NovelToon NovelToon

Level Max Setelah 5000 Tahun

5000 tahun.

(Warning!!)

Alur cerita ini lambat kayak keong, memiliki jalan cerita yang agak berbelit dan harus di baca sampai tamat kalau mau mengerti.

jika ini tidak sesuai dengan selera bacaan anda semua, dimohon untuk tinggalkan cerita ini setelah membaca tiga bab awal dan dimohon jangan mengomentari dengan kata-kata menjatuhkan atau menusuk.

Bisa enggak kalau gak suka itu langsung pergi aja jangan sampai menghina? beberapa orang ada yang menyukai cerita ini, saya tidak mau stop hanya karena kalian yang tidak mau menghargai cerita saya yang membosankan ini!!

Terima kasih.

.

.

.

.

Rasanya baru kemarin Ilya Sigma terjebak dalam dungeon yang penuh monster, saat ini dia sudah beradaptasi dengan lingkungan Dungeon bahkan menjadi predator paling mematikan di sana.

"Kau berani menantang ku saat aku sedang makan makanan tak layak dan sekarang kau malah bersikap arogan?"

Ia berucap dengan penuh penekanan pada monster di depannya, sang monster hanya menggeram kemudian menunjukkan gigi taringnya yang tajam seolah-olah berusaha membuat Ilya ketakutan karenanya-namun, Ilya tak ketakutan sama sekali.

Dia mempersiapkan belati yang dia buat sendiri, melompat ke monster itu kemudian menusuknya langsung di mata-meninggalkan jejak berupa luka parah di tubuh mosnter itu.

"Ha! Begini kah kemampuanmu!? Ayo! Lawan aku lagi!"

Ilya terus menyerang monster dengan membabi-buta, membuat luka di sekujur tubuhnya lalu mengakhiri pertarungan sepihak itu dalam waktu singkat. Untuknya yang sudah bertarung berkali-kali sih musuh seperti ini bukan apa-apa, monster itu terlambat 5000 tahun untuk mengalahkan Ilya.

"Huh, enggak seru kalau kamu langsung mati"

Dia menusuk-nusuk tubuh monster seukuran bus sekolah itu dengan santai, tak ada raut ketakutan atau lelah di dirinya.

Kemudian monster lain muncul, ia sama besarnya dengan monster yang Ilya kalahkan tadi namun kali ini monster itu memiliki wajah yang agak 'ramah'-dia berhenti tepat di sebelah Ilya yang masih menatap datar monster hasil buruannya.

"Tuan, apakah saya harus memasak monster itu?"

Suara serak dan besar itu berasal dari monster yang datang terakhir. Dia memanggil Ilya dengan sebutan tuan yang penuh hormat dan sopan, seperti dia adalah pelayannya yang paling setia.

Ilya menghela nafas pendek, merasa nafsu makannya hilang setelah mengalahkan monster itu.

"Tidak perlu. Aku tidak mau makan hari ini pupu"

Monster dengan wajah garang berjenis harimau besar itu memiliki nama yang cukup imut, Pupu, nama pemberian Ilya saat dia menaklukkannya beberapa ratus tahun yang lalu. Pupu mengangguk paham, kemudian ia pun membakar hangus tubuh monster itu.

Jika Ilya tak mau memakan monster hasil buruannya sendiri maka ia akan melenyapkannya. Terlalu banyak bangkai monster di sana, jadi setidaknya Pupu harus membersihkan hasil pertarungan Ilya yang bosan.

"Anda mau ke mana tuan?"

Pupu bertanya singkat setelah melihat Ilya berjalan menjauh. Ilya terdiam sejenak, mengangkat tangannya kemudian kembali berjalan ke arah acak lagi.

"Aku mau pergi sebentar. Jaga wilayah ini oke?"

Pupu mengangguk paham. Jika seperti ini artinya Ilya ingin sendirian untuk sementara waktu, mungkin tuannya itu sedang rindu sesuatu yang dia sebut rumah-Pupu tahu Ilya bukan berasal dari dungeon namun ia tidak tahu apapun tentang tempat asal Ilya.

