NovelToon NovelToon

CLBK Cinta Lama Belom Kelar

BAB 1

1.Tawuran Part 1.

Emira membalutkan kain putih panjang ke kedua lengannya, kacamata tebalnya pun sudah bertengger di wajahnya, sementara Rambutnya sudah diikat menyerupai ekor kuda.

Kaos oblong dipadu dengan kemeja navy membalut tubuhnya, berbeda dengan hari biasa, kali ini dia memakai jeans ⅞ dan sepatu sneaker.

Usai bersiap ia pun meninggalkan kamarnya, motornya sudah terparkir di halaman, karena beberapa saat yang lalu ia sengaja tak memasukkan matic biru kesayangan nya ke dalam garasi.

Emira melaju dengan kecepatan tinggi, menuju lokasi berkumpulnya Arjuna dan teman teman satu geng nya, ia semakin menaikkan kecepatan motor nya jika mengingat ia mungkin tertinggal jika tidak segera bergegas.

Sesampainya di perempatan sebelum sekolah, Emira di hadang enam orang gadis berpakaian hampir serupa dengannya.

"Hei culun, turun kamu," perintah Ranti.

"Nggak akan." Jawab Emira tanpa takut.

"Berani kamu yah?" Voni tiba tiba menarik kepang rambut Emira.

Tanpa menunggu instruksi berikutnya, Ranti mencabut kunci motor Emira.

Dan voni dengan kasar menarik rambut Emira hingga gadis itu terpaksa turun dari motornya.

Setelah Emira turun, ia balas menghempaskan lengan Voni dari rambutnya, pandangannya tampak penuh amarah.

Voni semakin marah, ia pun mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Emira. "Ikuti aku, atau kamu akan menyesal," ancam Voni.

Emira Sama sekali tak takut ancaman Voni, "lepas, aku bukan penjahat," sentak Emira kasar, ketika dua orang anak buah Voni dan Ranti memegang lengannya.

#(turunan siapa nih?? Mommy Stella gak kasar macam ini loh 😱)

"Ayo jalan, dasar bawel," Ranti mendorong kasar pundak Emira.

Emira pun pasrah mengikuti kemana langkah kaki Voni.

Mereka ada di belakang sebuah rumah kosong, halaman belakang tersebut ditumbuhi rerumputan setinggi lutut orang dewasa, suasana sepi dan sunyi, lagipula ini hanya sebuah rumah tua yang tak pernah didatangi pemiliknya.

Emira hanya diam menunggu apa yang ingin Voni bicarakan, tapi Voni dan Ranti hanya diam tak memulai pembicaraan.

"Apa yang ingin kalian sampaikan? Kenapa hanya memandangku?" Tanya Emira tak sabar, dia ingin bergegas agar bisa mencegah tawuran antar geng sekolah, terutama lagi, ia tak mau sesuatu terjadi pada Arjuna.

Voni tertawa miring, "sebelumnya aku tak pernah tahu kalau kamu ternyata cukup bernyali juga, aku pikir kamu hanyalah tikus kecil yang akan dengan mudah aku injak, ternyata aku salah, katakan siapa kamu sebenarnya?"

"Hahahaha … kenapa? Aku tidak menyangka seorang Voni Arnelita, ketakutan dengan gadis culun bernama Mira.”

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi Emira hingga membuat kacamata yang ia kenakan sedikit bergeser.

Emira meraba pipinya yang terasa berdenyut nyeri, emosi nya mulai sedikit terpancing, selama ini ia selalu diam menerima semua perlakuan tak menyenangkan dari Voni dan Ranti, tapi kali ini ia tak bisa tinggal diam.

“Jangan tertawa, aku benci mendengar tawamu,” Voni semakin marah.

Plak

Kali ini tamparan keras mampir di pipi Voni, Emira sudah tak tahan lagi dengan sikap Voni, yang terus menerus menindasnya, jika dibandingkan dengan tamparan Emira, tamparan dari Voni tak berarti apa apa, karena bagi Emira yang sudah terbiasa disiplin berlatih, tentu pukulannya akan terasa luar biasa menyakitkan.

