Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. seharusnya di jam segini jalanan sudah terlihat sepi, namun tidak untuk malam ini Entah mengapa malah terjadi kemacetan panjang di jalan.
Seorang pria tengah duduk dengan gelisah di tempatnya, dia berulang kali mengumpat dan memaki sopir yang hanya bisa diam mendengarkan caciannya.
Pria itu bernama Desta Wiratama seorang CEO muda yang sukses. Dia baru saja akan kembali ke rumah setelah seharian bekerja di kantor.
"Lama sekali, tabrak saja," geram Desta
Mas sopir hanya diam tak menanggapi dia sudah biasa dengan kemarahan tuannya itu yang memang seorang pria yang temperamen.
"Joko!!"
"Maaf tuan, ada kecelakaan di depan!" sahut Joko dengan suara pelan, dia bersikap biasa dan sopan,
"Shiitttt!" Desta memaki, malam ini dia ada janji ketemu dengan teman-temannya di sebuah klub malam yang terkenal di Jakarta.
Begitulah kehidupan sehari-hari Desta setelah seharian bekerja pria itu bukannya pulang ke rumah dan tidur, malah berpesta dengan teman-temannya hingga tengah malam lalu pulang ke rumah dengan keadaan setengah mabuk.
Awalnya dia pikir sempat untuk kembali ke rumah dan mengganti pakaiannya namun dirinya justru terjebak dalam kemacetan seperti ini.
"Nanti jemput saya di tempat biasa," setelah bicara Desta pun memutuskan untuk turun dari mobil dan berjalan mencari jalan pintas agar ia bisa segera keluar dari kemacetan tersebut.
Desta terus berjalan hingga tanpa sadar di ujung jalan dia tidak sengaja menabrak seorang perempuan, dua-duanya terjatuh namun perempuan itu buru-buru menunduk dan menutupi wajahnya menggunakan kerudung yang dia pakai.
"Kamu tidak apa-apa?"
"tidak terimakasih," wanita itu tidak menerima uluran tangan Desta dia berdiri kemudian berjalan meninggalkan desta tanpa mengucapkan apapun.
Desta hanya menggedikkan bahunya, lalu berjalan lurus menuju arah tujuannya, yang memang sudah tidak jauh dari tempatnya saat ini.
10 menit kemudian sampailah dia di tempat tujuan yaitu klub malam terbesar di kotanya. Dia masuk dengan santai, semua penjaga mengenalnya karena dia setiap hari datang dan dia adalah member VIP disana.
Setelah menunjukkan kartu keanggotaan nya, Desta naik kelantai atas menemui Jimy, Vano dan Demian, ketiga sahabatnya yang tak jauh beda dengan nya.
"Hai bro, tumben telat?"
"Iya, kena macet, nih aja gue jalan kaki kesini," sahutnya.
Pria itu langsung meneguk minuman yang terletak diatas meja.
"An*ir sampe kehausan," ejek Vano
"Ba*ot lo,"sahut Desta tak terima.
"Terusin deh berantem nya, gue mau unboxing sana Lily, nggak seru kalau berantemnya sana lo berdua," ejek Jimmy
Pria itu menggandeng wanita cantik disebelahnya, menuju kamar yang memang disediakan di tempat tersebut.
"Hai Des, lo kenapa? kok mukanya kucel gitu?" sapa seorang gadis berpakaian minim yang datang kemudian duduk di pangkuannya tanpa sungkan tangannya membelai Wajah pria itu.
Desta menikmatinya sekilas lalu kemudian menepis tangan gadis itu ," turun! gue lagi nggak mood"
"Gue bisa kok buat lu jadi mood lagi," bisiknya sambil menjulurkan lidahnya menjilat telinga Desta, tangannya juga tidak tinggal diam melingkar di perut pria itu dan meraba-raba di sana.
"Gue nggak minat!!" ucap Desta setengah membentak.
Wanita itu sedikit kaget, dan melirik Demian.
Dengan tangannya Demian menyuruh perempuan itu pergi, dan segera perempuan itu angkat kaki dari sana tanpa mengatakan apapun.
"Gue duluan!!" Vano juga berpamitan bersama gadis dalam pelukannya. Udah dipastikan ke mana arah perginya mereka kalau bukan ngamar.
"Des, mau sampai kapan lo kayak gini?"
"Maksud lo apa?" tanya Desta tak terima
Karena kesal dia mengambil satu gelas lagi Kemudian meminumnya dengan sekali teguk.
