NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Mantan Kekasih

Bab 1 Meninggalnya Anak Semata Wayang

Yazid berlari kecil di lorong rumah sakit, nafasnya tersengal dan memburu. Ruangan yang ia tuju adalah IGD salah satu rumah sakit TNI-AD di kota itu. Emosi dan kesedihannya meluap seketika. Sehingga dia tidak memperhatikan jalan di depannya, dan sesuatu yang tidak bisa dia cegah terjadi. Yazid bertabrakan dengan seseorang yang seketika mengumpatnya.

"Jalan hati-hati, dong!" hardiknya seraya memungut salah satu benda yang jatuh. Yazid membenarkan posisi tubuhnya yang tadi sedikit oleng karena tabrakan tadi.

"Maaf, saya tidak sengaja," ucapnya sambil menatap lekat orang yang tidak sengaja ditabraknya, ternyata seorang perempuan yang masih muda di bawahnya. Saat kedua matanya bersitatap dengan orang yang ditubruknya, seketika Yazid dan perempuan muda itu sama-sama terkejut.

Yazid kenal betul siapa perempuan muda dan cantik di hadapannya kini. Dia, Heliza, mantan kekasih yang dulu dia tinggalkan karena memenuhi perjodohan kedua orangtuanya dengan Nita. Gadis pilihan orang tuanya karena orang tua Yazid dan Nita bersahabat. Dengan alasan memperpanjang silaturahmi, Yazid yang saat itu baru menyelesaikan pendidikannya sebagai Bintara TNI-AD, langsung dijodohkan.

Sebetulnya Yazid menolak perjodohan ini karena dia punya kekasih, dan masih dalam masa pendidikan yang masih harus melewati masa dinas selama dua tahun.

Masa dinas dua tahun telah terlewati, kedua orang tuanya masih keukeuh ingin menjodohkan Yazid. Akhirnya dengan terpaksa Yazid menyanggupi, dengan syarat menunggu usia dia di 24 tahun. Dengan begitu harus menunggu dua tahun lagi. Dan Yazid berharap selama dua tahun ini kedua orang tuanya berubah pikiran dan lupa akan perjodohannya.

Akhirnya dua tahun kemudian setelah usia Yazid genap 24 tahun, orang tua Yazid tetap memaksa menjodohkannya, meskipun Yazid telah memperkenalkan Heliza sebagai kekasihnya. Dan pada akhirnya karena terpaksa dan demi memenuhi permintaan kedua orang tuanya yang telah berjasa besar dalam hidupnya termasuk dukungan moral dalam kariernya, Yazid dengan berat hati menerima perjodohan itu. Sementara Heliza kekasihnya pergi meninggalkan Yazid dengan luka yang teramat dalam.

Perjodohan itupun terlaksana. Dari perjodohannya kemudian menghasilkan seorang putra. Ghani, anak semata wayang dari pasangan yang sudah lima tahun menjalin rumah tangga. Namun Tuhan berkata lain, Ghani diusianya yang baru lima tahun harus pergi meninggalkan semua, terutama Yazid sebagai Ayah. Yazid sangat terpukul, dia sangat sedih melihat kenyataan bahwa anak semata wayangnya meninggal akibat kelalaian Ibunya.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin itu pepatah yang pantas Yazid dapatkan. Anak yang meninggal ditambah lagi kabar yang memanas menyebutkan bahwa saat kejadian naas yang menimpa anaknya, sang istri Nita sedang bercumbu dengan seorang lelaki yang sama-sama satu profesi dengan Yazid, namun pangkatnya lebih tinggi dari Yazid.

Apalah dikata, kebersamaan dengan sang anak yang baru dirasakannya dua tahun setelah berbagai tugas negara menimpa pundaknya, hanya cukup dua tahun saja Tuhan memberi kesempatan pada Yazid bisa memeluk dan menggendongnya. Ghani baru masuk TK saat itu, dia memasukkan Ghani ke TKIT kala itu. Bacaan Umminya saja mengalahkan Yazid sebagai orang tua. Hafalan surat juz 30 hafal semua diluar kepala.

"Yah, Ghani sekarang mau membacakan surat An-Naba, surat ini sedikit lagi Ghani hafal. Dengarkan ya, Yah," ujarnya pamer hafalan surat An-Naba. Yazid terharu saat mendengar Ghani mengaji surat An-Naba sampai hafal, dia menangis sambil memeluk anaknya. Kesampaian sudah cita-citanya kelak ingin memondokkan Ghani ke pondok pesantren, karena melihat potensi yang sangat bagus di dalam diri Ghani anak semata wayangnya.