Ranti tak terima, ketika melihat Emira membalas tamparan Voni, maka ia pun kini ikut ikutan menarik kasar kerah kemeja Emira, “berani membalas kamu yah, sudah bosan hidup rupanya,"

Emira tahu, ini bukan saat nya ia berpura pura lemah, justru ini adalah saat yang tepat bahwa ia bukanlah gadis yang bisa diremehkan.

Emira menggenggam kuat lengan Ranti, awalnya ia meremehkan, namun lama kelamaan, genggaman Emira semakin terasa menyakiti lengannya, semakin lama semakin meningkat rasa sakitnya, hingga akhirnya cengkeraman Ranti terlepas dengan sendirinya, Emira tersenyum puas melihat perubahan di wajah Ranti, "jika kamu laki laki, aku sudah membanting tubuhmu tanpa ampun, tapi aku masih berbelas kasih padamu, karena kamu seorang gadis." 

Ranti nampak agak ketakutan mendengar ancaman Emira.

Kemudian Emira melepaskan genggaman tangannya, seketika kelegaan nampak di wajah Ranti.

Emira berbalik hendak pergi meninggalkan Voni dan anak buah nya, tapi sebuah cekalan di bahu, menghentikan nya.

Seketika Emira kembali berbalik, menepis kasar si pemilik lengan, kemudian dengan gerakan cepat Emira membalik lengan Voni ke belakang punggungnya, "kamu ingin merasakan kekuatan tanganku juga rupanya, mulai sekarang jangan berani mencari masalah denganku, atau aku akan mematahkan lengan dan kaki mu." Ancam Emira.

Lagi lagi dengan kasar Emira melepaskan Voni, kemudian berbalik pergi, rupanya ke enam gadis tersebut merasa tak terima dengan penghinaan dan ancaman Emira, mereka pun menyerang Emira bersamaan, hingga akhirnya terjadilah pertarungan tidak seimbang, saling tendang, saling jambak, cakar, hantam, entah apa lagi yang mereka lakukan untuk melindungi diri mereka masing masing.

Sementara itu di jalan raya, tempat motor Emira berhenti, beberapa petugas satpol PP yang usai menjalankan tugas, mereka keheranan melihat sebuah motor berhenti di jalanan sepi tanpa terlihat siapa pemiliknya.

Tak lama sayup-sayup terdengar riuh suara jeritan, dari belakang rumah tua.

Para petugas satpol pp tersebut, ramai ramai mendatangi pusat keributan, ternyata beberapa gadis sedang terlibat tawuran tidak seimbang.

Para petugas tersebut segera bergerak cepat memisahkan para gadis yang sedang berseteru tersebut, dilihat dari sisi jumlah, jelas Emira kalah jumlah, tapi ia cukup puas karena berhasil membuat lebam mata Kiri Voni, tadi ia juga sempat melayangkan tendangan ke dada Ranti, yang pastinya kini juga sudah membiru, dan para anak buah mereka pun masing masing mendapat cakaran dan jambakan di rambut.

Emira pun kondisinya tak kalah mengenaskan, kacamata nya sudah menghilang entah kemana, tapi tak satupun dari mereka berhasil menyentuh wajahnya, Emira sungguh puas melihat kondisi lawannya yang terlihat mengenaskan, Emira yang sudah terbiasa mengalami lebam dan kemerahan di tubuhnya,karena berlatih taekwondo, tapi para gadis yang menjadi lawannya pasti kini tengah luar biasa kesakitan.

Akhirnya ke tujuh gadis gadis itu digiring ke kantor polisi oleh para petugas satpol PP, karena tugas satpol PP bukanlah menangani tawuran pelajar.

.

.

.

Sementara itu di Twenty Five Hotel.

Ponsel Andre berdering, Daddy dari 5 orang anak ini melihat nomor asing tertera di layar ponselnya. (termasuk anaknya Kevin)

“Halo?” jawab Andre.

“Maaf apakah saya sedang berbicara dengan tuan Geraldy?” 

“Iya saya sendiri,”

“Sebelumnya saya minta maaf tuan, karena mengganggu anda, kami dari kepolisian, ingin menyampaikan bahwa adik anda Emira Alexandra sedang berada di kantor polisi, karena tertangkap basah sedang berkelahi dengan rekan sesama siswi SMU Bina Bangsa.”