"Lo harus lupain masalah lo, atau lo mau gue ajak ke psikiater?"
"Emang lo pikir gue gila?"
"Belom sih, hampir!' sahut Demian
"Lo masih takut sama ancaman Vina!"
"Enggak, siapa bilang?"
"Lah terus ini apa?"
"Gue udah tobat, buat jajan sembarangan, paham!!! gue takut kena penyakit kelamin."
"Serius bukan karena lo takut kutukan?"
"Lo meragukan gue?" Desta tersulut emosi. Dia menatap tajam wajah Demian.
"Enggak," sahut Demian takut.
"Lo boleh pilih cewek mana, dan gue pastikan kalau gue pasti bisa melakukannya,"
"Oke, gue percaya kok!" sahut Demian lagi dan mereka berdua minum sampai mabuk
Jam dua belas malam Desta pulang, di depan pintu rumahnya dia dikejutkan oleh suara tangis bayi.
""Suara apa itu?" tanyanya pada joko
"Bayi pak."
"Lihat siapa yang berani kurang ajar seperti ini"
Joko turun dan kaget melihat ada sebuah box dia mendekat dan Joko semakin terkejut karena isinya adalah seorang bayi.
"Pak ada bayi!" ucap Joko setengah berteriak
"Bayi? bayi siapa?" sahut Desta yang ikut turun, berjalan mendekat dan melihatnya.
'kurang ajar, siapa yang berani meletakkan bayi di depan rumahku?" teriaknya penuh emosi.
"Buang!!!" bentaknya pada joko
"Tapi pak?"
"Aku bilang buang!"
Joko dengan berat hati mengangkatnya dan dia menemukan sebuah kertas, Joko mengambilnya dan memberikannya pada Desta, "Pak ada pesan"
"Tolong rawat anak ini, karena dia adalah darah dagingmu,"
Desta meremas nya kuat, "Bawa masuk!"
Joko membawanya masuk dan segera memangil mbok iyem,
"Mbok ini gimana? bayinya nangis terus
"Haus mungkin?"
"kalian berdua jaga dia, dan usahakan jangan berisik, aku mau istirahat," ucap Desta dengan wajah datar lalu berjalan ke kamarnya.
"Gimana mbok?" tanya Joko bingung
"Ada susu nggak di dalam boksnya?"
"Eh ada mbok tapi cuma ini," Joko menunjukkan sebuah botol berisi susu,
Segera si mbok memberikannya dan bayinya pun tertidur pulas setelah meminumnya.
Dari kejauhan tampak seseorang bernapas lega, dia segera pergi sambil mengusap air matanya.
Desta baru saja akan memejamkan matanya, saat mendengar bayi itu kembali menangis.
Dia menutup telinganya dengan bantal, nun sayangnya suara tangisan itu masih terdengar hingga ke dalam kamarnya.
Desta marah dan segera turun dari tempat tidur berjalan ke bawah untuk menemui si mbok yang sedang bersama si bayi.
"Berisik banget sih, mbok!"
"Nggak tahu Tuan mungkin bayinya haus,"
"kalau haus ya dikasih susu, gitu aja kok repot!"
"Maaf tuan, tapi susunya tidak ada." sahut si mbok takut takut.
"Joko..." Panggil Desta dengan suara tinggi, terlihat jelas pria itu sangat marah, Joko pun segera berlari menemui Tuannya, "ya tuan" sahut Joko pelan
"Beli susu formula untuk bayi ini dan pastikan agar dia diam,"
"Ba...baik tuan."
Si mbok masih terus berusaha menenangkan bayinya dengan menggendongnya.
Sayangnya bayi tersebut tidak mau berhenti menangis, "Bisa diam nggak sih! berisik!!!" kesal Desta
"Maaf tuan, tapi sepertinya bocah ini kehausan,"
"Joko lama kali, saya nggak mau tau pokoknya saya enggak Mau tau, jika bayi ini nggak mau diam juga saya akan membuangnya ke jalan,"
"Jangan tuan kasihan,"
"Tidak bisa, dia bukan siapa-siapa saya Jadi untuk apa saya merawatnya,"
"Tapi tuan,"
"Diam kan bayi itu atau saya buang,''
setelah bicara Desta kembali ke kamarnya, dia Coba memejamkan matanya dan tidur namun entah kenapa pikirannya masih melayang ke arah baik tersebut.
