NovelToon NovelToon

Bukan Gadis Pengganti

Unbelievable

Kredit Pinterest.com

Praaangggggg

Terdengar bunyi benda pecah karena dibanting. Seorang gadis dengan rambut sebahu tampak mengamuk di sebuah rumah sederhana. Suara teriakan gadis itu terdengar sampai keluar rumah tersebut. Para tetangga mulai berbisik-bisik.

"Alea kan sudah bilang! Alea pulang minta uang!" teriak gadis bernama Alea itu.

"Tapi Nak, bapak belum gajian." Terdengar seorang wanita mencoba menenangkan sang putri.

"Alea tidak peduli! Alea mau uangnya sekarang!" Ucap Alea penuh kemarahan.

Setelah beberapa waktu tidak terdengar suara teriakan lagi. Para tetangga dikejutkan dengan suara keras yang berasal dari pintu yang dibanting. Diikuti langkah Alea yang berjalan cepat meninggalkan rumahnya. Mengabaikan teriakan juga panggilan dari ayah dan ibunya. Dua orang itu hanya bisa berangkulan dengan air mata mengalir di pipi. Mereka merasa gagal menjadi orang tua Alea. Tidak bisa memenuhi semua keinginan putri tunggal mereka karena keterbatasan ekonomi.

"Sudah Pak, Bu. Mungkin Alea lagi stres dengan tugas kuliahnya." Hibur seorang tetangga yang cukup dekat dengan keluarga itu.

"Kami tidak becus jadi orang tua. Dia sangat pandai. Sekolahnya dibiayai oleh beasiswa yang dia dapat. Tapi kami sama sekali tidak membantu apapun. Alea bahkan harus bekerja paruh waktu untuk mencari tambahan biaya hidup. Kami tidak berguna." Si bapak berkata dengan nada putus asa, sambil merangkul pundak sang istri.

Keduanya hanya bisa melihat punggung Alea yang berjalan semakin jauh dari rumah mereka.

Sementara itu, Alea terus menggerutu sepanjang jalan. Dia merutuki nasibnya yang lahir dari keluarga miskin. Dia selalu iri pada teman-temannya yang bisa hidup enak. Tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Aku benci! Aku benci menjadi miskin! Kenapa? Kenapa aku yang pintar tapi mereka yang kaya?!"

Alea berteriak di bibir pantai yang ada di kampung tempat tinggalnya. Dia protes pada ketidakadilan yang Alea rasa pada dirinya.

Di sisi lain, seorang gadis yang mirip dengan Alea baru saja selesai meeting dengan kliennya. Di pintu kantornya telah menunggu seorang pria tampan yang langsung tersenyum melihat gadis yang mirip dengan Alea.

"Sudah lama menunggu?" Si pria hanya tersenyum mendengar pertanyaan gadis itu.

Keduanya berjalan menuju pintu keluar kantor dengan papan nama Star Jewelry tersebut. Masuk ke sebuah mobil yang sudah disediakan. Begitu masuk, gadis itu langsung menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.

"Kenapa tingkahmu aneh sekali hari ini? Ada yang salah?"

"Nggak, Sera gak apa-apa. Hanya pengen meluk kakak aja."

Si pria tersenyum mendengar perkataan gadis yang menyebut dirinya Sera itu. Mobil mulai masuk ke jalan raya. Sebuah peringatan masuk ke earpiece yang pria itu kenakan. Pria itu mengangguk pada supir yang tak lain adalah salah satu tangan kanannya.

"Hindari kontra sebisa mungkin." Pria itu memberi perintah dengan gerak bibir tanpa suara. Asistennya mengerti. Sebuah sistem langsung terhubung dengan komputer milik temannya. Mencari jalan untuk sampai ke tempat tujuan tanpa menimbulkan keributan.

Detik berikutnya, mobil itu mulai melaju di kawasan sepi kendaraan. Sera tidak menyadari apa yang terjadi sebab gadis itu sibuk dengan ponselnya.