Ilya terus berjalan tak tentu arah. Menikmati udara yang dia hirup, sesekali memukul monster serangga seukuran mobil atau sepeda yang nekat menyerangnya—padahal mereka tahu kalau Ilya tak gampang dikalahkan.

"Bosan~ Bagaimana bisa hari ini sangat membosankan!?"

Dia mengeluh kesal, terus berjalan dengan kaki yang tak beralas. Rambut hitamnya yang dulu pendek kini menjadi panjang, dia bahkan memiliki sedikit janggut di dagunya—Ilya yakin dia belum mencapai kepala lima, tapi kenapa penampilannya mirip bapak-bapak empat anak dan dua cucu? tidak, seharusnya umurnya bahkan lebih dari kepala lima.

"Sudah 5000 tahun aku di sini, kapan aku bisa keluar ya?"

Ilya bergumam. Menatap dua matahari yang anehnya sudah jadi pemandangan biasa bagi Ilya, saat pertama kali dia terdampar di dungeon Ilya langsung terkejut sebab melihat dua matahari di langit.

Sekarang dia tidak akan terkejut bahkan jika ada lima matahari di sana, lagipula Dungeon tempatnya tinggal memang aneh.

Ilya duduk di batang pohon mati, tatapannya masih menatap objek yang sama—langit ungu dan dua matahari.

Srak!

Ilya tertawa saat melihat perutnya tertusuk cakar monster.

"Hahaha, kau itu tak punya akal kan? Karena itulah kau tidak menyadari musuh macam apa yang kau lawan."

Ia berucap sarkas meskipun mosnter itu tak paham dengan apa yang dia ucapkan. Ilya batuk darah, tapi dia masih bisa tersenyum meskipun keadaan tubuhnya memiliki luka yang menganga.

"Aku sedang kesal karena tidak bisa pulang, sialan. Kau menambah kekesalan ku saja"

Dia terus mengoceh sedangkan monster itu mulai merasakan kekuatan kuat dari Ilya. Terdampar di dungeon selama 5000 tahun membuatnya memiliki kekuatan yang tak terkalahkan, sangat mudah bagi Ilya untuk membunuh monster macam ini.

Ilya mencengkram cakar yang menusuk perutnya, meremukkan cakar itu dengan mudah kemudian melompat ke belakang.

Monster tipe anjing dengan cakar panjang dan wajah jelek, begitulah Ilya menjuluki mahkluk di depannya.

"Aku tidak pernah terbiasa dengan rasa sakit ini."

Tangannya menyentuh area perut yang kini baik-baik saja. Kemampuan penyembuhan total, itu adalah keajaiban yang Ilya miliki sejak awal dia masuk ke sana. Penyembuhan total itu tidak menghilangkan rasa sakit yang Ilya rasakan dari lukanya, meskipun begitu Ilya bersyukur sebab karena kemampuannya ia bisa lolos dari kematian di dungeon yang kacau itu.

Satu menit adalah waktu penyembuhannya. Sekarang Ilya sudah sehat seperti awal, dia tersenyum menyeringai kemudian menyerang monster anjing raksasa itu dengan brutal.

Monster anjing kalah dengan cepat, dia tidak bisa memenangkan pertarungan yang tidak seimbang itu.

"Huh, bajuku sobek lagi"

Dia menatap kain lusuh compang-camping yang disebut baju itu dengan tatapan kecewa, padahal Ilya sidah berusaha membuat baju dari serat pohon atau menganyam akar aneh yang ada di sana—tapi baju itu memang tidak bisa bertahan lama apalagi Ilya sering bertarung di sana.

"Aku harus membuat baju lagi—"

Ilya terdiam sejenak. Baju, seingatnya ia masih menyimpan baju miliknya dulu yang dia simpan di gua. Jika dipakai sekarang, apa masih muat ya?

