"bagaimana saksi sah?"
"sah," jawab serentak pada para tamu yang hadir di ballroom hotel itu.
Pak penghulu pun memimpin para saksi untuk memanjatkan doa.
Tidak ada resepsi sama sekali, hanya sekedar ijab kobul, Karena mempelai pria tidak ingin seluruh rekan bisnis di kantornya tahu, Setelah makan makan akhirnya para tamu pergi satu persatu, kini hanya tinggal kerabat dekat saja.
tuan Mahendra berjalan mendekati Ziko anderson, Suami sang putri, Cindy putra mahendra.
"nak Ziko, papah titip putri kami satu satunya, bahagiakan lah dia, Mungkin dia akan sedikit menyusahkan nak Ziko, Jika putri papah berbuat salah maafkanlah dia nak, Dan didiklah dia ke jalan yang lebih baik lagi" tuan Mahendra menepuk pundak menantunya tanda jika dia berharap banyak pada menantunya itu.
Ziko hanya mengangguk tanpa ada senyum di wajahnya, karena memang Ziko itu orang yang dingin dan tidak suka basa basi, Meskipun itu dengan yang lebih tua.
"tenang Mahen, putraku akan selalu menjaga putri mu dengan Baik," timpal tuan Angga anderson, ayah dari Ziko anderson, Ya ketika melihat sang Anak hanya diam saja, tuan Anderson turut menimpali karena merasa tidak enak dengan besanya sekaligus sahabatnya, atas sikap sang putra.
"Nis saya titip putri ku ya, sayangi dia seperti putrimu sendiri. Dia akan jauh dari kami, biasanya dia akan bermanja dengan kami jika di malam hari, tapi kini putri kami sudah menjadi menantu, Kami harap dia tidak akan mengecewakan keluarga kalian."
"tenanglah Nov kami akan menyayangi nak Cindy seperti putri kami sendiri" ujar nyonya Nisa, ibu Ziko.
Kini Cindy tengah berpelukan dengan kedua orang tuanya, karena Cindy akan langsung ikut sang suami ke kota S, "mamah Cindy ingin tinggal di sini saja, Cindy gak mau mah tinggal di kota J," bisik Cindy ketika berpelukan dengan mamahnya.
"tidak boleh begitu sayang. Kamu harus ikut suamimu" mamah novipun mengelus kepala putrinya dengan sayang.
"terus mamah bagaimana, siapa yang akan menjaga mamah sama papah?" ya Cindy takut meninggalkan kedua orang tuanya karena mereka anak tunggal.
"hey tenang sayang Genta akan tinggal sama kami, dan dia akan membantu papah di prusahaan. Kamu fokus saja sama suami kamu ya nak.?"
Cindy memandang sang mamah untuk beberapa saat, dan akhirnya mengangguk dengan mata yang berkaca kaca.
"Nov kita langsung ya, agar tidak terlalu malam sampai sana" pamit Nisa pada sahabatnya Novi, orang tua Cindy.
"terima kasih ya, karena sudah menyayangi putriku dan juga menerimanya" Novia memeluk sahabatnya sebelum mereka semua pergi.
"tentu saja, sekarang dia juga anakku, Kamu jangan khawatir."
Akhirnya keluarga anderson meninggalkan kediaman kelaurga Cindy, dengan membawa Cindy bersama mereka.
4jam berlalu, seluruh keluarga Anderson telah memasuki mansion megah kediaman keluarga besar Anderson, Cindy terdiam di depan mansion milik suaminya.
"Aku akan memulai kehidupan yang baru disini, semoga aku bisa menjalani semua ini," gumam Cindy sambil mengikuti semua orang yang sudah masuk kedalam mansionnya.
"Sayang kamu langsung istirahat ya, biar bibik yang mengantarmu ke kamar Ziko."
"Iya mah, Terima kasih" Cindy pun berlalu dari sana bersama ART mansion Anderson.
