NovelToon NovelToon

SEVENTEEN

Joshua - 1

"Hai Josh,"

Lisa berlari kecil, senyuman cerah terukir di wajahnya yang bulat, tembam dan lucu. Binar mata Joshua yang terang menyoroti Lisa. Senyuman manisnya tersungging seiring Lisa yang mendekat padanya.

"Ngapain lari-lari?" Joshua segera mengusap lembut dahi Lisa yang berkeringat.

"Pengen bareng,"

Joshua hanya tersenyum. Tangannya terulur mengisyaratkan Lisa agar bergandengan dengannya. Lisa sumringah. Dengan cekatan ia menggenggam erat seolah tak ingin berpisah selamanya. Joshua hanya tertawa saja melihat tinggkah Lisa.

"Udah ngerjain PR matematika?"

Lisa mengangguk semangat. Joshua ikut mengangguk gemas. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Sesekali tawa terlepas dari kedua pasangan manis ini. Setiap mata yang melihat mereka, hanya akan menimbulkan rasa iri di hati. Mereka bagai pasangan sempurna yang tercipta untuk satu sama lain.

...***...

Lisa dan Joshua sudah berteman sejak balita. Orang tua keduanya saling bersahabat, itu kenapa mereka juga menjadi dekat. Meski rumah mereka terbilang cukup jauh, namun mereka selalu saling mengunjungi satu sama lain. Setiap weekend, mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Jadi, apakah Lisa dan Joshua pacaran? Jawabannya tentu saja tidak. Apakah mereka punya kisah romantis? Itu sih tergantung sudut pandang ya. Hubungan mereka memang sangat manis. Namun, apakah itu juga termasuk romantis? Aku tidak bisa menjawab itu.

Pagi ini sedang mendung. Lisa masih malas-malasan di rumahnya. Dalam hati ia berharap hujan deras segera turun, maka ia akan memiliki alasan untuk tidak sekolah. Meskipun sebenarnya saat ini ia sudah berseragam lengkap, hanya sedang sarapan dengan mode lambat saja.

"Pagi, Mama.."

"Josh... Pagi nak," Joshua mencium tangan Mama Lisa.

"Udah sarapan?" Joshua menggeleng.

"Sana sekalian bareng sama Lisa," Joshua tersenyum dan segera menghampiri Lisa dj ruang makan.

"Bunda ga masak emang?" Lisa yang melihat Joshua mengambil piring bertanya heran.

"Kamu lupa ya? Bunda kan lagi di LA nengokin nenek," Lisa mengangguk saja. Ia memang suka lupaan anaknya.

Joshua memang keturunan Indonesia asli, namun seluruh keluarganya sudah menjadi warga negara Amerika bahkan sejak sebelum ia lahir. Namun, karena pekerjaan, membuat mereka kembali ke Indonesia.

Sedangkan Lisa sendiri keturunan campuran Indonesia dan Swiss. Gak heran, Lisa memiliki fitur wajah yang indah. Meski bule, Lisa justru berkewarganegaraan Indonesia. Hal ini menjadi bahan ledekan antara Lisa dan Joshua ketika mereka sedang bersama.

"Kamu ke sini mau jemput aku apa mau minta sarapan sih?" Lisa heran, Joshua ngambil makanan banyak banget. Roti panggang iya, sosis sama telur iya, sup kepiting iya, masih ditambah susu satu gelas penuh. Lisa geleng-geleng.

"Aku kalau ga jemput kamu, kamu pasti udah niatan bolos ini," Joshua menjawab seolah bisa membaca pikiran Lisa. Lisa yang ketahuan langsung mencibir tak suka.

"Aku sengaja bawa mobil loh demi kamu," Joshua melanjutkan sambil ngunyah.

"Telen dulu, Shua.."

"Hm..." Mereka lanjut makan dengan tenang.

...***...

Kelas XII IPA 1 lagi jam kosong. Beberapa badut kelas udah bikin kehebohan. Sementara Lisa masih sibuk dengan novel barunya. Joshua sendiri lagi seru main Genshin Impact. Tempat duduk mereka sebenarnya pisah, tapi sudah jadi kebiasaan kalau jam kosong mereka pasti duduk bareng.

"Tumben Sa, asik sendiri?" Rose, temen sebangku Lisa yang baru selesai konser di depan kelas duduk di hadapan Lisa.

"Maksudnya?" tanya Lisa tak paham.