"Ketemu"

Ia menatap baju kaos oblong warna hitam, jaket dan celana panjang miliknya. Saat itu dia sedang dalam perjalanan pulang, Ilya masih ingat dengan jelas ketika langit tiba-tiba retak dan semua orang berlari gila-gilaan seolah-olah hari kiamat akan segera tiba.

Mereka memikirkan diri sendiri, hingga tak peduli pada anak malang yang terseret oleh masa.

Ilya menolong anak itu. Disaat semuanya peduli pada diri sendiri, dia malah mengkhawatirkan orang lain yang bahkan tak ia kenal.

Anak itu selamat namun Ilya harus terjatuh ke dalam lingkaran hitam asing yang muncul tiba-tiba di bawah kakinya, menyebabkan dia masuk ke dungeon itu.

Ilya tersenyum simpul mengingat kejadian awal dia di sana. Dia tidak menyalahkan anak itu atas nasib yang dia terima, mungkin ini memang takdirnya.

"Sudah lama sekali aku tidak memakai baju ini."

Ilya menepuk-nepuk permukaan bajunya sedikit, membersihkan debu yang menempel lalu melihat pantulan wajahnya di danau. Ada danau luas di sana—awalnya itu adalah tempat tinggal monster, tapi Ilya sudah mengalahkan monster itu dan membuatnya kosong.

Ada rasa rindu saat dia memakai pakaian itu. Ilya tidak tinggal sendirian di bumi, dia memiliki ibu yang sakit dan adik perempuan cantik. Kehilangannya mungkin akan membuat mereka terpukul, apalagi sang adik yang sangat menyayanginya.

"Aku rindu rumah."

Ia menatap sendu, baru kali ini Ilya memikirkan tentang rumah lagi—sebenarnya dia sudah menyerah untuk pulang, namun tampaknya dia masih ingin kembali.

"Aku mau pulang! Mau pulang! Mau pulang! MAU PULANG!!!!!"

"ARGH!!! KELUARKAN AKU DARI SINI SIALAN!!!"

Ilya berteriak keras sambil melempar batu ke sembarang arah, menyebabkan pohon-pohon di sana tumbang seketika. Ya—tentu saja tumbang, batu yang dia pakai seukuran gajah, bagi Ilya melempar batu begitu tidak ada apa-apanya.

"Tuanku!! Tenanglah, anda jangan menghancurkan tempat ini lagi!"

Bos monster bawahan Ilya berusaha meredakan emosinya, namun Ilya malah semakin menjadi dan menangis keras bak seorang anak yang tantrum.

"TENANG, TENANG PALA MU! AKU MAU PULANG KE BUMI BRENGSEK!!"

Selama dia melayani Ilya di sana baru kali ini Ilya menangis, bahkan sampai berguling-guling di tanah. Bos monster itu tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan, Ilya sulit ditangani saat sedang mengamuk.

'Tuan pupu! Cepatlah kembali!!'

Saat seperti ini Pupu dibutuhkan sebab bulu-bulu halus yang dia miliki bisa menenangkan Ilya yang marah.

Ilya belum selesai menangis, bahkan tingkahnya semakin aneh. Dia mencabut pohon lalu lemparnya untuk meredakan emosi, menyebabkan wilayah di sana kacau balau.

"AKU MAU PULANG!!!"

["Kau berisik sekali."]

Ilya terdiam saat dia mendengar suara seseorang.

"Siapa!?"

Tidak ada siapa-siapa di sana, bahkan bawahannya pun tampaknya tak mendengar suara itu—terlihat dari wajahnya yang bingung saat melihat Ilya berteriak tadi.

["Berbalik ke kiri"]

Ilya menuruti apa yang suara itu katakan.

["Itu kanan goblok, apa kau sudah lupa mana arah kanan dan kiri?"]

Perempatan imajiner muncul di dahinya, ingin memukul suara tanpa raga itu tapi dia tidak bisa melakukannya sebab sosoknya saja tidak ada di sana.

"Aku tahu kok!"

Ilya menjawab kesal, kemudian berbalik ke arah kiri lalu semuanya berubah menjadi gelap.