Hingga mobil itu sampai di tempat tujuan dengan selamat. Tanpa ada gangguan dari beberapa mobil yang menguntitnya. "Tetap waspada." Kembali sebuah perintah meluncur dari bibir pria itu. Kali ini tiga orang mengiringi langkah pria tersebut masuk ke sebuah hall di mana sekumpulan wartawan tengah menunggu.

"Kau siap?" tanya pria itu dan Sera mengangguk antusias. Tidak ada yang Sera inginkan selain bersama pria yang paling dia cinta, Orion Harasya Alexander.

Di sisi Alea, gadis itu sedang menatap layar televisi besar di depan sana. Alea berdiri di tepi jalan. Di mana, saat ini tengah ditayangkan, pengumuman pertunangan dan rencana pernikahan antara Serafina Athaya dengan Orion Harasya. Dua orang yang digadang-gadang akan menjadi couple goal di masa depan.

Alea tersenyum miring. Dia menyadari kemiripan antara dirinya dan Serafina. Bahkan teman-temannya selalu mengejeknya dengan julukan kembar yang terbuang. Di mana Sera menjadi seorang tuan putri dan dirinya jadi si upik abu.

"Lihat! Apa yang salah dengan kami? Wajah kami sama. Aku bahkan yakin kalau kepintaran kami juga sama atau bahkan lebih pintar aku. Tapi kenapa? Kenapa hidup kami berbeda?" protes Alea. Gadis itu tidak peduli, dianggap gila karena berteriak di tengah jalan.

Satu obsesi timbul di pikiran Alea, dia akan memiliki apa yang Sera miliki suatu hari nanti. Dia tidak tahu kenapa bisa berpikiran seperti itu. Namun ada satu keyakinan kalau hal itu tidak lama lagi akan terjadi.

"Meski hanya doppelganger, aku juga berhak hidup enak." Tekad Alea dalam hati.

*

*

"Sera sedang dalam perjalanan mau pulang. Sera bawa mobil sendiri. Jangan khawatir, Sera akan baik-baik saja."

Sera melempar headset bluetooth-nya. Gadis itu mengemudikan mobilnya dengan tergesa-gesa. Gadis itu punya perasaan sedang diikuti. Beberapa kali Sera melirik melalui spion tengah mobilnya. Ada sebuah mobil yang mencurigakan menurut Sera.

"Halo, Kak. Aku merasa ada yang mengikutiku."

Sera mengirim pesan pada Orion saat berada di lampu merah. Orion yang tengah berada di markasnya langsung merespon. "Carilah tempat aman untuk berhenti. Duduk di restauran atau kafe yang ramai. Aku akan menjemputmu."

Satu balasan Orion kirim. "Mereka semakin berani saja." Celetuk seorang tangan kanan Orion. Pria itu memang berspekulasi setelah pengumuman pertunangan juga rencana pernikahannya dengan Sera, pihak-pihak yang tidak suka dengan mereka akan semakin gencar melakukan serangan.

Star Jewelry dan AL Group jika bergabung dan melakukan merger akan memonopoli pasar. Hal yang sangat tidak disukai oleh pebisnis lain.

Sera menepikan mobilnya di sebuah kawasan perbelanjaan yang cukup padat pengunjungnya. Gadis itu berlari masuk dengan tergesa-gesa. Mengikuti petunjuk dari Orion.

Di sisi lain, Alea yang sejak kemarin suntuk juga berada di tempat itu. Mengikuti saran dari sahabat dekatnya, Alea meluangkan waktu setelah kuliah dan sebelum bekerja untuk berjalan-jalan di mall tersebut.

"Enak sekali jadi orang kaya. Pengen apa saja bisa langsungl beli. Gak perlu nabung dulu, gak perlu kerja banting tulang dulu." Gerutu Alea di depan sebuah toko perhiasan, yang tengah memamerkan koleksi terbaru mereka yang bertajuk mawar kembar, serupa tak sama.