Rose hanya menunjuk Joshua dengan dagunya. Lisa yang paham maksud Rose hanya menunjukkan novelnya. Padahal novel itu sendiri adalah rekomendasi dari Rose. Rose tahu seberapa seru ceritanya, harusnya sih dari sini Rose udah paham.

"Mau gue kasih spoiler ga?" iseng Rose.

"Kasih aja, tapi siap siap buku paket biologi melayang," Rose bergidik mengingat betapa tebalnya buku paketnya itu. Melihat ekspresi Rose membuat Lisa menjulurkan lidahnya, mengejek Rose.

Rose bosen. Semua teman kelasnya lagi asik sendiri. Mau main Hp, tapi batrenya tinggal sedikit. Rose ini memang tim belum ngecas kalo belum 0% sih. Makanya, kalo batre Hp Rose nyampai angka 50% itu udah hebat.

"Lisa, lo sama Joshua pacaran ya?" Lisa emang harus dipancing sama pertanyaan ekstrem biar mau jawab.

"Rose, kalo bosen, nih mainin Hp gue aja," Lisa yang udah paham watak sahabatnya menjawab jengah.

"Wahh, lo cenayang ya?" mata Rose membelalak, sementara tangannya udah nerima Hp dari Lisa.

"Ishh," cibir Lisa.

Joshua mendengar pertengkaran kecil dua sahabat itu. Ia tersenyum manis sekali. Ia menutup aplikasi gamenya.

"Shua kalo bosen juga mending gabung deh tuh sama Bambam konser di depan kelas," kayaknya Lisa emang punya bakat cenayang.

"Ih ga seru," Joshua yang berniat menjahili Lisa jadi terpaksa mundur. Rose yang mendengar itu semua membelalakan mata.

"Beneran cenayang ni anak," Rose memandang Lisa takjub.

Lisa yang terganggu pun menatap tajam kedua sahabatnya itu. Sedangkan dua orang yang ditatap malah nyengir sambil mengisyaratkan tanda 'peace' dengan kedua tangan mereka.

Kini Lisa sudah kembali berkutat dengan novelnya. Sedangkan Rose lagi asik membuka pinterest di hp Lisa. Joshua? Ia sedang asik mengepang rambut Lisa yang terurai panjang. Joshua mengepang dengan telaten dan hati-hati. Bagi anak-anak kelas, itu pemandangan yang sudah sering terjadi. Jadi udah ga ada yang heran.

...***...

Berbeda dengan cuaca pagi yang cenderung mendung, siang ini matahari justru bersinar cukup terik. Joshua sedang menunggu Lisa membereskan peralatan tulisnya. Tangannya dengan jahil memindah-mindahkan pulpen dan pensil ke berbagai tempat. Pantas aja Lisa ga selesai-selesai.

"Joshuaaa," Lisa berteriak geram. Yang diteriakin cuma tersenyum dengan wajah tanpa dosa. Lisa mendengus, meniup poninya ke atas. Joshua gemas dan menepuk-nepuk kepala Lisa

"Jajan yuk," ajak Joshua.

"Jajan apa?" Lisa langsung antusias.

"Strawberry shortcake?" Lisa mengangguk semangat. Muka betenya hilang seketika. Joshua kembali tersenyum. Duh Shua, tau ga sih senyum dia itu maut banget padahal.

Seperti biasa, kedua insan itu berjalan beriringan menuju tempat parkir. Jemari mereka saling bertaut. Joshua dengan sabar mendengarkan setiap celoteh Lisa. Sesekali Joshua menoleh ke arah Lisa dengan tatapan yang lembut. Jika Lisa sedang terbahak, maka, tangannya yang bebas akan memukul pundak Joshua dengan antusias.

Joshua membuka pintu mobil untuk Lisa. Saat Lisa akan masuk, telapak tangan Joshua akan menutupi bagian atas pintu untuk melindungi kepala Lisa. Seringnya Lisa tak sadar dengan sikap gentle Joshua karena sudah terbiasa. Joshua sendiri juga sering tidak sadar dengan sikapnya yang berbeda bila berhadapan dengan Lisa dibanding dengan perempuan lainnya.

"Strawberry shortcake..!! Aku datang...!!" Joshua menggeleng saja mendapati semangat Lisa.

Mobil itu keluar pagar sekolah. Membelah jalanan ibu kota yang cukup ramai. Bersyukur mereka di dalam mobil, karena di luar sedang panas-panasnya. Seperti kata Lisa, Joshua juga membisikkan kalimat 'strawberry shortcake, kami datang,'

...****************...

