Zang Wei, tidak ada yang mengenal nama tersebut di Benua Immortal.
Sosok yang di juluki Naga Iblis, karena ia terkenal kejam membunuh semua makhluk hidup yang ada di hadapannya, maupun yang menghalangi jalannya.
Dia terlahir di klan Naga, klan terkuat di salah satu wilayah.
Zang Wei yang terlahir di sana, mulai mengembara setelah berumur 15 tahun, ia yang di ajar oleh klannya dengan keras sebelum pergi dari klan. Mulai menunjukkan diri ke dunia, alhasil namanya di kenal berbagai pihak saat usianya 20.
Banyak cobaan yang Zang Wei hadapi, bahkan sampai klannya di musnahkan oleh pihak-pihak yang memusuhi Zang Wei.
Tapi Zang Wei sama sekali tidak termakan provokasi dengan menyerang balik, ia malah terus berlatih dengan cara membunuh monster-monster di dalam hutan.
Hingga usianya 40 tahun, ia mulai keluar dari hutan dan mulai membantai mereka yang berkaitan dengan musnahnya klan Naga.
Pembantaian tersebut di kenal dengan nama Pemusnahan Setengah Benua Immortal, karena hampir setengah penghuni Benua Immortal benar-benar di bantai oleh Zang Wei.
Dari sana namanya di kenal Naga Iblis dan menjadi Penguasa Tunggal.
Kini usia Zang Wei sudah mencapai 700 tahun, ia yang mulai bosan karena tidak memiliki lawan, serta menyesali keluarganya tidak ada yang selamat di masa lalu, mulai berpikir untuk bunuh diri.
“Huuff,, apa gunanya aku hidup abadi jika kini aku tidak memiliki siapa-siapa lagi, semua anggota klan ku sudah mati, dan mereka semua yang kini mendekatiku hanya memiliki niat-niat tertentu saja, tidak ada yang tulus, kecuali Xian Jin,” gumam Zang Wei yang terlihat berdiri di halaman luar kamarnya.
“Aku sudah mencoba bunuh diri dengan melompat dari langit tanpa melindungi tubuhku dengan energi Qi, tapi hasilnya pulau kecil tempat ku terjatuh, langsung hancur.”
“Aku juga sudah menyusuh Xian Jin mencoba menyerangku sekuat tenaga tanpa melindungi tubuhku, hasilnya senjata yang ia gunakan malah hancur, bahkan tangan Xian Jin pun hancur. Itu membuatku sedikit bersalah kepada Xian Jin yang sudah menemani selama 600 tahun.” Sambung Zang Wei mulai merenung memikirkan cara bagaimana caranya agar bisa mati.
Zang Wei yakin dengan kematiannya, seluruh penghuni Benua Immortal pasti akan berbahagia, karena ia sadar selama ini mereka semua di penuhi ketakutan karena dirinya masih hidup.
“Apa aku mati jika menggunakan racun ya?” Gumam Zang Wei kini mulai mengingat jika ada salah satu Ahli Racun yang sudah berada di puncak.
“Xian Jin, apa kau bisa mendengar suaraku?” Tanya Zang Wei melalui telepati.
Xian Jin yang mengurus internal Kekaisaran Naga, yang di bentuk Zang Wei sebagai simbol satu-satunya Penguasa Immortal, langsung bangkit saat mendengar suara Zang Wei.
“Kalian semua lanjutkan saja rapatnya, Yang Mulia memanggilku saat ini, jadi aku akan langsung pergi,” ucap Xian Jin.
Wuss..!!
Tap tap..!!
“Ada apa Yang Mulia?” Tanya Xian Jin yang muncul di belakang Zang Wei dan langsung berlutut dengan satu kaki.
“Sudah ku bilang jangan terlalu formal, anggap aku kakak mu,” ucap Zang Wei tersenyum hangat.
“Apa tanganmu sudah sembuh?” Tanya Zang Wei melirik ke arah tangan Xian Jin yang mulai membaik.
Xian Jin pun mulai bangkit dan mengangguk ringan.