["Selamat datang. Ilya Sigma, manusia dari bumi yang sudah mencapai kekuatan maksimal"]

.

.

.

.

Hadir dengan cerita fantasi lagi.

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen. Terima kasih sudah baca(人 •͈ᴗ•͈)

Kembali ke bumi

["Tes sudah selesai, sekarang aku akan memberikan misi untukmu—"]

Ilya menghentikan ucapan suara tanpa sosok itu.

"Tunggu dulu! Tes? Apa maksudnya itu? Misi? Kenapa aku harus menjalankan misi darimu!?"

Ilya berteriak kesal. Dia memiliki banyak pertanyaan di kepalanya sekarang. Tiba-tiba saja ia berpindah ke tempat asing yang tidak dia ketahui, apalagi suara aneh terdengar dan membual tentang omong kosong.

["Iya. Kamu terpilih secara tidak sengaja untuk menjadi penyelamat calon bencana, dan terkurung nya kamu dalam dungeon ini adalah pembekalan untuk kamu menjalankan misi dariku"]

Ilya menggeram. Ia menatap ke langit dengan tatapan tajam, kemudian marah-marah pada sosok yang tidak bisa dia lihat itu.

"Kau! Jadi kau penyebabnya!! Aku terkurung di dungeon selama 5000 tahun! Berusaha bertahan hidup dengan melawan monster dan memakan mereka! Apa kau tak tahu betapa sulitnya itu! Ha!? Untung aku enggak jadi gila!"

Semua emosi yang Ilya tahan sejak lama meledak saat itu juga. Dia mengatur nafasnya yang memburu, barangkali merasa lelah setelah marah-marah bak orang gila pada sesuatu yang tak ada di sana.

["Ada tujuannya. Sudah ku bilang bukan? Ini semua untuk misi, misi untuk mencegah calon bencana itu membutuhkan kekuatan yang kuat, kini kamu sudah mencapai level maximal dari seukuran manusia—bahkan mungkin kamu melebihi batas manusia"]

Ilya terdiam karena dia tahu. Selama ini dia menyadari kekuatan fisik dan kemampuan yang dia miliki di sana terasa kuat, dia bisa mengangkat batu besar dengan mudah, membunuh monster memakai satu tangan, bahkan senjata belati miliknya pun mematikan.

"Apa maksudmu dengan calon bencana?"

Ilya bertanya singkat. Matanya mendongak, menatap ke langit yang kosong.

["Aku tidak punya banyak waktu, jadi akan ku jelaskan secara singkat"]

Dia menjeda ucapannya sejenak.

["Mereka adalah seseorang yang memiliki kemampuan berlebihan dan bisa menghancurkan bumi, seharusnya bukan kamu yang menerima misi ini tapi karena kamu berada tepat di bawah koordinat jadi kamu tidak sengaja terpilih untuk tes. Hal yang harus kamu lakukan adalah menjadikan mereka sekutu untuk melawan musuh yang lebih kuat lagi"]

'Karena itulah aku ada di sini?'

Lingkaran hitam yang muncul di bawah kaki Ilya saat itu adalah pintu menuju Dungeon tempat dilatihnya seseorang yang menerima misi, kebetulan Ilya ada di sana setelah dia menyelamatkan anak perempuan yang terseret arus masa.

Mungkin seharusnya anak perempuan itulah yang masuk ke dungeon, namun karena Ilya menggantikan tempatnya maka jadilah dia yang ke sana.

'Tapi, syukurlah aku yang ke sini. Bagaimana jadinya anak lima belas tahun tahun itu harus menghadapi hal berbahaya begini?'

Ilya tak bisa membayangkan jika anak berusia lima belas tahun itu harus menghadapi banyaknya monster di dungeon, terluka beberapa kali apalagi sampai sekarat.

"Apa yang harus aku lakukan supaya para calon bencana itu bisa jadi sekutuku?"

Ilya bertanya singkat. Dia tidak mau membiarkan bumi tempatnya tinggal hancur begitu saja, apalagi Ilya memiliki kekuatan untuk mencegahnya.

