NovelToon NovelToon

Suami Bayangan

Bab. 1

"Ini tidak mungkin, Dokter pasti salah diagnosa kan?!" Teriak seseorang setelah membaca hasil tes pemeriksaan kesehatannya.

Orang itu terduduk kembali di kursinya setelah mengetahui kenyataan yang begitu pahit dan memilukan dalam kehidupannya yang hampir tiga puluh tahun.

"Apa sudah tertutup kemungkinannya dokter untuk memiliki keturunan?" Tanyanya dengan penuh harap.

"Maaf hanya keajaiban yang bisa terjadi yang bisa menolong Anda," ucapnya dokter.

Perkataan itu terus terngiang-ngiang di telinganya hingga dua tahun pernikahannya. Air matanya selalu jatuh jika harus kembali teringat dengan fakta yang berhasil membuatnya hidup dalam rasa sesal dan ketidakberdayaannya.

Pagi itu suasana sungguh begitu ramai, karena semua anggota keluarga hadir di di depan meja makan. Suara dentingan sendok beradu dengan garpu pagi itu membuat suasana di meja makan itu penuh hikmat. Dalam keluarga itu terdiri dari tujuh orang. Mereka makan tanpa ada yang memulai percakapan sedikit pun.

Bu Dewi menatap ke arah putra sulungnya itu dengan penuh harap, "Nazril sudah lebih setahun kamu menikah tapi, istrimu belum ada tanda-tanda akan hamil," ketusnya Bu Dewi Ayuningtyas yang menghentikan kunyahan makanannya itu.

Nazril dan istrinya saling bertatapan satu sama lainnya sebelum menatap ke arah mamanya itu. Nazril nampak gelisah ketika mamanya membahas tentang anak.

"Kenapa Mama meski setiap kali makan selalu menanyakan masalah kenapa istriku belum hamil juga, apa Mama tidak bosan dan capek menanyakan ini mulu," ketusnya Nazril yang sudah jengah dan jenuh dengan masalah tema keturunan itu yang selalu menjadi bahan perbincangan dan perdebatan.

Nazril dengan terang-terangan memegang tangan kanannya istrinya itu agar tidak terprovokasi dengan ucapan dari mamanya. Sedangkan Zaskia yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum tipis saja.

"Mama aku mohon jangan seperti ini terus, jujur saja tanpa anak kami masih bahagia saja dan saya sama sekali tidak mempermasalahkan masalah istriku hamil atau tidak,bahkan jika istriku seumur hidupnya tidak hamil bagiku itu tidak masalah, kenapa Mama yang harus mempermasalahkan hal ini sedangkan kami fine-fine saja kok, saya tidak tahu bagaimana lagi mengatakan dan menyampaikan kepada mamanya masalah anak itu agar kalian semua bisa mengerti dengan kondisi kami berdua," tegasnya Nazril.

"Mas Nazril, aku yakin Mama itu berniat baik kok dan Mama itu wajar berkata seperti itu, coba lihat Istriku kami baru menikah belum cukup enam bulan Alhamdulillah Anindita sudah hamil empat bulan lagi," imbuhnya Nazrul Ahmad Pramudya yang ikut menimpali percakapan kakak dan mamanya itu.

Nazril melihat ke arah adik keduanya itu, "Nasrul setiap orang itu keberuntungan dan rezekinya tidak ada yang sama, aku hanya meminta kepada kalian agar menerima dan memaklumi kondisi keluarga kami berdua, hanya itu yang aku minta dari kalian tidak banyak hanya itu saja," tegasnya Nazril lagi.

"Mama kenapa kalian membicarakan masalah seperti ini disaat kita makan, apa kalian tidak bisa tenang untuk berdebat, bahkan setiap hari harus seperti ini mulu!" kesalnya Naim yang langsung menghentikan kunyahan makanannya karena berasa sudah tidak sanggup lagi kalau seperti ini terus menerus.

Zaskia hanya menundukkan kepalanya dan tidak ingin berbicara agar tidak memperkeruh suasana pagi itu. Bukannya tidak mampu berbicara tapi,ia lebih memilih untuk diam sementara waktu.

