NovelToon NovelToon

Benih Siapa Yang Aku Kandung

Awal mula

"Arkh ... Tubuh ku sakit semua" gumam seorang gadis sambil melenguh di atas ranjang empuk. Ia baru saja terbangun dari tidurnya, belum benar-benar menyadari dengan apa yang baru saja ia lalui.

Mulai membuka kedua bola mata indah nan cerah miliknya.

Tunggu, aku di mana. Bertanya dalam hati saat kedua netra indahnya menangkap sekeliling yang sangat asing di penglihatan.

Beralih melihat tubuhnya yang terasa seperti tidak mengenakan sehelai benang pun.

DEG!

Bergegas menarik selimut menutupi tubuh polos nan putih gebunya, kedua netra indahnya tertuju pada noda darah di ranjang. Menutup mulutnya, ia sangat kaget. "Apa yang terjadi pada ku," terdiam dan berfikir, mulai mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya malam tadi dengan seorang pria asing, ia hanya mengingat jika pria itu menutupi wajahnya dengan masker.

Sebuah ingatan mulai berputar seperti sebuah filem menampilkan kepingan-kepingan ingatan berkumpul menjadi satu memori yang tampak jelas di ingatannya.

(Flash back)

"Riana," panggil sang manager padanya, salah satu pelayan di sebuah hotel mewah yang terletak di negara indonesia.

"Ya bos" sahut Riana, di tubuhnya melekat pakaian khusus untuk pekerja pelayan di hotel tersebut.

"Kau bawa minuman ini ke ruang VIP, tapi ingat, jangan sampai kau berani melakukan kesalahan, jika sampai itu terjadi aku pasti akan menghukum mu." Manager mengingat-kan Riana, karena yang berada di ruang VIP itu, bukan orang sembarangan.

"Baik bos, saya akan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan"

"Hm, pergi sekarang"

"Baik bos"

Kaki jenjang indahnya mulai melangkah mengantarkan tubuh membawanya ke ruang VIP, tempat di mana ia akan memulai drama panjang kehidupannya.

Cklekkk

"Permisi, saya ingin menyajikan minumannya" sopan Riana melihat semua yang berada di sana adalah orang-orang kelas atas, dengan nampan yang berisikan wine di tangannya.

"Silakan nona" sahut Asisten MR X.

Riana mengangguk mulai menyajikan isi nampan tersebut.

Melihat ada seorang pria paruh baya di dampingi empat wanita panggilan, dan seorang pria bertubuh tinggi, kekar, dan atletis tampak jelas dari setelan jas rapi yang ia kenakan. Riana tidak dapat melihat wajah pria tersebut, karena ia menggunakan masker yang menutupi wajahnya, dan memakai kaca mata hitam.

Ia bisa merasakan aura dari pria tersebut sangat dingin mencengkam. Salah satu kelebihan di miliki Riana, ia bisa meresapi dan merasakan semua aura yang berada di sekelilingnya.

Aura pria ini seperti penuh dengan dendam yang sangat mendalam. Batin Riana melihat sekilas pria bermasker kemudian ingin melangkah keluar dengan segera meninggalkan ruangan itu yang tampak menyeramkan.

Tapi tiba-tiba terdengar suara seorang gadis di seret masuk ke dalam ruangan sambil berteriak.

"ARKHHHHH lepaskan aku, ku mohon lepaskan AKU!" Gadis itu terus memohon dan memberontak.

Kembali ingin melanjutkan langkah kaki karena tidak ingin terlibat dengan mereka semua yang tampak. "Hei, kau!" Panggil pria paruh baya pada Riana, yang sedang di dampingi wanita panggilan

Membalik badan, mengarah pada pria tersebut saat sadar dirinya yang di ajak berbicara. "Ya tuan, ada yang biasa saya bantu?" Tanya Riana sopan dan berwibawa.

Pria paruh baya itu melibas-libas tangannya seolah mengusir salah satu wanita panggilan yang berada di dekatnya.

