SMA Antariksa, koridor sekolah, 09.30
Seorang siswi sedang duduk di kursi panjang sambil membaca buku novel kesukaannya. Saking seriusnya membaca, ia sampai tidak sadar sudah ada laki-laki di hadapannya.
Merasa tidak dihiraukan, laki-laki itu pun mengambil paksa buku novel yang dibaca siswi itu.
"Serius amat sih, Ca!" ucap Mario sambil melihat-lihat novel yang dibaca oleh Alyssa.
Ca atau Ica adalah panggilan dari Mario untuk Alyssa Bastari Jenada.
"Nyebelin! Lagi asik baca juga! Kenapa sih lo selalu ganggu gue yang suka baca novel? Kurang kerjaan banget Yo!" kesal Alyssa.
Yo atau Iyo adalah panggilan dari Alyssa untuk Mario Keano Haling.
"Lagian lo mah aneh deh, Ca. Suka banget baca novel. Mana novel romantis pula. Harusnya tuh baca buku pelajaran kalau di sekolah mah. Nah, kalau di rumah baru deh baca novel," nasehat Mario.
"Bodo! Suka-suka gue lah. Cepet balikin!" pinta Alyssa yang darahnya sudah naik.
"Nggak! Lo harus belajar dulu sekarang! Kata lo kemarin, setelah istirahat pertama bakalan ada ulangan fisika," ucap Mario mengingatkan.
"Tapi, gue males belajar Yo. Fisika itu susah. Bikin kepal gue pusing. Mending baca novel aja," jawab Alyssa.
"Kalo susah, makanya belajar Ica! Lo mah bilang susah-susah tapi nggak mau belajar sama sekali. Heran gue!"
"Gue bukan lo yang gampang nerima pelajaran Yo. Ah, pokonya gue nggak mau belajar. Cepat balikin novelnya!" ucap Alyssa yang berubah jadi berdiri.
Alyssa tetap kekeh ingin meminta balik novelnya dari Mario. Namun, karena tubuh Mario yang lebih tinggi, Alyssa sedikit kesusahan dan berakhir dengan wajah cemberut. Ia pun jadi duduk kembali seperti semula.
"Lo mah kebiasaan bacanya novel mulu. Itu di rumah lo udah kaya toko buku novel tahu. Dari novel jenis A sampai Z ada semua. Tapi, buku pelajaran? Lo anggurin gitu aja. Bahkan dipegang aja nggak, kalau nggak dipaksa sama mama lo."
"Baca novel kan hobi gue, wajarlah kalo banyak. Yang nggak wajar itu hobinya mancing tapi malah main sepak bola. Kan nggak nyambung."
Mario hanya geleng-geleng kepala.
"Susah emang kalau ngomong sama cewek keras kepala kayak lo."
"Gini-gini juga, cuma gue yang tahan jadi sahabat lo dari orok sampe sekarang."
"Ya, ya, ya, ya."
Mario pun memiliki sedikit ide cemerlang supaya Alyssa mau belajar. Meski ia tidak begitu yakin juga apakah Alyssa mampu atau tidak.
"Gue kasih tantangan buat lo. Kalau nilai ulangan fisika lo bisa di atas 50. Gue traktir lo jajan sepuasnya hari ini."
Mendengar hal itu, Alyssa jadi sangat antusias sekali. Kapan lagi kan dijajanin secara gratisan boleh sepuasnya lagi. Kalau Alyssa mampu melampaui nilai itu, sebuah untung besar baginya.
"Beneran? Lo nggak bohong kan?"
Mario menggeleng.
"Oke, gue terima tantangan lo. Awas jangan bohong! Gue kutuk lo jadi patung."
"Iya, iya, mana ada sih seorang Mario berkata bohong. Impossible banget. Sana belajar! Novel lo gue bawa dulu, bye!"
Mario meninggalkan Alyssa di kursi panjang itu sendirian.
"Ish! Pake dibawa segala lagi novel gue. Bikin kesel aja deh. Tapi ... berhubung gue mau makan gratis hari ini. Gue harus rela baca buku fisika yang tebelnya 7 cm ini."