Kredit Pinterest.com

Gadis itu berdiri lama di depan etalase yang memajang sepasang bros cantik dengan bentuk yang sama. Namun menurut tulisan di atas etalase tersebut, dua benda itu berbeda.

"Can you find the difference?" yang berarti bisakah kau temukan perbedaannya.

Alea yang kuliah di jurusan Art dengan spesialisasi melukis untuk mendesign. Dengan segera menemukan perbedaannya. "Ini sangat mudah untukku," gumam Alea.

"Perbedaan yang paling mencolok adalah jumlah guratan di tiap kelopak mawarnya tidak sama."

Seru Alea girang. Mata tajam dan daya ingat Alea adalah nilai plus bagi gadis itu, hingga title cerdas itu telah tersemat di diri Alea sejak kecil.

"Wah, kau hebat sekali adik kecil. Aku saja tidak bisa menemukan perbedaan itu. Padahal aku yang membuatnya."

Alea menoleh, dua pasang mata itu membelalak tidak percaya. Melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka.

"Unbelievable, tidak dapat dipercaya." Gumam keduanya bersamaan.

****

Karya baru author sudah hadir.

Mohon dukungannya ya. Like, komen, subcribe, vote dan yang lainnya, author terima dengan senang hati. Jangan lupa ya. Terima kasih.

***

Kakak, Aku Datang

Kredit Pinterest.com

Alea berjalan keluar dari pusat perbelanjaan itu sambil berpikir. Yang tadi itu adalah kembarannya? Alea pikir akan berbeda saat bertemu secara langsung, nyatanya tidak. Dia dan gadis itu seperti satu orang yang tengah bercermin. Nyaris tidak ada bedanya.

"Sera, kau di sini?" satu suara membuat Alea menoleh. Dilihatnya seorang pria berjalan ke arahnya dan memanggilnya...Sera. Jelas orang ini salah mengenalinya.

"Kau memanggilku?" tanya Alea, dan pria itu mengangguk. Kini pria tinggi besar itu sudah berdiri di hadapannya.

"Kau salah orang kalau begitu. Aku bukan Sera."

Pria itu memundurkan langkahnya. Gadis yang ada di hadapannya jelas adalah Sera, dia tidak mungkin keliru mengenali gadis yang diam-diam dia cintai itu.

"Apa kau lupa padaku setelah sepuluh tahun tinggal di Milan. Aku Vano. Kau dulu sering memanggilku kakak besar," jelas pria itu mengenalkan dirinya.

"Maaf, aku tidak kenal padamu." Alea berlalu dari hadapan pria itu. Namun pria yang mengaku bernama Vano itu mencekal tangannya.

"Jika kau bukan Sera, lalu siapa kau?" tanya Vano curiga.

"Namaku Alea bukan Sera. Aku adalah aku, bukan dia." Alea menepis cekalan tangan Vano lantas berjalan meninggalkan pria itu. Vano tertegun, meski pria itu masih bisa melihat name tag di salah satu buku yang Alea bawa. Alea Aranda. Vano menggelengkan kepalanya. Berusaha mempercayai apa yang baru saja dia temui.

Alea bergumam kesal sepanjang jalan. Walau sedetik kemudian, senyum samar terbit di bibir gadis itu. Alea dan Sera sempat bicara sekitar sepuluh menit. "Aku tidak percaya jika doppelganger itu ada. Pasti akan menyenangkan kalau aku bisa punya adik sepertimu." Kata Sera sendu.

Ada nada sedih dalam tiap ucapan Sera. Sekilas cerita Sera menunjukkan kalau hidup gadis itu tidak baik-baik saja.

"Memangnya masalah apa yang bisa di miliki oleh orang kaya. Mereka tidak perlu kerja. Tidak pernah merasa kekurangan. Ingin ini tinggal beli, ingin itu tinggal tunjuk....hhmmpphh...."

