NovelToon NovelToon

Godaan Tetangga

Tetangga

"Rania,apa ada yang menghuninya rumah kosong di sebelah kita". Tanya sang suami,kepada Rania yang duduk di sebelahnya.

"Tumben kamu kepo,mas. Biasanya bodo amat,". Jawab Rania, mendelik ke arah suaminya.

"Iya,pas pulang kerja tadi. Kok pintu rumahnya,terbuka lebar. Siapa tau aja,ada hantu di dalamnya. Masalahnya kamu nanti ketakutan, Rania". Kata Fahri, cengir kuda.

"Hmmmm...Ada penghuninya, mas. Alhamdulillah manusia,bukan setan". Jawabnya Rania, tersenyum kecil.

"Oh,kamu tahu siapa? Apa sudah memiliki keluarga,atau lainnya". Fahri, penasaran dengan tetangga sebelahnya.

"Namanya mas Aldo,mas. Tadi kami sempat kenalan, status duda". Jawab Rania, dengan entengnya.

Fahri, langsung melotot ke arah istrinya. Bisa-bisanya dia, berkenalan dengan orang asing. Duda pula di saat,dia tidak ada di rumah.

"Astagfirullah,mas. Jangan melotot seperti itu,seram loh. Bahkan melebihi setan,iiihh...". Rania, bergidik ngeri lalu mengusap wajah suaminya.

"Apan sih, Rania? Aku lagi marah sama kamu, bisa-bisanya kenalan sama orang asing. Apa lagi suamimu tidak ada di rumah,mau dicap murahan". Bentak Fahri, rahangnya mengeras seketika.

"Suudzhon mulu kamu,mas. Aku kenalan sama tetangga kita, barengan sama ibu-ibu sekitar sini. Enak aja,bilang aku murahan. Aku gak kaya wanita di luaran sana,mas. sudah tau punya istri,masih aja menggodanya". Rania, tidak terima atas perkataan suaminya sendiri.

Degggg....

"Jangan jadi kurang ajar, Rania. Aku tahu,kamu menuduh Shania mantan aku. Cuman nebeng doang, cemburunya melebihi sejagad raya". Akhirnya Fahri,mulai melemahkan suaranya.

"Lalu,jika aku pergi ke pasar bareng duda itu. Kamu gak masalah kan,mas. Soalnya aku nebeng doang,kok. Gak ngapa-ngapain,setara suamiku sendiri malas anterin aku kemana". Sahut Rania, tidak kalah juga.

Fahri, mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali meninjau wajah istrinya itu,akan tetapi di urungkan niatnya. "Awas kamu macam-macam, Rania. Tak segan-segan aku, memberikan kamu pelajaran". Tegasnya Fahri, berlalu meninggalkan istrinya di dapur.

Rania, menggelengkan kepalanya dan membereskan meja makan.

Rania,berumur 24 tahun. Usia pernikahan mereka, berjalan 1 tahun. Dia terpaksa menikah dengan anak teman ibunya, sebelum meninggal dunia. Demi permintaan terakhir ibunya, Rania rela memutuskan hubungan dengan sang kekasih. Lalu menerima pinangan Fahri, anak teman ibunya itu.

"Dari pada main ponsel mulu,anak juga gak ada. Mendingan kamu cari kerja, kebetulan sekali restoran temanku mencari karyawan baru". Kata Fahri, menghampiri istrinya duduk di sofa.

"Ngapain aku kerja,mas. Bukankah sudah ada perjanjian,aku akan menikah dengan mu. Asalkan aku tidak bekerja lagi,gajih kamu gede mas. Gak mungkin aku kerja, takutnya uangmu habis sama si mantan". Sindir Rania, langsung.

Rania,memang bosan menjalani rumah tangganya. Apa lagi sang suami, tidak pernah memberikan uang kepadanya. Kebutuhan sehari-hari, Fahri yang belanja bulanan.

Terkadang Rania, memohon-mohon kepada suaminya untuk membeli apa yang dia mau.