Ibu Dewi menatap kedua anak dan menantunya secara bergantian," Kalian berdua seharusnya memeriksakan kondisi kalian berdua di rumah sakit agar mengetahui dimana letak permasalahan kalian berdua, apa sesulit itu kalian bertemu dengan dokter kandungan, semoga dengan berobat kalian bisa memiliki anak," imbuhnya Bu Dewi.

"Betul sekali apa yang dikatakan mama Mbak, coba bujuk suaminya Mbak untuk ke dokter, karena di dalam keluarga kita hanya kalian yang menikah sudah lama tapi, ga kunjung hamil juga," pungkasnya Zania.

Prang!!

Suara sendok dan garpu yang disimpan di atas piring dengan kekuatan penuh emosi itu membuat semua orang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nazril.

Dengan bola matanya yang menatap nyalang kearah adik dan iparnya itu, "Stop! Kalau kalian tidak berhenti untuk mengolok-olok kekurangan keluargaku, baiklah maka mulai detik ini saya akan meninggalkan rumah ini bersama istri dan kedua adiknya!" Ancamnya Azril yang sudah berdiri dari kursinya bersiap untuk menarik tangan dari istrinya.

Zazkia atau yang akrab dipanggil Azkia oleh adik-adiknya dan juga teman dekatnya itu, menatap sendu ke arah kedua adiknya itu yaitu Anindya dan Andara yang masih melanjutkan sarapannya pagi itu yang seolah tidak terusik dengan perdebatan yang mereka lakukan. Karena semua itu sudah sering kali menjadi saksi dari perdebatan mereka.

Bu Dewi pun spontan bangkit dari duduknya itu melihat sikap kasar anak sulungnya, "Azril! Hanya karena perkataan dari adik dan iparmu itu yang biasa saja kamu sudah ingin pergi dari rumah! tapi kamu perlu mengetahui jika, siapapun berada diposisi mama pasti akan merasa malu dan marah, jika setiap ngumpul dengan teman-teman arisannya Mama, mereka selalu bertanya masalah tersebut, Mama sangat malu Nazril apa kamu sama sekali tidak mempedulikan perasaannya Mama Nak?" Ratapnya Bu Dewi yang sudah meneteskan air matanya itu.

"Kalau Mama malu dengan perkataan mereka gampang banget malah caranya untuk tidak malu, yaitu berhenti untuk ikut arisan dengan mereka, masalah mudah saja kok dibuat rumit," cercanya Azril yang sudah hendak meninggalkan meja makan.

Kedua matanya Bu Dewi melotot saking kagetnya melihat sikap dari putra sulungnya itu, "Azril!! Apa seperti ini balasan yang kamu berikan pada Mama ha!! Mama hanya pengen kalian juga punya anak seperti pasangan suami istri lainnya di luar sana,apa Mama salah?" Bentaknya ibu Dewi Ayu.

Zaskia sering disapa oleh orang-orang terdekatnya dengan panggilan Azkia hingga sampai detik ini juga. Sedangkan Nazriel Khasif Pramudya kadang sapaannya berbeda setiap orang,ada yang menyapanya dengan panggilan Azriel ada juga hanya Nazril saja.

Adik pertamanya bernama Azka Khanif Pramudya, adik bungsunya bernama Asriadi Nazrul Pramudya.

Azkia segera mengelus punggung suaminya itu agar segera menurunkan emosi "Mama, Mas Azril aku mohon jangan seperti ini, aku dan Mas Azril akan menuruti permintaan Mama untuk memeriksakan ke dokter kandungan, jadi aku mohon jangan seperti ini setiap hari selalu saja berdebat, apa kalian tidak capek mempermasalahkan hal ini?" Akhirnya Azkia pun angkat bicara karena sudah hampir empat bulan selalu saja pembicaraan mereka di depan meja makan atau dikala santai pasti masalah ini saja yang mereka bicarakan.