Gerutuan Alea terhenti saat ada orang yang membekap mulut gadis itu dengan sapu tangan dari arah belakang. Tanpa sadar, Alea berjalan di area yang sepi. Tidak seorang pun melintas karena tempat itu jalan menuju basement parkiran mall.

Dalam sekejab tubuh Alea melemas, tak lama kemudian sudah tidak sadarkan diri. Orang yang membius Alea dengan sigap membawa tubuh Alea masuk ke mobil yang sudah dia siapkan.

Mobil itu melaju meninggalkan tempat itu. Tanpa seorang pun tahu. "Saya berhasil, bos."

"Lenyapkan dia seperti kakaknya."

Pria itu melihat ke arah belakang di mana Alea didudukkan dengan tangan dan kaki telah terikat. Kuda besi itu melintas di depan pusat perbelanjaan, bersamaan dengan Sera yang keluar dari tempat itu. Setelah menerima panggilan dari Orion. Kalau pria itu menunggu Sera di kafe depan mall tersebut.

"Itu...itu...bukannya gadis yang tadi," tutur Sera terkejut. Mengabaikan ponselnya yang berbunyi, Sera masuk ke dalam mobilnya. Melihat keadaan Alea, timbul kecurigaan dalam diri Sera. Ada yang tidak beres dengan Alea.

Sera melajukaan mobilnya di tengah padatnya jalan raya. Gadis itu memukul kemudinya, kesal. Ada rasa tidak nyaman dan cemas yang berkecamuk dalam dirinya. Jangan-jangan Alea jadi korban karena wajahnya yang mirip dengannya. Orion berkali-kali memperingatkannya kalau dia harus berhati-hati dengan keadaan sekitarnya.

Sejak Sera dijemput dari Milan oleh Orion, pria itu selalu menjaga dirinya. Sepuluh tahun Sera "bersembunyi", akhirnya sang kakek memintanya pulang. Star Jewerly membutuhkan pemimpin dan keadaan perusahaan itu sedang tidak baik-baik saja.

"Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuh orang yang tidak bersalah." Geram Sera, gadis itu kehilangan jejak Alea. Mata Sera mengamati kendaraan yang lalu lalang di hadapannya. Lima menit berlalu, dan sebuah mobil muncul dari sisi kiri Sera.

Sera langsung menginjak pedal gasnya. Secepat kilat menyusul mobil yang membawa Alea. Sera membulatkan mata saat mobil itu mengarah ke luar kota. Sejenak berbincang, Alea tadi sempat menyebutkan alamat kostnya. Sebab Sera ingin berkunjung ke rumah gadis itu satu waktu nanti.

"Ini tidak bisa dibiarkan," gumam Sera. Dua mobil itu mulai keluar dari jalan utama. Suasana mulai sepi. Di satu titik, mobil itu berhenti. Sera bisa melihat dengan jelas kalau supirnya menodongkan pistol ke arah Alea.

"Tidak!!!!" Sera melajukan mobilnya dengan kencang dan "brraaaakkkkkk" suara benturan keras terjadi. Bersamaan dengan suara tembakan terdengar, Sera dengan cepat keluar dari mobilnya. Mobil Sera menghantam mobil orang itu dari belakang.

Sera berusaha membuka pintu mobil di mana Alea berada. Ekor matanya melirik ke arah pria yang membawa Alea, kepala pria itu membentur pintu mobil dengan bekas tembakan di kap mobil.

Pyaaaarrrr

Kaca mobil berhamburan saat Sera memecahkanya menggunakan batu. "Alea....Alea...bangun!!!!" Sera mengguncang tubuh Alea yang terikat dan ternyata mulutnya ditutup dengan plester bening. Kepanikan mulai melanda saat ada pergerakan dari arah depan. Pria itu mulai sadar.

Mau tidak mau, Sera memapah tubuh Alea yang setengah sadar. "Kak....."