Fahri,yang bersikukuh kepada ibunya untuk menikahi Rania. Karena dia,jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Kita sudah menikah 1 tahun, Rania. Tapi,kamu tak kunjung hamil. Apa jangan-jangan,kamu ada masalah". Fahri, menaruh rasa curiga kepada istrinya.

Rania, memutarkan bola matanya. "Mas bukankah kamu tahu, jika aku subur dan tidak memiliki penyakit apapun. Lah kamu, kenapa tidak periksa mas? Aku capek mas, terus-terusan mendengar ocehan ibumu".

"Aku ini baik-baik saja, Rania. Malahan sehat dan tidak memiliki penyakit,karena aku tidak merokok. Apa lagi meminum beralkohol,". Bantah Fahri, langsung.

"Terus,kenapa kamu tidak periksa mas? Tidak salahnya,kamu cek kesehatan mu". Sudah beberapa kali Rania, meminta suaminya untuk mencek. Selalu di tolaknya, beribu-ribu alasan. "Atau jangan-jangan kamu, memiliki rahasia mas".

"Kamu apa-apa,sih? Gak jelas banget,aku mana ada memiliki rahasia". Fahri, langsung membuang muka ke arah lain. Saat Rania, menatap intens ke arah nya.

"Awas aja kamu memiliki rahasia,aku tak segan-segan mencari tahu". Ancamnya Rania, tersenyum smrik.

Nampak buliran keringat membasahi keningnya Fahri,sebisa mungkin berekspresi biasa. "Hmmmm.... Terserah kamu, Rania. Biar kamu puas,".

Rania, memutuskan untuk masuk kedalam kamar dan di susul oleh suaminya.

"Rania,mas pengen". Bisik Fahri, mencium tengkuk leher istrinya. Dengan senyuman manis, Rania mengangguk pelan.

**************

"Rania..!!Rania..!!". Fahri,terus memanggil istrinya. Calingukan mencari seisi rumah,saat di ambang pintu. Fahri, melihat sang istri tengah mengobrol dengan ibu-ibu.

"Rania! Masuk cepat, ngapain ngerumpi pagi-pagi,". Perintah Fahri, langsung di turuti Rania.

"Ngapain teriak-teriak,mas? Aku lagi nyiram bunga di depan,tuh. Kalau mau makan,makan sana. Sudah siap di meja makan,". Rania, melongos melewati suaminya.

"Kerjaan mu, cuman ngerumpi aja. Coba aja cari kerjaan, mengurangi beban pikiran ku". Kata Fahri, sontak membuat Rania menoleh ke belakang.

"Ingat perjanjian mas,jangan pernah aku berubah pikiran". Tegas Rania, menatap tajam ke arah suaminya.

Fahri, mengusap wajahnya dengan kasar. Lagi-lagi sang istri, membahas surat perjanjian tersebut.

Dering ponselnya Fahri,bergetar. Bertanda ada seseorang, tengah menghubunginya.

"Halo,ada apa Shania?". Fahri, langsung mengangkat telpon dari mantan kekasihnya itu. sesekali Fahri, melirik ke arah istrinya yang mulai cemberut.

(Fahri,aku nebeng lagi yah. Soalnya ban mobil aku kempes lagi nih,mau kan?). Ucap Shania,di sebrang telpon sana.

"Kamu iyain,malam ini gak ada jatah mas". Sahut Rania, langsung.

Fahri, langsung memutuskan panggilan telponnya. Tanpa menjawab pertanyaan, Shania. "Kamu gak boleh begitu, Rania. Kasian dia, tidak ada tumpangan berangkat kerja. Kamu sih,gak tau aja. Gimana rasanya telat kerja,lalu di omelanin atasan".

"Hahahaha...Mas,mas,aku pernah kerja kok. Bahkan jika terjadi apa-apa, dengan motorku. Tinggal klik pesan ojol mas, tidak perlu menghubungi mantan alias suami orang". Sahut Rania,yang geram kepada suaminya itu.