Suara itu tertawa pelan, tampaknya dia tidak berpikir Ilya akan berubah pikiran secepat ini. Barangkali ia tidak membayangkan Ilya menerimanya dengan cepat, dia pikir lelaki itu akan marah-marah lagi atau setidaknya menolak mentah-mentah.

["Potion yang aku buat ini bisa membuat kekuatan mereka tenang, aku akan memberikannya padamu. Syarat penggunakan potion sangat sederhana, kamu hanya perlu melakukan sentuhan fisik pada calon bencana saat mereka meminumnya."]

"Mengapa begitu?" Ilya bertanya singkat.

["Itu karena kamu adalah si penerima misi."] Suara itu menjawab seperti tak niat.

"Tapi—"

Ilya tak bisa melanjutkan ucapannya karena suara itu lagi-lagi menginterupsi percakapan mereka.

["Aku tak memiliki banyak waktu. Hadiah dariku karena kamu bisa bertahan adalah informasi dan kekuatan, kamu akan tahu sendiri nanti. Sisanya akan dijelaskan oleh Noe"]

Angin kencang menerpa tubuh Ilya, membawanya melayang beberapa meter kemudian kecepatannya bertambah lalu membawa Ilya pergi dari sana.

"Aku mau di bawa ke mana!!?"

Ilya berteriak saat dia dibawa oleh angin menuju lingkaran hitam. Suara itu terdengar lagi, namun kali ini suaranya lebih lemah dari tadi.

["Kau akan kembali ke bumi, sudah lima tahun berlalu sejak kamu menghilang. Berjuanglah, sampai bertemu lagi Ilya Sigma."]

Suara itu menghilang begitu saja, meninggalkan Ilya yang masih dirundung bingung dan belum mencerna situasinya.

Brugh!

Ilya mengusap area kepalanya saat angin itu menjatuhkannya kasar, tidak ada sopan santunnya sama sekali.

"Sial, ini sakit banget."

Ia menggerutu, namun sedetik kemudian atensinya beralih menatap pemandangan hutan yang berbeda. Hutan dengan pohon besar normal dan langit biru, di sana juga hanya memiliki satu matahari.

Ada perasaan sedih dan bahagia saat dia berhasil keluar dari dungeon itu, tempatnya terjatuh pastilah berada di bumi.

"Akhirnya, aku kembali ke bumi—"

Ilya tak dapat melanjutkan ucapannya karena suara menjerit seseorang dari jauh, dia memperkirakan jarak suara itu sekitar seratus meter saat menempelkan kepalanya di tanah, selain suara seseorang dia juga mendengar suara monster yang belum pernah Ilya dengar sebelumnya.

Ilya pikir seseorang itu dalam masalah, dari suaranya yang melengking dia pasti seorang perempuan.

'Perempuan pertama yang ku lihat setelah 5000 tahun'

Entah kenapa Ilya jadi bersemangat tanpa alasan, dia bahkan melupakan tentang ucapan terakhir suara asing itu sesaat.

Ilya menatap ke langit, menyiapkan kaki bagian bawahnya kemudian melompat jauh hingga ke atas pohon. Baginya hal itu sangat mudah dilakukan, karena saat di dungeon Ilya bahkan sering beterbangan di dahan pohon tanpa merusak daun yang dia injak.

Mata Ilya menatap seperti elang, mencari sosok perempuan itu kemudian ia pun melihat sesuatu, mayat seorang lelaki dewasa yang memakai jas peneliti, di belakangnya lagi ada seorang lelaki lain yang berlari dengan wajah ketakutan.

Ilya pikir lelaki yang lari itu anggota party mereka yang kabur, ia hendak menyusul lelaki itu namun Ilya harus melakukan sesuatu yang penting sekarang.

Saat dia datang sekelompok monster serigala merah dengan taring panjang sudah mengepung perempuan yang berteriak tersebut, Ilya melihat wajah perempuan itu yang ketakutan kemudian tanpa harus menunggu waktu lama dia langsung menyerang monster tipe serigala itu dengan mudah.