"Kamarnya sangat luas, bahkan ini dua kali lipat dari kamarku," gumam Cindy sambil melihat lihat kamar Ziko.
Ya setelah Cindy sampai ke kamar Ziko dia langsung terpana dengan desain kamar Ziko.
Tidak lama Cindy pun berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, Kini Cindy tengah berada di kucuran sower. Dia memikirkan segalanya yang seperti mimpi baginya.
Flasback.
"Sayang apa kamu bisa membantu papah?"
"Membantu apa pah, tentu Cindy akan membantu papah jika memang Cindy bisa" Sungguh pertanyaan yang konyol pikir Cindy, mana mungkin dia tidak membantu orang tuanya jika bisa.
"Kamu tahu sayang, prusahaan kita di ambang kebangkrutan, dan ada yang bersedia membantu kita, tapi dengan satu sarat" Tuan Mahendra terlihat ragu untuk meneruskannya, karena dia tidak ingin putrinya terluka.
"Katakan pah, Cindy janji akan membantu papah sebisa Cindy pah" Ya Cindy bisa melihat keraguan di kedua mata papahnya.
"Dia ingin kamu menikah dengan putranya sayang, dan bersedia tinggal dengan mereka di kota J."
Cindy langsung terdiam mendengar perjodohan, dia masih merasa takut, mengingat dia pernah di jodohkan dan tidak jadi, Kini dia kembali di jodohkan bahkan dengan orang yang tidak iya kenal.
Tapi jika Cindy menolak, kasihan papahnya, "Jika anak teman papah mau, maka Cindy bersedia pah."
Pada akhirnya Cindy bersedia, Mungkin ini satu satunya cara agar Cindy bisa membantu kedua orang tuanya, selama ini dia hanya bisanya menyusahkan orang tuanya.
Cindy bahkan bertekat untuk berubah menjadi lebih baik, Dia ingin meninggalkan kehidupan nya yang menurutnya merugikan selama ini.
Flasback off.
Hufff Cindy menarik nafasnya panjang dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur suaminya, dia bahkan belum mengeringkan rambutnya, karena kelelahan Cindy pun akhirnya langsung terlelap.
Tidak lama Ziko masuk dan langsung melihat Cindy yang sudah terlelap di tempat tidurnya.
"Dia bahkan tidak meminta ijin padaku dulu untuk tidur di sini" Gumam Ziko sambil berjalan menuju kamar mandi.
Pagi menjelang, "Selamat pagi sayang."
"Pagi mah, maaf Cindy kesiangan," Cindy merasa tidak enak, hari petama jadi menantu malah bangun kesingan, seperti kebiasaanya ketika tinggal bersama kedua orang tuanya
"Tidak masalah sayang, kamu pasti kelelahan" Cindy yang mendengar itu hanya tersenyum, Dia bingung ingin menjawab apa.
"Kamu mau kemana Zik?" Tuan Anderson bertanya ketika melihat anaknya yang sudah rapi dengan baju kerjanya.
"Papah pikir Ziko akan kemana dengan baju seperti ini."
"Yang sopan jika di tanya orang tua!" Bentak tuan Anderson. Sang istri yang mendengar suaminya mulai emosi, mencoba mengelus punggung tangannya agar tidak emosi, mengingat sang suami yang punya riwayat darah tinggi.
Ziko yang dibentak pun acuh tak acuh, dia beranjak pergi dari sana untuk bekerja, Sedangkan tuan Anderson yang melihat sang anak bersikap seperti itu meras geram, Entah kenapa sampai sekarang sikap sang anak masih saja dingin.
"maafkan Ziko ya nak Cindy, Dia memang seperti itu sikapnya."
"tidak papa mah, mungkin kak Ziko memang lagi banyak pekerjaan."
sedangkan Ziko yang berada di dalam Mobil menatap jalanan dengan nyalang, entah kenapa dia selalu marah jika mengingat perjodohan yang dilakukan papahnya, yang mana membuat Ziko ingin sekali mengakhiri tapi tidak bisa.