Sontak Andre berdiri, seketika konsentrasinya buyar, gara gara mendengar berita adik bungsunya terlibat perkelahian.

“Baik pak, saya akan segera ke sana, bisakah anda mengirimkan lokasi anda?” 

Andre menyambar jas nya, mendadak ia blank tidak bisa memikirkan apa apa, Emira adalah kesayangan keluarga Geraldy, sama seperti Luna yang kini juga jadi satu satunya gadis kecil kesayangannya.

Dimas tiba tiba masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu, “lho, mau kemana?” tanya Dimas.

“Om Dimas … letakkan saja di meja, besok aku periksa, sekarang aku harus buru buru, karena Emira sedang berada di kantor polisi, heran kenapa juga gadis itu memberikan nomorku bukannya nomor daddy.” 

“Lho … kenapa Emira?” dimas pun tak kalah tekejut dengan Andre.

“Entah lah om, besok aku ceritakan.” 

Andre pun pergi dengan terburu buru, sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, Andre menghubungi Kevin, dan memintanya datang kekantor polisi.

“Baiklah, kebetulan shift jagaku sudah selesai.”

.

.

.

hai hai hai ... othor moon datang lagi dengan karya baru. masih lanjutan dari kisah SEPASANG MANTAN nya Alex dan Stella, ini anak ke 3 mereka.

tapi mohon maaf, karena masih menyelesaikan SEPASANG MANTAN 2, jadi kisah ini akan sangat sellloooowwww apdetnya.

mohon cinta dan dukungannya yah

sarangeeeeeeee 😘

BAB 2

Tawuran Part 2.

Sementara itu di SMU Bina Bangsa, sekelompok siswa Pria tengah bersiap, mereka adalah para remaja, yang masih mengedepankan ego dan harga diri, tersulut masalah sedikit saja, sudah berakibat fatal, 

Flashback 

Beberapa hari yang lalu, Emira tak sengaja menyenggol salah satu siswa SMU Pelita Harapan, saat itu Emira tengah kerepotan membawa banyak buku yang baru saja ia beli dari salah satu toko buku ibu kota, Emira yang merasa bersalah langsung meminta maaf, tapi gerombolan laki laki tersebut tidak fokus pada permintaan maaf nya, mereka justru fokus pada seragam yang Emira kenakan, yah … sudah sejak lama SMU Bina Bangsa dan SMU Pelita Harapan, bermusuhan.

Entah siapa yang dahulu memulai sejarah tersebut, para siswa siswi kedua SMU tersebut, selalu bersaing dalam segala hal, baik itu prestasi akademik sekolah, maupun prestasi non akademik, salah satu yang termasuk dalam non prestasi akademik adalah mudahnya kedua Siswa siswi SMU tersebut tersulut emosi, seakan akan permusuhan mereka memang sudah mendarah daging, hingga selalu berujung tawuran antar geng di kedua sekolah.

Pihak guru dari kedua sekolah dan pejabat setempat yang berwenang, sudah sering mengadakan perbincangan untuk melakukan mediasi, demi mencari jalan tengah agar tak lagi terjadi keributan, namun seakan akan tak peduli, para siswa selalu punya cara untuk memuntahkan segala bentuk hasil kesepakan kedua belah pihak.

Dan kali ini ke empat siswa laki laki dari SMU Pelita Harapan, tengah menatap tajam pada seragam yang di kenakan Emira, awalnya Emira tak menyadari, namun ketika para lelaki yang seusia dengannya tersebut melihat seragamnya dengan wajah beringas, barulah Emira menyadarinya.

"Eh m … ma … maaf, aku gak sengaja." 

Emira meminta maaf, karena memang merasa dirinyalah yang bersalah.

"Maaf kamu bilang?"

"Iya maaf, karena aku sudah nabrak kalian, aku gak lihat depan karena fokus pada barang bawaanku," 

Jawab Emira, sambil memunguti buku bukunya yang kini berserakan di jalan.