Srak!

Srak!

Srak!

Serigala merah langsung tumbang tanpa perlawanan di depan kekuatan Ilya, mereka sih bukan lawannya yang sudah menghabisi ratusan bos monster di dungeon dulu.

Ilya mengelap darah monster yang ada di pipinya, ia menatap perempuan itu kemudian berjalan mendekatinya.

Perempuan itu memiliki rambut panjang sepinggang yang diikat berantakan, mungkin karena pertarungan singkat atau dia sudah berlarian sejak tadi hingga penampilannya pun jadi kacau.

Perempuan itu menatap takut Ilya yang mendekatinya, wajar saja dia takut—Ilya datang tiba-tiba lalu membantai dengan mudah sekelompok monster serigala merah yang harusnya membutuhkan lima orang Hunter.

Tubuhnya bergetar ketakutan, ia bahkan hampir menangis di sana—namun, hal yang Ilya katakan pertama kali sungguh diluar prediksi.

"Kau"

Dia menjeda ucapannya, membuat suasana di sana semakin mencekam.

"Apa kau mau menikah denganku!?"

Perempuan itu membeku di tempatnya. Tiba-tiba saja Ilya melamar dia, apalagi dengan wajah dan tangan penuh darah monster—lagipula, mana mau dia menikah dengan orang asing yang terlihat jahat macam Ilya!!?

"MENIKAH SAJA DENGAN BATU SANA!!"

Entah kemana perginya rasa takut perempuan itu, sebab saat dia mengatakan penolakan pada Ilya tangannya menampar lelaki itu dengan sekuat tenaga.

'Sial! Aku akan mati!'

Perempuan itu sadar dengan apa yang dia lakukan. Mungkin saat ini dia akan pergi menyusul para seniornya yang mati di tangan monster, bedanya dia mati di tangan lelaki kuat asing karena menolak lamarannya.

Mana ada orang yang mau menerima lamaran macam itu!

Peneliti, Han Do Hwa.

"Maafkan saya karena menampar anda tadi!"

Perempuan dengan baju peneliti itu membungkuk untuk meminta maaf pada Ilya sopan, ia menyadari kesalahannya ke orang yang telah menyelamatkan dirinya tadi.

Ilya tertawa canggung, sebenarnya dia juga bersalah di sana. Tidak seharusnya ia melamar seseorang secara tiba-tiba, apalagi mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu.

"Tidak apa-apa, lagipula aku juga salah. Aku minta maaf."

Pada akhirnya mereka saling meminta maaf satu sama lain. Suasana menjadi canggung setelah acara maaf-maafan selesai, Ilya tak tahu harus bicara apa dan perempuan itu pun merasakan hal yang sama.

"Oh. Perkenalkan, nama saya Han Do Hwa, saya adalah seorang peneliti junior. Terima kasih karena menyelamatkan saya tadi,"

Dia memperkenalkan diri dengan baik. Han Do Hwa, perempuan berambut agak ikal berwarna hitam itu tersenyum pada Ilya.

"Aku Ilya Sigma, ya, sebenarnya aku tidak tahu kenapa aku bisa ada di sini. Yang ku ingat pun hanya nama dan beberapa informasi kecil saja, aku mungkin lupa ingatan sekarang"

Celetuk Ilya, tiba-tiba saja dia menyinggung tentang kenapa dia ada di sana. Ilya tidak bisa mengatakan alasan sebenarnya pada Do Hwa, karena itulah dia berpura-pura hilang ingatan supaya Do Hwa tidak curiga padanya.

Do Hwa menatap Ilya dengan tatapan simpati, sudah Ilya duga, dia adalah tipe perempuan yang mudah terbawa perasaan.

"Begitu? Aku pikir mungkin kamu adalah salah satu dari orang-orang yang hilang saat pertama kali Dungeon muncul."