Alyssa menghela napasnya perlahan sebelum mulai membaca.
"Semangat Ica! Lo pasti bisa," ucap Alyssa menyemangati dirinya sendiri untuk mengahadapi pertempuran dengan buku tebal itu.
*
*
Kelas 12 IPS 1
Waktunya ulangan fisika tiba. Alyssa begitu bekerja keras dalam mengerjakan ulangan tersebut.
Hingga satu jam pun berlalu. Waktunya lembar kertas dikumpulkan ke meja guru. Setelah dikumpulkan, para siswa saling berbisik dan mengobrol satu sama lain di kala sang guru tengah fokus mengoreksi ulangannya.
Salah satu di antara siswa yang mengirim itu ya adalah Alyssa.
"Je," panggil Alyssa.
"Ya? Kenapa Ca?" jawab Jehana.
Selain Mario, ada dua orang yang memanggilnya Ica yaitu Jehana Sahila dan Alfonso Jonathan. Alfonso dan Jehana adalah teman Alyssa sejak masuk SMA. Kalau Mario, laki-laki itu adalah temannya sejak bayi.
"Menurut lo, soal ulangan tadi gimana?" tanya Alyssa.
"Eum ... let me think."
Jehana tampak berpikir dulu untuk menjawab pernyataan Alyssa itu.
"Gue rasa sih, nggak terlalu sulit. Soalnya tadi gue hampir bisa ngerjain setengah soalnya. Kan lumayan tuh dapet nilai 50 atau 60 juga," jawab Jehana.
"Kalau pemikiran lo gitu. Berarti ada kemungkinan dong nilai gue dia tas 50?" tanya Alyssa lagi.
"Ya, bisa aja sih, ya lo aja gimana feeling nya? Menurut lo susah apa gampang?"
Kini giliran Jehana yang bertanya balik.
"Ya, sama kaya yang lo bilang tadi, Je."
"Tapi, tumben banget lo nanyain soal nilai. Agak aneh didengernya. Lo kan orang yang nggak terlalu peduli soal itu. Yang penting lulus aja gitu."
Jehana agak heran ke Alyssa karena tiba-tiba jadi peduli terhadap nilai yang biasanya tidak terlalu memusingkan itu.
Dengan tersenyum, Alyssa menjawab, "Iyo kasih tantangan ke gue. Katanya kalau gue bisa dapat nilai ulangan fisika di atas 50, dia bakalan traktor gue hari ini."
Jehana pun langsung bereaksi agak berlebihan. Ia malah merasa Mario seperti meremehkan Alyssa.
"Wah, benar-benar deh si Rio! Masa nantangin lo dengan nilai segitu sih! Dia ngeremehin lo dong, Ca! Seakan-akan lo nggak bisa dapat nilai yang lebih bagus. Mana patokan nilai kecilnya 50 lagi."
Alyssa yang menang mudah terpancing pun jadi kesal sendiri.
"Eh, iya juga ya," ucap Alyssa yang abru menyadarinya.
"Dasar kampret! Awas aja nanti kalau ketemu! Gue mau porotin duit jajan dia!"
*
*
TBC
Kantin, 12.00
Alyssa dan Jehana duduk di kursi yang berhadapan dengan Mario dan Alfonso. Alyssa tampak tak bisa menyembunyikan kesenangannya hingga terus menerus tersenyum.
"Ngeri gue, liat lo senyum-senyum gitu," ucap Mario.
"Hehe, gue dapet nilai ulangan fisika 55. Itu artinya lo akan traktir gue sepuasnya hari ini," jawab Alyssa.
"Hah? Kok bisa sih lo dapat nilai segitu? Biasanya juga dapet 40 kalau ga ya 30," ucap Mario yang terkejut sekaligus tidak percaya. Padahal ia menantang Alyssa tadi karena yakin wanita itu tidak akan bisa melampaui tantangannya.
"Oh, ngeremehin gue ya? Pantes aja patokannya 50," ucap Alyssa dengan wajah kesalnya.