"Azkia, kamu tidak perlu menghiraukan perkataan mereka semua, yang paling penting adalah aku mencintaimu dan aku tidak akan pernah berubah walaupun kamu mandul sampai tua sekalipun!' tegasnya Azril yang menangkupkan kedua tangannya di dagunya Azkia dengan penuh tatapan cinta.

"Mas Asril, kenapa kamu selalu menghalangi niat baik istrimu? Dia sudah punya ide bagus tapi, kamu malah menghalanginya, saya heran dengan sikapmu, kenapa seolah kamu takut?" Terkanya Azka adik keduanya itu.

Asril tidak mengetahui kenapa mereka begitu ngototnya untuk menganjurkan mereka untuk segera memeriksakan kondisi kesehatannya. Azril mulai panik dan salah tingkah dengan perkataan memojokkan dari adiknya dan mamanya.

"Semoga saja mas Azril terprovokasi dan pergi dari sini memboyong istri dan kedua iparnya,saya bosan melihat mereka berada disini membuat mataku serasa perih saja harus melihat mereka setiap hari yang numpang hidup di sini," Andita menatap intens ke arah kedua adiknya Azkia bergantian dengan Azkia.

"Semoga saja Mas Azril jadi pindah sehingga aku lebih mudah membujuk Mama untuk mengganti surat wasiatnya, aku tidak akan ikhlas gara-gara Mas Azril lebih banyak bagian yang dia dapatkan dari pada saya, padahal kami sama-sama anak kandungnya, kenapa meski dibeda-bedakan" gumamnya Azka.

"Kalau memang kamu enggak mau berobat ada jalan keluar yang lebih mudah lagi, asalkan kamu setuju dengan permintaanku ini," ucapnya Bu Dewi yang membuat langkah keduanya terhenti.

Azril menatap ke arah mamanya itu," kamu cukup menikah dengan anak dari teman arisannya Mama, itu sudah cukup mudah menurut Mama," usulnya Bu Dewi.

Bagaikan disambar petir Azkia terperangah dan terkejut bukan main dengan perkataan dari ibu mertuanya itu. Hal inilah yang selalu dia takutkan terjadi dalam rumah tangganya.

"Mama!" cicitnya Azkia yang tidak menyangka akan berakhir seperti ini perselisihan mereka pagi itu.

"Mama, please jangan seperti ini,kami bukannya mendapatkan ketenangan tinggal di rumah ini tapi, rumahnya Mama sudah seperti neraka saja!" geramnya Naim yang langsung bangkit dari duduknya itu.

Mampir baca novel baru aku judulnya "Terpaksa Menjadi Orang ketiga"

give away kecil-kecilan khusus pembaca yang rajin" Caranya hanya baca, Like dan komentar.

Bab. 2

"Apa Mama dan kalian sudah bosan melihat kami disini! Sehingga selalu memaksa kami memiliki seorang anak!? Coba Mama perhatikan baik-baik ke arah kami, apa kami tidak bahagia yang sudah menikah lebih setahun itu?" Kesalnya Azril.

Azril menggenggam erat tangannya Azkia agar bisa tenang dan tidak tersulut emosinya dengan perkataan dari mamanya itu. Azkia meneteskan air matanya itu yang sejak tadi ditahannya.

"Mama! Please aku mohon padamu untuk berhenti merecoki kehidupan keluargaku, kenapa Mama sama sekali tidak mengerti dan memaklumi kondisi kami berdua dan harus sampai kapan saya mengatakan kepada Mama jika, apapun yang terjadi pada istriku aku tetap akan bertahan dan setia padanya, kalau memang Mama seperti ini terus maaf saya akan pergi dari sini!" Ancamnya Azril yang tidak mau mendengar perkataan dari siapapun lagi.

"Mas Azril, lebih baik saya hidup menderita di luar sana daripada harus melihat Mas setiap hari bertengkar dengan keluarga Mas sendiri, sebagai istri hal ini yang paling aku tidak inginkan terjadi, aku sudah berusaha juga untuk hamil tapi,apa boleh buat Allah SWT berkehendak lain," imbuhnya Azkia.