Joshua - 2

Suara musik dari band terkenal saat ini mengalun, menemani pengunjung kafe yang sekedar nongkrong atau bahkan ada yang sedang kerja kelompok di sana. Sebuah meja yang terletak di sudut paling aesthetic, sudah ada sepasang insan yang sedang bersenda gurau. Sudut yang menampakkan taman tengah kafe yang dipenuhi bunga berwarna-warni. Seorang perempuan sibuk berpose, dan satu lainnya memotretnya dengan senyuman mengembang.

"Shuaa-yaaa, kenapa ga bilang poniku ga rapi gini siih?" Lisa protes hasil photo Joshua yang tidak sesuai keinginannya. Padahal bagi Joshua, semuanya nampak cantik.

"Yaudah sini diphotoin lagi ya.." Joshua sabar sekali.

Menit demi menit berlalu, kegiatan mereka terpaksa berhenti saat hp Lisa berdering.

"Halo , Ma.."

...

"Iya Mama, abis ini.. Hm.." Lisa mematikan sambungan telepon.

"Mama nyuruh pulang?" Joshua penasaran.

"Iya.. Oh ya, kamu sekalian makan malam di rumah aja ya," pinta Lisa. Joshua mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Yuk pulang," tangan Joshua mengulur dan disambut oleh Lisa dengan suka cita.

...***...

"Josh, soal yang ini susah deh," Lisa dan Joshua sekalian ngerjain PR buat besok.

"Mana?" dengan telaten Joshua menjelaskan pada Lisa.

Sesekali tangan Lisa nyomot kue yang udah disiapin oleh mamanya. Namun, matanya masih terus merhatiin penjelasan Joshua. Tangannya juga sesekali nyuapin Joshua kuenya. Jadinya Joshua beberapa kali susah ngomong karena sambil ngunyah.

"Nah udah ngerti kan? Sekarang coba kamu pecahin contoh soal nomor tiga yang mirip kayak yang tadi. Coba sambil kamu jelasin ke aku langkah-langkahnya," Joshua menggeser buku paketnya ke arah Lisa.

"Kok pake ngejelasin segala sih?" Lisa malas harus ngerjain soal sambil ngomong.

"Ya biar aku tau, kalo kamu bener-bener udah paham," Joshua menggeser piring kue agar lebih dekat ke dia.

Saat Lisa memulai penjelasannya, Joshua membalas suapan-suapan Lisa sebelumnya. Anehnya, Lisa juga terima-terima aja. Padahal dia udah abis makan banyak kue tadi. Joshua yang ngeliat Mama mulai berjalan ke arah mereka, sengaja memberi suapan kue yang cukup besar pada Lisa.

"Lisaaa, Kalo lagi ngomong jangan sambil makan dong. Ga sopan nak," Mama menepuk pelan tangan anaknya.

Joshua udah cekikikan di samping Lisa. Sementara Lisa udah ngelirik dengan tatapan siap membunuh. Menyadari dirinya dalam bahaya, Joshua segera berlindung di balik punggung Mama Lisa.

"Hei Joshua..! Tadi ulah kamu kan..!" Lisa udah berdiri sambil menggulung buku latihan soalnya.

"Eh.. eh.. ini apa kok malah jadi kejar-kejaran? Kalian ini, kayak anak kecil aja," Mama Lisa yang sedang menjadi tameng dibuat pusing oleh dua pasang muda-mudi ini.

"Lisa tuh Ma, KDRT.." adu Joshua.

"Heh mulutnya.." Lisa tak terima.

Mama Lisa pun beranjak menuju kamarnya. Dua anak ini ga akan berhenti sampai tiga puluh menit ke depan. Jadi lebih baik ia kembali ke kamar. Pusing.

"Seru banget sih mainnya," seorang wanita paruh baya, namun tetap terlihat sangat cantik itu sudah berdiri di depan pintu.

"Bundaaaa," tanpa menunggu lama, Lisa melesat memeluk Bunda Joshua. Mereka pun berpelukan lama, saling menghapus rindu.

"Lama banget ke Amerikanya?" Joshua menghampiri bundanya yang sudah bersiap untuk pelukan lainnya. Seperti teletubbies, mereka berpelukan bertiga.

"Mama mana?" Tanya Bunda Joshua pada Lisa.

"Bentar, Lisa panggilin," Lisa segera menuju kamar sang Mama.

"Gimana Josh? Kangen Bunda?" Bunda memeluk anak semata wayangnya erat.

"Kok Bunda tau aku di rumah Lisa?" tanya Joshua.