Wanita itu berdiri, mengerti maksud pria paruh baya itu. Kemudian pria paruh baya tersebut menepuk-nepuk pahanya meminta untuk Riana duduk di pahanya.

"Maaf?" Tanya Riana pura-pura tak mengerti maksud dari pria tersebut.

"Kemari-lah, dan duduk di sini" perintahnya.

Membungkuk sopan. "Maaf tuan, tapi saya hanya pelayan, saya juga masih memiliki banyak pekerjaan, permisi" sopan Riana tersenyum manis menolak ajakan pria paruh baya itu.

"Kau menolak ku!" terdengar sinis.

"Bukan begitu maksud saya tuan, maaf"

"Kalau bukan seperti itu! terus bagaimana maksudmu?"

Riana memilih diam, ia bisa merasakan aura di sekelilingnya mulai berubah.

TAK!

TAK!

Sebuah gelas kaca melayang tepat mengenai bahu Riana, jatuh ke lantai dan pecah begitu saja. Ia ingin sekali meninju pria paru baya tersebut, tapi mengingat pesan bosnya tadi, lagi-lagi Riana memilih diam. Dari pada di pecat, lebih baik diam. Pikir Riana.

"Oh ... Tidak ku sangka, ternyata kau wanita yang sangat keras kepala" mengambil rokok, membakar dan mulai menyesapnya.

"Baik lah jika kau tidak ingin duduk di sini, bagaimana jika kau minum saja minuman ini" mendorong minuman pada Riana.

Terdiam menatap wine yang ia sajikan tadi. Sedangkan pria bertubuh sempurna dengan wajah tampan yang tersembunyi di balik masker itu, masih tetap diam menyilang dan menyandar di sofa melihat drama di hadapannya, seperti sangat menikmatinya.

"M-maaf tuan, tapi saya masih mempunyai banyak sekali pekerjaan, saya pamit dulu" masih menolak dengan halus.

"Kemari-kan gadis itu" titahnya pada ajudan yang membawa gadis belia tadi, gadis belia itu hampir seumuran dengan Riana.

"Baik tuan'' membawa gadis malang ke hadapan tuannya.

PLAKKK

Tanpa aba-aba pria paruh baya itu menampar wajah gadis tersebut dengan keras sehingga terdengar nyaring dalam ruang VIP itu.

"ARKHHHH" teriak gadis malang sambil menangis.

"Kau masih tidak ingin meminum itu?" Tanya pria paruh baya pada Riana untuk yang kesekian kalinya.

Tidak punya pilihan lain, merasa kasihan pada gadis di depannya, mendekat pada meja dan menjulur tangan lentiknya, mulai mengambil wine, menarik nafas pelan dan langsung meneguk wine tersebut hingga tuntas.

"Sudah tuan, saya permisi'' pamit Riana tersenyum di paksakan.

Tertawa jahat. "Semua wanita itu seperti sampah, bodoh" maki pria paruh baya tersebut.

Mengepal kedua tangan saat mendengar ucapan pria yang menurutnya sangat melampau. Pria di balik masker dapat melihat gadis di depannya sedang mengepalkan tangannya.

Melangkah keluar dari ruang VIP dengan perasaan geram.

,,,

Selesai urusan dengan pria paruh baya, MR X keluar dari ruang VIP menuju kamar yang ia tempati, berjalan bersama sang Asisten.

"Kau sudah menyiapkan peluncuran senjata untuk malam ini" tanya MR X melangkah panjang, kedua tangan berada dalam saku, sambil berjalan tegak.

"Sudah tuan, semua sudah beres, tinggal menunggu peluncuran senjatanya''

"Bagus, segera bereskan semuanya, aku ingin istirahat, jika sudah selesai kau info aku"

"Siap tuan"

"Hm''

Asisten Xan melangkah berniat turun ke bawah untuk menyelesaikan urusannya, karena besok mereka akan kembali ke New York dengan segera.