"Yah, cita-cita aku, ingin menghadiahkan Ayah dan Bunda sepasang jubah emas di akhirat kelak," ucapnya lagi saat ditanya kenapa ingin jadi hafizd quran. Sungguh jawaban ini membuat Yazid sangat terharu dan menangis sejadi-jadinya.

"Ayah ke kantor dulu ya, ada panggilan dari Komandan," ucap Yazid berpamitan pada anak dan Nita istrinya. Tidak ada firasat saat Yazid akan pergi ke kantor menjumpai Komandannya siang itu.

Sekitar jam empat sore, urusan kantor Yazid bersama Komandan tuntas. Yazid melajukan motornya menuju komplek perumahan tempat dia tinggal. Beberapa meter lagi motornya sampai rumah, tiba-tiba dari arah belakang motornya terdengar suara mobil menabrak sesuatu. "Buggg," begitu terdengarnya.

Yazid menolehkan mukanya ke belakang, dia sudah melihat orang-orang berkerumun di sana. Yazid buru-buru turun dari motornya dan menghampiri kejadian itu, setelah mendekat alangkah terkejutnya dia, rupanya suara tubrukan tadi adalah sebuah mobil menabrak seorang anak kecil yang lari cepat dari arah kiri menuju tengah jalan, sehingga mobil dengan jarak dekat tidak bisa ngerem lagi.

Yazid seperti orang bingung, dia bukannya meraih Ghani yang tidak berkutik berlumuran darah, dia menangis dan menatap hampa lalu berlari kesetanan menuju rumahnya. Sementara orang-orang yang di sana termasuk sang penabrak yang kebetulan Supir bagian logistik di kesatuan Yazid bekerja, ikut sibuk mengevakuasi tubuh Ghani dan segera dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Bunyi sirine ambulans pun memenuhi tempat itu membawa tubuh Ghani ke RS.

Semakin hancur hati Yazid ketika mendengar bunyi sirine itu, dengan amarah yang memuncak Yazid mencari Nita di rumahnya. Saat beberapa meter lagi tiba di teras depan rumahnya, Yazid melihat Nita dan seorang yang dia kenal keluar dari rumahnya. Mata Yazid melotot ke arah dua orang itu. Dia langsung menyambar tangan Nita dan menjamaknya, sementara laki-laki yang Yazid kenal segera beranjak dengan muka yang kaget serta takut.

"Apa yang kamu lakukan, sehingga anakmu kecelakaan saja kau tidak menyadarinya? Apa kau sedang asik berzina dengan durjana itu?" Kemarahan Yazid diketahui warga komplek. Apalagi warga komplek yang sudah keluar sejak tertabraknya Ghani, akhirnya mengetahui juga bahwa Nita keluar dari rumah Yazid bersama seorang laki-laki yang Yazid tahu pangkatnya lebih tinggi darinya di kesatuannya itu.

Nita menjauh, dia takut melihat Yazid marah dengan beringas. Nita mencoba memberi isyarat pada tetangga kompleknya apa yang sedang terjadi. Tetangganya memberitahu bahwa Ghani tertabrak mobil saat dia berlari dari arah kiri. Nita histeris seketika dia berlari dan menangis mendengar kabar dari tetangganya itu.

Saat kemurkaan Yazid perlahan reda, para tetangga komplek memberitahu bahwa Ghani sudah dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Yazid berdiri sambil beristighfar, dia baru sadar dari amarahnya. Dia lantas pergi dengan tergesa-gesa ke RS yang disebutkan tetangganya tadi.

Bayang-bayang kesedihan peristiwa naas yang menimpa anaknya itu membayang terus di setiap langkah Yazid menuju ruangan Ghani dirawat. Langkah kakinya gontai seakan tidak bernyawa.

Sementara Heliza yang bertubrukan dengannya tadi, menatap lara dari kejauhan sembari melangkahkan kaki pelan meninggalkan RS itu, penuh tanda tanya.

Ketika memasuki ruangan anaknya dirawat, Yazid rupanya sudah terlambat. Ghani anak semata wayangnya telah meninggal dan kembali kehadirat illahi robbi. Jerit tangis Yazid pecah seketika serta keluarga Yazid dan keluarga Nita, termasuk Nita juga, menangisi kepergian Ghani sang buah hati tercinta.

Bab 2 Talak Tiga Di Depan Kuburan Ghani

"Ghaniiii, kenapa tinggalin ayah secepat ini? Bukankah Ghani ingin memberi hadiah jubah emas kelak buat ayah dan bunda diakhirat?" Yazid tidak kuasa menahan segala kesedihannya. Dia meraung dan meratap sembari memanggil-manggil nama Ghani. Sebagai seorang prajurit yang notabene harus kuat, nyatanya dia begitu terpukul saat mengingat kepergian anaknya yang sangat tragis.