“Aku yakin jika ada orang yang melihat kakak tersenyum hangat seperti ini, mereka pasti akan mati tercengang karena tidak percaya sosok yang haus darah bisa tersenyum,” ucap Xian Jin tersenyum kecil dan mulai tidak formal.
“Sstt,, hanya kau yang tahu sisiku yang ini, dan aku punya permintaan untukmu Jin, apa kau bisa pergi ke Selatan dan temui Kaisar Racun, minta kepadanya Racun paling mematikan yang bisa membunuh seorang Dewa Abadi,” ucap Zang Wei melirik Xian Jin.
Xian Jin yang mendengar itu, hanya bisa menghela nafas panjang.
“Huuf, apa anda ingin mencoba bunuh diri lagi kakak? Aku rasa itu mustahil, apalagi dengan racun.” Ucap Xian Jin.
Xian Jin sadar jika tidak ada yang abadi, pasti mereka semua bisa mati. Bahkan dirinya yang di katakan abadi pun bisa mati jika di bunuh, tapi jika ia tidak di bunuh, hanya menunggu waktu saja baginya mati, 10 ribu, atau bahkan 100 ribu tahun baru dirinya bisa mati karena usia terlalu tua.
Namun hanya satu pengecualian menurut Xian Jin, dia adalah Zang Wei, ia sudah mencoba membantu Zang Wei bunuh diri, sadar jika Zang Wei terlalu kuat, tubuhnya dapat di katakan yang terkuat dari seluruh senjata tingkat tinggi. Energi Qi,nya pun sangat mencengangkan. Jika di bandingkan dengan energinya, itu berbanding 1 per 100.
Bukan hanya itu saja, masih banyak kelebihan yang di miliki Zang Wei dan membayangkan itu, membuat Xian Ji merinding.
Bruk..!!
“Kenapa kau malah diam Jin? Apa kau tidak ingin membantuku lagi?” Tanya Zang Wei menepuk pundak Xian Jin, hingga membuatnya sadar.
“Ah maafkan aku kakak, tapi aku rasa Kaisar Racun mungkin akan menolaknya, anda tahu jika ia memiliki hutang budi kepada anda dan menjunjung tinggi anda.” Ucap Xian Jin.
Zang Wei pun menggelengkan kepalanya. “Katakan saja ini permintaan terharihku, aku yakin ia akan memberikanmu langsung.”
”Huuf,, baiklah jika begitu, anda bisa tunggu saya 10 menit, maka saya akan langsung kembali.” Ucap Xian Jin.
Wuss..!!
Dengan cepat Xian Jin menghilang dari hadapan Zang Wei.
...
10 menit berlalu.
Tap tap..!!
Terlihat Xian Jin muncul di tempat ia berdiri tadi.
“Bagaimana? Apakah dia memberikannya?” Tanya Zang Wei.
Xian Jin pun mengangguk sembari menjulurkan tangan kanannya. “Dia memberikan dua racun mematikan, satunya bernama Racun 100.000 herbalis dan satunya bernama racun iblis jiwa.” Ucap Xian Jin.
Mata Zang Wei pun bersinar cerah saat mendengar nama-nama racun mematikan tersebut.
“Apa akhirnya aku kini bisa mati?” Gumam Zang Wei terlihat bersemangat.
“Ehem,, jika begitu akan ku gabung saja keduanya, aku yakin efeknya pasti akan meningkat jika ku gabung,” ucap Zang Wei yang kini terlihat menggabungnya setelah mengambilnya dari Xian Jin.
Glek glek..!!
Tanpa basa basi, Zang Wei pun langsung meneguk racun berjenis cairan tersebut.
Keheningan pun terjadi di tempat tersebut selama 30 menit.
“Hemm..!! Kenapa tidak ada efek sama sekali Jin? Apa racunnya palsu?” Tanya Zang Wei bingung.
Xian Jin yang sudah membuktikan efek racun kepada salah satu tahanan Kaisar Racun dan racun tersebut benar-benar mengerikan, hanya bisa tersenyum kecut saat mendengar ucapan Zang Wei.