"Memangnya kamu mau kemana lagi kalo ga di sini?" ejek Bunda.

"Eiihh Bunda," Joshua berdecak sebal. "Ayah mana?" tanya Joshua lagi.

"Ayah masih tinggal di sana. Nenek kamu masih harus ada yang ngawasin," Joshua mengangguk mengerti.

Di ruang keluarga yang hangat, kedua keluarga sedang melepas rindu. Obrolan demi obrolan berlalu, tanpa terasa waktu hampir tengah malam. Lisa sudah ngantuk sejak satu jam yang lalu.

"Lisa, masuk kamar gih," Joshua berbisik pada Lisa. Ia tidak ingin mengganggu obrolan bundanya dengan papa dan mama Lisa.

"Masih kangen Bunda, Shuaa," Lisa mencebik sedih.

"Besok nginep di rumah, oke?" Joshua dengan sabar membujuk Lisa.

Lisa mengangguk semangat. Lalu ia pamit untuk pergi tidur duluan. Secara tidak langsung itu menjadi alarm bagi para tetua untuk mengakhiri obrolan. Mereka saling berjanji untuk bertemu kembali di keesokan hari.

"Aku pulang ya. Kamu tidur," Joshua menepuk kepala Lisa lembut. Lisa hanya mengangguk dan tersenyum.

...***...

Jadwal pelajaran hari ini cukup ekstrem bagi Lisa. Berawal dengan Kimia, lalu lanjut Matematika, dan ditambah ada kuis dadakan. Lisa mau nangis rasanya. Ia menoleh pada Joshua. Joshua yang merasa dilihatin pun menoleh. Ia tertawa melihat wajah melas Lisa.

"Kepala gue mendidih," Lisa terkulai di atas mejanya.

"Ini bukan senin tapi kenapa gini amat sih," Rose pun tak kalah mengenaskan.

Lisa dan Rose menghela nafas. Mereka perlu memejamkan mata sebentar. Belum lama mata Lisa terpejam, sebuah botol super dingin menempel pada pipinya.

"Shuaaa..." Lisa kaget. Joshua malah cekikikan, merasa tak berdosa.

"Diminum, biar ga mendidih lagi," masih dengan senyum manisnya, Joshua membuka botol fruitea dingin itu dan memberikannya pada Lisa.

"Gue pengen punya pacar," Rose merana melihat pemandangan di hadapannya ini.

"Lah bukannya lo sama Jimin?" tanya Joshua.

Rose semakin mencebik kesal. Ia pun pergi sambil ngomel. Rose hanya perlu menjauh dari segala bentuk ke-uwuan Joshua dan Lisa. Begitu kok masih berani bilang bukan pacaran. Idih. Rose masih jengkel.

"Udah putus dia," Lisa yang bantu menjelaskan. Joshua hanya mengangguk.

"Mau makan ga?" Joshua mengalihkan pembicaraan. Lisa menggeleng. Makan mah nanti aja istirahat kedua. Sekarang belum terlalu laper. Begitulah pikir Lisa.

"Pas aku di kantin, aku denger gosip," Joshua tumben ngegosip. Lisa pun merasa aneh. Joshua sih cuek aja.

"Katanya bakal ada anak baru di kelas kita," lanjut Joshua.

"Lah aneh, kenapa pindah pas kelas tiga ya?" Lisa heran.

"Apa dia anak-anak bermasalah gitu kah?" Lisa mulai ngegosip.

"Mulutnya ih," Joshua mengusap wajah Lisa dari dahi sampai dagu. Lisa pun mencak-mencak gak terima.

"Joshuaaa.. Ihh..!" Lisa memukul lengan Joshua cukup keras.

"Awww,"

"Eh maafff, sakit? Mana sini?" Lisa panik dan merasa bersalah.

"Candaaa.." Joshua segera kabur, atau dia akan menjadi korban KDRT saat itu juga. Itu sangat tidak keren. Lisa sendiri langsung bangkit dan mengejar Joshua.

Lisa terlalu fokus pengen ngejar Joshua, tanpa ia sadari ada seseorang yang baru saja masuk ke kelas dan tabrakan pun terjadi.

"Eh lo anak TK ya?!! Ngapain lari-larian di dalam kelas sih?" ketus sekali anak ini. Hal ini sukses membuat Lisa kaget. Joshua pun segera menghampiri Lisa. Ia tak ingin Lisanya sampai kenapa-kenapa kan.