Jenazah Ghani segera dibawa ke kampung halaman orang tua Yazid yang tidak jauh dari komplek perumahan Yazid tinggal. Mereka segera menguburkan jenazah Ghani penuh khidmat dan banjir air mata. "Nakkk, kenapa tinggalin ayah secepat ini? Kenapa Nakkk, belum lama ayah menikmati kebersamaan denganmu, tapi kamu sudah pergi ninggalin ayah," rintihnya di tanah kuburan yang masih baru dan merah.

Yazid perlahan bangkit. Kesedihan terlihat jelas dalam raut wajahnya. Orang-orang terdekat teman, sahabat, serta kedua orang tuanya maupun kedua orang tua Nita ada di sana dan memberikan dukungan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya. Bagaimana tidak terpukul, baru saja meraup kebersamaan, tiba-tiba harus terenggut dengan cara yang sangat tragis. Dan yang lebih sakit, kejadian tragis ini tidak lepas akibat kelalaian Nita istrinya yang membiarkan Ghani main tanpa pengawasan.

Satu persatu orang-orang di pekuburan mulai pulang, teman dan sahabat dekat Yazid juga mulai pulang. Kini tinggal keluarga inti yang masih setia di sana. Yazid masih tegar berdiri menatap tanah kuburan sang anak, matanya tidak berhenti menetes.

Nita yang masih berada di sana tidak berani mendekati Yazid, dia berada di belakang Yazid bersama kedua orang tuanya yang berusaha menenangkannya.

Bu Aryani, Ibunya Yazid menghampiri dan meraih lembut tangan anaknya yang sedang rapuh kini. Dia mencoba menguatkan Yazid.

"Ayo, pulanglah Zid, Ghani sudah tenang di alam sana. Allah lebih sayang Ghani, ikhlaskan. Ini taqdirNya, bagaimanapun juga harus kita hadapi." Bu Aryani mencoba menenangkan Yazid yang sangat sedih. Yazid bukan tenang, namun tangisnya kian pecah.

"Taqdir yang kejam, Bu. Ghani meninggal dengan cara tidak wajar, Ghani meninggal karena kelalaian dia," tunjuk Yazid pada Nita yang kini tidak berani menatap. Nita menunduk dengan tubuh dihimpit oleh kedua orang tuanya.

Pak Yana dan Bu Yuni orang tuanya Nita, mencoba menenangkan Nita dari kecamuk rasa bersalah. Mungkin Nita menyadari bahwa dia memang salah. Pak Yana dan Bu Yuni pun tidak berani menatap menantunya, karena mereka tahu anak mereka salah, terlebih saat kejadian tragis itu anaknya didapati sedang bersama seorang laki-laki di dalam rumah.

Bu Yuni dan Pak Yana sangat terpukul dan malu atas kelakuan anaknya, meski mereka belum tahu betul apa sebenarnya yang dilakukan Nita bersama lelaki yang masih dikenalnya itu keluar dari rumah Yazid sore itu.

Yazid berbalik, badan kekar yang kini rapuh menatap ketiga orang yang kini baginya bagai musuh. Tatapan matanya menyorot tajam dan memerah sisa tangis tadi. Kemarahan lebih mendominasi di balik sorot mata tajam itu.

"Nita Permatasari Binti Yana, saya talak tiga kamu hari ini di hadapan kedua orang tuamu dan kedua orang tuaku serta di hadapan kuburan anakku, mulai saat ini sudah tidak ada ikatan apa-apa diantara kita," ucap Yazid tandas, tubuhnya kini berbalik dan ambruk di hadapan kuburan anaknya yang masih merah. Yazid menangis lepas di sana. Kini dalam hitungan jam, dia telah kehilangan segalanya, anak dan istrinya. Yang paling disesalkan Yazid adalah kehilangan Ghani dengan cara yang sangat tragis.

Nita dan kedua orang tuanya terkejut dan tidak menyangka, di depan tanah kuburan cucunya Yazid tega berbicara seperti itu. Bu Aryani dan Pak Angga orang tua Yazid juga terhenyak mendengar Yazid mengucap talak tiga kepada Nita menantunya di depan kuburan anaknya.