"aku tunggu sekarang di kantor" Ziko langsung memasukan ponselnya setelah menghubungi Jay, tangan kanannya.
dia terus berjalan menuju ruangannya dengan wajah khasnya yang dingin, "aku harus bisa membuatnya pergi dari hidupku" gumam Ziko yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya.
"Devan, keruanganku sekarang."
Tidak lama terlihat Devan memasuki ruangan sang CEO, "iya tuan, ada yang bisa saya bantu?"
"segera carikan aku rumah, yang biasa saja dan hanya berlantai 1."
"baik tua, ada lagi?"
Ziko hanya mengibaskan tangannya tanda tidak ada lagi, setelah itu dia fokus pada pekerjaannya dan tenggelam didalam kesibukannya.
Waktu sudah mununjukkan jam 4sore, Ziko pun bersiap pulang ke Apartementnya, dia bahkan melupakan istrinya yang berada di rumahnya.
dretzzzz.
"dimana kamu, kenapa jam segini belum pulang, ingat sekarang kamu punya istri jangan berulah."
Ziko tidak menjawab, justru langsung mematikan ponselnya setelah mendengar perkataan sang papah.
"is anak ini, Bik panggil mang asep kemari, dan bereskan sebagian baju nyonya Cindy."
"baik tuan besar," ya, tuan besar ingin mengantar Cindy ke apartemen sang anak, karena tuan besar tidak ingin anaknya tidak bertanggung jawab pada istrinya.
"ada apa bik?"
"tuan besar menyuruh saya membantu anda berkemas nyonya muda."
"tapi kenapa bi, apa Cindy berbuat salah?"
"kurang tahu nyonya, coba tanya langsung sama tuan besar," Cindy pun berjalan keluar kamarnya untuk menemui papah mertuanya.
"maaf pah, apa Cindy punya salah, kenapa barang barang Cindy di masukkan ke dalam koper lagi."
"nak, duduklah dulu," tuan besarpun menarik nafasnya panjang, "begini nak, Ziko sekarang ada di apartementnya, papah ingin kamu kesana dan menemani Ziko di sana. Apa kamu bersedia nak."
Cindy menunduk, dia merasa terluka dengan sikap Ziko, "iya pah, Cindy mau," pada akhirnya Cindy mau pergi ke apartement Ziko, mana mungkin Cindy tinggal di mansion ini jika suaminya di apartement.
Kini Cindy sedang melihat jalanan kota yang padat, padahal hari sudah malam, tapi jalanan kota disini sangat ramai, Tidak lama Cindy sampai di depan pintu apartement Ziko.
"apa ini pak tempatnya," tanya Cindy pada sang supir yang di tugas untuk mengantar dirinya.
"iya nyonya, tinggal tekan Belnya, kata tuan besar, tuan Ziko ada di sini, kalau begitu saya permisi nyonya muda."
"baik, terima kasih pak, hati hati pak" sang supirpun mengangguk dan berlalu dari sana.
Cindy menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya. Cindy menekan bell tapu belum ada yang buka pintunya, hingga Cindy menekan sampai yang ke 5kali baru ada yang membuka pintu dari dalam.
"anda sa-" Ziko tidak meneruskan perkataannya setelah melihat Cindy di depan pintu apartemennya. "untuk apa kamu disini!"
"maaf, papah yang mengantarku kesini, untuk menemanimu di sini, supaya ada yang membantumu di sini," jawab Cindy sambil menunduk, Ya Cindy sangat takut melihat tatapan Ziko yang sangat tajam, Karena jujur saja, Cindy belum pernah dapat perlakuan seperti itu dari kedua orang tuanya.
"tidak perlu! Karena saya tidak butuh pembantu."