"Kamu ini, selalu saja curigaan sama Shania. Aku cuman cinta dan sayang sama kamu. Gak ada yang lainnya,paham!". Kata Fahri, melonggarkan dasinya.

Fahri, bekerja disalah satu perusahaan. Memiliki jabatan lumayan bagus, sebagai manager keuangan.

Rani, mengakui bahwa suaminya sangat pelit dan perhitungan terhadap uang. Selama menikah dengannya,dia tidak pernah membuka dompet sang suami. Apa lagi mengetahui, nominal isi rekeningnya.

"Eleh... Semua kata-kata lelaki, memang begitu mas. Awalnya cumam teman, lama-kelamaan jadi cinta. Apa lagi,kalian pernah menjalin hubungan. Sudah Pastilah,ada bumbu-bumbu cinta yang tertinggal". Sindir Rania, menatap sinis terhadap suaminya.

Glekk...

Susah payah Fahri, meneguk air liurnya.

"Aaarghhh.... Terserah apa yang kamu, katakan. Aku bukan tipe,pria berselingkuh". Bantahnya Fahri, lagi-lagi Rania tidak mempercayai ucapan suaminya itu.

Bakso

"Rania..!!". Teriak Aldo, tetangga sebelah rumahnya.

Rania, melonjak terkejut mendengar teriakkan si duda. Jantungnya berdegup kencang, dengan langkah santai. Dia menuju teras rumah,ada senyuman kecil terbit di sudut bibirnya.

"Eeee...Ada apa, bang Aldo?". Tanya Rania, cengir kuda.

Rania,memang mengakui duda tetangganya itu. Memiliki badan seperti atlet, tubuh kekar,badan tinggi besar, hidung mancung, berkulit sawo matang.

Masya Allah, ciptaan mu. Tidak bisa di ragukan lagi,gak kaya suamiku. Sudah kurus kering,pelit, perhitungan, pokoknya banyak kekurangan.Batin Rania,melamun seketika.

"Wouy...! Mau bakso,gak? Ngelamun aja,". Teriak Aldo, membuyarkan lamunannya Rania.

Aldo, terbilang ramah kepada orang-orang sekitarnya. Bahkan ibu-ibu lainnya, memenuhi teras rumah Aldo. Mereka semua, menikmati bakso traktirannya.

"Eeee... Mau lah, asalkan di traktir". Kekehnya Rania, tersenyum manis. Gak papakan,di traktir pria lain. Punya suami pelitnya minta ampun,gak pernah memikirkan keinginan ku.

"Iya,aku yang bayar. Terserah mau porsi jumbo,atau sama mamang nya juga gak papa". Jawab Aldo, cengengesan.

Rania, langsung tersenyum sumringah. Hatinya berbunga-bunga, mendengar ucapan sang duda. Masya Allah, bahkan tidak pelit sama sekali. Idaman kaum hawa,gak pelit dan batinnya lagi, memuji duda tetangganya itu.

Lagi-lagi Rania, melamun seketika. Sontak ibu-ibu lainnya,membuyar lamunannya lagi.

"Rania,cepat ambil mangkok yang gede. Ngapain diam lagi,ha? Mumpung nak Aldo, traktir nih". Teriak bu Tutik, dengan suara cemprengnya.

"Eeee....Iya,bu. Jangan di habisi yah,tungguuuu...". Rania, langsung berlarian ke arah dapur. Tergesa-gesa mencari mangkok,cukup besar. "Mumpung di traktir hot duda,mangkok ini aja". Kekehnya Rania, setengah berlarian.

Dengan senyuman manisnya, Rania menyerahkan mangkok ke mamang bakso keliling.

"Bang Aldo,mau tanya nih? Dalam rangka apa,kamu traktir kita-kita". Tanya Rania, cengengesan dan salah tingkah.

"Anggap saja ucapan terimakasih atas Kalian semua, menyambut hangat kedatangan ku". Jawan Aldo, terbitlah senyuman manis.

