' Tidak usah nak, kan Sultan masih sibuk dengan kerjaannya, lagi pula dua hari yang lalu ibu sudah menghubungi nya, dan dia bilang masih ada kerjaan yang gk bisa ditinggalkan dan jika sudah selesai baru dia akan datang, begitu dia bilang pada ibu kemarin? jadi biar kita tunggu saja dia datang.'' ucap Bu Utami yang sebenarnya hanya bisa pasrah
'' Tapi nanti kalau bapak tanya gimana bu? pasti bapak sedih karna tak satu pun dari anaknya yang datang.'' sambung Fitri dengan suara lirih
'' Sudah tidak apa, bapak dan ibu tau mereka lagi sibuk.'' ucapnya
Bu, aku tau didalam hati ibu juga merasa sedih, karna tak satupun dari mereka yang datang untuk mengunjungi ibu, dan juga bapak, apa lagi sekarang bapak sedang sakit.
Batin Fitri
Bu Utami dan pak Ibnu memiliki empat orang anak, tiga diantaranya sudah menikah, hanya Fitri saja yang belum menikah karna usia nya juga masih sembilan belas tahun, anak-anak Bu Utami dan pak Ibnu memang sudah memiliki tempat tinggal masing-masing, anak pertama mereka bernama Sultan, menikah dengan wanita bernama Mayang, Mayang adalah anak orang yang berada, bahkan rumah yang mereka tempati adalah pemberian kedua orangtuanya, sehingga jika dirumah, istrinya lah yang selalu mengambil keputusan, mereka memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Fio, usianya sudah lima tahun, sedangkan yang kedua bernama Sasa, usianya masih dua tahun.
Anak kedua pak Ibnu dan Bu Utami bernama Raja, dan istrinya bernama Deby, mereka sudah menikah selama tiga tahun, dan saat ini Deby sedang hamil tiga bulan.
Anak yang ketiga bernama Dinda, dan suaminya bernama Hendra, mereka baru menikah satu tahun yang lalu, dan belum memiliki anak, karna keduanya masih sibuk bekerja dan belum memikirkan ingin mempunyai anak. Sedangkan Fitri sendiri adalah anak angkat, lebih tepatnya anak dari salah satu kerabat jauh pak Ibnu, yang meninggal karna kecelakaan, maka dari itu mereka yang mengasuhnya, dari usia lima tahun, sebab tak ada satu pun dari keluarga orangtuanya Fitri, yang ingin mengasuhnya, dengan alasan ekonomi, meskipun begitu, tak pernah sekali pun Bu Utami dan pak Ibnu marah padanya, jika ia melakukan kesalahan karna memang pada dasarnya Fitri adalah anak yang penurut.
'' Bu aku keluar sebentar ya? mau kerumah teman buat tanya tentang kerjaan.'' ucap nya
'' Yasudah tapi jangan pulang kemalaman ya?'' ucap Bu Tami yang dijawab dengan anggukan oleh Fitri
Sebelum pergi Fitri mengambil tas selempang nya dari dalam kamar, sebenarnya gadis itu bukan ingin kerumah teman nya, namun ia ingin kerumah abangnya yang bernama Sultan, sebab pak Ibnu selalu menanyakan kabar putra sulungnya tersebut, yaitu Abang angkatnya. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam lamanya, akhirnya Putri sampai di perumahan tempat tinggal Sultan
'' Maaf nona mau cari siapa?'' tanya satpam yang berjaga dikomplek perumahan tersebut, karna memang Fitri sangat jarang datang kerumah sultan setelah abangnya itu menikah, dan ini adalah kali ke tiga ia datang kerumah abangnya tersebut, jadi maklum jika satpam tersebut tidak mengenalnya.
'' Begini pak, saya Putri mau ketemu Abang saya yang bernama Sultan, yang istrinya bernama mba Mayang.'' jelas Fitri,
'' Oh, nona ini adiknya pak Sultan? tapi kok saya gk pernah lihat nona datang kesini ya?'' tanya satpam tersebut.
