(Ilustrasi Putri Isyana Noor Zanzabir)
Matahari sudah agak tinggi. Sekiranya ini sudah jam sembilan pagi, tapi aku masih malas beranjak dari kasur.
"Tuan Putri, saya mohon bangunlah, mari sarapan,"
Moti, pelayanku, berkali-kali memohon tapi aku bergeming. Aku sedang protes kecil pada ayah yang sedang merencanakan pernikahan tanpa bertanya dulu padaku.
Apalagi ini lamaran dari Kerajaan Cordovan.
Kerajaan Cordovan?
Yang benar saja!
Siapa juga gadis waras yang mau menjadi pengantin Raja Cordovan yang tiran seperti itu? Aku lebih memilih menikah dengan Shahrazan yang disebut monster di medan perang tapi masih baik padaku, daripada Raja Asing yang bahkan bikin merinding jika namanya disebut.
"Ayolah, Tuan Putri, jika begini terus Baginda Raja akan marah, " Moti terus merajuk. Aku malah menarik selimut tak peduli. Melewatkan sarapan seminggu ini sudah biasa bagiku. Sampai Ayah menolak lamaran Raja Cordovan, baru aku akan kembali ke mode normal.
"Memangnya kenapa sih, Tuan Putri? Menikah dengan Raja Cordovan bukannya bagus? Tuan Putri bisa bermain salju-saljuan nanti, itu kan impian putri sejak kecil?"
'Dibiarin, ngelunjak ini orang' batinku.
Meski menjadi pelayanku, Moti memang juga temanku sejak kecil. Bahkan, ibunya sering memberiku stew buah seperti ibuku sendiri yang sudah lama tiada. Jadi aku tak bisa terlalu marah padanya. Dibanding orang lain, Moti yang paling memahamiku, karena kami sering menghabiskan waktu bersama. Memang main salju adalah impianku, tapi nggak harus nikah juga, kali! Aku kan bisa pergi liburan aja ke Cordovan. Bukan menjadi pengantin!
Meski salju itu indah, tapi, tidak dengan suasana Kerajaan Cordovan. Kerajaan itu terkenal sebagai Kerajaan terasing karena letaknya yang jauh dan tertutup. Raja Cordovan, bahkan utusannya sekalipun, jarang berpartisipasi dalam kancah politik internasional. Wilayahnya yang dingin dan banyak hewan buas, menjadikan Kerajaan Cordovan makin cocok dengan kata Isolated Kingdom.
Kerajaan Cordovan adalah sebuah kerajaan di Benua Britani, Benua tetangga kerajaan kami. Karena letak kerajaan ini di utara benua yang dingin, situasi politik eksternal kerajaan ini cukup stabil. Tidak ada kerajaan lain yang ingin mengusiknya. Selain karena cuaca ekstrem, banyak hewan buas, dan sumber daya alam yang tak banyak, penguasa Kerajaan Cordovan juga seorang tiran kejam yang tak segan membunuh musuhnya dalam sekali tebas.
Begitulah pada akhirnya, Kerajaan Cordovan tak banyak dibicarakan di dunia politik internasional karena tak banyak yang tahu persis situasi di sana. Yah, kecuali aku yang sedang sial dalam masa puber dan akan menjadi pengantin Raja Cordovan dalam hitungan bulan.
Sial banget!
Kenapa juga Ayahku menerima lamaran raja tiran itu? Apakah dia diancam???
Padahal jelas tidak ada hal baik yang bisa didengar jika menyebut Kerajaan Cordovan. Apa yang ada di pikiran ayah dengan mengirim putrinya ke sana? Apakah ia sudah tidak menyayangiku?
****
"Berhentilah merajuk dan jadilah dewasa, Isyana. Pernikahan politik seperti ini kan sudah biasa. Kau tak akan kesepian jika sudah punya anak," ujar Baginda Raja menenangkanku.
Ayahku adalah Raja Zanzabir III, Raja Kerajaan Puth, tetangga beda benua Kerajaan Cordovan. Dan aku adalah Putri Isyana, satu-satunya putri di Kerajaan Puth yang belum menikah. Aku memiliki 3 orang kakak perempuan dan 1 kakak laki-laki dan mereka semua sudah menikah.