Ilya tampak tertarik pada informasi yang Do Hwa katakan, karena itu dia bertanya lagi, berusaha membuat Do Hwa memberikannya informasi lain.

"Dungeon? Apa itu?"

Ujarnya, dengan tatapan polos seolah-olah tidak tahu maksud dari apa yang dia ucapkan. Do Hwa menjelaskan singkat tentang Dungeon itu, Ilya mengangguk paham. Sejauh ini definisi Dungeon yang Ilya tahu sama seperti yang Do Hwa ucapkan tadi.

'Ku kira ini adalah bumi, tapi ternyata aku keluar ke dungeon lainnya'

Ilya beruntung bisa bertemu dengan Do Hwa, dari perempuan itu dia bisa mendapatkan beberapa informasi baru yang belum dia ketahui.

Do Hwa berdiri, ia berusaha menahan tubuhnya yang terluka namun kakinya tak mampu untuk itu.

Ilya dengan sigap membantu Do Hwa, perempuan itu berterima kasih lagi padanya.

"Kamu mau ke mana?" Ilya bertanya singkat. Seharusnya mereka pulang ke bumi sekarang, tapi rupanya Do Hwa masih memiliki urusan lain.

"Mencari jasad senior ku. Mereka pasti ada di sekitar sini, aku harus membawa mereka keluar dan memakamkan mereka dengan layak"

Do Hwa tampak berusaha berjalan meskipun dia terpogoh-pogoh. Ilya membiarkannya jalan sendiri, dia tidak mau membantu seseorang yang tidak mau dia bantu karena itu Ilya hanya mengikutinya dari belakang.

Mereka berjalan cukup jauh. Tidak ada monster di sana, mungkin para monster merasakan aura kekuatan Ilya yang menekan mereka sehingga para monster itu enggan untuk menampakkan diri.

Do Hwa berhenti saat dia melihat jasad seseorang yang dia kenal. Wajahnya mungkin sudah tak jelas, tapi Do Hwa tahu dari baju yang mereka pakai.

Para seniornya ditemukan meninggal dunia, mereka diserang oleh monster saat membantu Do Hwa untuk kabur.

"Seharusnya aku tidak meninggalkan kalian semua tadi."

Do Hwa berucap lirih. Dia bersimpuh di atas tanah, menyentuh tangan salah satu seniornya yang sudah dingin lalu menumpahkan air matanya di sana.

Ilya tak mengatakan apapun. Dia memperhatikan sekitarnya, membaca apa yang terjadi pada para senior Do Hwa lalu menemukan benda asing di balik pohon. Dia berjalan mendekat, melihat benda itu yang rupanya buku kecil.

Ada tulisan-tulisan di atasnya, meskipun sudah ternodai oleh darah tapi masih bisa di baca. Ilya pikir itu akan membantu Do Hwa, jadi dia memberikan buku itu pada sang puan yang masih menangis di depan jasad para seniornya.

"Ini, aku menemukannya di sana."

Do Hwa mendongak, menatap Ilya dengan matanya yang sembab. Dia tidak merasa malu meskipun dilihat oleh Ilya, lagipula saat ini dia sedang bersedih.

"Terima kasih"

Do Hwa menerima buku itu. Dia memasukkannya ke dalam tas sub ruang yang dia dapatkan dari salah satu seniornya sebagai hadiah, Do Hwa akan membaca itu nanti karena saat ini mengamankan jasad pada seniornya lebih penting dari sekedar buku harian.

"Bisakah kamu menolongku membawa mereka keluar?"

Suara Do Hwa terdengar serak. Dia sudah kelelahan, tidak mampu membawa mereka semua keluar dari sana. Seharusnya ada Hunter lain yang membantu Do Hwa, tapi Hunter itu entah kabur kemana sehingga ia hanya bisa meminta bantuan pada Ilya yang ada di sana.

Ilya tidak keberatan membantu Do Hwa sekali lagi. Lagipula dia pun tidak tahu di mana letak jalan keluar Dungeon itu, karenanya dia masih membutuhkan Do Hwa dan membantunya sekarang bisa membuatnya memiliki hutang budi.