'' Iya pak karna biasanya mereka yang datang kerumah pak.'' jawabnya bohong, padahal setelah menikah, abangnya tersebut jarang sekali pulang kerumah, bahkan harus disuruh terlebih dahulu oleh Bu Tami barulah dia akan datang, bukan hanya Sultan, bahkan Raja dan Dinda pun juga sama, padahal dulu sebelum menikah mereka selalu menyempatkan diri untuk pulang walau pun hanya seminggu sekali, karna setelah mendapat kerjaan mereka memilih untuk tinggal terpisah dari orangtuanya dengan alasan agar lebih dekat saat berangkat kerja.
Kini Fitri sudah berada didepan pintu rumah Sultan.'' rumah ini masih sama dari aku datang setengah tahun yang lalu.'' gumamnya, setelah cukup lama berdiri didepan pintu akhirnya pintu tersebut dibuka dari dalam, bersamaan itu terlihat seorang wanita cantik dengan pakaian kekinian, ala ibu muda, terlihat wanita itu sedang menggendong seorang balita.'' Putri, ngapain kamu kesini?'' pertanyaan itu sebenarnya terdengar sangat menyakitkan hati gadis itu, namun demi sang bapak, ia tak akan menanggapi ucapan pedas dari kakak iparnya tersebut.
' Mba Mayang, bolehkah aku masuk terlebih dahulu? rasa nya aku haus sekali.'' ucapnya
'' Ya, masuklah.'' jawabnya dengan nada terpaksa
'' Terimakasih mba.'' ucap Fitri
Saat ini Fitri sudah berada diruang tamu, matanya menyapu seluruh ruangan tersebut, yang banyak terpampang lukisan dan juga figura disana.'' Mau minum ambil sendiri, pembantu disini lagi sibuk didapur soalnya.'' ucap Mayang sambil menunjuk lemari es mini yang tak jauh dari mereka.
'' Iya mba, nanti saya ambil.'' ucapnya
'' Mas Sultan nya sedang tidak dirumah Put, kamu ada perlu apa?'' tanya Mayang tanpa basa-basi
'' Bapak sakit mba.'' jawab Putri
'' Terus??'' ucapnya yang seolah tak peduli
'' Mba, bapak sakit, dan beliau ingin bertemu dengan bang Sultan, bukankah ibu sudah meminta kalian untuk datang mba,? apa kalian tidak ingin melihat keadaan bapak?'' ucap Putri, dengan nada mfnahan kesal
'' Eh Putri dengar ya? sebenarnya kami bukannya tidak mau datang, tapi kan kamu tau mas Sultan kerja, kami banyak kebutuhan Putri.'' ucapnya
'' Tapi mba, bapak rindu pada kalian, pada putranya.
'' Ya kan anaknya bukan hanya bang Sultan, masih ada Raja dan juga Dinda, kenapa gk kamu suruh mereka saja yang datang? jangan hanya kami saja yang disuruh datang,'' ucapnya menggerutu, saat Putri akan kembali menjawab tiba-tiba terdengar salam dari luar, yang Putri tau jika itu adalah suara abangnya nya Sultan
'' Wa'alaikum salam.'' jawab mereka bersamaan
'' Loh Fitri, kamu kok bisa ada dirumah abang? sama siapa kamu datang?'' tanya pria tersebut, yang sejak tadi ditunggu kehadirannya oleh Fitri
'' Sendiri bang, bang Sultan bapak sakit, dan mau bertemu dengan bang Sultan, apakah abang bisa pulang untuk melihat keadaan bapak bang?'' tanya Putri
'' Apakah ibu yang menyuruh kamu??
Next
'' Apakah ibu yang meminta kamu datang kesini dan menyuruh mu untuk membujuk abang??
'' Maksud bang Sultan?'' tanya Putri kurang mengerti
'' Ya itu, pasti ibu kan yang meminta kamu datang kesini untuk membujuk abang supaya mau pulang?'' ulangnya
' Gk bang, ibu tidak mengatakan apapun padaku, setelah Abang menolak untuk datang waktu ibu memintanya ditelpon, bahkan ibu juga tidak tau jika aku datang kesini.'' jelasnya. Terdengar helaan nafas dari pria tersebut, ia melirik kearah istrinya yang saat itu terlihat juga sedang menatap kearah nya, Sultan melihat gelengan pelan dari wanita itu, membuat nya langsung menunduk kan kepala meraup wajahnya dengan kasar. Sedangkan Fitri terlihat masih menunggu jawaban sang abang, berharap abangnya itu mau ikut bersamanya untuk melihat keadaan orangtua mereka. Sultan melangkah menuju sofa dimana saat ini adiknya berada, lalu duduk disampingnya.