“Racun tersebut asli kakak, saya sendiri melihat buktinya saat Kaisar Racun mencobanya kepada tahanannya. Tidak sampai satu detik, tahanan tersebut langsung mati.” Jawab Xian Jin.
Tepat setelah Xian Jin selesai bicara, Zang Wei yang mulai merasakan rasa kantuk pun menguap.
“Apa benar? Aku malah merasa ini obat tidur, karena aku merasa kantuk saat ini.” Ucap Zang Wei terlihat mulai kecewa.
...
2 hari berlalu, Zang Wei yang tertidur di ruangannya kini mulai bangun.
“Eeh,, kenapa malah jiwaku saja yang bangun,” ucap Zang Wei mencoba kembali ke tubuhnya.
“Hemm..!! Kenapa ini? Kenapa aku tidak bisa kembali ke tubuhku lagi?” Gumam Zang Wei setelah beberapa kali mencoba.
Zang Wei malah berkeliling Istananya dan mencoba menyapa maupun masuk ke tubuh bawahannya. Tapi tetap tidak bisa.
Tepat di saat Zang Wei ingin pergi ke tempat Kaisar Racun untuk bertanya, sebuah pusaran muncul di depan Zang Wei dan langsung menelannya.
Dunia fana atau biasa di kenal Benua Fana.
Di salah satu Benua bernama Benua Daisan, bagian Barat, terletak sebuah desa bernama Desa Hujan, karena setiap tahunnya, hujan selalu turun setiap musim.
Desa Hujan adalah desa yang tenang dan tentram, mayoritas penduduk desa tersebut adalah petani.
Hasil tani mereka sangatlah melimpah, sehingga mereka hidup bercekupukan.
Beberapa dari penduduk Desa Hujan pun ada yang menjadi pedagang, mereka yang menjadi pedagang menjual hasil tani mereka ke kota-kota, bahkan sampai ke Ibukota karena bibit-bibit yang mereka jual terkenal paling unggul.
...
Di pagi hari yang cerah terlihat saat ini di Desa Hujan beberapa penduduknya sudah mulai bertani di ladang mereka, ada juga yang sedang dalam perjalanan menuju lahan mereka.
Salah satunya adalah sepasang keluarga bersama kedua putra mereka.
Tap tap..!!
“Ayah-ayah, jika hasil sayur yang kita dapat lebih bagus kali ini, maka aku ingin ikut menjualnya bersama paman Lu ya,” teriak seorang remaja berusia 15.
Mendengar itu, sang Ibu pun melotot ke arah putra tertuanya.
“Tidak boleh, di kota sangatlah kejam dan kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kepadamu nanti di sana.” Ucap Zang Nian.
“Tapi ibu, ayah sudah berjanji membiarkan Wei'er ikut jika hasil sayurnya kali ini lebih bagus dari bulan lalu,” mata Zang Wei seketika berkaca-kaca saat ia di marahi ibunya.
“Sekali tidak boleh tetap tidak boleh, ibu tidak ingin kamu terluka nak. Kota itu tidak seperti yang kau bayangkan, di sana banyak sekali para penjahat maupun para ahli bela diri. Itu sangat berbahaya bagimu.” Ucap Zang Nian dengan tegas.
Mendengar perdebatan antara Ibu dan anak. Sang ayah, langsung berdeham.
“Ehem..!! Sudah-sudah, biarkan saja Wei'er kali ini ikut, kan ia bersama Lu Bei, aku yakin Lu Bei akan mampu menjaganya, karena Lu Bei seorang ahli Prajurit Tingkat 1 awal dan juga penjaga Desa kita yang paling kuat,” ucap Lu Ye, yang tak lain kakaknya Lu Bei.
“Tapi Gege,, kau tahu jika Kota itu sangat berbahaya bagi anak seumuran Wei'er, terutama saat ini sangat banyak penculikan yang di jadikan budak lalu di kirim ke Benua Tengah.” Ucap Zang Nian cemberut ke arah suaminya.