"Awalnya gue mau ngamuk-ngamuk sama lo. Tapi nggak jadi. Karena gue mau porotin duit jajan lo hari ini," tambah Alyssa lagi dengan cengiran yang memperlihatkan deretan giginya.
Mampus! RIP duit jajan gue! Si Ica mah suka nggak ngotak kalau udah minta ditraktir
"Jangan pesen banyak-banyak! Nanti nggak dimakan juga sama lo," ucap Mario mengingatkan.
"Tenang aja. Kan masih ada Jeje sama Alfon," jawab Alyssa dengan entengnya.
Alfonso tampak tertawa senang.
"Gue like pokoknya, Ca. Tiap hari aja porotin si Rio. Cuma lo yang bisa begitu," ucap Alfonso.
Alyssa ikut tertawa juga.
"Santai, nanti ada waktunya lagi. Tunggu aja."
Hal itu membuat Mario jadi cemberut dan wajahnya agak sedikit ditekuk. Uang jajannya hari ini akan dikuasai oleh Alyssa.
"Hhhh, pasrah aja lah gue."
"Hahaha... Pesenin gue bakso, mie ayam, batagor, siomay, cireng." Alyssa tampak masih berpikir lagi.
"Udah Ca, itu udah banyak banget tahu."
"Belum selesai, tambah es lemon tea satu, capuccino satu. Kalian mau apa?" tanya Alyssa ke Alfonso dan Jehana.
"Mie ayam," jawab Jehana.
"Bakso," jawab Alfonso.
"Nah, ditambah pesanan mereka berdua ya, Yo," ucap Alyssa dengan memperlihatkan senyum manisnya.
"Pinter-pinter banget ya kalian. Kerjasama buat porotin uang jajan gue."
Alfonso dan Jehana tertawa bersamaan.
"Udah sih ikhlasin aja Rio. Lagian itu ulah lo sendiri yang ngasih tantangan ke Ica."
"Hm." Mario menjawabnya dengan sebuah deheman saja.
Mario pergi untuk memesan semua pesanan. Setelah lama menunggu, Mario pun datang membawa 1 nampan makanan dibantu dengan 1 nampan yang lain oleh si penjual.
"Tuh, pesanan lo udah di depan mata," ucap Mario ke Alyssa.
"Thanks ya Yo. Baik banget deh hari ini."
Bukannya senang, Alyssa mengucapkan terima kasih padanya. Mario malah memutar matanya malas.
Lima belas menit setelahnya, mereka sudah selesai menghabiskan makanan.
"Nih, buat lo," ucap Alyssa menyerahkan satu es lemon tea untuk Mario. Mario pun langsung meminumnya dengan beberapa kali tegukan.
"Makasih traktirannya. Perut gue kenyang banget hari ini. Duit jajan gue juga aman. Sering-sering ya, Yo. Kalau gitu, gue sama Jeje ke kelas dulu. Bye."
Alyssa pergi dari sana dengan menarik tangan Jehana. Setelah kedua wanita itu menghilang dari pandangan kedua laki-laki itu. Alfonso mengobrol berdua dengan Mario sambil menunggu bel masuk berbunyi.
"Lo sama Ica nggak ada perasaan satu sama lain?" tanya Alfonso yang penasaran pada perasaan Mario. Karena pasalnya Mario selalu mengutamakan Alyssa. Apalagi keduanya sudah kenal sejak bayi.
Mario menggeleng.
"Nggak ada, kita pure sahabatan."
"Tapi, kalian berdua itu sama-sama belum pernah pacaran sama sekali."
"Ya, gimana ya? Belum ada yang pas di hati gue. Belum ada getar-getar cinta gitu. Ya udah lebih baik jomblo, kan?" jawab Mario.
"Gue mau tanya deh. Kalian berdua pernah berantem sampai nggak pernah ngobrol berhari-hari?"
Mario menggeleng lagi.
"Kita berdua kalau ada masalah, selalu diobrolin baik-baik. Apalagi gue sama Ica udah janji satu sama lain. Nggak boleh marah atau ngambek sama sahabat lama-lama," jawab Mario.