"Nak Yazid, kenapa kamu begitu tega mengucap talak tiga di depan kuburan anak kalian yang bahkan kuburannya masih basah? Sadarkah Nak, ini menyakiti hati kami dan anak kami, bahkan anak kalian akan lebih sakit hati mendengar kalian harus berpisah seperti ini. istighfar Nak! Hubungan kalian masih bisa diperbaiki, ini hanya kekhilafan. Nita istrimu tidak mungkin melakukan pengkhianatan, dia sangat mencintaimu, Nak." Bu Yuni berkata diiringi tangis yang begitu menyayat.

Yazid membalikkan badan menghadap mantan mertuanya, sebab baginya setelah kata talak tiga barusan, Bu Yuni dan Pak Yana baginya sudah mantan mertua.

"Ibu bilang Yazid tega dengan menalak tiga anak ibu di depan kuburan anak kami, tega Ibu bilang? Bandingkan lebih tega dan lebih sadis mana, ketika Yazid bertugas di luar daerah, berita perselingkuhan istri Yazid santer diberitakan, tapi Yazid berusaha tutup telinga? Bahkan ketika seseorang mengirimkan sebuah foto kebersamaan Nita bersama laki-laki itu, Yazid berusaha tutup mata dan menganggap bahwa kebersamaan itu biasa seperti kebersamaan rekan kerja lainnya." Yazid menjeda sejenak ucapannya, dia mengatur nafasnya yang turun naik. Sementara Bu Yuni, Nita, dan Pak Yana dan kedua orang tua Yazid sama-sama terhenyak mendengar semua pengakuan Yazid.

"Semua berita tentang hubungan affair Nita berdatangan ketika Yazid berada di perbatasan negara, saat itu Yazid sempat sedih. Tapi kawan-kawan Yazid berusaha menghibur Yazid sehingga Yazid bisa melupakan sejenak berita panas itu dan Yazid berusaha menganggap bahwa berita itu bohong belaka. Sampai Yazid pulang kembali ke kesatuan ini, berita itu muncul kembali, namun Yazid berusaha tidak menanggapinya sebab saat Yazid tanyakan pada Nita tempo hari, dia hanya bilang itu hanya kedekatan biasa antara bapak buah dan anak buah yang satu ruangan. Yazid berusaha percaya, walaupun hati Yazid selalu dibalut beribu pertanyaan. Apakah itu semua tidak cukup sebagai sebuah jawaban, siapakah yang lebih tega dan sadis di sini?" tegas Yazid menatap nanar pada ketiganya, Bu Yuni, Pak Yana dan Nita. Air mata Yazid benar-benar luruh di sana.

Tubuh kekar yang kini rapuh itu disangga oleh kedua orang tua Yazid. Bu Aryani ikut menangis mendengar pengakuan Yazid tentang kebenaran Nita menantunya. Menantu yang selama ini dia sayangi dan dia anggap menantu sempurna, namun pada kenyataannya menusuk dari belakang dan mengkhianati kepercayaannya.

"Nak Yazid, jangan percaya berita itu. Itu semua bohong, Nita tidak mungkin melakukan itu, itu bohong, Nak. Benar, kan Nita, semua itu bohong?" Bu Yuni masih menyangkal dan berharap apa yang dituduhkan Yazid pada anaknya adalah kebohongan belaka.

"Sayangnya, semua itu bukan bohong, Bu. Tapi fakta. Dan yang lebih meyakinkan lagi, kemarin semua isu panas itu harus terbongkar dengan sendirinya. Di rumah sendiri Nita berani berselingkuh dan mengajak selingkuhannya masuk rumah dan mereka melakukan perzinahan di rumah kami sendiri. Apakah itu tidak cukup bukti? Karena setelah rumah dibersihkan, ternyata Yazid menemukan banyak bukti perselingkuhan Nita yang sangat menjijikan," tandasnya mengungkap semua bukti penemuannya tentang perselingkuhan Nita, yang kini telah menjadi mantan istri sebab Yazid sudah mengikrar talak tiga di depan kuburan anak semata wayangnya.

Bu Yuni dan Pak Yana serta Nita, terkesima dan shock mendengar pengakuan Yazid yang terakhir ini. Tatapan Bu Yuni dan Pak Yana kini menuju Nita, mereka seperti geram kepada Nita.

Bab 3 Perceraian

Semua pulang dan kembali ke rumah duka, Bu Yuni dan Pak Yana kembali ke rumahnya setelah berpamitan dan berbasa-basi pada keluarga Bu Aryani dan Pak Angga, diikuti Nita yang kini lebih banyak menunduk layaknya pesakitan. Nita yang notebene seorang KOWAD di kantor yang sama dengan Yazid, terlihat sedih dan murung. Tidak terbayang setelah kejadian ini, kasusnya pasti mencuat di lingkungan kantor maupun komplek lingkungannya tempat bekerja. Namun, bisa jadi kasusnya ditutupi sebab laki-laki yang menjadi selingkuhan Nita adalah orang yang berpangkat lebih tinggi dibanding Yazid. Tapi itupun tergantung, jika Yazid mau, dia pasti akan perkarakan kasus perselingkuhan ini di ke ranah hukum militer.