Deg, "jadi dia menganggapku pembantu," batin Cindy.
"sana pergilah, karena aku tidak ingin ada wanita yang masuk kedalam apartemenku, apa lagi wanita itu dirimu."
Cindy langsung menunduk mendapat bentakan dari Ziko, akhirnya dia pergi dari sana dengan menggeret kopernya, "apa salahku, sehingga dia begitu tidak suka padaku," gumam Cindy, Cindy terus berjalan menyusuri jalan yang masih sedikit ramai, dia tidak tahu harus kemana, kembali kerumah orang tuanya, mana mungkin, pikir Cindy, tiba-tiba Cindy meneteskan air matanya, hatinya terluka, rasanya dia tidak sanggup menjalani hidup seperti ini, dia merasa sangat buruk, pria yang dia harapkan kabikannya justru kini sangat tidak menyukai dirinya, bahkan dia dengan teganya mengusir dirinya, "apa ini akibat dari peebuatanku dimasa lalu terhadap kak Monic" gumam Cindy, dia menatap nanar jalanan didepannya dengan prasaan hampa.
Selang 1jam Ziko mendapat telfon dari papahnya dan bertanya keberadaan Cindy, sedangkan Ziko langsung terdiam mendengar pertanyaan papahnya, "kemana gadis itu, dia sudah sejak tadi pergi dari sini." Zikopun segera menutup telfonnya dari sang papah dan segera menghubungi orang kepercayaannya.
"Jay! Cari keberadaan wanita itu" setelah ponselnya tersambung dengan tangan kanannya, Ziko langsung mengatakan tujuannya.
"untuk apa kamu mencarinya lagi bukannya kamu sudah menyuruh semua orang kita untuk berhenti mencarinya."
"astagaaaa, aku tidak menyuruhmu untuk mencari Jesica, aku menyuruhmu untuk mencari istriku."
"hey, kamu apakan istri kecilmu itu, kenapa dia sampai kabur darimu."
"tutup mulutmu itu! Dia tidak kabur, mungkin dia tersesat setelah aku menyuruhnya pergi" jawab Ziko dengan entengnya
"apa kamu sudah gila Zik, dia bukan orang sini dan kamu menyuruhnya pergi, jangan terlalu Jahat kamu, nanti menyesal."
"sudah jangan ceramah, cepat cari keberadaannya, aku tunggu dalam setengah jam" tut.
"dasar orang arogan" umpat Jay, Jay segera menghubungi orang kepercayaannya untuk melacak keberadaan nyonya mudanya, "bagaimana?"
"dia berada di taman kota tuan, tidak jauh dari peusahaan tuan Ziko," lapor sang anak buah.
Jaypun segera menghubungi Ziko, dan melaporkan keberadaan Cindy.
"bagus" Zikopun segera menuju taman kota untuk menyusul Cindy, Bisa habis dia jika Cindy hilang, maka masalahnya akan berdampak padanya dan sang papah.
"apa yang kamu lakukan disini, bukannya pulang ke rumah," bentak Ziko.
Cindy langsung menoleh dan terkejut melihat suaminya di situ, "Aku hanya sedang duduk."
"Apa kamu tahu, papah menelfonku dan menanyakan keberadaanmu, kenapa kamu tidak langsung pulang?"
"Gak enak sama papah kalau pulang, tidak apa aku akan cari tempat tinggal di daerah sini, Pergilah."
"Apa kamu sudah gila, cepat ikut ke apartemenku sekarang," Ziko pun berlalu dari sana dan di ikuti Cindy di belakangnya.
Tidak lama mereka sampai di apartemen Ziko, "kamu tidur di sofa sana," Zikopun kembali ke kamarnya dan langsung tidur, tanpa memperdulikan Cindy yang kebingungan di tempat baru itu.
"Kenapa dia dingin sekali, apa tidak bisa bersikap manis, ngomong baik baik, tanpa harus melotot." Grutu Cindy.