“Pokoknya Nian'er tidak ingin Wei'er ikut, titik, awas saja jika Nian'er tidak melihat Wei'er malam ini hingga besok pagi, Nian'er tidak akan mau menyapa Gege lagi,” ancam Zang Nian yang langsung membuat Lu Ye menelan ludah.
Glek..!!
“Sayang, kau tak boleh begitu, apalagi memberikan ancaman di depan putramu,” bisik Lu Ye.
Tapi Zang Nian tidak peduli, ia dengan cepat meraih putra Bungsunya yang masih berusia 1 tahun, tepat setelah meraihnya, Zang Nian pun berjalan meninggalkan suaminya dan putra tertetuanya.
Zang Wei yang melihat Ibunya memarahi Ayahnya, hanya bisa diam.
Walau usianya 15 tahun, tentu Zang Wei cukup cerdas dan terbilang kecerdasannya ini bisa di sandingkan dengan para Bangsawan Yang ada di Ibukota.
“Huuff,, Ibu jadi marah karena kekerasan kepala Wei'er,” gumam Zang Wei merenung akan kesalahannya.
“Maafkan Wei'er Bu, Wei'er tahu ibu sangat khawatir akan keselamatan Wei'er, tapi Wei'er juga sangat ingin melihat apa saja yang ada do Kota dan ingin melihat para Ahli Bela Diri.” Sambung Zang Wei dalam hati.
“Tapi pada akhirnya, itu tidak akan terjadi, karena Wei'er tidak ingin melihat ibu marah ataupun sedih.” Ucap Zang Wei yang berdiri seorang diri di tepi sawah.
...
Lu Ye yang sedang melangkah sembari berbicara, kini tersadar jika langkahnya tidak seiring dengan putranya. Sontak ia pun membalik badan dan melihat putranya merenung.
“Wei'er, apa yang kau lakukan di sana? Ayo cepat, jika terlambat, Ibumu akan marah lagi.” Teriak Lu Ye.
Seketika Zang Wei pun tersadar. “Ah baik Ayah,” balas Zang Wei teriak dan langsung berlari mengejar ayahnya.
...
Saat melangkah, beberapa kali mereka bertemu para penduduk desa yang sedang mencangkul maupun memetik hasil panen bulan ini.
Tap tap..!!
“Ah nak Wei, apa akan ikut memetik hasil sayur lagi bersama ayahmu?” Teriak pria tua mengenakan topi sawah menyapa Zang Wei.
“Iya kakek Gu, doakan saja hasilnya lebih bagus dan lebih banyak dari kemarin.” Balas Zang Wei di sertai seutas senyum hangat.
“Hoho,, sungguh anak yang berbakti,” ucap kakek Gu tersenyum hangat di sertai anggukan, lalu kembali memetik cabai miliknya.
...
Waktu terus berlalu, tanpa terasa sudah sore hari, dan pada saat itu, para petani pun mulai kembali membawa hasil panen mereka, termasuk keluarga Zang Wei.
Tap tap..!!
“Ibu, Wei'er kini tidak akan memaksa lagi untuk ikut ke kota, jadi berhentilah marahnya,” ucap Zang Wei terlihat merujuk kepada ibunya yang masih cemberut.
Zang Nian yang mendengar itu pun tersenyum bahagia. “Apakah benar Wei'er? Jika begitu, Ibu akan buatkan kau Sop sayur ter'enak serta sop daging.” Ucap Zang Nian sembari mencubit pipi putra tertua.
“Emmm emm..!! Iya bu, tapi lepas dulu tangan ibu, ini sangat perih,” ucap Zang Wei cemberut.
“Iya iya,, cepat mandi sana, ibu akan ke dapur membuat makan malam untuk kalian,” balas Zang Nian memasang senyuman hangat.
Zang Wei pun mengangguk, tapi sebelum ke dapur, ia terlihat bermain dengan adiknya Zang Tian.
Terlihat Zang Wei beberapa kali menjahili adiknya hingga membuatnya menangis. Tapi tak lama, adiknya kembali tersenyum.