Kakak Laki-lakiku, anak pertama ayah dan seorang Putra Mahkota Kerajaan Puth, bernama Akbar Al-Amin. Ia adalah kakak beda ibu dariku. Ayah memiliki 4 istri dan semuanya melahirkan 1 anak kecuali ibuku, yang melahirkanku dan Kak Nooriyah. Bunga sosialita pada zamannya yang kini tinggal di Kadipaten Ishore, terletak di kepulauan barat Kerajaan Puth.
Ibuku meninggal setelah melahirkanku, karena tubuhnya sangat lemah. Aku kemudian tinggal di Istana Ratu Pertama Kerajaan Puth dari Negri Barat bernama Ratu Elsha, bersama Kak Akbar. Karena aku seorang putri, keberadaanku tidak mengancam takhta. Jadilah Ratu menyayangiku dan Kak Nooriyah seperti putrinya sendiri. Ia tampak senang dengan kehadiran kami karena sebelumnya ia hanya memiliki seorang putra.
Meski berbeda benua, hubungan Kerajaan Puth dan Kerajaan Cordovan terbilang baik. Kami menjalin kerjasama di bidang ekspor-impor dan juga pendidikan. Banyak pelajar dari Kerajaan Cordovan yang menimba ilmu di Kerajaan Puth untuk belajar tentang seni dan peradaban. Kami mengirim pelajar-pelajar ke Kerajaan Cordovan untuk belajar seni bela diri dan strategi perang. Aliansi bilateral kedua kerajaaan berlangsung baik dan sementara ini tidak ada gangguan berarti yang mengharuskan kami menghimpun kekuatsn militer satu sama lain untuk mempertahankan wilayah.
"Dengan pernikahanmu ini, hubungan dua kerajaan akan semakin kuat, Isyana. Cobalah mengerti,"
Tiba-tiba saja Baginda Raja sudah masuk kamarku. Meski berantakan, aku tak peduli. Ratu Elsha yang juga ibu angkatku tampak menghela nafas panjang. Moti gugup dan hampir kena serangan jantung begitu juga Magna, ibu asuhku. Mereka menunduk cemas karena ulahku yang seminggu ini membuat Istana Pelangi heboh.
Raja Zanzabir termasuk family guy tidak seperti kebanyakan raja lain yang hanya menganggap keturunannya adalah hewan ternak. Ayahku menyayangi semua anaknya, terutama aku yang merupakan anak bungsu. Tidak ada pertikaian berarti dalam internal keluargaku seperti di kerajaan lain, terutama soal perebutan takhta karena kebetulan, putra raja hanya seorang, yakni Kak Akbar. Anak pertama dan satu-satunya lelaki di keluarga.
Ratu Pertama, Ratu Elsha juga menikah secara politik. Namun, seiring waktu, mereka akhirnya bisa jatuh cinta dan mempertahankan rumah tangga hingga awet sampai sekarang. Kekuatan Ratu Elsha tidak main-main karena berhasil melahirkan Putra Mahkota. Kepribadiannya juga baik, karena ia adalah ratu pertama Kerajaan Puth. Tidak ada sikap inferior terhadap selir-selir raja lainnya karena Ratu Elsha selalu menjadi prioritas Raja Zanzabir. Ratu Elsha tinggal di Istana Gading, Istana megah kedua setelah Istana Surya, bangunan kerajaan utama tempat diadakannya pertemuan nasional dan internasional para utusan kerajaan dan tempat tinggal Baginda Raja Zanzabir III.
Para selir ada di Istana Bunga yang terletak di barat daya Istana Gading, berikut Istana Pelangi tempat tinggal putra-putri raja yang belum menikah alias tempat tinggalku saat ini. Aku pindah ke Istana Pelangi ketika berusia 7 tahun. Sebelumnya, aku tinggal bersama Ratu Elsha di Istana Gading sejak bayi hingga cukup umur untuk mandiri dan mulai belajar menjadi ratu bijak, mulai dari etiket hingga masalah kenegaraan.
Sekarang usiaku sudah 17 tahun dan cukup usia untuk menikah. Oleh karena itu, tahun ini adalah musim lamaran di Kerajaan Puth. Para rakyat menyebut musim ini adalah Musim Bunga Mekar. Mereka tak sabar menanti siapa gerangan pria mujur yang berhasil memetik bunga terakhir Kerajaan Puth yaitu aku.