'' Maaf fitri sepertinya abang belum bisa pulang, masih banyak kerjaan yang harus Abang selesaikan.' ucap nya pelan, berharap adiknya tersebut mau mengerti
'' Bang, tidak bisakah Abang pulang hanya sebentar saja?'' ucap Fitri lagi yang sangat berharap abangnya tersebut akan pulang untuk menemui pak Ibnu yang sedang sakit
'' Eh Fitri, memangnya kamu gk dengar ya, yang dikatakan bang Sultan tadi? dia itu masih banyak kerjaan yang harus diurusnya, apa lagi ini tanggal tua, banyak tagihan yang mau dibayar, lagi pula anak ibu dan bapak bukan hanya bang Sultan saja masih ada Raja dan juga Dinda, kenapa tidak mereka saja yang kamu suruh pulang?'' ucap Mayang sekali lagi, ia tak suka jika Fitri selalu berusaha membujuk suaminya untuk pulang.
'' Sudah mba, tapi mereka juga tidak bisa,'' jawab nya
'' Kenapa tidak bisa?'' sambung Sultan dengan dahi berkerut
'' Katanya masih disibuk kerja,'' jawab Fitri
'' Tuh, mereka saja gk peduli sama orangtuanya,'' ucap Mayang
'' Fitri apa ibu sudah menyuruh mereka pulang?'' ucap Sultan
'' Sudah bang, namun gk ada dari mereka yang mau pulang, kak Dinda dan suaminya sibuk kerja sedangkan bang Raja, katanya kak Deby gk bisa kemana-mana karna mual saat hamil.'' jelasnya mengatakan apa yang kemarin dijelaskan oleh ibunya
'' Alasan saja, pasti mereka memang tidak mau pulang, takut disuruh ngurusin ibu dan bapak, mereka saja yang anak kandung ogah, apa lagi aku.'' gumamnya pelan, namun masih terdengar oleh keduanya, namun Sultan sama sekali tak menegur ucapan sang istri, dia hanya menggeleng kan kepala, hingga membuat Fitri berpikir jika abangnya itu tak berani pada istrinya tersebut.
'' Fitri begini saja, nanti kalau Abang punya waktu luang Abang akan datang kerumah, sebaiknya sekarang kamu pulang, nanti kemalaman dijalan.' ucap Sultan memberi pengertian pada sang
'' Kapan pastinya bang? biar aku bilang sama ibu dan bapak, agar mereka tidak terus bersedih karena menantikan kedatangan kalian.
'' Jangan dulu kamu bilang, karna waktunya Abang belum bisa pastikan, pokoknya kamu tenang saja, nanti juga Abang akan pulang, sudah Abang mau istirahat dulu capek.'' ucapnya yang sedikit meninggikan suaranya, membuat Fitri terkejut, lalu tanpa bicara lagi Sultan pun langsung bangkit dari duduknya dan melangkah begitu saja meninggalkan adik dan istrinya diruang tamu.
' Tuh kan gara-gara kamu, udah tau abangnya capek pulang kerja, malah disuruh pulang kampung.'' ucap Mayang yang juga langsung meninggalkan Fitri sendirian diruang tamu.'' Oya kalau kamu pulang jangan lupa tutup lagi pagarnya.'' ucap Mayang yang kemudian langsung masuk kedalam kamar menyusul suaminya.