"Lo udah pernah jauh dari Ica walau cuma sehari?"
Mario lagi-lagi menggeleng.
"Kayanya sih nggak pernah. Soalnya rumah gue sama dia aja sebelahan. Kalau mau main tinggal jalan lima langkah."
Alfonso tertawa mendengar ucapan Mario.
"Lima langkah kaya judul lagu dong. Tapi kalau itu pacar lima langkah, lah lo mah sahabat lima langkah, haha."
"Iya juga, ya. hahhaa."
Mario jadi ikutan tertawa juga. Padahal candaan Alfonso agak garing.
"Kalo semisal nih ya, Ica punya pacar lebih dulu dari lo gimana?" tanya Alfonso lagi.
"Nggak tahu, nggak pernah mikirin sampe situ juga."
Mario tampak mengaduk-aduk minumnya padahal di dalam gelasnya hanya tersisa es batunya saja.
"Jangan-jangan, lo nggak rela lagi kalau Ica punya pacar," ledek Alfonso.
"Ngawur! Ya rela lah. Lagian gue sama Ica tuh sahabatan. Gimana sih!" jawab Mario yang jadi agak kesal karena ledekan Alfonso.
"Hahaha, iya dah iya. Yang sahabatan."
Entah kenapa gue punya feeling. Kalau lo sebenarnya sayang sama Ica lebih dari sekedar sahabat. Cuma mungkin rasa itu belum menguasai diri lo. Cara lo natap Ica saat lagi sama cowok lain terlihat seperti tatapan cemburu. Gue yakin, suatu saat lo akan menyadari itu semua.
Alfonso hanya bisa mengatakan itu di dalam hatinya. Karena percuma ia mengutarakan pendapatnya. Mario pastinya akan terus menyangkal.
*
*
Kediaman Alyssa, ruang tamu, 16.00.
Alyssa sedang rebahan sambil membaca novelnya di sofa. Ia tampak serius membaca novel itu. Bahkan di atas meja juga sudah ada cemilan untuk menemani gadis itu untuk membaca. Tiba-tiba seseorang datang dan mengagetkannya.
"DOR!"
Orang itu adalah Mario.
"KAMPRET!"
Alyssa terkejut sampai mau jatuh dari sofa. Tapi, untung saja ia bisa menyeimbangkan tubuhnya. Lalu merubah posisinya jadi duduk.
"Bhakakakak, ekspresi lo Ca. Ngajak gue sumpah!"
Mario terus tertawa sambil duduk di sebelah Alyssa.
"Sekali nggak ngeselin bisa? Bertamu kok nggak ketuk pintu atau ucap salam dulu. Tamu nggak ada akhlak!" kesal Alyssa tapi ia tidak menyingkirkan novel di tangannya.
"Biarin, wle." Mario menjulurkan lidahnya. "Lagian rumah ini udah gue anggap rumah kedua buat gue."
Mario melihat novel yang dipegang Alyssa.
"Ck! Novel mulu lo! Main PS aja yok!" ajak Mario.
"Malas, lagi seru baca soalnya," jawab Ica yang masih fokus pada novelnya.
"Coba lo ceritain dikit, novel apa yang lo baca ke gue. Penasaran gue. Lo maniak novel romansa banget soalnya. Pasti ngarep punya cowok kaya di novel-novel yang lo baca ya? Yang berkulit putih, hidung mancung, berkharisma, baik hati dan pacarable banget. Iya kan?" tanya Mario sambil sindir-sindir ke Alyssa.
Alyssa memang wajah datarnya mendengar ucapan Mario.
"Lo tau nggak, kenapa gue males buat ceritain novel yang gue baca ke lo? Itu karena lo selalu men-judge dulu sebelum tahu. Seakan-akan lo tahu akan isinya dan karena itu juga lo menjatuhkan imajinasi gue."