Melihat Emira yang kerepotan memunguti buku, tak ada sedikitpun rasa iba dari para siswa SMU Pelita Harapan, justru mereka tersenyum miring dengan gaya nya yang angkuh.

Setelah selesai memunguti buku bukunya, Emira kembali berdiri, Lagi lagi ia kerepotan membawa buku buku tersebut, menyesal rasanya tadi ia tak mendengar perkataan mommy Stella, supaya ia meminta pak wawan menemaninya ke toko buku, setidaknya ia bisa pulang dulu, dan berganti pakaian, dan tak perlu khawatir jika bertemu para Berandalan SMU Pelita Harapan.

“Kamu pikir semua ini bisa selesai hanya dengan satu permintaan maaf saja?

“Maksud kalian apa?” tanya Emira penasaran.

Ketiga siswa SMU Pelita Harapan tersebut, menggiring Emira ke tempat sepi, lebih tepatnya mereka kini di tempat parkir yang terbilang cukup lengang, Emira mulai meningkatkan kewaspadaan, ia tahu situasinya kini sedang tidak aman. 

“Setidaknya kamu harus menemani kami bersenang senang.” ujar salah satu Siswa SMU Pelita Harapan tersebut.

Emira terbelalak, rupanya dugaannya benar, ketiga siswa laki laki ini hendak melecehkannya, Emira takut? tentu tidak, dengan bekal latihan taekwondonya selama ini ia bisa mengalahkan tiga laki laki di hadapannya dengan mudah, hanya saja Emiira tidak ingin gegabah, ia berusaha agar tidak sampai terjadi perkelahian yang mungkin berujung tawuran antar sekolah. 

“Bersenang senang? apa maksud kalian?” tanya Emira berpura pura polos.

“Perlukah aku mengajarimu?” tanya lelaki pertama yang sejak tadi mendominasi percakapan, laki laki itu bahkan dengan kurang ajar mencolek dagu Emira.

Emira semakin terkejut, kini emosinya mulai naik, percuma saja sejak tadi ia berpura pura lemah dan tak berdaya, karena semakin lama Emira yakin keempat laki laki di hadapannya akan semakin kurang ajar tingkah nya.

“Tolong jaga sikap kalian, aku sudah minta maaf karena tidak sengaja menabrak kalian, tapi jika kalian tetap seperti ini, aku tidak yakin akan tetap diam menghadapi sikap kurang ajar kalia.” 

“Waaah rupanya kamu cukup bernyali, berani berani nya kamu mengatai kami kurang ajar, hah? sudah bosan hidup rupanya?”

“Aku tidak bosan hidup, hanya saja, aku cepat bosan jika menghadapi laki laki pengecut seperti kalian,” ejek emira pada keempat lelaki yang kini mengepungnya. 

“Kalian berempat, sementara aku hanya seorang diri, kalian bahkan tidak membawakan barang barangku, selain tidak sopan pada seorang gadis, kalian juga sudah bersikap kurang ajar.” jawab Emira dengan berani.

#(bener bener turunan mommy Stella, gak takut menghadapi sekelompok anak anak preman.)

Mendengar pernyataan Emira, laki laki pertama tersebut sontak tersulut amarahnya, hampir saja ia melayangkan pukulannya ke wajah Emira, namun seseorang menahan lengannya, Emira yang sudah memejamkan kedua matanya, mengintip sedikit dari balik kacamata, pukulan yang ia kira akan ia terima, ternyata tak pernah terjadi, dan kini ia tak sendirian, kedatangan Arjuna membuat Emira bisa bernafas lega, entah dari mana datang nya Arjuna, tapi dari manapun datangnya, Emira tetap merasa bersyukur.

Arjuna tersenyum miring, “rupanya sikap kalian tidak pernah berubah sejak dulu, sungguh pengecut sikap kalian, apa kalian tidak lihat, kalau dia adalah seorang gadis, bagaimana bisa kalian melawan seorang gadis lemah seperti dirinya,” Arjuna jadi Emosi meghadapi keempat lelaki di hadapannya.