Saat ingin masuk ke dalam kamar, MR X seperti melihat punggung seseorang di sudut lorong. Entah apa yang menggerakkannya, ia melangkah mendekati punggung tersebut.

Melihat pemilik punggung, ternyata ia adalah gadis yang tadi melayani mereka di ruang VIP. Ia adalah Riana yang sedang duduk meringkuk.

"Apa yang kau lakukan di sini" tanya MR X pada Riana. Ia bukan pria suka mencampuri urusan seseorang, apa lagi orang yang tidak ia kenal, tapi entah mengapa ia melakukan itu pada gadis di depannya.

Mendengar ada yang menyapanya, mengangkat pandangan, ia tidak melihat dengan jelas pria di depannya, menahan tubuh dengan tembok di punggungnya, berdiri dengan susah payah, saat ia sudah berdiri sempurna, ia langsung memeluk MR X, tangan Riana sangat liar seperti menginginkan sesuatu yang lebih, dari pria tersebut.

Mendorong tubuh gadis lancang yang memeluknya tanpa izin, tapi Riana semangkin mengerat pelukannya. "Tolong ... Tolong aku," kata Riana membisik pria tinggi tegak di hadapannya.

Sepertinya wanita ini di beri minum obat perangsang oleh tua bangka itu untuk menyiksanya karena menolak keinginannya. Batin MR X menatap wajah cantik Riana.

Mengangkat dagu wanita yang tak ia kenali itu, "Aku tidak tertarik, menjauh lah." Mendorong tubuh Riana hingga lepas darinya, membalik badan ingin melangkah masuk ke dalam kamarnya yang tak jauh dari posisinya saat ini.

"Ku mohon, tolong aku ..." terdengar lirih dan memohon. "Aku bisa mati dengan keadaan yang sangat menyiksa ku saat ini, ku mohon ..." sayup-sayup Riana memohon.

Berfikir sejenak, MR X bukan pria mudah luluh, tapi entah mengapa ia tidak tega dengan gadis yang memohon padanya itu. Membalik tubuhnya.

"Jangan salahkan aku jika kau sudah sadar nanti, karena kau yang menginginkan ini" ujar MR X bertopang tubuh di hadapan Riana dengan satu tangan memegang dagu gadis di depannya.

Menggeleng. "Tidak akan ..." Hanya dua kalimat yang keluar dari bibir mungilnya.

"Baiklah, aku akan tunaikan permintaanmu" meraih pinggang langsing Riana, dan menggendong masuk ke dalam kamarnya.

(Flash back selesai)

Riana akhirnya mengingat jelas dan detail tentang apa yang terjadi padanya semalam, tapi sayang ia tidak mengingat wajah pria asing yang bersamanya.

RIANA!!!

Setelah dari hotel, Riana bergegas kembali ke rumah kontrakan Ayahnya, Ia langsung membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, ia juga merasa was-was, takut jika ia hamil anak dari pria asing semalam.

Berbaring dengan tubuh lelah di ranjang yang tampak kusam nan lusuh, termenung jauh membayangkan nasibnya akan seperti apa ke depannya. Di usia masih sangat dini sudah tidak perawan lagi, apa lagi ia tidak tau siapa yang mengambil perawannya.

Riana Angel, gadis berusia 17 tahun yang baru saja lulus SMA. Gadis cantik bertubuh gitar spanyol, bola mata cerah hidung mancung, alis tebal bibir mungil berwarna cherry, rambut ikal bergelombang indah. Wajah cantiknya seperti sebuah ukiran indah yang tercetak di wajah gadis cantik bernama Riana itu. Riana juga jago dalam ilmu bela diri.