Meleleh hati adek,bang. Lihat senyumannya duda,ada gigi gingsulnya. Batin Rania, menyelipkan rambut di telinga.

"Ini mbak Rania, baksonya sudah jadi". Mamang bakso, menyerahkan mangkok favorit Rania.

"Makasih banyak,mang. Buat kamu Aldo, makasih banyak yah. Sebenarnya, aku sudah lama....Hmmmm....". Rania, menggantung ucapannya. Tentu Aldo, mengerutkan keningnya karena penasaran.

"Maksudnya aku, sudah lama tidak makan bakso". Kekehnya Rania, setengah malu-malu.

"Oh,". Aldo,hanya ber oh saja.

"Maklumlah, suaminya Rania pelitnya nauzubillahi. Masa iuran bulanan, nyumbang cuman 10 ribu. Malu-maluin aja, padahal kerja kantoran. Kamu kenapa betah, Rania? Gak kamu tendang aja, suami macam itu". Sahut bu Etty.

"Boro-boro mau membelikan istri makanan,kasih uang aja gak". Sahut lainnya,akan tetapi Rania acuh saja. Karena dia, sudah kenyang mendengar ucapan para ibu-ibu.

"Gimana lagi bu, namanya juga jodoh. Yah, nikmati dan jalani". Jawab Rania, dengan entengnya. Sesekali melirik ke arah duda, yang sedari tadi memperhatikan dirinya.

Sudah pasti Rania, menjadi salah tingkah. Lama-kelamaan bisa luluh lantak,kepada sang duda.

"Makasih banyak,bang Aldo. Pamit pulang dulu, mau menikmati bakso traktiran dari duda". Kedip mata Rania, tersenyum manis.

Aldo, mengangguk pelan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Rania,gak makan di sini aja. Gabung sama ibu-ibu, lainnya".

"Eee...Gak bang Aldo,malu kalau makan di liatin". Alibinya Rania, langsung melenggang pergi. Cari aman aja,gak sanggup lama-lama di dekat duda. Astagfirullah,ingat Rania. Jika kamu masih berstatus istri orang, walaupun muak melihat tingkah laku suami sendiri.

"Nak Aldo, cantikan istrinya orang. Sayangnya sih, Fahri tidak bersyukur memiliki istri seperti Rania. Malah nih, ibu-ibu lainnya. Seringkali melihat suaminya, barengan sama mantan. Tapi Rania,biasa aja". Ucap ibu, lainnya.

"Kemungkinan sih, Rania sudah kebal terhadap sifat suaminya itu". Sahut ibu lainnya, akhirnya Aldo mendengar keluh kesah para ibu-ibu.

Walaupun dia, cengengesan mendengarnya. Sejak kapan dia, ikutan ngerumpi bareng emak-emak.

Sedangkan Rania, sangat menikmati bakso di sore hari. "Hhmmmmm.... Bakso traktiran duda,memang beda. Masya Allah, nikmati sekali. Apa lagi, mencicipi dudanya. Astagfirullah,kualat kamu Rania sama suami. Tapi,gak papa sih! Karena suami kaya gitu, untung aja aku tahan dan sabar,". Gerutu Rania, lagi-lagi merem melek menikmati baksonya.

"Makan apa kamu, Rania?". Ucap seseorang di ambang pintu,siapa lagi kalau bukan suaminya.

"Astagfirullah,mas. Ucap salam kek,jangan teriak gak jelas. Apa gak malu,di dengar tetangga". Rania, menggelengkan kepalanya.

"Kamu makan apa,ha? Segitunya menikmati, sampai gak tau suami pulang". Fahri, langsung mendekati istrinya. Matanya menatap tajam ke, Rania. "Bakso? Dapat darimana kamu uang,ha? Berani sekali makan sendiri dan di habiskan". Bentaknya langsung.