Bunga?
Enak aja! Aku orang!
Aku berhak memilih pengantinku sendiri!
Apa aku minggat aja ya?
Sudah banyak pelamar datang dari berbagai penjuru bahkan ada juga pelamar dari negri lain. Yak benar, pelamar laknat dari Kerajaan Cordovan.
*
"Isyana, sayang... "
Ratu mengelus kepalaku. Aku jadi sedikit menengok karena sepertinya ini sudah jam sepuluh pagi.
Baiklah aku menyerah.
Karena raja dan ratu sudah di sini.
Mari sekalian makan siang.
****************
(bersambung)
(Ilustrasi Raja Markian de Cordovan)
"Yang Mulia, sepertinya kita sudah harus kembali," Sir Albert yang memandu ekspedisi ksatria kali ini tampak lelah. Memang waktu memakan usia dan ketrampilan. Aku masih ingat dulu Sir Albert adalah ksatria paling gagah yang pernah kutemui, dan sejak saat itu, aku bersumpah untuk menjadi sepertinya. Meski harus memakan waktu hampir 12 tahun lamanya, akhirnya aku bisa mengungguli Sir Albert dalam banyak hal, terutama soal kekuasaan.
"Baiklah, hari ini cukup segini dulu, perintahkan pasukan untuk kembali,"
Sejurus kemudian, kami melaju pulang ke arah utara benua, menuju Kerajaan Cordovan. Tanah air yang kucintai. Perlu waktu 3 hari untuk sampai ke Kerajaan Cordovan dengan laju kuda tanpa kereta, dan dengan kereta, lebih lambat lagi. Kami jarang menggunakan kereta kecuali untuk menghadiri undangan diplomatik luar negri. Apalagi, aku juga sudah tidak punya tunangan sejak 5 tahun terakhir, jadi, cukup praktis bagiku untuk berkuda saja kemana-mana ketimbang mengendarai kereta.
"Anda sudah datang, Yang Mulia," Louis, sang kepala pelayan, menyambutku di pintu masuk. Setelah berkuda selama 3 hari, kami akhirnya sampai juga. Para rombongan ksatria sudah berkumpul di mess ksatria dan sedang menunggu hidangan hangat yang dibuat para koki di sana. Capek juga rupanya, mungkin aku juga sudah berumur seperti Sir Albert.
"Apa maksudnya? Yang Mulia masih 20 tahun, beda 30 tahun dengan saya," Sir Albert mendengus iri ke arahku.
Aku tersenyum dengan segelas minuman rempah di tanganku. Ini hangat. Sir Albert adalah ksatria yang kukagumi, sekaligus guru dan pengganti ayahku. Ia adalah orang yang paling setia di kerajaan ini dan sudah bersamaku sejak kecil.
Baginda Raja dan Ratu Cordovan sebelumnya hanya memiliki seorang putra yang dilahirkan dengan susah payah. Ratu Cordovan bahkan sempat meninggal ketika melahirkanku ke dunia ini.
Sempat meninggal?
Ya benar.
Ia sempat meninggal, kemudian hidup kembali, kata orang-orang. Aku tidak tau, karena aku masih bayi saat itu. Tapi begitulah rumor yang beredar. Ibuku adalah wanita yang bangkit dari kematian. Raja Cordovan II: Yang Mulia Arthur Lambert de Cordovan konon membuat perjanjian dengan penyihir untuk menghidupkan kembali ibuku. Desas-desus itu masih tidak jelas, karena saksi mata hanya seorang pelayan yang membantu kelahiranku dan Baginda Raja yang sudah mangkat sejak usiaku tiga tahun. Aku otomatis menjadi Putra Mahkota karena Raja tidak memiliki keturunan lain, dan pemerintahan dipimpin oleh Ibu sebagai Ratu Agung sebelum usiaku dewasa.
Tepat sejak usiaku 17 tahun, Aku dinobatkan sebagai Raja Cordovan III. Namaku Markian de Cordovan. Baginda Ratu yang tak lain adalah ibuku nampak bangga melihatku naik takhta. Tak lama, setahun kemudian, ibu menghembuskan nafas terakhirnya seakan gembira menyusul ayahanda dan telah menyelesaikan tugas terakhirnya merawat ahli waris kerajaan satu-satunya.