"Siapa sih dia?" bisik Lisa pada Joshua, yang dijawab dengan kedikan bahu saja.

...****************...

Joshua - 3

Jam istirahat belum habis, namun Pak Amin, wali kelas XII IPA 1 sudah memasuki kelas. Anak-anak yang sebelumnya ribut langsung duduk di tempat masing-masing. Berhubung Rose belum kembali dari kantin, Joshua menemani Lisa duduk di bangkunya.

"Anak-anak, maaf bapak ganggu jam istirahatnya sebentar," Pak Amin mengawali pidatonya.

"Bapak cuma mau ngenalin murid baru sama kalian," lanjut Pak Amin.

"Silahkan Jeka perkenalkan diri," Pinta Pak Amin pada murid baru di kelas mereka.

"Halo, namaku Jeka," singkat, padat dan jelas. Pak Amin pun pamit keluar setelah membantu Jeka menemukan tempat duduknya.

"Dia kan bocah tengil tadi ya," bisik Lisa lagi, Joshua hanya mengangguk.

Jeka duduk tepat di belakang Lisa. Tatapannya nampak dingin. Seperti seseorang yang tak ingin didekati. Lisa menarik nafas kesal, kenapa anak menyebalkan ini harus duduk di belakangnya. Tak lama bel masuk berbunyi.

Jam pelajaran berlalu, tak terasa jam pulang telah berdentang. Masing-masing siswa membereskan barangnya, bersiap untuk pulang. Begitu pula dengan Lisa dan Rose.

"Langsung pulang?" Joshua yang sudah ada di hadapan Lisa tersenyum sambil memainkan pensil Lisa yang masih di meja. Lisa mengangguk saja.

"Pacaran mulu perasaan," ujar Jeka sinis sambil berlalu keluar kelas.

"Dih siapa tuh?" Rose baru sadar ada anak baru, jutek banget pula.

"Anak baru" jawab Lisa kesal.

"Tengil gitu" Lisa baru akan menjawab dengan sumpah serapah sebelum dipotong oleh Joshua.

"Udah jangan gibah, hm.." Joshua tersenyum sambil menepuk kepala Lisa.

...***...

"Bundaaa..." Lisa teriak begitu pintu rumah Joshua terbuka. Joshua hanya geleng-geleng dengan tingkah Lisa ini. Rumah Joshua sudah kayak rumah sendiri bagi Lisa.

"Eh anak cantik udah pulang?" Bunda menghampiri mereka berdua. "Makan dulu yuk, udah Bunda masakin pindang tulang kesukaan Lisa," ajak Bunda sambil menggamit lengan gadis cantik itu.

"Bundaa, anaknya yang ini loh..." Joshua ngedumel di belakang dua perempuan paling spesial di hidupnya itu.

Makan siang di keluarga Joshua hari ini lebih ramai daripada biasanya. Tentu saja hal itu karena Lisa. Seperti janji Joshua kemarin, Lisa hari ini akan menginap di rumahnya. Dan seperti yang sudah disepakati, Lisa akan tidur dengan Bunda Joshua.

"Belum tidur?" Joshua duduk di samping Lisa. Ia menyerahkan secangkir coklat hangat pada Lisa. Mereka duduk di pekarangan belakang, memandang taman belakang yang penuh dengan tanaman kering. "Bunda mana?" lanjut Joshua.

"Udah tidur. Bunda masih jetlag kayaknya," Joshua mengangguk. Notifikasi dari handphone Lisa terdengar beberapa kali.

"Tumben ada spam chat dari group ini," Lisa menggumam. Joshua jadi ikut penasaran.

"Ah..!" Helaan nafas kesal keluar dari mulut Lisa. Joshua ingin tahu.

"Si Jeka masuk club dance, males banget ga sih," Lisa menjelaskan pada Joshua. Joshua hanya mengangguk dan tersenyum.

"Coba kenal dulu, mungkin dia bersikap menyebalkan ke orang yang ga dikenal aja.." Joshua memasukan helai rambut Lisa yang bebas ke belakang telinga Lisa.

Lisa mendengus kesal. Ia jadi tidak merasa bersemangat untuk latihan dance lagi. Meskipun benar kata pepatah, dont judge a book by its cover, tapi tetap saja rasanya sangat aneh jika dijutekin oleh orang asing.

"Lisa," Joshua menyandarkan kepalanya pada pundak Lisa. "Jangan pernah jauh-jauh dari aku ya," Joshua memejamkan mata.