Cindy akhirnya merebahkan tubuhnya di Sofa ruang tamu apartemen Ziko, dia bahkan tidak mengganti bajunya.
Pagi menejelang, Cindy terbangun dari tidurnya, dan jam sudah menunjukkan pukul 8pagi. "astaga aku kesiangan, Cindy bergegas bangun dan merapikan pakaiannya. Pandangannya tidak sengaja melihat kertas di atas meja. (jangan menyentuh apapun tanpa seizinku,) setelah membaca kertas peninggala Ziko, Cindy pun kembali duduk dan melihat sekitar.
Ting tong. Cindy melihat ke arah pintu, dia pun berjalan mendekat dan membuka kan pintunya. "Nona ada makanan atas nama Ziko Anderson" kurir pun memberika makanan itu kepada Cindy.
"baik, terima kasih pak," Cindy pun masuk kembali dan memakan makanan yang di kirim Ziko
"setidaknya dia memikirkan makananku, karena aku tidak bisa masak juga," gumam Cindy sambil terus meneruskan makanannya.
"gadis manja, bisahnya hanya rebahan saja, apa tidak ada inisiatif membersihkan apartementku" grutu Ziko, ya di apartemen Ziko ada CCTVnya, jadi Ziko bisa memantau apapun yang ada di apartementnya.
"tuan memanggil saya?"
"hem, bagaimana rumahnya, apa sudah dapat?"
"sudah tuan, kapan anda akan menempati, biar saya persiapkan semuanya Dan sekalian mencarikan ARTnya tuan."
"tidak perlu mencari ART, lagian rumahnya tidak besar, karena saya sudah ada ARTnya" ujar Ziko dengan senyum liciknya, Ya Ziko berniat menjadikan Cindy ART di rumah barunya, Biar tidak menjadi anak manja.
2hari berlalu, kini Ziko sedang berada di dalam mobil bersama Cindy.
Ya Ziko hari ini akan pindah ke rumah barunya, "turunlah!" bentak Ziko.
Akhirnya Cindy turun dan mengikuti Ziko yang berjalan di depannya, "apa ini rumah yang akan kita tempati?"
"kenapa! Kamu tidak suka karena Rumahnya kecil?"
"tidak, aku bisa tinggal di mana saja."
Ziko yang mendengarnya pun tersenyum miring, mana mungkin Seorang Cindy bisa tinggal di tempat biasa, mengingat dia adalah seorang anak dari orang yang cukup kaya. Pikir Ziko.
Ziko pun masuk dan disana terlihat cukup berantakan, "kenapa rumahnya seberantakan ini, bukannya ini baru, apa kak Ziko membeli semua beserta isinya" batin Cindy.
"kamu harus membereskan ini semua, dan ingat kamarmu ada di sebelah kiri dekat dapur, dan kamar utama adalah kamarku, Meengerti!"
Cindy hanya mengangguk, sambil melihat lihat sekeliling rumah barunya itu, yang sangat sederhana pikirnya.
Ziko pergi begitu saja setelah mengultimatum Cindy "apa disini tidak ada ARTya, kenapa harus aku yang beresin" tapi tetap, Cindy melakukan apa yang telah di perintahkan Ziko, meskipun dia sendiri tidak begitu bisa bersih bersih. Karena Cindy memang tidak pernah bekerja, apa lagi pekerjaan rumah.
Cindy pergi ke kamar yang sudah di beritahu Ziko, disana sangat terlihat berantakan dan mau tidak mau Cindy harus membersihkannya.
"pagi Ko, kenapa kamu tinggal d tempat seperti itu" terlihat Jay memasuki ruangan Ziko dan bertanya atas tempat tinggal baru sang tuan, karena Jay tahu Ziko tidak suka tinggal di tempat yang ramai penduduk, apa lagi tempat tinggal yang lumayan kecil menurutnya.