***
Di waktu yang bersamaan, tepatnya di sebuah Hutan bagian Barat yang cukup Jauh dari Desa Hujan, ada segerombolan Binatang Buas berlari.
Arah yang mereka tuju sangat jelas menuju Desa Hujan, dan di yakini jika kecepatan mereka tetap seperti ini, maka mereka akan sampai malam hari.
Segerombolan Binatang Buas ini berjumlah kurang lebih 2000, dan di pimpin oleh Serigala Mata Darah dan Beruang Emas.
Goarr..!! Auuuu..!!
Tepat setelah mereka sampai perbatasan hutan, Serigala Mata Darah langsung melolong yang membuat segerombolan Binatang Buas berhenti.
Tatapan Serigala Mata Darah dan Beruang Emas seketika tertuju ke Desa Hujan yang berjarak 20 kilometer.
Auuu...!!
Goarr..!! Goarr..!!
Tepat setelah melihat targetnya, Serigala Mata Darah kembali melolong, lalu di sambut teriakan para Binatang Buas.
Tak lama setelah itu, mereka kembali berlari dengan kecepatan sedang menuju Desa Hujan.
Terlihat jelas jika di sekujur tubuh para Binatang buas masih tersisa jejak darah, yang menandakan jika mereka beberapa waktu lalu menyerang sebuah desa juga.
...
Para penduduk Desa Hujan tentu saja tidak akan mengetahui jika segerombolan Binatang Buas akan menyerang desa mereka, karena ini tidak pernah terjadi semenjak berdirinya Desa tersebut.
Anehnya, saat para Binatang Iblis berlari, mereka sama sekali tidak merusak sawah milik penduduk desa yang membuat ini sedikit mencurigakan.
***
Tap tap..!!
“Makanan sudah siap, ayo berkumpul,” teriak Zang Nian dengan nada bahagia.
Zang Wei yang sudah selesai mandi dan bermain bersama adiknya pun langsung melangkah ke meja makan.
Sementara Lu Ye yang sedang memotong kayu bakar di luar, langsung melepas kapaknya.
Tap tap..!!
Tepat pada saat ia hendak melangkah, Lu Ye tanpa sengaja memandang ke arah Barat, langsung melotot.
Karena rumah Lu Ye yang berada di tepi sawah milik penduduk desa, serta berada di bagian Barat, tentu dapat melihat apa yang ada di depannya saat ini.
“Wei'er cepat bawa Ibu dan adikmu lari dari sini, jangan lupa beritahu penduduk desa lainnya.” Teriak Lu Ye sembari mengambil kapaknya kembali.
Tong tong tong...!!
Tidak sampai di situ, Lu Ye langsung membunyikan Alarm desa.
“Serangan Binatang Buas, serangan binatang buas, cepat lari dari sini,” dengan sekuat tenaga Lu Ye berteriak memberitahu para tetangganya.
“Serangan Binatang Buas, serangan binatang buas, cepat lari dari sini,” dengan sekuat tenaga Lu Ye berteriak memberitahu para tetangganya.
Tap tap..!!
Terlihat juga Lu Ye kini berlari dengan sekuat tenaga ke arah pintu masuk.
Bersamaan dengan itu, Zang Wei, Ibu dan adiknya yang di gendong keluar.
“Ada apa Gege?” “Ada apa ayah.” Tanya Zang Nian dan Zang Wei serempak.
“Kita sudah tidak punya waktu, ada banyak Binatang buas menuju kesini. Jadi kalian semua larilah dari desa menuju desa terdekat.” Ucap Lu Ye langsung memegang pundak Zang Wei sembari menatapnya serius.
“Jaga ibu dan adik mu Wei'er, apapun yang terjadi di sini, jangan sampai kembali, teruslah berlari bersama ibu dan adikmu.” Ucap Lu Ye.
“Ta..Tapi tapi ayah, Wei'er ingin-”
“Ayah kau tahu sangat cerdas dan cepat tanggap, jadi berhentilah menjadi anak sekali ini saja.” Potong Lu Ye.