"Kenapa Josh? Kok gitu ngomongnya?" Lisa bingung, tapi terdengar dengkuran halus dari Joshua. Lisa memeluk Joshua dan menepuk pelan punggung sahabatnya itu. Ada perasaan aneh yang menggelitik di hati Lisa. Begini sebentar lagi gak apa-apa kan? Demikian batin Lisa.

...***...

Hari ini jadwal club dance untuk latihan. Jika tidak ada event, mereka memang hanya menjadwalkan latihan satu minggu sekali. Lisa sendiri sebenarnya sudah tidak terlalu aktif, mengingat dia yang sudah kelas tiga. Tapi dia masih sering dipercaya menjadi mentor. Lisa adalah dancer terbaik di clubnya.

"Aku di lapangan basket ya sama Seungcheol. Kalo kamu udah selesai, langsung nyusul ke sana aja," pamit Joshua. Lisa mengangguk lesu.

"Kok ga semangat gitu? Kenapa? Hm?" Joshua menatap Lisa lembut sambil tersenyum manis banget.

"Males ketemu sama anak tengil itu," tadi aja di kelas dia bikin ulah lagi sama Lisa. Kayak emang sengaja nyari gara-gara gitu.

"Jangan terlalu benci, nanti jadi suka loh," senyum Joshua terlihat sedih. Lisa jadi ingat kalimat Joshua sebelum tertidur. Perasaan aneh itu muncul lagi.

...***...

Tidak banyak hal yang bisa Lisa lakukan di club hari ini. Kegiatan mereka hanya perkenalan anak baru, a.k.a Jeka. Selebihnya latihan biasa. Jika dalam keadaan normal, Lisa udah ngulik lagu terus ngedance. Kali ini, dia malas. Lisa beranjak. Ia berpikir buat nyusulin Joshua di lapangan basket.

"Senior gak niat ya lu? Baru berapa menit udah main kabur aja.." memangnya siapa lagi, di club dance ini, yang berani nyindir Lisa kayak gitu?

"Gue lagi ada perlu. Lagian hari ini ga ada hal penting yang mengharuskan gue tetep tinggal. Ketua club aja ga ngelarang kok," Lisa berdecak kesal. "Lo anak baru, tapi udah sok ngatur!" emosi Lisa makin tak terbendung. Rasanya ia ingin jahit mulut Jeka biar berhenti sinis ke Lisa.

Jeka menatap julid ke arah Lisa. "Keperluan lo itu buat pacaran kan?!" sindir Jeka sekali lagi. Suasana club menjadi canggung. Biasanya, mereka sangat menghargai Lisa, bahkan menghormatinya. Lisa sudah membuat harum club dance ini. Makanya, mereka kaget ada anak baru yang berani julid ke Lisa.

Lisa menarik nafas dalam-dalam. Ia sedang berusaha untuk menahan emosinya agar tak meledak pada saat itu juga. Itu tentu akan berdampak buruk pada image-nya. Tanpa mengindahkan hal lainnya, Lisa bergegas pergi dari ruang latihan.

Kaki Lisa yang jenjang, membuatnya mampu melangkah dengan lebar. Tanpa berlari, Lisa bisa melangkah dengan sangat cepat. Rasa dongkolnya pada Jeka, membuat ekspresi mukanya bersungut-sungut lucu.

Di lapangan basket, Joshua dan Seungcheol sedang asik main basket. Joshua itu memang tipe cowok gentle yang sabar banget. Binar matanya terang, ngebuat kebaikan hatinya terpancar. Senyum yang hampir tak pernah luntur itu juga sangat manis. Tapi ada satu hal yang orang-orang sering tertipu, Joshua selalu punya cara licik untuk menang dalam game yang ia mainkan. Bukan licik dalam arti yang buruk. Tapi ia adalah pemalas yang punya otak. Artinya, dia akan selalu punya cara nyeleneh untuk memenangkan permainan. Lebih sering curang, tapi meski begitu, Joshua bukan orang picik. Ia juga akan sportif mengaku kalah jika memang ia dinyatakan kalah.

Lisa duduk di antara deretan bangku penonton. Melihat Joshua berlari dan tertawa, membuat amarahnya menguap hilang seketika. Lihatlah senyum itu. Itu adalah senyum kemenangan karena Seungcheol masih terlalu baik hati karena tak menyadari tingkah curang Joshua.

"Dasar, tukang curang.." gumam Lisa sambil tersenyum sendiri. Lisa pun bangkit menuju stan minuman terdekat. Ia membeli satu botol air mineral dingin untuk Joshua.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!