"Kau sadar?" Sera berseru girang. Memasukkan Alea ke dalam mobilnya. Diikuti dirinya sendiri. Mobil itu melaju dari sana, meninggalkan si pria yang buru-buru meraih ponselnya.

"Plan B." Katanya lirih.

Di dalam mobil Sera, gadis itu membagi perhatiannya antara kemudi dan Alea yang baru saja membuka mata.

"Maaf karena melibatkanmu dalam hal ini. Aku akan mengantarmu pulang. Tinggallah di rumahmu sampai besok. Jangan keluar dulu. Aku akan membereskan hal ini."

Serentetan ucapan dari Sera seperti angin lalu untuk Alea. Gadis itu merasa pusing sekali. Dengan sekujur tubuh terasa sakit.

Ponsel Sera berbunyi, nama Orion tertera di sana. Langit mulai menggelap saat Sera meraih ponselnya. Keadaan daerah itu cukup sepi dan gelap, minim penerangan.

"Halo, Kak...."

Braakkkkkkk

Mobil Sera ditabrak dari belakang. Dua gadis itu saling pandang. "Hubungi nomor di kontak paling atas," Sera meminta Alea menghubungi seseorang.

"Kak kekunci." Alea menunjukkan layar ponsel Sera yang kembali terkunci. Sera lantas memberikan enam digit angka yang menjadi password ponsel gadis itu. Sebuah foto menyambut pandangan mata Sera saat layar benda pipih itu terbuka. Foto Sera dengan seorang pria tapi bukan pria yang akan jadi tunangannya. Meski Alea tidak terlalu tahu wajah tunangan Sera.

Jari Alea baru akan menekan kontak tersebut, saat satu tubrukan menghantam mobil Sera dari belakang lagi. Ponsel itu terjatuh dari tangan Sera. Sementara Sera langsung kehilangan kendali mobilnya. Mobil itu berguling-guling di jalanan sepi tanpa ada seorang pun tahu. Kecuali supir kontainer yang sudah menabrak mobil Sera.

Beberapa kali mobil Sera berguling di tengah jalan. Lantas berhenti setelah membentur besi pagar pembatas di tepi jalan.

"Alea.... kau harus hidup."

Sera memeluk tubuh Alea, melindungi gadis itu dari pecahan kaca dan benturan, setelah gadis itu melepaskan sabuk pengaman miliknya. Sebuah tindakan yang sangat fatal.

Sunyi, tidak ada suara apapun. Sampai bunyi berdesis terdengar. Tangki bahan bakar bocor dan api mulai muncul di bagian belakang mobil.

"Bertahanlah Alea. Aku berdoa hidupmu akan lebih dariku. Kakak, aku datang." Sera mengusap pelan pipi Alea yang berlumuran darah. Perlahan tubuh gadis itu merosot ke pangkuan Alea, tidak sadarkan diri.

****

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.

***

Kecelakaan

Orion keluar dari ruang UGD dengan wajah sendu. Satu jam setelah dua brankar didorong masuk bersamaan. Pria itu sangat sedih dan putus asa. Dia gagal menjalankan amanat dari sahabatnya.

"Bagaimana?" satu pertanyaan meluncur dari Xuan, satu asistennya. Si hacker dan ahli komputer. Orion menggelengkan kepalanya. Xuan memundurkan langkahnya, paham dengan kode dari atasannya. Di belakang Xuan, ada An dan Axa, asisten Orion yang lain. Tiga pria itu saling pandang.

Sia-sia mereka membawa pulang Sera, tapi akhirnya gadis itu harus meregang nyawa. "Semua salahku!"

Brakkkkk

"Orion...!" teriak Xuan, melihat tangan Orion berdarah karena menghantam tembok rumah sakit.

"Kita akan menemukan jalann. Kita akan mencari solusinya. Tenangkan dirimu dulu," bujuk An. Dalam suasana seperti itu, pintu ruang UGD terbuka, seorang dokter keluar dari sana.