Albert Ayah Riana berasal dari Prancis, karena satu kejadian beberapa tahun lalu, ia terpaksa melarikan diri ke Indonesia, dan menikahi wanita indonesia, sebulan pernikahan nya dengan Diana (ibu Riana) Diana di anugerahi seorang putri cantik ia itu Riana. Ibu Riana sudah melarikan diri selama dua tahun karena tidak tahan dengan sikap Albert (suaminya)

Jika ada yang bertanya bagaimana ia bisa menguasai ilmu bela diri, tentu saja karena kakak angkatnya yang bernama bernama Lois, laki-laki bekerja sebagai montir, tidak pernah lelah terus mendukung Riana yang sudah ia anggap adik sendiri.

Ia juga yang merekrut Riana bekerja di hotel, jika bukan karenanya, mana mungkin Riana bisa bekerja di sana, apa lagi Riana baru saja lulus SMA, belum memiliki pengalaman kerja sama sekali.

Tapi sayang seribu kali sayang, kemulusan dan kecantikannya tidak sesuai kehidupannya yang berlika liku seperti big gate road.

Riana memilik seorang Ayah yang kecanduan berat pada narkoba, meminum alkohol, berjudi, dan sebagainya, di mana hampir semua uang hasil kerja kerasnya habis untuk Ayahnya. Tak punya pilihan lain karena jika ia tidak memberikan apa yang di inginkan sang Ayah, maka sang Ayah akan mengamuk, melempar semua barang-barang keluar dari kontrakan kecil mereka.

Menarik nafas berat membayang kehidupan yang membuatnya pusing menghadapinya sendiri tanpa sang ibu di sisi.

"Sudah dua tahun ibu pergi meninggal kan aku, tapi ibu sama sekali belum ada tanda-tanda untuk pulang ... Ibu, Ayah masih tidak berubah, dia masih dengan semua sikap buruknya" gumam Riana menjatuh cairan bening dari kedua sudut mata indahnya.

BRAKKK

Suara pintu depan (masuk ruang utama) di tabrak dari luar seperti terkena tendangan keras, mendengar itu Riana hanya memiring posisi baringnya, malas beranjak melihat gerangan di luar sana. Ia tau jika itu pasti sang Ayah baru saja pulang dari tempat perjudiannya.

"RIANA!!" teriak Albert.

Ia hanya diam seperti tidak mendengar panggilan sang Ayah.

"RIANA!!!" lebih mengencang nadanya.

Kembali menarik nafas berat, keluar kamar menemui sang Ayah yang teriak-teriak. "Ada apa Ayah" tanya Riana malas.

"Kau tidak bekerja?"

Menggeleng "Aku bekerja malam Ayah"

"Malam ini kau tidak perlu pergi bekerja"

Mengerut "Kenapa?"

"Kau ikut saja perintah ku, tidak usah banyak bertanya" melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Riana merasakan sesuatu hal buruk yang sudah Ayahnya rencanakan.

Kembali melangkah masuk ke dalam kamar, malas memikirkan apa yang sudah di rencanakan oleh ayahnya yang bajingan itu.

,,,

New York

Kota A

Tampak seorang pria tampan sedang sarapan bersama Mommy-nya, dan seorang lagi wanita seksi hampir memperlihatkan seluruh lekuk sensitif yang berada pada tubuhnya.

"Sayang, kau ingin ke kantor" tanya Monica tunangan Braylee.

Mengangguk pelan, berwajah dingin. Cih! dasar sombong, lihat saja, kau pasti akan jatuh ke dalam pelukanku tidak lama lagi. Batin Monica muak menghadapi sikap dingin Braylee padanya.

Braylee Alan. Pria berusia 28 tahun, yang biasa di sapa MR X, karena tidak ada yang mengetahui seperti apa bentuk wajah sebenarnya. Braylee berasal dari Amerika, pria bertubuh sempurna, ketampanannya tidak bisa di ragukan lagi, alis tebal seperti pedang yang menghunus, rahang tegas dingin tanpa ekspresi, hidung mancung bibir seksi mata tajam seperti tatapan elang, menawan dan mempesona, meski dingin tanpa ekspresi, tapi tetap menjadi incaran para wanita di luaran sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!