"Oh,ini di traktir sama tetangga baru kita mas. Tenang aja,yang lain ikutan di traktir kok". Jawan Rania, dengan entengnya.

"Istri durhaka kamu, Rania! Mau-maunya di kibulin sama duda,bilang aja kamu Semar mesem sama dia". Bentak Fahri, rahangnya sudah mengeras.

"Jangan ngaco kamu,mas. Dia gak kaya kamu,sok belagu. Nyatanya pelit dan perhitungan,sama istri". Ucap Rania, menyunggingkan senyumnya.

"Ini terakhir kalinya,kamu menerima pemberian dari duda itu. Awas aja,kamu berani melakukannya lagi". Ancamnya, Fahri. Entah kenapa,dia tidak menyukai duda tetangga barunya itu.

"Sok-sokan kamu,mas. Nyatanya masih peduli dengan mantan kekasih mu, alasannya karena pekerjaan. Cuiihh.... Emangnya aku,gak bisa mas". Rania,malah menantang suaminya.

Fahri, langsung mengusap wajahnya dengan kasar. kepalanya nyut-nyutan, perutnya terasa mules.

"kenapa mas,mules yah? Makanya jangan membohongi istri sendiri, itu karma mas. Karena kamu,makan bareng mantan". Rania, tersenyum smrik.

Glekkk....

Fahri, tidak menyangka jika istrinya tahu. Memang benar dia baru saja, mentraktir mantan kekasihnya itu. "sialan,aku mules". Fahri, langsung berlarian menuju kamar mandi.

Rania,malah cekikikan tertawa melihat suaminya menderita. "Makanya mas,jangan terlalu royal sama mantan. Tapi, pelit sama istri!".

Fahri, bolak-balik ke kamar mandi. Perutnya sangat sakit luar biasa, entah apa yang salah di makannya.

"Rania, maafkanku yah. Tadi aku merasa lapar,karena Shania ikut dengan ku. Terpaksa aku mengajaknya,makan bersama". Fahri, memegang kedua bahu istrinya.

Secepatnya Rania, langsung menepis tangan suaminya itu. "Ck, alasan basi mas. Karena kamu terlalu sering, membawanya. Kamu kira aku tidak tahu, begitu mas? Oh,kamu salah menilai ku".

"Ayolah ,jangan membahas tentang ini terus. Aku sangat lelah, seharian bekerja terus. Setidaknya kamu, pijit-pijit akulah". Fahri, mencoba membujuk istrinya.

Rania, tidak menggubris perkataan suaminya itu. "Sesuai perkataanku,mas. Aku akan tidur di kamar sebelah". Hardiknya, langsung menutup pintu kamar.

Fahri, tersandar di sofa sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

Terpesona

"Loh,kenapa sarapan paginya cuman telor dadar? Gak ada yang lain,jangan malas masak dong". Gerutu Fahri, mengambil 1 telor ceplok di piring.

"Gimana lagi,mas. Semua bahan habis,tinggal telor doang. Waktunya belanja lah,". Jawab Rania, mendelik ke arah suaminya. "Jangan lupa,mas. Skincare ku,habis loh. Kamu harus membelinya, seperti biasa yah". Pintanya lagi, tersenyum kecil.

"Hmmm...pulang kerja nanti,aku belanja bulanan. Kamu gak usah ikut, malu-maluin tau. Banyak maunya,ini dan itu. Aku tidak suka melihat mu,makan banyak-banyak. Nanti malah gendut, seperti bu Yanti. Iiihhh... Ogah banget, punya istri model begitu". Fahri, bergidik geli.

"Siapa juga mau ikut,mas. Calingukan gak jelas,kaya bocah di marahin emaknya minta jajan". Celotehnya Rania, sangat membosankan bersama suaminya.

"Hmmmm...Lebih bagus itu,kamu gak ikut". Sahutnya Fahri, terpaksa harus menikmati telor ceplok bercampur dengan kecap manis.