Sebelum benar-benar pergi, Bu Yuni dan Pak Yana berpamitan dan sempat meminta maaf pada kedua orang tua Yazid dan juga Yazid sendir.

"Maafkan kami Nak Yazid, kami malu dengan kejadian ini. Sekali lagi kami minta maaf." Bu Yuni meminta maaf dengan berurai air mata, sementara Yazid hanya diam dengan sorot lurus ke depan namun seakan kosong.

"Yazid juga minta maaf Pak, Bu. Tidak bisa menjadi menantu harapan Ibu dan Bapak, serta belum mampu menjadi suami yang diharapkan anak Ibu. Sekali lagi Yazid minta maaf." Yazid berkaca-kaca seraya menyalami tangan kedua mantan mertuanya itu.

Kedua orang tua Nita kemudian pergi dan berlalu membawa kecewa dan luka hati yang dalam akibat ulah Nita anaknya.

Yazid masuk ke dalam kamar di rumah orang tuanya. Rencananya setelah kejadian tragis ini menimpanya, Yazid akan pindah sementara ke rumah orang tuanya. Yazid merebahkan tubuh di ranjang bekasnya dulu yang kini ditempati adik bungsunya.

"Kak Yazid," sapa Zindar adik lelakinya. Yazid memiliki dua adik, Zindar adik bungsunya yang baru kuliah di perguruan tinggi, dan Kiana adik perempuan, merupakan adik keduanya yang kini baru lulus sarjana di salah satu perguruan tinggi negeri kota Bandung.

Zindar paham dengan perasaan Kakaknya itu. Dia sebagai adik ikut merasakan kecewa dan ikut terpukul dengan kejadian yang menimpa Kakak tertuanya ini. Sekuat-kuatnya Tentara, tapi jika menghadapi peristiwa tragis seperti yang dialami Yazid, pastinya semua akan merasa terpukul. Apalagi Yazid.

"Zin, Kakak untuk sementara tidur bareng kamu ya, malam ini juga beberapa malam berikutnya," ujar Yazid meminta ijin pada adik bontotnya. Zindar mengangguk sambil tersenyum membolehkan Kakaknya tidur di kamar yang sebelumnya memang milik Yazid.

"Sampai kapanpun boleh Kak. Ini kan kamar bekas Kakak dulu," ujar Zindar senang.

Hari berlalu sebulan sudah kepergian Ghani anak semata wayang Yazid pergi. Namun kesedihan masih tetap ada di dalam hati Yazid. Namun Yazid berusaha menyembunyikan kesedihannya dengan melakukan aktifitas sehari-hari. Tidak mudah memang menjalaninya, terlebih kejadian tragis itu masih selalu membayang-bayanginya.

Terlebih kini Yazid masih satu kantor dengan Nita dan lelaki yang menjadi selingkuhannya. Bagaimana hati Yazid tidak stress dan bersedih secara terus menerus? Di kantor saja masih bisa ketemu Nita meskipun scara tidak sengaja.

Dua bulan sejak ikrar talak tiga di kuburan ananya, Yazid baru bisa mengajukan gugatan cerai. Awalnya gugatan cerainya susah diajukan karena bukti dan alasan bercerai tidak kuat, akan tetapi saat Yazid menyodorkan satu bukti yang kuat yakni kelalaian Nita dalam menjaga anak. Akhirnya pengadilan agama mengabulkan keinginan Yazid untuk berpisah dari Nita yang sudah membersamainya selama lima tahun.

Nasib baik, Yazid tidak membeberkan alasan yang sebenarnya kenapa dia menggugat cerai Nita, akan tetapi sebulan kemudian setelah bercerai, Nita dan lelaki yang menjadi selingkuhannya pindah tugas ke luar kot atas permintaannya, namun masih di kota dalam provinsi Jawa Barat.

Hari-hari Yazid kini dilaluinya sendiri. Dia sungguh merasa kesepian. Tiap seminggu sekali Yazid menemui kuburan anaknya demi membunuh rasa sepi dan menumpahkan kesedihannya di sana. Lumayan lama Yazid di kuburan anaknya, bercerita dan curhat di sana. Hampir satu jam Yazid menghapuskan kerinduan pada almarhum anaknya. Setelah sedikit lega, Yazid pulang dan kembali dengan perasaan sedih yang masih ada namun sedikit reda.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!