Ya ketika Jay mendapat laporan dari anak buahnya yang khusus menjaga Ziko, dia sedikit tidak percaya, itu sebabnya dia bertanya langsung, untuk memastikan.
"sepertinya aku tidak akan punya rahasia jika sudah menyangkut hidup pribadiku di depanmu" ejek Ziko, ya Ziko tanpa ceritapun sahabat sekaligus tangan kanannya ini akan tahu yang terjadi padanya, selain dia tangan kanannya di dalam dunia gelapnya, Jay juga sahabat baiknya sedari dulu hingga sekarang.
"hahaha, bukannya aku yang memang menjaga keamananmu selama ini, lagian untuk apa kamu tinggal disana, tanpa ART pula, yang benar saja."
Ziko tersenyum licik, dengan senyumnya saja Jay sudah tahu batul apa rencana sahabatnya itu, "jangan aneh aneh kamu, atau kamu yang akan menyesal." peringat Jay.
"aku hanya akan memberinya pelajaran, karena sudah berani masuk kedalam hidupku, seandainya dia menolak, maka pernikahan ini tidak akan terjadi."
"kenapa tidak kamu saja yang menolak" ejek Jay, ya Jay tahu alasan Ziko tidak bisa menolak, tidak lain dan tidak bukan karena ancaman dari papahnya.
"jangan mengejekku!" sengit Ziko, Ya Ziko tidak suka jika ada yang mengejeknya meskipun itu sang sahabat, Karena dia tidak ingin terlihat cemen di depan siapapun.
"maka dari itu, siapa tahu wanita itu juga tidak bisa menolak keinginan orang tuanya," nasehat Jay.
"mana mungkin, itu pasti karena dia tahu siapa aku dan keluargaku, itu sebabnya dia mau" ya Ziko menganggap wanita semua sama, ibunya yang sudah meninggalkannya demi pria kaya di saat ayahnya dalam keadaan bangkrut, dan kekasihnya yang meninggalkannya dan berhianat padanya. Itu sebabnya Ziko menganggap wanita semua matre, dan tidak akan pernah cukup dengan satu pria.
"apa kamu masih bisa belum menerima kejadian di masalalu, kenapa kamu mengira istrimu juga seperti itu, perlakukanlah dia dengan baik, siapa tahu dia berbeda."
"hahaha, mana mungkin berbeda, buktinya dia mau menikah denganku setelah papah membantu prusahan orang tuanya, bukan kah itu suatu bukti, kalau dia juga menikah dengaku karena uang" bantah Ziko.
Ya Cindy dan Ziko di jodohkan karena Papah Ziko membantu prusahaan orang tua Cindy Dan saratnya, orang tua Ziko meminta Cindy untuk menjadi menantunya. Itu sebabnya Cindy bersedia, selain karena demi membantu orang tuanya Cindy juga ingin melupakan masalalunya dengan menikah, siapa tahu setelah menikah dia bisa melupakan cintanya pada pria yang dia cintai di masalalu.
"terserah kamu saja, jika kamu menyesal aku orang pertama yang akan memberimu tepuk tangan, ya sudah aku pulang dulu, tumpuklah kekayaanmu itu, hingga kamu menjadi kaya dan bisa berbaju uang" kelakar Jay dan segera pergi dari sana, sebelum mendapat omelan dari sang bosnya.
"dia selalu kurang ajar padaku, awas saja jika dia berurusan dengan wanita kelak, aku yang akan mengejeknya habis habissan" umpat Ziko sambil meneruska pekerjaannya agar segera selesai dan segera pulang ke apartement nya.
Ya Ziko berencana pulang ke apartemen nya dan meninggal Cindy di rumah sendirian, Ziko tidak berfikir jika Cindy sangat takut jika tinggal sendiri di malam hari, padahal orang tua Cindy sudah mengatakan jika Cindy tidak bisa tinggal sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!