"Ngomong-ngomong tentang tetangga sebelah,apa pekerjaannya? Sok-sokan traktir ibu-ibu, sekitar". Ledek Fahri, tersenyum smrik. Sialan,kenapa aku kepo dengan tetangga baru itu. Apa lagi berstatus duda, takutnya Rania kepincut dengannya.

"Seorang dosen,mas. Mengajar di salah satu universitas, sekitar sini. Karena dekat dengan kampus, jadi membeli rumah sebelah". Jawab Rania,dia terkejut mendengar jika Aldo membeli rumah itu. Dia mengira Aldo,cuman menyewanya saja. Tumben sekali kamu,mas. ingin tahu, pekerjaan orang lain.

"Eee... Palingan bohong semata,uang darimana? Dia mampu membeli rumah di samping kita, rumahnya jauh lebih besar dari punya kita ini. Ck, pembohong besar rupanya". Decak Fahri, menggeleng kepalanya. Cuman seorang dosen,jauh kalah dengan ku. Mana mungkin Rania, melepaskan suaminya pekerja kantoran.

"Hussssttttt,gak boleh ngomong seperti itu. Siapa tau aja,memang benar. Kita mana tau,berapa gajih seorang dosen. Bahkan kita tidak tahu,asal usulnya. Jangan merendahkan orang lain,mas. Takutnya mas,terkejut-kejut nantinya. Seandainya,bang Aldo anak orang kaya raya". Bantah Rania, suaminya memang suka menjelekkan orang lain.

Selesai makan Fahri, bersiap-siap untuk berangkat kerja. Tak lupa Rania,mengantar suaminya ke depan rumah.

Mata Rania, tertuju sebuah pemandangan begitu menyegarkan. Aldo, tengah merenggangkan otot-ototnya yang kekar.

Banyak ibu-ibu lainnya,terkesima dengan tubuh Aldo begitu sangat sempurna. Ada yang tidak berkedip matanya, sungguh mubazir untuk di hiraukan.

"Masya Allah, ciptaan mu sangat indah". Gumamnya Rania,sontak membuat sang suami murka.

"Rania..!!!". Bentak Fahri, rahangnya mengeras seketika. Mana mungkin istrinya, terpesona dengan duda tetangganya itu. Ini adalah pertama kalinya, Fahri melihat langsung. Siapa sebenarnya tetangga barunya itu, mampu menghipnotis kaum hawa.

"Allahuakbar,mas! Ngapain kamu, bentak keras segala? Gak malu apa,di lihat orang lain". Rania,kesal dengan suaminya berlalu masuk kedalam rumah. Dasar pengganggu,saja. Aku lagi menikmati pemandangan,di pagi hari. Eeee...Di ganggu sama suami kutu kampret, aaaarrgghh...

Benar saja, beberapa sepasang mata tertuju kepadanya. "Ngapain kalian semua, menatap ke sini ha? Jangan ikut campur urusan rumah tangga kami,urus aja rumah tangga kalian". Ucap Fahri, membuat lainnya langsung membuang muka ke arah lain.

"Mas Fahri,salam kenal". Kata Aldo, menghampirinya. Tak lupa mengulurkan tangan, untuk bersalaman.

Fahri,melirik sekilas ke arah tangan Aldo. Tidak ada niat sedikitpun, untuk membalas uluran tangan tetangganya itu.

"Hmmmm... sebentar,lain kali gak perlu traktir istri saya. Jangan sok dekat,sok kenal". Tegas Fahri, melongos masuk kedalam mobil dan meninggal perkarangan rumahnya.

"Bisa-bisanya Rania, bertahan dengan suami seperti itu". Gumamnya Aldo, melirik ke arah pintu rumah Rania. Setelahnya berlalu, pergi ke rumahnya.

****************

"Aaaarrgghh....Gak boleh di biarkan ini, takutnya Rania hilaf sama duda itu. Apa aku suruh aja ibu,tinggal di rumah kami. Aaahh...Mana mungkin juga, Rania mau serumah dengan ibuku". Fahri, semakin gelisah gusar di buatnya. Sangat takut jika sang istri, bermain gila dengan tetangganya itu.