Rupanya keempat siswa SMU Pelita Harapan tersebut sudah mengenal Arjuna, “jangan hanya karena geng sekolah kita saling bermusuhan, lalu kalian semena mena menindas gadis ini, dia bahkan tak pernah terlibat dalam permusuhan antar geng, tapi kalian tega teganya melibatkan gadis ini.”

“Bukan urusanmu, jangan bilang kalau kamu akan mengaku ngaku sebagai pacar gadis culun ini,”

“Tidak, dia memang bukan kekasihku, tapi aku berkewajiban melindungi harga dirinya sebagai seorang gadis, terlebih lagi dia hampir mengalami pelecehan.”

“Apa kamu tahu akibat dari perbuatanmu?”

“Iya aku tahu, aku tidak takut, kapan waktunya? sebutkan saja, kami pasti datang dan meladeni kalian.” Arjuna adalah seseorang yang tidak bisa diam bila menerima tantangan, kamu jual aku beli, begitulah prinsipnya.

Keempat siswa SMU Pelita Harapan tersebut, tersenyum miring, karena mereka telah berhasil menyulut amarah Arjuna. 

“Baik tunggu saja tanggal mainnya.”

Empat orang siswa SMU Pelita Harapan itu berbalik dan meninggalkan Emira yang kini ditemani Arjuna, sepasang anak muda ini tak pernah tahu, jika kejadian ini adalah awal mula dari sebuah petaka besar. 

Emira terdiam, dadanya berdebar semakin kencang, karena bahagia tentunya, melihat bagaimana Arjuna membela dan melindunginya dari anak anak SMU Pelita Harapan, benih cinta itu semakin kuat tertanam di dadanya.

“Pulanglah …”

“Kak … tunggu.” cegah Emira ketika Arjuna berpaling. “apa yang akan terjadi besok?”

Arjuna terdiam, ia menatap wajah gadis berkacamata tebal di hadapannya, walau terlihat culun dan membosankan, entah mengapa Arjuna menyimpan sedikit rasa padanya, terlalu membosankan jika menyukai gadis cantik, tapi menyukai Mira Elea (nama samaran Emira) membuatnya menjadi bulan bulanan teman satu gengnya, jadi Arjuna tak pernah terang terangan mengatakan hal itu di hadapan teman temannya, karena itulah ia selalu meminta Mira menjauh dari dirinya, karena jika tidak, Mira akan jadi bahan ledekan bahkan bully an teman teman se geng nya serta geng anak perempuan di sekolah mereka, terlebih Mira terang terangan menunjukkan sikap nya yang berani mendekati Arjuna, yang menjadi lelaki most wanted di SMU Bina Bangsa.

Wajah autentik tampan, karena Arjuna masih keturunan bangsawan dari tanah jawa, ditambah sikap nya yang selalu care dan tak suka memilih teman, ia mudah begaul dengan siapa saja, walau kadang sikapnya disalah artikan oleh lawan jenisnya.

“Entahlah, aku tak pun tak tahu.” 

Setelah mengatakannya, Arjuna pergi begitu saja, meninggalkan Emira yang masih dilingkupi tanda tanya besar dalam benaknya. 

Flashback End

.

.

.

lama yah nunggunya, hehehe hampura … karena othor masih fokus on going di sepasang mantan 2.

oh iya, ada Arjuna, Emira, serta Reza disana sebagai cameo, ketiganya adalah tokoh sentral dalam cerita ini.

boleh sambil menunggu, silahkan mampir ke sebelah, sudah menjelang tamat 

sarangeeeeeee

BAB 3

Tawuran part 3.

#Kebenaran sebuah Firasat.

"Mas Juna … jangan pergi mas," pinta Bisma penuh permohonan.

Bisma adalah adik Arjuna, dan Arjuna sangat menyayangi adiknya, karena Ibu mereka meninggal beberapa hari setelah Bisma lahir ke dunia, merasa keluarganya tak lagi utuh, Arjuna melimpahkan semua kasih sayang nya pada si bungsu Bisma, walaupun tiga bulan setelah kepergian ibunya, ayah Arjuna dan Bisma sudah menikah kembali, tapi dari pernikahan keduanya ini, Ayah Arjuna tak memiliki keturunan.