"Siapa yang telah mengirim bayi itu ke rumahnya dan apa tujuannya?"
Desta berjalan mondar-mandir namun tidak dapat menemukan siapa kira-kira yang menjadi Ibu dari bayi tersebut, tidak mungkin salah satu dari para mantannya.
lagi pula sudah hampir 1 tahun dia tidak lagi berkencan dengan wanita.
"hei kenapa aku jadi seperti ini bisa saja itu salah satu pesaing yang ingin menjebakku bodoh kenapa aku harus takut' ucapnya dalam hati.
"Desta kamu jangan sampai terjebak, bisa saja ini hanya trik murahan yang ingin menghancurkan karirmu," ucapnya lagi
Merasa tidak bersalah Desta pun akhirnya memutuskan untuk tidur. sedangkan di bawah bayinya juga sudah tertidur setelah dibeli susu formula oleh si mbok.
***
Desta tidak menghabiskan sarapannya, dia hanya menyesap kopi dan menggigit rotinya sedikit, rasanya tidak berselera
"Mbok, mana bayi itu?"
"Ada di kamar den, tidur "
"nanti siang temani saya untuk mengantarkannya ke panti asuhan, karena tempatnya bukan di sini," tegas Desta
si Mbok terkejut mendengarnya dia tidak percaya tidak menyangka tuan akan melakukan hal itu,
"Maaf den tapi..."
"Sudah jangan banyak tanya, ikuti saja perintah saya, paham!"
"masih syukur saya mengantarnya ke panti asuhan daripada saya buang dia di jalanan, orangtuanya saja membuangnya," tambah Desta
Si mbok terdiam sambil menangis, tak membayangkan jika bayi mungil itu dibuang ke jalanan.
Setelah kepergian Desta, si mbok menghubungi bu Eva, ibunya Desta. Si mbok juga menceritakan semuanya, Bu Eva tentu saja terkejut namun dia tidak setuju dengan pendapat Desta, dia meminta si mbok menunggunya karena dia akan datang kesana.
Satu jam kemudian Bu Eva telah sampai di kediaman Desta dan langsung masuk ke dalam kamar si mbok.
Bayi mungil itu masih tertidur lelap, bu Eva dengan perlahan mengangkatnya dan dia sangat terkejut melihatnya, wajah bayi itu sangat mirip dengan puteranya saat masih kecil dulu, tanpa sadar matanya berkaca-kaca.
Tanpa di tes pun dia yakin jika bayi itu adalah darah daging puteranya, hanya saja wanita itu bingung siapa ibunya. Dan mengapa Wanita itu tidak meminta pertanggungjawaban pada Desta.
"Mbok"
"Ya nyonya..."
"Apa ada pesan di dalam boks itu,"
"enggak ada nyonya, hanya sebuah pesan untuk merawat bayi ini karena dia putri tuan muda,"
"Kasihan sekali wanita itu dia pasti menderita karena terpisah dari puterinya, apalagi dia baru melahirkan.
"Siapa namanya?"
"Saya tidak tau nyonya."
"Aku beri nama dia Naura, nama yang, cantik secantik orangnya"
"Tapi nyonya, kata tuan muda, bayi ini akan dibawa ke Panti asuhan,"
"Apa!!!"
"Apa?"
"Iya nyonya, saya kasihan sekali jika sampai bayi secantik ini di buang," ucap si mbok sedih.
"Tidak, aku tidak setuju, kita akan merawat bayi ini,"
"Tapi nyonya?"
"Bibik tunggu disini, aku akan bicara dengan Desta."
Setelah bicara Bu Eva, memutuskan untuk pergi menemui Desta di kantornya.
Sepanjang jalan wanita itu berpikir, siapa wanita yang meletakkan bayi itu disana, dan mengapa dia tidak minta pertanggungjawaban,
atau apa Desta yang tidak mau bertanggung jawab?'
Bu Eva berjalan masuk ke kantor puteranya. Wanita setengah baya itu tersenyum pada setiap pegawai yang menyapa dirinya. Dia memasuki lift menuju lantai teratas untuk menemui Desta.
"Selamat pagi nyonya," sapa sekretaris nya dengan ramah
"Selamat pagi Tia, Desta ada?"
"Ada Nyonya, mari saya antar
Tia berdiri dan membuka kan pintu untuk nyonya nya.
"Terimakasih," Bu Eva menutup pintu.