Pandangan Lu Ye pun mengarah ke Zang Nian. “Nian'er, Gege akan menahan mereka sebisa mungkin bersama para penduduk, jika kalian semua sudah jauh, maka Gege dan yang lainnya pasti akan menyusulmu. Jadi jangan khawatir ataupun membangkan.” Ucap Lu Ye menatap istrinya dengan seutas senyum hangat.
Zang Nian yang ingin mengelak, seketika terdiam.
Air matanya seketika menetes, ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tangannya di raih oleh putra tertuanya.
“Ayo ibu, ayah pasti akan kembali dengan selamat, jadi jangan khawatir, jika kita terlalu khawahir, itu akan membebani ayah nantinya.” Ucap Zang Wei yang sadar jika ayahnya pasti tidak akan selamat.
Dengan cepat Zang Wei yang menggendong adiknya berlari sambil menarik tangan ibunya. Sesekali tubuhnya bergetar hebat saat ia melirik ke arah Barat, dimana segerombolan Binatang buas mendekati desa dalam hitungan menit.
Tap tap..!!
Bomm..!!
Argh..!! Argh..!!
Tepat setelah Zang Wei, ibu dan adiknya keluar dari gerbang desa bagian Timur, arah yang berlawanan, suara ledakan pun terdengar menggema.
Beberapa remaja dan orang tua yang ada di Gerbang desa Timur juga ikut berhenti saat mendengar suara ledakan.
“Ti..Tidak, ayah dan kakak ku ada di sana, aku harus kembali,” teriak salah satu wanita berusia 30 tahun di sertai isak tangis. Tapi langkahnya yang akan kembali di hentikan oleh beberapa wanita tua dan para lelaki tua.
Berbeda dengan Zang Wei, ia terlihat kembali menarik tangan ibunya saat mendengar suara ledakan.
“Ayo ibu, pengorbanan ayah akan sia-sia jika kita mati di sini, tidak lama lagi para Binatang Iblis akan mendekati kita.” Ucap Zang Wei sembari menahan isak tangis.
Zang Xian yang berlari sambil di seret, langsung melepaskan tangan putranya di saat mereka akan memasuki hutan bagian Timur dan tepat di seberang hutan, ada sebuah Kota kecil yang memiliki benteng.
Tap tap..!!
“Larilah bersama Tian'er, Ibu juga akan mencoba menghalangi mereka agar kau bisa selamat.” Ucap Zang Xian tersenyum hangat ke arah Zang Wei.
Zang Wei pun seketika berhenti dan membalik badannya. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat para Binatang Buas sudah menghancurkan Desa mereka dalam hitungan detik, ia juga melihat para penduduk yang ikut melarikan diri mulai di cabik-cabik.
Pergerakan para Binatang Buas ini sangat cepat, hampir seluruh penduduk desa yang melarikan diri melalui gerbang Timur terbunuh dan menyisakan setengah saja.
“Ti..Tidak ibu, kita semua tidak akan selamat. Dari awal kita memang sudah mati semenjak kedatangan para Binatang Buas ini.” Ucap Zang Wei langsung tertunduk lesu.
Zang Wei sadar, sekuat tenaga ia berlari, maka ia akan terkejar, karena yang mereka hadapi adalah para Binatang Buas yang bahkan mampu membunuh Prajurit Pemula.
Perlu di ketahui, Prajurit Pemula 10 kali lebih kuat dari manusia biasa. Adapun tingkatan lainnya, yang Zang Wei ketahui hanya Prajurit tingkat 1 sampai Prajurit tingkat 2 saja, karena ia pernah mendengarnya dari pamannya. Untuk tingkatan di atasnya ia tidak mengetahuinya.
Plak..!!
Tepat di saat Zang Wei melamun, sebuah tamparan keras ke wajahnya langsung membuatnya sadar.
“Sadarlah nak, walau Ibu seorang wanita, ibu dulu seorang Ahli bela diri juga, jadi ibu akan menahan mereka selama mungkin, larilah bawa adikmu.” Teriak Zang Nian.
“Setidaknya kau harus mencoba berjuang lebih dulu, jangan menyerah sebelum mencoba.” Sambung Zang Nian.