"Aku akan membawa mereka, kamu pimpin jalan saja."

Do Hwa mengangguk tanpa ragu. Melihat kemampuan bertarung Ilya saat pertama kali mereka bertemu tadi membuatnya berpikir Ilya adalah seorang yang kuat, jadi membawa tiga seniornya pun bisa dia lakukan sendiri.

Ilya menggendong tiga orang di tubuhnya. Mereka memiliki luka di area yang berbeda, kesamaan dari mereka bertiga adalah tidak lagi memiliki nyawa. Rasanya aneh saat Ilya menggendong jasad seseorang, namun dia menelan perasaan itu dan berjalan mengikuti langkah Do Hwa yang agak gontai.

Do Hwa sudah tidak kuat lagi, dia mulai memaksakan dirinya untuk terus berjalan supaya mereka bisa sampai di depan dungeon. Akan ada banyak bantuan di luar sana sebab Dungeon yang mereka masuki adalah Rank D, lalu masuknya Do Hwa dan para seniornya pun sudah diketahui oleh awak media.

Do Hwa mengkhawatirkan banyak hal, tapi yang ingin dia lakukan sekarang adalah istirahat dan memakamkan para senior yang dia hormati.

"Kau tidak apa-apa?"

Ilya inisiatif bertanya. Sebenarnya hanya basa-basi untuk mencairkan suasana, rasanya tidak nyaman terjebak dalam kesunyian di hutan yang penuh dengan monster tersebut.

Do Hwa menggelengkan kepalanya, senyuman tipis terpatri di wajahnya—membuat kesan baik-baik saja pada Ilya yang tampak khawatir.

"Tidak apa-apa, terima kasih karena sudah bertanya."

Perempuan itu kembali berjalan, namun kali ini langkahnya lebih pelan hingga Ilya yang berjalan di belakangnya menjadi sejajar dengan dirinya.

Do Hwa menatap Ilya dari samping dengan ujung matanya, ia terkagum melihat mata Ilya yang terasa familiar.

Rasanya dia pernah melihat seseorang yang memiliki mata serupa dengan sang tuan, namun dia lupa siapa itu.

"Matamu bagus. Terlihat mirip dengan seseorang yang aku tahu."

Ujar Do Hwa singkat. Ilya hanya membalasnya dengan tatapan sekilas, dia ingat warna mata Hazel miliknya jarang dimiliki. Dalam keluarganya hanya Ilya dan adik perempuannya yang memiliki mata Hazel, jadi mungkin Do Hwa mengenali adiknya di bumi sana.

"Benarkah? Aku ingat mataku sama dengan adik perempuan ku, mungkin kamu mengenal dia—"

"Kita sudah sampai"

Do Hwa memotong ucapan Ilya. Lelaki itu menatap kedepan, pemandangan asing yang baru dia lihat—sebuah gate besar berwarna biru, gerbang menuju bumi tempatnya berasal.

"Kamu bilang kapan Dungeon muncul?" Ilya bertanya singkat.

"Lima tahun yang lalu, saat itu ada beberapa orang yang hilang juga. Mungkin kamu adalah salah satu dari mereka, aku akan membantumu menemukan identitas mu nanti, jangan khawatir"

Dengan baiknya Do Hwa menawarkan bantuan pada Ilya. Si lelaki sih menerima saja, dia pun kekurangan informasi jika harus mencari tahu sendiri—bisa-bisa nanti dia malah mendapat masalah.

'Lima ribu tahun yang aku habiskan di dungeon itu ternyata lima tahun di bumi, jika ibu dan adikku masih hidup apa mereka baik-baik saja?'

Ilya mulai memikirkan keluarganya yang tersisa, dia berharap mereka berdua baik-baik saja sehingga ia masih memiliki tujuan untuk kembali ke bumi.

"Kamu siap?"

Do Hwa bertanya lagi. Ilya mengangguk mantap, matanya menatap Gate kemudian mereka pun melangkah bersama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!