"Mama..." seru Desta kaget
"Pagi sayang, apa kabar?' sapa Bu Eva ramah, kemudian berjalan masuk dan duduk di sofa.
"Baik, ada apa Ma?" Desta bangkit dari kursinya menyambut kedatangan wanita cantik itu.
"Apa Mama tidak boleh menemui mu?" ucap sang ibu terdengar merajuk
Desta tergagap, "bu.. bukan begitu Ma, aku cuma kaget aja, nggak biasanya kan?"
Bu Eva duduk di sofa menyusul Desta yang duduk berhadapan dengan ibunya, "Mama mau minum apa?" tawarnya ramah
"Tidak usah Mama cuma sebentar kok, oh ya Mama baru saja dari rumah kamu." ucap Bu Eva santai, menunggu reaksi puteranya
Benar saja wajah Desta berubah, "dan Mama sudah tau semuanya,"
"Ma, ini salah paham, bocah itu bukan anakku, aku yakin ada yang coba menjebakku,"
"Oh ya? siapa? dan apa gunanya?" tanya Bu Eva
Sejenak Desta terdiam, memang benar untuk apa pesaing bisnisnya melakukan itu, apa untungnya!
"Jawab Mama Desta, kenapa diam?"
"Aku tidak tau siapa bocah itu, yang pasti dia bukan anakku?" elak Desta
"Oh ya, apa kamu yakin? bagaimana jika dia benar darah daging mu?" tantang Bu Eva
"Apa maksud Mama?" kali ini Desta sudah mulai menaikkan nada bicaranya, dia marah dan tidak suka dengan tuduhan ibunya itu.
"Bisa saja dia adalah salah satu benih mu yang kau tebar sembarangan," sindir bu Eva yang memang tau kenakalan puteranya itu
"Ma!!"
"Mama tau semua kelakuan mu, Desta!" kali ini Bu Eva bicara dengan nada naik, dia juga tersulut emosi.
"Bisa saja kan, dia anak dari salah satu wanita yang pernah kau tiduri!" bentak bu Eva penuh emosi
"Itu dulu Ma, sekarang aku sudah berubah," bantahnya tak terima
"Hahahaha" bu Eva tertawa sumbang
"Dan anak itu buktinya! dia hasil dari kenakalan mu itu!" bentak bu Eva
Lagu Wanita itu menatap puteranya tajam,
"Apa kau sudah melihat wajahnya? Mama yakin tidak, kareka kau takut, ya kan!"
Bu Eva tersenyum tipis " kau tau, hanya dengan melihatnya saja Mama tau jika dia anakmu,"
"Ma!" Desta berdiri tak terima dengan tuduhan ibunya itu.
"Dengar, Kamu harus bertanggung jawab, rawat bayi itu dan cari siapa ibunya?" tegas bu Eva, dari suaranya siapapun tau jika wanita itu tidak main-main.
"Kenapa harus aku yang merawatnya?, ibunya saja membuangnya."
Plaaak...
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi pria tampan itu, "Seorang ibu tidak mungkin membuang anaknya jika tidak terpaksa, dia hanya menyerahkan kepada yang berhak untuk merawatnya,"
"Sama saja," sahut Desta sambil mengusap pipinya yang terasa panas.
"Mama putuskan untuk merawatnya," lagi Bu Eva bicara dengan suara tegas
"Tidak Ma, aku akan menyerahkannya ke panti asuhan!" Desta tetap bersikukuh Dengan keputusannya.
"Desta!" panggil ibunya dengan nada tinggi, wanita itu tak habis pikir dengan keinginan anaknya, "jangan membuat kesalahan untuk yang kedua kalinya,"
"Bisa saja ini jebakan Ma," Desta terus saja membantah, dia tidak mau bertanggung jawab, Apalagi dia tidak tau siapa ibu bayi itu, sedangkan mantannya banyak, dan dia juga sudah lupa siapa saja mereka.
"Tidak, Mama yakin dia anakmu, dan kamu harus merawatnya, titik. Itu keputusan Mama,"
"Aku tidak mau, aku sibuk dan aku tidak suka bayi itu, dia berisik!"
"Jika kamu tidak mau, Mama akan mencari semua fasilitas dan juga jabatan kamu, paham!!!"
Setelah bicara bu Eva pulang, dia berbalik dan berjalan keluar ruangan Desta dengan perasaan dongkol. Bisa biasanya dia mengelak,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!