Sedangkan Fitri hanya bisa menghela nafas panjang, Fitri tidak tau kenapa semua saudaranya bisa berubah setelah mereka menikah, padahal dulu sewaktu remaja, semuanya melihat sangat sayang pada ibu dan bapak mereka, namun setelah mereka mendapat kan pekerjaan dan memilih untuk tinggal di rumah yang berbeda,, semuanya berubah, apa lagi setelah mereka menikah, sangat disayangkan , padahal yang Fitri tau, ibu dan bapak selalu mengutamakan mereka bahkan pak Ibnu rela menjual semua ternak sapi nya, demi agar putra dan putrinya bisa bersekolah tinggi, kuliah seperti yang mereka inginkan, dan anak-anak mereka pernah berjanji, jika sudah mendapat pekerjaan mereka akan membelikan kembali ternak yang dulu sempat dijual oleh sang ayah untuk menyekolahkan mereka, hingga kuliah dan sukses seperti sekarang ini. namun kenyataannya, jangankan bisa kembali membelikan ternak sang ayah, bahkan setelah sukses mereka langsung menikah dan tinggal bersama pasangan pilihan mereka, melupakan semua janji yang pernah mereka ucapkan pada kedua orangtuanya, dengan sejuta harapan yang telah putra dan putrinya berikan. namun meskipun begitu, baik Bu Rami mau pun pak Ibnu tidak pernah mengungkit dan mempermasalahkan nya, yang terpenting anak-anak mereka bahagia, itu saja sudah cukup bagi keduanya, walupun tak dipungkiri, terkadang ada rasa sedih dihati keduanya, saat anak-anak mereka tak datang untuk menemui mereka, bahkan untuk menelpon sekedar menanyakan kabar saja jarang itulah yang terkadang membuat mereka merasa sedih.
Saat ini Fitri sedang dalam perjalanan pulang, sepanjang perjalanan terlihat gadis itu terus menangis karna tak berhasil membawa siapapun pulang kerumah untuk bertemu dengan orang tua nya.
Maafkan aku buk, pak, karna aku tidak bisa membahagiakan kalian dengan cara membawa mereka pulang kerumah.
Batinnya sedih.
***
'' Fitri kemana sih, sudah jam delapan masih belum juga pulang,'' ucap Bu Tami merasa cemas
'' Buk..buk,,!! panggil pak Ibnu dari dalam kamar.
'' Iya pak sebentar!" jawabnya yang langsung melangkah menuju kamar, dimana saat ini suaminya berada
'' Iya pak ada apa?'' tanya Bu Tami
'' Dimana Fitri buk? kok bapak tidak melihat dia dari tadi siang?'' tanya pak Ibnu
'' Tadi siang dia pamit hendak kerumah teman nya pak, tapi ibu juga gk tau kok sampai sekarang belum pulang juga ya dia? ponselnya juga ibu hubungi gk diangkatnya, mungkin masih dijalan kali ya pak, kita tunggu saja sebentar lagi.'' ucap nya Tami mencoba berpikir positif
'' Yasudah sebaiknya ibu tunggu dia didepan saja, sambil terus dihubungi, bapak gk mau terjadi sesuatu pada anak kita,
''.Iya pak, kalau begitu ibu kedepan dulu, ucapnya yang langsung melangkah keluar namun baru saja ia membuka pintu, terlihat Fitri yang juga baru saja sampai.
'' Fitri dari mana saja kamu nak? selarut ini baru pulang, ibu dan bapak khawatir padamu '' ucap Bu Tami
'' Maaf Bu,'' hanya itu yang bisa ia ucap kan, dan Bu Rami menangkap makna lain dari kata maaf yang baru saja dikatakan oleh Putri bungsunya tersebut.
'' Fitri jangan bilang kalau kamu baru saja pulang dari rumah abang-abangmu?'' tebak Bu Tami
'' Iya buk maaf, aku hanya gk tega melihat bapak terus menunggu mereka, tanpa kejelasan kapan mereka akan datang, aku gk bisa melihat bapak sedih buk,'' ucapnya sambil mencoba menahan air mata yang hendak tumpah
'' Ibu mengerti nak, tapi jika memang mereka tidak bisa datang, kita juga tidak bisa memaksa mereka, biarkan saja, yang terpenting kita ada untuk bapak, dan kita bisa menghibur bapak kala bapak merindukan mereka.'' ucap nya
'' Apa hanya bapak yang rindu pada mereka bu? apa ibu tidak?'' tanya Fitri, yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Bu Tami.'' Ibu masih bisa menahan nya.'' ucapnya sambil mencoba tersenyum. Sungguh Fitri sangat miris melihat nasib kedua orangtuanya, kenapa hanya ingin bertemu dengan anak-anaknya saja begitu sulit.