"Azkia tidak perlu banyak bicara lagi karena mereka tidak akan mengerti dengan apa yang kita rasakan, mereka selalu berpatokan pada ada tidaknya anak itu adalah kebahagiaan utama di dunia ini padahal tanpa anak orang juga bisa bahagia, punya anak juga enggak menjamin kebahagiaan," jelasnya Azril.

By Dewi menatap anaknya dengan penuh amarah, "Bawa pergi segera istrimu dan kedua iparmu dari rumahku, jangan harap kamu bisa kembali lagi dari sini! Apapun yang terjadi!" Geram Bu Dewi.

Bab. 2

"Azril! Jika kamu pergi dari rumah ini, jangan harap kamu bisa kembali lagi dan Mama akan menghapus namamu dalam daftar penerima warisan, satu hal lagi bagaimana caramu bisa hidup dengan gaji yang pas-pasan dengan tiga orang yang akan kamu tanggung selama hidupmu, jadi sebelum bertindak pikirkan matang-matang keputusanmu, karena Mama tidak ingin melihat kamu kembali lagi setelah memutuskan untuk pergi dari rumah!" Gertaknya Bu Dewi Ayu.

"Mas Azril, tolong jangan seperti ini, kenapa semuanya tidak dibicarakan dengan kepala dingin, gimana pun juga beliau tetap mamanya Mas," bujuknya Azkia yang tidak ingin melihat perselisihan antara Ibu dan anak itu berlangsung lama.

Azril menatap sendu ke arah istrinya itu, "Apapun yang kita lakukan jika kamu tidak bisa hamil, pasti setiap hari kita akan mendengar omelan dan ocehan Mama, Azkia Mas sangat sayang padamu, Mas tidak pernah mempermasalahkan sedikit pun masalah kita memiliki anak atau tidak, tapi mereka selalu menuntut kita untuk memiliki keturunan sedangkan keturunan itu ditentukan oleh Tuhan yang Maha Pencipta, bukan manusia bukan saya bukan juga dokter," pungkasnya Azril.

"Mbak Azkia!" Cicitnya Anindya.

Azkia menatap ke arah adiknya sambil berusaha untuk tersenyum agar kedua adiknya yang masih kuliah itu bisa tenang dan tidak banyak pikiran.

"Kamu bisa kembali ke rumah ini jika kamu sudah memiliki anak, tapi jika tidak jangan berharap kamu bisa menginjakkan kaki kalian di rumahku ini untuk selamanya sampai matipun Mama tidak sudi melihat kalian lagi!" Geramnya Bu Dewi.

"Mama, insya Allah… kami berempat akan bisa hidup tanpa uluran tangan dari Mama, semoga saya masih sanggup berikan nafkah untuk mereka, semoga Allah SWT masih meridhoi setiap usaha kami," ucapnya Azril lalu segera meraih tangannya Azkia yang hendak berjalan ke arah mama mertuanya itu untuk mengecup punggung tangannya.

"Anindya segera kemas semua pakaian dan barang-barang kalian berdua, ingat kamu Andara bantuin Mbak mu untuk berkemas aku minta jangan berlama-lama di rumah ini!" Pintanya Azril ke hadapan kedua adik iparnya.

"Baik Mas," ucapnya Anindya.

Keduanya segera bergegas menjalankan perintah dari kakak iparnya itu.

Andara melirik sekilas ke arah kakak sulungnya,"Ya Allah… semoga Mbak Azkia bisa bersabar dan tidak terbebani dengan keberadaan kami, ya Allah… aku berjanji setelah memiliki pekerjaan saya tidak akan membantu Mbak Azkia cari uang," bathinnya Andara.

Andara dan Anindya sudah bergerak cepat melaksanakan perintah dari kakak iparnya. Azkia dan Azril sudah berada di dalam kamarnya, Azkia berdiri di depan pintu lemarinya dan siap mengemasi barang-barangnya yang dirasa harus dibawa.

"Sayang, bawa semua barang-barang kita tanpa terkecuali karena selamanya tidak akan kembali lagi ke sini," imbuhnya Azril sembari membantu istrinya mengambil beberapa koper dan tas yang cukup besar.