Hemm..!!
Mata Zang Wei pun kembali bersemangat, tapi matanya langsung membeku di saat melihat adanya Serigala setinggi 3 meter tepat berdiri di belakang ibunya.
“Awas ibu,” teriak Zang Wei langsung menarik tangan ibunya.
Wung..!! Crash..!!
Bruk..!!
Tubuh Zang Wei langsung tercabik yang membuatnya mati seketika dan terjatuh dalam keadaan terbalik.
Terlihat saat Zang Wei terjatuh, ia memeluk tubuh adiknya dan sengaja membelakangi Serigala tersebut, agar adiknya bisa selamat.
“Ti..Tidak,” Suara teriakan Zang Nian seketika menggema saat melihat putra tertuanya mati tersenyum ke arahnya karena berusaha menyelamatkannya.
Blush..!!
Arghh..!!
Aura Zang Nian seketika muncul, bersamaan dengan itu, tubuh Zang Nian bewarna hitam karena memaksakan diri untuk mengeluarkan Energi Qi'nya.
“Mati kau Serigala rendahan,” teriak Zang Nian yang seperti wanita kesurupan, dengan ganas ia menyerang Serigala Mata Darah.
Tapi Serigala Mata Darah yang memiliki kecerdasan layaknya manusia, dengan santai menghindari serangan Zang Nian dan menyerang balik sembari mengayunkan cakar kananya.
Crash..!!
Bruk..!!
Tanpa bisa menghindar Zang Nian terkena serangan dan membuatnya langsung tumbang. Walau begitu ia tidak langsung mati, tatapan matanya kembali normal di sertai air mata menetes mengarah ke putranya.
“Maafkan Ibu karena tidak bisa menyelamatkanmu nak.” Gumam Zang Nian perlahan menutup mata dan pada saat matanya perlahan tertutup, samar-samar ia mendengar suara yang mirip putranya, ia juga mendengar suara pertarungan.
***
Tepat di saat Zang Wei mati, sebuah cahaya yang tidak bisa di lihat siapapun masuk ke dalam tubuh Zang Wei.
Urghh..!!
“Si..Sial, lubang apa yang telah menarik ku tadi?” Umpat Zang Wei atau di panggil Naga Iblis, ia mulai membuka matanya secara perlahan.
Saat ia membuka mata, ia merasakan tubuhnya nyeri dan mendengar suara tangisan Bayi.
“Eeh,, siapa bayi kecil ini? Dan juga dimana aku?” Gumam Naga Iblis terkejut luar biasa.
Tak lama setelah terkejut, pandangan Naga Iblis pun mengarah ke Serigala Mata Darah.
“Kenapa juga ada hewan buruan di sini?” Tanya Zang Wei kembali heran.
Tapi matanya melotot dan meneteskan air mata saat ia melihat sosok wanita tergeletak di depan Serigala Mata Darah.
Deg deg..!! Deg deg..!!
Entah mengapa jantung Naga Iblis berdetak begitu cepat saat melihat sosok wanita di depannya terbaring meneteskan air mata.
Bersamaan dengan air mata Naga Iblis menetes, sebuah ingatan muncul di kepala Naga Iblis dalam hitungan detik.
Hehe,, hehe,, hehe,, Haha,, Haha..!!
Bukannya terkejut, Naga Iblis malah tertawa terbahak-bahak di saat ia melihat ingatan yang muncul di kepalanya.
“Jadi aku di Reinkarnasi dan namaku juga Zang Wei ya. Yang lebih penting, aku kini mempunyai keluarga,” ucap Zang Wei yang kini terlihat sangat bahagia karena tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua yang di berikan ini.
“Akan ku tebus kesalahanku di masa lalu dengan melindungi keluargaku yang di berikan saat ini.” Teriak Zang Wei mulai bangkit dan membaringkan adiknya di tanah.
“Hei kau Serigala kecil, akan ku buat kau merasakan Neraka karena salah memilih mangsa.” Ucap Zang Wei menyeringai dingin dan langsung menerjang ke arah Serigala Mata Darah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!