Bersambung
Di Rumah Sultan terlihat sepasang suami istri tersebut sedang berada ditempat tidur, entah apa yang sebelumnya mereka bicarakan, yang pasti terlihat wajah masam yang ditunjukan oleh Mayang pada sang suami.'' Pokoknya aku gk mau ya bang, ingat Abang itu masih berhutang pada ayahku, jadi aku gk akan mengijinkan Abang untuk pulang sebelum Abang membayar hutang tersebut.'' ucapnya pada sang suami.
'' Tapi besok kan hari minggu Mayang kita bisa pulang sebentar kerumah bapak untuk melihat keadaannya.'' ucap Sultan
'' Bang, Abang lupa kalau ayahku bilang kalau kita, maksudku, Abang itu harus balikin dulu modal perusahaan yang pernah kita gunakan untuk merenovasi rumah setahun yang lalu, Abang gk boleh seenaknya cuti kerja walaupun itu adalah hari minggu.'' ucap Mayang, apapun cara nya wanita itu akan menghalangi suaminya agar tidak pulang kerumah orangtuanya, Mayang tak ingin hanya mereka yang selalu di suruh datang, tapi yang lain tidak pernah, yang dalam artikan oleh Mayang hanya mereka saja yang selalu direpotkan, sementara yang lain tidak, sungguh wanita itu pikirannya sangat lah pendek, padahal dulu sewaktu dirinya hendak melahirkan anak kedua Bu Tami lah yang selalu ada untuknya, dari mengurus Vio, hingga mengurus semua kebutuhannya saat melahirkan, dari memasakan makanan untuknya, dan juga yang lainnya, karna saat itu mereka belum memiliki art, maka itu Bu Tami semua yang melakukannya, sedangkan orangtuanya sendiri sibuk dengan pekerjaan mereka diluar kota, tanpa ingin perduli dengan anaknya, dengan alasan kerjaan yang tak bisa ditinggalkan, itupun Mayang sama sekali tak mengingat bagai mana kebaikan mertua nya tersebut, itulah ciri menantu yang tidak tau berterimakasih.
DITEMPAT LAIN
Terlihat seorang wanita sedang berada ditempat tidur sambil mengunyah makanannya, sampah bekas makanan yang ia makan berserakan diatas lantai, namun sepertinya wanita tersebut tidak memperdulikannya, yang ia lakukan hanya makan dan makan.
Tok-tok-tok
'' Assalamu'alaikum...
'' By...Deby...?? buka pintunya Abang pulang!" ucap seseorang yang tak lain adalah Raja, anak dari pasangan Bu Utami dan pak Ibnu yang nomor dua.
'' Kemana sih Deby, suaminya pulang bukannya dibukain pintu,'' gumamnya sambil menggerutu, namun saat ia mencoba memutar kenop pintu, ternyata pintunya tidak terkunci.'' Astaga ini anak, pintu bukannya dikunci, ceroboh sekali dia.'' gumamnya lagi. Tanpa memanggil istrinya lagi Raja pun masuk begitu saja.
'' By..? Deby ..?'' Raja kembali memanggil sang istri saat ia tak melihat keberadaan istrinya diruang tamu, atau dimana pun.
'' By apa kamu didalam?'' ucapnya yang langsung membuka pintu kamar mereka, dan seketika mata pria itu melotot saat melihat sampah makanan dikamar mereka.
'' Deby kamu kenapa membuang sampah didalam kamar sayang? kenapa tidak dibuang kedalam tong sampah hem? abang pulang kerja bukannya disambut, ini malah diperlihatkan dengan pemandangan seperti ini.'' ucap nya dengan nada selembut mungkin, sambil mengutip semua bungkus snack yang berserakan diatas lantai kamar tersebut, walaupun ia kesal, namun Raja tak berani marah pada istrinya itu karna ia terlalu menyayangi wanita tersebut, apa lagi saat ini istrinya tersebut sedang mengandung, jadi membuat Raja harus banyak bersabar pada tingkah istrinya tersebut.