Ia telah mengalami kematian kedua dan sudah dipastikan tidak bangkit lagi.
Aku mengumumkan masa berkabung nasional selama setahun penuh dan melarang perayaan apapun dan pesta apapun, termasuk pernikahan. Para rakyat menyebut masa itu sebagai Periode Gelap Cordovan.
Kini aku tak punya siapapun lagi kecuali Sir Albert dan para ksatria, teman seperjuanganku. Hari-hariku dipenuhi dengan sesi latihan pedang dan juga agenda pembasmian hewan buas serta ekspedisi ksatria untuk memenuhi bahan pangan seluruh negri. Kami berkuda berkeliling benua untuk melakukan perburuan. Sebagian ksatria lain mengawal Serikat Dagang yang menyuplai kebutuhan bahan pokok dan lainnya dari negara tetangga.
Perdana Mentri, Tuan Kewhin, adalah teman lama ayah dan sangat bisa dipercaya. Ia memimpin negara ketika aku tidak ada. Aku sebetulnya lebih senang bepergian ke luar negri daripada berada di Cordovan. Mungkin, karena aku ingin melarikan diri dari kenangan kedua orang tuaku yang telah meninggal. Udara di Cordovan begitu dingin dan mencekik. Bahkan, aku sering menangis tanpa suara menahan kerinduan pada orang tuaku. Namun, karena aku seorang raja. Aku tidak boleh terlihat lemah. Karena, ini hanya akan jadi keterbatasanku dan pada akhirnya membunuhku.
******
"Yang mulia, surat balasan dari Kerajaan Puth sudah tiba,"
Pagi hari yang tidak biasa.
Setelah semalaman beristirahat, badanku kembali bugar. Baru saja hendak sarapan dan latihan, Louis menemuiku dan menyampaikan balasan surat dari Kerajaan Puth.
"Kerajaan Puth, ya," desisku.
Aku baru mengingat Baginda Raja Zanzabir III yang susah payah datang melayat ketika Baginda Ratu meninggal dunia. Padahal cuaca di Kerajaan Cordovan saat itu sangat buruk untuk orang luar. Amukan badai musim dingin panjang seakan ikut berduka atas kematian ibu negara.
Badai musim dingin panjang adalah sebutan untuk badai di bulan Agustus. Dari pada bulan-bulan sebelumnya, periode badai pada bulan Agustus hingga Desember adalah periode musim dingin terpanjang yang pernah ada. Tidak ada hari tanpa badai sejak awal bulan hingga hari ke-90.
Aku begitu terharu dengan ketulusannya, menurut Louis, Raja Zanzabir III adalah teman dekat Baginda Raja Cordovan II dan pada periode pemerintahan mereka, kerjasama bilateral dimulai. Kerajaan kami jadi memiliki akses lebih luas ke luar negri daripada sebelumnya. Sehingga, fase kelaparan ketika musim dingin terpanjang sudah berangsur reda, dikarenakan bantuan pangan dari Kerajaan Puth dan kerajaan tetangga.
Aliansi yang ditawarkan kerajaan kami tentu saja gencatan senjata dan perlindungan militer karena Orang Cordovan paling tau rasanya bertahan dalam situasi tersulit, kami memang terlahir seperti itu: bertahan hidup atau mati. Di benua ini, tidak ada satu suku pun yang mengalahkan persistensi Suku Cordovanian, orang asli Kerajaan Cordovan.
"Kali ini, anda harus berhasil mengambil hati Tuan Putri, Yang Mulia. Ini adalah kesempatan emas setelah 5 tahun terpuruk," Louis hilang, Helena datang. Helena adalah ibu asuhku sejak bayi. Kesetiannya melebihi harga nyawanya sendiri. Ia adalah orang yang paling kupercaya selain Louis dan Sir Albert.
"Iya, iya, diusahakan," jawabku sekenanya.
Aku yang buta arah percintaan dan hanya tau cara mengayunkan pedang merasa agak terbebani dengan kata-katanya. Bagaimana cara memenangkan hati perempuan jika memenangkan pertarungan tampak lebih mudah karena tidak ada variabel 'terserah'?