*
*
TBC
"Dengar baik-baik ya, Ca. Novel itu sebuah karangan fiksi. Jadi, dia bisa paket komplit karena si penulisnya memang maunya begitu. Nggak ada tuh, cowok yang sesuai sama imajinasi lo sekarang. Kita itu ada di dunia nyata, Ca. Bukan dunia cerita. Please deh, jangan kebanyakan halu nggak jelas. Lama-lama gue getok juga kepala lo biar sadar dari alam mimpi," ucap Mario mencoba menyadarkan Alyssa untuk tidak terlalu terbawa suasana dan kehalusan dari novel yang wanita itu baca.
"Nggak semuanya fiksi tahu. Ada juga yang dari kisah nyata. Makanya baca novel, jangan cuma buku pelajaran aja yang lo baca. Kaya gitu aja nggak tahu," balas Alyssa dengan kesalnya.
"Susah, emang ya, ngomong sama lo. Bikin darah tinggi."
"Bodo amat!" jawab Alyssa tak peduli. Ia pun teringat tentang novelnya yang masih ada di Mario.
"Oh ya, novel gue yang tadi lo bawa mana? Balikin!" pinta Alyssa.
"Nggak mau. Gue mau pinjem satu novel lo," tolak Mario.
"Kalau mau baca ya tinggal beli. Nggak usah asal ambil punya orang," sindir Alyssa.
"Gue kan udah bilang pinjam barusan. Budeg ya lo!" kesal Mario karena Alyssa membuatnya naik darah.
"Au, ah. Bete gue," jawab Alyssa kemudian menaruh novel yang dibacanya ke atas meja lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Ya elah, gitu aja ngambek. Kek cewek lo!"
"Gue emang cewek, Bambang!" kesal Alyssa yang disebut sebagai cowok. Saking kesalnya ia malah mendorong-dorong Mario untuk pindah tempat duduk. Namun, Mario tak bergeming dan masih anteng-anteng saja duduk disana.
"Nggak! Bagi gue, lo itu cowok! Masa cewek nggak ada lembut-lembutnya sama sekali."
"Serah deh serah! Gedeg juga gue lama-lama sama lo! Pulang Sana! Jangan ganggu-ganggu orang terus!" usir Alyssa yang sudah kesal tingkat dewi.
"Dih! Om sama Tante aja yang punya rumah nggak ngusir gue. Kenapa lo yang harus repot sih?" balas Mario dengan tatapan mata yang sudah menyiratkan peperangan.
"MARIO! LO BENER-BENER YA!"
Alyssa sudah tak mampu lagi menahan kekesalannya hingga ia pun berteriak karen saking kesalnya ke Mario. Namun yang disebut namanya malah tertawa terbahak-bahak.
"Ngakak banget gue, kalau liat lo kesel begini. Rasanya pengen buat lo kesel terus hahaha."
Mario masih terus tertawa tanpa henti.
"Ya Tuhan, kenapa gue harus sahabatan sama dia dari bayi? Kenapa juga rumahnya harus sebelahan sama gue? Dari mulai TK sampai SMA aja ada di sekolah yang sama. Salah gue apa? Sial banget bunya sahabat macem dia!"
Alyssa curhat sama Tuhan tapi sengaja menyuarakannya supaya Mario jadi kesal juga dan buru-buru pergi dari rumahnya.
Mario mendengus sebal.
"Heh! Gue juga sial punya sahabat kaya lo!" jawab Mario yang tidak terima.
Alyssa memukul pelan pundak Mario hingga laki-laki itu merintih kesakitan.
"Awww, sakit tahu. Lo mah sadis banget jadi cewek. Pantes sampai sekarang masih jomblo!" ledek Mario lagi.
"Heh! Sadar b*go! Lo juga jomblo! Jomblo kok teriak jomblo!" kesal Alyssa lagi.
"Oh, iya juga ya. Baru sadar gue," jawab Mario sambil tertawa lagi.
Ya begitulah mereka, persahabatan mereka, sering membuat kesal satu sama lain. Karena katanya, kalau tidak mengganggu satu hari pun, akan terasa berbeda. Seperti ada yang kurang.
*
*
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!