Setelah beberapa menit kemudian, Azkia dan Azril yang bahu membahu saling membantu dalam mengemas barang-barang mereka duduk di ujung ranjangnya sambil menunggu adiknya selesai berkemas.

Azril memegangi kedua tangan istrinya itu," sayang maafkan Mas yang sudah membuat kamu menderita, gara-gara Mas yang menolak keinginan Mama untuk memeriksakan kesehatan Mas,kita harus pergi dari rumah ini, kamu enggak keberatan kan kalau kita mandiri di luar sana," tanyanya Azril yang menatap intens kedua bola mata istrinya itu.

Azkia berusaha untuk menutupi rasa kecewanya dan sedihnya dengan tersenyum lebar," insya Allah… saya akan mengikuti kemanapun Mas pergi, Mas juga tidak perlu memikirkan masalah saya dan adikku kami tidak akan pernah mengeluh sedikitpun, karena susah senang kita tanggung bersama apapun yang terjadi, kita tetap satu keluarga," imbuhnya Azkia yang tidak akan mungkin memperlihatkan kesedihannya di depan langsung suaminya itu.

Azril menarik tubuh istrinya dalam dekapan hangatnya," makasih banyak atas pengertiannya sayang,Mas sangat bahagia mendengar perkataanmu, tetaplah seperti ini apapun yang terjadi di kehidupan kita selanjutnya," ucapnya Azril.

Azkia menganggukkan kepalanya dengan senyuman tipisnya," Mas kita ini suami istri loh tidak perlu berterima kasih kepadaku, insya Allah… aku akan mendampingi Mas dalam keadaan apapun, sampai akhir menutup mataku ini, hanya kamu yang akan menjadi suamiku hingga maut memisahkan kita berdua," ujarnya Azkia.

"Alhamdulillah begitu mulia hatimu istriku, aku sangat bahagia mendengarnya," ucap Azril yang mengelus puncak rambutnya Azkia yang terikat satu itu.

Anindya dan Andara melihat kedekatan kedua kakaknya itu dan tidak berniat untuk mengganggu kenyamanan mereka berdua.

"Kita tungguin aja mereka di dalam mobilnya Mas Azril saja," pintanya Anindya yang menarik tangan adiknya itu.

"Maafkan saya Istriku, saya tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kepadamu, cukup saya saja yang mengetahuinya dan mungkin rahasia ini akan saya bawa sampai ke kehidupan selanjutnya," Asril membatin.

Berselang beberapa saat kemudian, mereka sudah pergi dari rumah itu. Azka dan istrinya melihat ke arah keberangkatan mereka tanpa ada niatan untuk mencegah mereka pergi, walaupun hanya sekedar basa-basi saja.

Azka menatap mencemooh ke arah kepergian kakaknya itu, " Akhirnya mereka angkat kaki juga dari sini, aku bisa membujuk Mama untuk mengubah surat wasiatnya hanya atas namaku saja seorang," gumam Azka.

"Mas kenapa enggak sejak dulu kita memanasi keadaan agar mereka pergi dari sini?" Lirihnya Anindita yang tersenyum penuh kemenangan melihat kakak iparnya pergi untuk selamanya.

Bab. 3

"Ingat mulai detik ini kamu harus pinter mencuri perhatiannya Mama, dan ingat apapun yang dikatakan oleh Mama ingat untuk jangan sekali-kali untuk menentang keinginan Mama dalam hal apapun itu, karena Mbak Azkia sudah pergi dari sini yang selama ini menjadi menantu kesayangannya mama," ujarnya Azka sambil menyuapi buah yang sudah dipotong-potong kecil untuk istrinya seorang.

Anindita mengecup sekilas bibirnya suaminya itu, "Mas Azka tenang saja,saya akan melakukan yang terbaik untuk mama dan mas, aku akan melakukan apapun untuk merebut hatinya Mama Dewi, percayalah padaku Mas,saya tidak akan pernah mengecewakanmu sayang suamiku,"tutur Anindita Patricia.