"Rion...Rion...aku merasa kau harus melihat ini." Pria itu membawa masuk Orion ke dalam satu ruangan. Orion memakai baju steril saat mengikuti dokter itu. "Lihatlah." Dokter itu menunjukkan dua brankar yang diatasnya terdapat dua tubuh. Orion seketika membelalakkan matanya.

"Ada dua gadis dalam mobil itu. Dan seperti yang kau lihat. Mereka doppelganger."

Dokter itu lantas menjelaskan keadaan dua tubuh itu. Tubuh Orion sedikit limbung, saat dokter itu mengatakan kalau Sera tidak tertolong. Namun gadis yang satu lagi, meski luka lumayan parah, tapi dia masih hidup.

"Yang jadi masalah adalah gadis itu mengalami kerusakan kornea, matanya terkena serpihan kaca. Kita bisa menyelamatkannya jika....."

Orion berjalan gontai keluar dari ruangan itu. Setelah sebuah keputusan besar dia ambil. "Aku tidak akan menyerah dengan mudah. Aku akan bertahan sampai kau kembali, Felix. Untuk itu, aku minta maaf karena melakukan hal sebesar ini tanpa persetujuanmu." Batin Orion pilu.

Xuan, An dan Axa hanya terdiam seribu bahasa, melihat betapa hancurnya Orion. Janji itu gagal mereka tunaikan dan kini masalah besar menghadang mereka.

"Sembunyikan ini dari Tuan Besar. Kita akan menyusun rencana baru. Dia pasti akan lebih agresif setelah tahu kalau rencananya gagal. Atur Sera sedang liburan. Kita akan pulang setelah keadaannya stabil."

Tiga orang itu saling pandang, meski tidak lama ketiganya mengangguk paham. Bergerak sesuai bagian masing-masing.

Pagi menjelang, satu hari setelah kecelakaan mengerikan itu. Alea mulai menggerakkan jarinya, silaunya cahaya matahari membuat Alea kesulitan membuka mata. Di ujung ruangan, dekat jendela, berdiri seorang pria yang memakai setelan jas rapi. Menatap keluar jendela.

Kredit Pinterest.com

Please welcome Orion Harasya Alexander

Bugghhhh

Suara benda jatuh membuat pria itu menoleh. Dia melihat acuh pada Alea yang tampak kesusahan mengambil air minum untuk dirinya sendiri. Di tambah matanya yang masih kabur. Meski perlahan mulai membaik. Gadis itu mendengar suara langkah kaki mendekat. Alea mendongak untuk melihat siapa yang datang.

"Kau ingin minum?" suara itu terkesan dingin dan kejam.

"Siapa kau?" Alea bertanya segera. Dia tidak mengenal pria itu, kenapa dia ada di sana. Dan apa yang terjadi padanya. Kenapa dia tidak mengingat apapun.

"Aku tunanganmu, Serafina Athaya."

Mata Alea membulat, gadis itu urung menerima gelas yang diberikan oleh Orion. Alea memundurkan tubuhnya tiba-tiba, sampai terjatuh dari kasurnya. Alea meringis, merasakan sakit pada bokongnya, plus jarum infus yang tertancap di tangannya mengeluarkan darah.

"Aku bukan Sera! Aku Alea!" teriak Alea protes.

"Nyatanya semua datamu adalah Sera." Balas pria itu singkat. Tatapannya benar-benar membuat Alea ketakutan. Dingin, kejam, tanpa belas kasih. Tubuh Alea merinding dibuatnya. Alea melirik gelang pengenal di pergelangan tangannya. "Serafina Athaya," Alea menggelengkan kepalanya. Menolak mengaku kalau dia adalah Sera. Dia tidak ingat soal apa yang terjadi padanya, tapi dia ingat dengan jelas kalau dia adalah Alea Aranda.

"Aku bukan Sera!"