Fahri, berhenti di sebuah perumahan. Keluarlah seorang wanita cantik dan anggun,dia adalah Shania mantan kekasihnya dulu.

Shania, tersenyum sumringah dan duduk di samping Fahri. "Pagi mas, tumben sekali wajahnya di tekuk". Kekehnya.

"Shania,kapan mobilmu baik? Ini terakhir kalinya,aku mengijinkan kamu nebeng lagi. Istri ku marah besar,dia cemburu". sebenarnya Fahri, seringkali beralasan untuk menghindari mantannya. Lagi-lagi dia, selalu luluh dan menuruti perkataan Shania.

"Gak bisa gitu dong,mas. Kita ini pacaran, suka-suka akulah". Bantah Shania, langsung bergelut manja di lengan Fahri.

Fahri, mengusap wajahnya. "Tapi, setidaknya kita jaga jarak dulu. Asal kamu tahu,aku tidak mau kehilangan Rania".

"Menyebalkan sekali,aku gak mau jadi istri keduamu nanti mas. Aku ingat jadi istri pertamamu, tanpa ada orang lain". Sungutnya Shania, begitu sangat mencintai Fahri.

Awalnya biasa saja,ketika Fahri pertama kali bertemu dengan Shania. Entah seiring waktunya berjalan, tumbuhlah bumbu-bumbu cinta. Sehingga mereka berdua, merajut cinta yang belum kelar dulu.

"Mana mungkin juga,aku meninggal Rania. Karena aku sangat mencintainya, begitu juga dengan mu.Masih belum bisa, meminta ijin untuk menikah lagi. Tau sendirilah Rania, bisa melakukan hal yang tidak baik kepadamu". Fahri,di landa gelisah gusar. Sudah pasti Rania, tidak mengijinkan suaminya menikah lagi.

"Gak mau tau, secepatnya kamu menikahi aku. Kalau tidak,aku sendiri yang berbicara dengan Rania". Shania,tak segan-segan menghadapi istri kekasihnya itu.

"Jangan gila, Shania! Aku gak mau, rumah tangga ku kenapa-kenapa? tunggulah sebentar lagi,aku janji". Bujuk Fahri, mencium pucuk kepala sang kekasih.

Akhirnya Shania ,mengalah dan terus mengalah lagi. Walaupun dia, tidak sabar menjadi istri Fahri. Cepat atau lambatnya,aku akan memiliki mas

****************

Sesampai di kantor, Fahri dan Shania nampak biasa saja. Rekan kerja lainnya, tidak mengetahui jika mereka sepasang kekasih.

"Tiap hari seringkali berduaan,yakin kalian gak ada hubungan". Tanya Rudi,teman kerjanya.

"Hahahaha....Gak lah,karena aku sudah punya istri". Jawab Fahri, beruntung sekali beda ruangan dengan Shania. Jika mendengar pembicaraannya, bisa-bisa ngambek beberapa hari.

"Fahri,boleh dong. Bantuin aku, untuk mendekati Shania. Sepertinya,dia tepi wanita nakal". Bisik Rudi, terbilang pria hidung belang.

"Gak,aku tidak setuju. Apa lagi, Shania teman dekat istriku. Mau di hajar habis-habisan, oleh istriku". Alasannya Fahri, langsung. Dia berbohong kepada lainnya,jima Shania teman dekat sang istri. Agar karyawan kantor, tidak mencurigai mereka.

"Ck,sialan kamu. Beruntung sekali, istrimu tidak cemburu buta. Apa lagi,kamu membawa wanita lain dalam 1 mobil". Sahut Andre,yang menguping pembicaraan mereka dari tadi.

"Mereka teman dekat, lagipula Shania ikut dengan ku karena mobilnya mogok. Itupun istriku, yang memaksa berangkat barengan". Alibinya Fahri, tersenyum merekah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!