By Dewi melihat kepergian putra kebanggaannya itu, putranya yang sama sekali tidak pernah menentang keinginannya selama ini. Putranya yang selalu menurut keinginan dan aturannya itu. Berbeda dengan Azka putranya yang selalu membangkang perintahnya seperti saat Azka menikah dengan wanita pilihannya sendiri.

Sedangkan Azril Attar Pramudya menikah karena dijodohkan dengan Azkia Arsyana Hilman yang kebetulan adalah keponakan dari salah teman arisannya Bu Dewi Ayu.

"Untungnya saya hamil, kalau tidak saya juga akan bernasib seperti Azkia perempuan kampungan dan miskin itu, semoga Mas Azka tidak mengetahui semua faktanya yang sudah saya rahasiakan rapat-rapat," Anindita membatin yang tersenyum penuh kelicikan.

"Kalian pasti akan menderita tanpa bantuannya Mama, buktinya selama ini, kamu selalu meminta bantuan kepada Mama," gumamnya Bu Dewi seraya menatap tajam kepergian anak pertamanya dan menantu kesayangannya itu.

Bab. 3

Satu bulan telah berlalu, bagi Azkia kehidupan barunya bersama suami dan kedua adiknya mereka jalani seperti biasanya. Sedangkan Azril merasakan tekanan yang sungguh kuat dari beberapa orang yang mengenalnya.

Bukan hanya di lingkungan kerja, setiap bertemu dengan rekan kerjanya ada-ada saja yang selalu bertanya kepadanya tentang anak. Di lingkungan tempat tinggalnya pun seperti itu. Bahkan dalam waktu satu bulan itu, sudah dua kali mereka berpindah-pindah.

"Ya Allah… kenapa hidupku semakin menjadi seperti ini, kenapa aku selalu tersudutkan dengan keadaan yang ada," bathinnya Azril.

Azril memukul setir mobilnya dengan kuat saking merasa sakit hatinya dan pusing dengan permasalahan hidupnya.

Sebuah mobil sedan merah terparkir di depan rumahnya dengan rapi. Sang pengemudi sudah keluar dari dalam mobil itu. Dengan langkah kakinya yang lebar, dia menapaki setiap lantai keramik rumahnya dengan tatapan matanya yang sulit diartikan itu.

Azkia yang baru saja selesai masak sore itu khusus untuk suaminya segera melepas apron yang sejak tadi terpasang di tubuhnya itu. Dia berjalan ke arah ruang tengah dan melihat suaminya sedang duduk dengan merentangkan kedua tangannya ke arah samping sedangkan kepalanya disandarkan di sandaran kursi.

Azkia memeluk tubuh suaminya dari belakang," sayang baru nyampai yah?" Tanyanya Azkia yang mendekatkan dagunya di pundaknya Azril dengan penuh kasih sayang.

"Iya baru nyampe, kamu sedang apa tadi?" Tanyanya Azril yang menatap sendu ke arah istrinya.

Azkia memungut jas,dasi, sepatu serta tas kerja suaminya lalu membawanya ke dalam kamarnya sebelum menjawab pertanyaan dari suaminya itu.

Azkia kembali berjalan ke arah sofa ruang tengah rumah kontrakannya itu, "Baru selesai masak, apa mas pengen makan dulu atau mandi dulu?" Azkia bermanja-manja di pundak suaminya itu.

Azril tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan dari istrinya itu," mungkin makan saja dulu baru kita mandi lagian ada yang ingin aku sampaikan padamu," ucapnya Azril sambil menarik tangannya Azkia agar segera naik ke pangkuannya itu.

Azkia dengan senang hati menuruti permintaan dari suaminya,Azril membelai rambut panjang Azkia yang masih terikat satu itu dengan penuh kasih sayang.

"Sayang,apa kamu setuju jika besok sabtu dan minggu kita liburan ke Bali, gimana menurut kamu? Hitung-hitung bulan madu kedua kita," imbuhnya Azril dengan tangannya yang masih setia di wajahnya Azkia.