'' Apaan sih bang, pulang-pulang marahin istri.'' ucap Deby
'' Ya Abang bukannya marah sama kamu, hanya Abang kan bilangin aja, itu kan ada tempat sampah, kenapa gk dibuang ketempat sampai? ini kamar loh sayang, bukan pembuangan sampah.'' ucap Raja menasehati istrinya dengan nada lembut
'' Ck, semua karna adik angkat mu itu, yang bikin aku jadi badmood gini,'' ucap Deby, membuat Raja seketika menatap kearahnya
'' Maksud kamu apa?'' tanya Raja penasaran
'' Adik angkatmu itu si Fitri, tadi dia datang kesini.'' jelas Deby
'' Fitri? mau apa dia datang kesini?'' tanya Raja
'' Dia minta abang untuk datang kerumah ibu dan bapak, aku kadang heran ya sama dia, anak ibu dan bapak itu bukan hanya kamu aja kan? tapi kenapa hampir setiap hari dia menghubungi kita untuk datang kesana, ya aku tau bapak lagi sakit, tapi kan aku lagi hamil, dan gk bisa perjalanan jauh, belum lagi nanti disana pasti aku disuruh ini dan itu, kenapa gk Dinda aja coba yang disuruh kesana sama dia.'' ucapnya dengan nada terdengar tak berdaya, Deby tau suaminya itu sangat mencintai nya, dan Raja selalu percaya dengan semua yang istrinya itu katakan, bahkan kedua orangtuanya sering ia bentak hanya karna membela sang istri.
'' Terus kamu bilang apa sama dia?'' tanya Raja
' Ya aku bilang aja kalau kamu gk bisa datang, terus aku juga bilang sama dia agar dia juga meminta saudara kamu yang lainnya untuk datang, jangan hanya kamu saja yang terus didesak oleh mereka, gitu aku bilang sama Fitri bang, gk salah kan aku bilang seperti itu?'' ucapnya, padahal yang sebenarnya adalah saat Fitri datang wanita tersebut terus memaki, dan mengusir adik iparnya tersebut, padahal saat itu Fitri belum berkata apapun, namun Deby sudah menghujaninya dengan kata-kata pedas dari bibir tipisnya tersebut, dan saat itu tanpa berkata lagi Fitri langsung pergi dari rumah Abang nya tersebut.
'' Apa kaki bapak masih belum sembuh ya, hingga Fitri terus menyuruh kita untuk datang kerumah bapak?'' ucapnya pada diri sendiri.
'' Alaahh bang, kamu kayak gk tau Fitri aja, dia kan lebay, mau cari perhatian bapak sama ibu, supaya dibilang anak baik itu.'' ucap Deby mulai menghasut suaminya.
Deby bukan terlahir dari keluarga kaya raya, namun sifat dan tingkahnya seperti seorang yang mempunyai segalanya, awalnya Bu Tami dan pak Ibnu juga kurang merestui pernikahan Raja dengan wanita tersebut, hanya saja karna rasa sayang mereka pada sang putra, akhirnya mereka merestui nya, walaupun dengan setengah hati.
'' Sudahlah bang jangan terlalu dipikirkan, aku yakin bapak udah baikan, buktinya ibu juga gk ada menghubungi ku lagi, Abang juga kan? coba Abang pikir, kalau misalkan kondisi bapak parah, pasti ibu kamu menghubungi kita lagi, tapi ini kan kenyataan nya gk, nah itu artinya pasti bapak sudah jauh lebih baik dari sebelumnya iya kan? kalau masalah Fitri yang datang kerumah, aku rasa hanya untuk menunjukan sama ibu dan bapak kalau dia itu anak yang berbakti, itu aja sih ku rasa bang.'' ucapnya agar sang suami percaya dengan kata-katanya. Sebenarnya dulunya Raja anak yang penurut, namun setelah menikah dengan Deby, pria itu jauh berubah, menjadi sosok seorang anak yang tak lagi menghargai kedua orangtuanya, bahkan hidupnya juga diatur oleh sang istri, karna rasa cinta nya pada Deby, bisa membuat Raja menentang kedua orangtuanya.
next
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!