"Kau adalah dia!" pria itu sudah berjongkok di depan Alea. Sementara gadis itu langsung menutup kedua telinganya. Saat itulah kelebatan kecelakaan itu terlintas di benak Alea. Dia ingat bagaimana Sera menyelamatkan dirinya. Wanita itu memeluk tubuhnya. Menghalangi pecahan kaca yang menyerbu tubuh keduanya.

"Kau harus bertahan, Alea."

"Tidak! Tidak! Kak Sera tidak mungkin....ini bohong! Kak Sera masih hidup!"

"Kalau dia masih hidup, maka saat ini kau yang mati." Alea mendelik mendengar ucapan pria itu.

"Kau pasti bohong! Di mana Kak Sera?!" pekik Alea. Gadis itu jelas tipe yang tidak mudah ditekan. Satu sudut bibir Orion tertarik.

"Dia akan cocok untuk menggertak mereka."

Melihat pria yang ada di depannya hanya diam saja, Alea mulai marah. "Kau bohong kan? Kau menyembunyikannya kan?"

"Kau adalah Sera, berapa kali harus kukatakan. Menyembunyikannya, untuk apa? Sebentar lagi kita akan bertunangan lalu menikah."

"Jangan konyol kamu!" Alea mendorong jatuh tubuh Orion. Gadis itu berdiri tiba-tiba, Alea seketika merasa pusing. Kepalanya terasa berputar.

"Dengarkan aku, kau ingat apa yang terjadi kan?"

Alea memundurkan langkahnya saat Orion mendekat ke arahnya. Alea jelas ketakutan dengan hal yang mungkin akan dia dengar selanjutnya.

"Aku akan mengatakan apa yang telah berlaku. Sera meninggal untuk menyelamatkanmu....."

Alea menggelengkan kepala, tidak mau percaya pada ucapan Orion. "Karena itu, kau harus hidup untuk menggantikan tempatnya. Karena sampai kapanpun, Sera tidak boleh mati. Dia harus tetap hidup."

"Tidak! Aku tidak mau!"

"Untuk membalas kebaikan Sera, maka kau harus terus hidup, untuk menggantikannya. Kau dengar?"

Alea mendorong mundur tubuh kekar Orion, lantas berlari keluar dari sana. Sambil berlari, sembari berteriak, "tidak mau!" Xuan, An dan Axa yang melihat Alea berlari melewati mereka heran.

"Bukankah itu doppelganger-nya Sera." Ketiganya saling pandang. Hingga kemudian, mereka bertiga berlari menyusul Alea. Gadis itu membuka pintu, yang ternyata sebuah rooftop.

"Hei, kau mau apa?" An, si paling ramah di antara ketiganya bertanya. Melihat tiga orang pria ada di depannya, Alea semakin panik. Gadis itu segera berdiri di atas dinding yang menjadi pagar pembatas bangunan itu.

"Hei...hei...turun dulu! Kita bicara baik-baik, oke?" bujuk An, mulai panik.

"Tidak mau! Aku bukan kak Sera! Aku Alea!" teriak Alea keras. Tiga asisten Orion kian panik, saat Alea berdiri di pinggir pagar itu.

"Hubungi bos," bisik An lagi. Tak lama Axa yang menghubungi Orion.

"Maksudmu apa? Membiarkan dia mati sekarang?"

"Jika itu yang dia inginkan. Biarkan saja. Aku ingin lihat seberapa besar nyalinya untuk terjun dari gedung ini." Ucapan Orion terdengar jelas, karena pria itu kini berdiri di belakang ketiga asisten ya.

Glek! Alea menelan ludahnya. Pria di hadapannya sama sekali tidak menunjukkan belas kasihnya.

"Kenapa diam? Lompatlah!" suruh Orion.

Sesaat dua pasang mata itu saling pandang. Sama keras kepalanya. Tidak ada yang mau mengalah. Sampai kaki Alea tiba-tiba tergelincir. "Aarrgghhh!!!!"

"Alea!!!!!"

****

Up lagi readers.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Terima kasih.

****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!