Konon, kata 'terserah' adalah kata yang lebih menakutkan dibanding serigala kewini yang terkenal paling ganas dibanding serigala biasa. Sir Albert yang memberitahuku setelah menjalani pernikahan selama 20 tahun dengan Nyonya Dwayni dan dikaruniai 2 orang putri yang juga telah menjadi ksatria setia Kerajaan Cordovan.
****
"Putri Isyana Noor Zanzabir"
Aku melihat sekilas judul potret wanita cantik berambut gelap yang diletakkan Helena di meja kerjaku. Kopi yang kuminum pagi ini tampak manis, padahal tanpa gula. Apa pelayan lupa seleraku? Atau ini efek dari potret Putri Isyana yang memang tampak manis memesona dengan aura tak biasa?
Gadis Cordovan kebanyakan berambut coklat, merah, bahkan pirang. Jarang yang berambut hitam pekat seperti Putri Isyana dari Kerajaan timur benua ini. Jikalau lahir dengan rambut gelap, para lady di sini tentu langsung pergi ke salon untuk mencerahkan warna rambutnya, karena, rambut gelap identik dengan penyihir.
Penyihir, legenda kuno yang bangkit kembali setelah rumor Baginda Ratu yang hidup lagi menjadi perhatian khalayak sejak dekade silam. Mulai aku kecil, hingga dewasa, tidak pernah ada lagi gadis berambut gelap di Kerajaan Cordovan. Rambut gelap melambangkan kesialan.
Mungkin bagi mereka, tapi tidak bagiku. Karena rambutku juga gelap. Aku tidak peduli. Entah aku hybrid penyihir karena Baginda Ratu punya aliansi dengan penyihir, tidak ada bukti kuat tentang itu. Jika ada yang membawa kabar ini ke permukaan, tentu jelas itu adalah bentuk penghinaan terhadap keluarga kerajaan dan hukumannya adalah kematian.
"Isyana, yah... Lumayan,"
Kopiku habis.
Sepertinya ini waktunya latihan pedang dimulai.
Atau....
Tidak?
"Baginda!!! Gawat!! Anda harus lihat ini!!!"
...****************...
(bersambung)
(Ilustrasi Raja Zanzabir III & Ratu Elsha)
Wah, Kastilku jadi meriah.
Tidak berlebihan kan menyebut Istana Pelangi sebagai Kastil Putri Isyana? Karena cuma aku satu-satunya anggota kerajaan yang tinggal di sini saat semua kakakku sudah menikah.
Aku sangat gembira bisa makan bersama Baginda Raja dan Ratu, meski tengah mengambek. Minimal, makan bersama seperti ini bisa menjadi penghiburan ketika sedang frustasi hendak jadi warga negri kutub.
Membayangkan jadi ratu negri asing bersama dengan suami antah-berantah yang bahkan wajahnya pun tak kuketahui membuatku merinding.
Kalau dipikir-pikir, aku juga tak sudi melihat wajahnya, kalau reputasinya aja udah sejelek itu.
"Sekarang, mari ikut ayah, nak," Baginda menggandengku menuju ke Istana Surya. Capek banget aku jalan kaki ke sana, tapi biarlah, sekalian olahraga setelah makan besar tadi. Aku masih terbayang-bayang waffle cream buatan Mazda yang pakai selai stroberi kali ini. Jelas stroberi impor, rasanya manis sekali. Seharusnya aku makan lebih banyak.
"Putri, kalau sudah jadi Ratu, kamu harus memperhatikan nafsu makanmu yang seperti binatang buas itu," dengus Ratu Elsha yang menatapku tengah ngiler padahal baru saja selesai makan.
"Siap Yang Mulia!" jawabku sigap dan berujung gelitikan darinya.
"Ya ampun, kamu kapan dewasanya, Putri!"
Kami masih tertawa bersama sepanjang perjalanan menuju Istana Surya.
Terlihat di sekeliling, bunga matahari sudah bermekaran. Memang ya, Musim Bunga Mekar. Sesuai dengan situasi yang saat ini kualami.
Ratu menepi dari jalan setapak dan memetik sekuntum bunga matahari lalu memberikannya kepadaku.