"Mas harus pergi dek, ini masalah harga diri, apa kata teman teman mas Juna, kalau mas juna sang ketua geng, justru tak bisa datang dan membantu perjuangan teman teman mas Juna,"

"Tapi perasaan ku tidak enak mas, aku takut mas Juna kenapa napa." Bisma berujar dengan nada khawatir, Bisma memang baru berusia sepuluh tahun, tapi ia sangat peka terlebih terhadap saudara tertuanya, ia selalu khawatir berlebihan jika akan terjadi sesuatu pada Arjuna, dan ternyata semua kekhawatiran nya selalu terjadi, Arjuna akan pulang dengan kondisi wajah lebam atau lengan nya bengkak, bahkan pernah mengalami patah tulang, semuanya berawal dari perasaan tak enak yang di rasakan Bisma.

Dan hari ini pun Bisma merasakan perasaan tersebut, tak ingin saudara tertuanya terluka, sebisa mungkin Bisma mencegah kepergian Arjuna.

"Dengar kan mas Juna, apapun yang terjadi kamu harus tetap di rumah, mas Juna janji ini hanya sebentar saja, tidak sampai malam, mas Juna akan tiba di rumah lagi yah?" Bohong, hanya itu yang bisa Juna lakukan, karena ia tak ingin adik kecilnya meniru dirinya yang selalu memberontak pada Ayah nya.

"Tidak, apapun yang terjadi, aku ikut mas Juna, kalau mas tidak mau membawaku, aku akan minta om Panji mengantarku, mengikuti mas Juna." Bisma masih juga tidak ingin menyerah, ia sudah bertekad mencegah kepergian Juna.

Arjuna tak bisa mengingkari janji nya pada teman temannya, sementara jika ia membawa Bisma, akan sangat berbahaya, rasanya Arjuna sudah seperti hendak terjun ke peperangan besar yang melibatkan Pandawa dan Kurawa.

"Pokok nya kamu gak boleh ikut …" pungkas Arjuna.

Arjuna segera berjalan cepat menuju pintu depan seragam sekolah berbalut jaket dan helm berwarna hitam, melengkapi penampilannya, Helm adalah peralatan yang tidak boleh ia lepaskan selama tawuran berlangsung, Arjuna memang nekat, rapi tidak ingin bersikap konyol, dengan membiarkan kepala nya tanpa perlindungan.

"Om panji …" teriak Arjuna.

Dari arah samping, Panji yang tengah mencuci mobil, lari menghampiri Arjuna.

"Iya mas?" Tanya Panji pada anak majikannya tersebut.

"Tolong jaga Bisma, jangan sampai dia keluar apalagi mengikutiku, bisa habis aku di hajar kakung, kalau sampai Bisma mencontoh perbuatanku." Perintah Arjuna pada Panji, supir pribadi kakung nya.

"Baik mas, saya akan berjaga di teras," panji mengangguk hormat.

Arjuna segera menaiki motor kesayangannya, tanpa Arjuna dan Panji sadari, Bisma sudah berada di dalam taxi, ketika Arjuna berbicara dengan Panji, Bisma mengendap melalui pintu samping lalu memanjat pagar, dan saat itu ada taxi kosong sedang melintas, Bisma langsung menghentikan nya.

"Ikuti motor itu pak." Pinta Bisma, ia sudah menyodorkan 2 lembar uang berwarna merah, "jika kurang, nanti saya tambah," 

Sopir taxi itu mengangguk paham, kemudian melajukan taxinya mengikuti pergerakan Arjuna.

Walau mengikuti Arjuna agak susah, tapi sopir taxi tersebut sudah berumur, dan keahlian mengemudinya, tak bisa dianggap main main, ia membawa Bisma melalui jalanan yang tidak terlalu padat, hingga dengan mudah mengikuti kemanapun Arjuna bergerak.

Rupanya Arjuna menjumpai teman temannya di titik kumpul, setelah kedatangan Arjuna, rombongan siswa SMU itu bergerak menuju lokasi yang sudah kedua sekolah sepakati.

***

Sebuah lapangan luas membentang, jauh dari pemukiman warga dan hiruk pikuk ramainya ibukota.

Dua kubu sudah saling menatap penuh kebencian dan amarah, entah apa yang membuat darah muda mereka bergolak.