Zakia menatap intens ke arah bola mata suaminya," dalam rangka apa sayang, tumben ngajakin liburan? Biasanya sabtu minggu masih sibuk kerja, apa mas baik-baik saja?" Tanyanya Azkia dengan penuh selidik.

Azril tertawa menanggapi pertanyaan dari istrinya itu," sabtu minggu aku punya waktu luang untuk istriku, apalagi sudah hampir setahun kita enggak pernah liburan, apa kamu keberatan atau tidak setuju dengan usulanku ini?" Azril masih setia memainkan bibir mungilnya Azkia yang merah merekah itu.

Azkia mengalungkan tangannya ke lehernya Azril dengan tersenyum penuh kegembiraan," ya Allah Mas aku belum jawab loh Mas sudah mengatakan jika aku tidak setuju, malah aku sangat bahagia loh Mas karena sudah mengajak aku liburan dan insya Allah… besok kita berangkat ke Bali," balasnya Azkia.

Azril kembali memainkan rambutnya Azkia dengan menggulung-gulung kecil ujung rambutnya Azkia penuh kelembutan dengan senyuman yang selalu mengembang disudut bibirnya itu. Sesekali mengecup bibir merah dan sedikit basah itu akibat ulahnya sendiri.

"Alhamdulillah kalau kamu setuju berangkat, jadi habis ini kamu persiapkan segala sesuatunya untuk kita bawa ke Bali," ujarnya Azril kemudian menggendong tubuh istrinya itu ke arah dapur.

"Aahhh! Takut mas!" Teriaknya Azkia dengan spontan yang langsung berpegang erat di lehernya Azril dengan sekuat tenaganya saking takutnya terjatuh.

Azril tertawa terbahak-bahak mendengar teriakkan dari istrinya itu," ya elah istriku… kamu tidak akan pernah jatuh selama aku yang menggendongmu lagian kamu juga setiap kali aku gendong pernah jatuh gak?"

Azkia hanya menggelengkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan dari mulut suaminya itu. Azril dengan gagahnya menggendong tubuh istrinya itu hingga ke dalam ruangan dapur minimalis miliknya berdua. Azkia menyadarkan wajahnya ke dada bidang suaminya itu. Dia semakin sayang dan mencintai suaminya itu apa adanya, bahkan rasa sayangnya kepada suaminya itu dari hari ke hari semakin bertambah saja.

"Besok aku harus memulai rencanaku itu, aku harus berhasil demi keutuhan rumah tanggaku," batinnya Azril yang sudah membulatkan tekadnya untuk menyelesaikan apa yang beberapa hari belakangan ini menjadi hal yang terberat dilakukannya.

"Turunkan di sini saja Mas, entar Mas duduk dulu aku akan siapkan makanan khusus dan spesial untuk Mas Azril suamiku tersayang," ujarnya Azkia yang sudah diturunkan tubuhnya dengan perlahan.

Azril dengan patuh menjalankan perintah dari perempuan yang sebenarnya sejak masih memakai pakaian seragam putih abu-abu itu sudah jatuh cinta padanya, tetapi tidak pernah ada sedikitpun keberanian dalam dirinya untuk menyatakan cintanya itu.

Tetapi, setelah mengetahui dia dijodohkan oleh kedua orang tuanya, semakin bertambah gembira lah Azril mengetahui perjodohan sehingga dia tidak menolak sedikitpun keinginan kedua orang tuanya terutama mamanya Bu Dewi Ayu.

Azril menarik salah satu kursi meja makan yang berjumlah enam buah itu, kemudian duduk dengan baik sambil menunggu Azkia selesai menata makanan yang semuanya adalah kesukaannya.

Ada ikan gurame bakar, udang goreng tepung, sambal kacang terasi, sayur asem. Kesemua makanan itu adalah kesukaannya Azril. Azkia sengaja hari ini masak makanan favorit suaminya. Untungnya kedua adiknya termasuk tipe penikmat makanan dengan jenis apa saja tidak pernah memilih dan memilah makanan masuk ke dalam perutnya yang paling penting kenyang, halal dan bersih itu sudah cukup bagi keduanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!