"Putri, aku tau pernikahan ini tidak mudah, tapi kuharap, kau masih bisa bersinar seperti bunga ini, nak. Di hatiku, kau tetaplah putri bungsu kami yang masih kecil. Tolong jangan terlalu bersedih,"
Aku menerima bunganya dengan perasaan haru dan sedikit bersalah. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku mengerti ketulusannya. Namun, aku sudah berencana untuk minggat. Maafkan aku, Ibu. Hatiku mengerti, tapi otakku tidak menerima. Aku sudah bersiap-siap meninggalkan ibukota besok dan mengemas pakaian seadanya. Sebelum itu, tenang saja, aku sudah meninggalkan wasiat dan membawa beberapa koin emas, hehe.
"Duduklah, nak."
Baginda Raja menyuruhku duduk lalu mengambil secarik kertas.
"Tulislah daftar hadiah pernikahan yang kau inginkan," ujarnya sambil tersenyum.
Hadiah?
Oho! Inilah yang kubutuhkan!
Aku bisa mencuri sebagian hadiah ini untuk dana gelap pelarianku.
"Saya mau uang saja, Yang Mulia,"
"Benarkah tidak ada yang lainnya?"
"Benar"
"Bagaimana dengan gaun permata langka yang kau inginkan itu? Kata Magna kau bahkan menabung secara khusus untuk membelinya?"
"Sudah tidak perlu lagi, Baginda,"
"Putriku... Kalau hanya ada kita, panggil Ayah saja.. Atau mau panggil Papa? Seperti masa kecilmu dulu?"
"Eennggg.... Tidak, terima kasih. Aku sudah dewasa sekarang. Panggilan papa sepertinya terlalu konyol,"
Mereka tertawa.
"Kalau bisa, secepatnya, Ayah. Uangnya. Uang tunai ya," mataku berbinar membayangkan uang saku pemberian ayah di luar tunjangan kerajaan.
"Baiklah, berapa yang kau inginkan?"
"Se.. Sepuluh juta Rilla," ujarku agak sungkan.
Baginda tertawa,
"Benar hanya segitu?"
"Apakah boleh lebih???" aku terhenyak kaget diiringi suara deheman Baginda Ratu.
"Segitu saja cukup, Ayah," jawabku cepat demi menjaga martabat putri yang melelahkan ini.
Sepuluh juta Rilla cukup untuk dana pelarianku. Uang segitu sudah sama seperti biaya hidup satu keluarga besar selama setahun.
Begitulah percakapanku dengan Raja dan Ratu berakhir. Sebelum aku bersiap kembali ke Istana Pelangi, Raja menyelipkan sebuah potret di genggamanku.
"Ini potret Raja Cordovan. Semoga kau menyukainya, nak."
Aku tersenyum mengangguk pelan sambil kuremas sedikit pertanda kesal. Apa gunanya melihat foto orang ini? Bikin hariku buruk aja.
******
"Putri..... Ini kertas, pena dan amplop merah yang anda butuhkan," Moti mengetuk pintu kamarku. Agak lelah rupanya seharian berkeliling komplek istana. Namun, aku harus menulis surat! Aku akan menulis surat penolakan lamaran ke Raja Cordovan dan surat wasiat untuk ibu dan ayah.
"Masuk,"
Moti meletakkan alat tulis dan dengan sigap memijit kakiku.
"Anda lelah? Sini saya pijat, "
"Kau sudah melakukannya, kan?"
"Hehe.... "
"Buat apa ya? Tumben nulis surat?" tanya Moti keheranan.
"Ada dehhhh.. Rahasia... nanti juga tau, " jawabku sekenanya.
Pijatan moti begitu enak, aku sampai lupa hari sudah semakin malam. Setelah beribadah, aku akan menulis surat. Harus. Oh kantuk! Pergilah dulu. Nanti aku akan menemuimu.
*****
"Sampaikan ke utusan Kerajaan Cordovan malam ini, secara rahasia!" perintahku kepada Moti. Ia mengangguk tanda mengerti. Tak lama, Moti pun melesat keluar istana menuju jalan rahasia yang menghubungkan ke Istana Langit, tempat tinggal para tamu penting. Utusan Kerajaan Cordovan dan beberapa pelamar putri beristirahat di sana.
Surat dalam amplop merah merupakan kode internasional untuk sebuah pesan mendesak yang harus disampaikan kepada pemimpin kerajaan dan sifatnya sangat rahasia.
...****************...
(bersambung)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!