Masing masing orang sudah bersiap mengamankan dirinya sendiri, helm yang sudah di pastikan tak akan terlepas dan jangan lupakan senjata yang senak awal mereka sembunyikan, benda tumpul semacam tongkat baseball dan bahkan ada yang sengaja membawa senjata tajam.

😱

"Demi harga diri geng sekolah kita …" teriak Arjuna lantang.

"Banyak bacot … seraaaang … sekalian kita bersihkan Kroco kroco Bina Ban*954t …" 

Teriakan keras memulai ajang uji kekuatan tersebuh, siapa saja yang menyaksikannya pasti merinding, entah apa yang yang menguasai pikiran mereka, hingga begitu mudah nya melakukan aksi yang akan membahayakan nyawa.

Seolah sudah kehilangan rasa takut, pukulan, tendangan, dan bahkan sabetan, mereka lancarkan, beberapa mulai terluka dan berdarah, tapi masih tetap ingin melanjutkan, demu harga ego mereka masing masing.

Sementara sopir taxi yang membawa Bisma, sejak tadi hanya bisa menatap ngeri, "nak … dari mana kamu tah akan ada tawuran disini?" Tanya sopir taxi tersebut pada Bisma, jujur saja, tangannya sugah gemetar ketakutan, hendak melerai, tapi takut mati konyol.

"Kakak saya ada di sana pak," jawab Bisma dengan bibir bergetar, ia mulai berurai air mata, menatap pada sang saudara sulung yang tengah terlibat tawuran. "Tolong pak, hubungi siapa saja, polisi kah, atau dinas sosial, atau bahkan menteri dan presiden, siapa saja yang bisa menghentikan tawuran itu." Bisma memohon dengan tangisan pilu nya. 

Walau masih gemetar ketakutan, sopir taxi yang bernama Pendi itu, menghubungi polisi, dan alangkah terkejutnya ia ketika usai menghubungi polisi, penumpang yang tadi bersama nya sudah menghilang, "kemana kah anak itu?" Pendi bertanya tanya dalam hati, ia resah dan mulai takut, jika penumpang kecilnya tersebut akan menghampiri anak anak yang sedang terlibat tawuran, demi menyelamatkan kakak nya 

Pendi pun keluar dari dalam taxi, pandangannya beredar mencari cari, dan benar saja, dari jauh ia melihat Bisma berlari melawan rasa takutnya, Bisma menghampiri dua orang yang sedang saling hajar hingga salah satunya terkapar di tanah, sebelum, lawannya mengayunkan pukulan terakhir, Bisma memeluk erat tubuh Arjuna yang sudah terkapar tak berdaya, dan detik berikutnya …

"Bismaaaaa …" raung Arjuna, kala melihat kepala Bisma sudah bersimbah darah, akibat hantaman benda tumpul.

Arjuna seperti mendapatkan kekuatan penuh, ia segera bangkit dan balik mengahajar orang yang sudah melukai adiknya, seperti kesetanan, Arjuna bahkan bertubi tubi menendang kepala lawannya.

Jika saja ia tak mengingat adiknya yang saat ini butuh pertolongan, mungkin Arjuna sudah jadi seorang pembunuh.

Arjuna berbalik dan melihat pendi tengah menatap iba pada tubuh Bisma yang sudah kehilangan kesadaran.

Arjuna melepas helm nya, "Pak, apa bapak yang membawa adik saya kemari?" Tanya Arjuna panik 

"I … i … Iya…" jawab Pendi ketakutan.

"Tolong pak, tolong antarkan kami ke rumah sakit, adik saya harus mendapat pertolongan." Raung Arjuna, memohon, ia ketakutan, bukan takut di marahi kakung dan ayahnya, melainkan takut kehilangan satu satunya adik kandung nya, sebelum ibunda nya meninggal, ia sudah berjanji akan menjaga dan menyayangi Bisma, lebih dari nyawanya sendiri.

#para pembaca sepasang mantan 2, pasti sudah mulai bisa menebak, kenapa sekarang Arjuna terdampar di William Medical Center.

.

.

.

💙💙💙

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!