NovelToon NovelToon

AMARA

Bab 1

Setelah aku tahu kalau ibu sakit seperti ini aku memutuskan pergi ke kota untuk menemui laki-laki yang telah membuat ibuku seperti ini, aku akan membalaskan rasa sakit yang di derita ibu saat ini.

Keesokan harinya ...

Tepat pukul enam pagi aku sudah bersiap untuk pergi menggunakan bus travel butuh waktu tiga jam perjalanan agar sampai ke kota, aku memikirkan bagaimana wajah yang di sebut ayah itu, cinta pertama bagi setiap anak perempuannya. Namun, tidak dengan ku! bagiku ayah adalah patah hati pertama ku di dunia ini, bagaimana tidak? jika semua ayah akan membuat putri dan istrinya bahagia, tapi tidak dengan ku dan ibu.

Ia membuat ibu depresi seperti ini mungkin jika ayah tidak jahat pada ibu bisa saja saat ini kami berkumpul bersama membangun kebahagiaan di keluarga kecil ini.

Tak terasa tiga jam berlalu akhirnya aku sampai di kota BD, kota di mana ayahku tinggal. Dan langkah selanjutnya aku akan mencari kontrakan temanku yang bernama Bella, ia teman sejak kecil ku di kampung hanya dia yang mau berteman dengan ku. Anak yang di lahiran di luar nikah tanpa jelas siapa ayah nya.

Mungkin untuk sementara waktu aku akan menumpang di kontrakan nya hingga aku mendapat kan kerja dan perlahan menjalankan niat utamaku ke kota ini.

Akhirnya aku sampai di kontrakan Bella, bismillah aku akan mulai semua dari ini.

"Ya tuhan ...! Mara kangen banget aku loh" ucap Bella sambil memeluk ku, dan akupun membalas pelukannya.

"Iya nih bel, aku juga kangen sama kamu. Makin cantik aja kamu tinggal di kota" ucapku.

"Ah bisa aja, ayok kita masuk jangan sungkan anggap saja kontrakan sendiri ha ha ha tapi maaf yah kontrakannya kecil, itu kamar mandinya di sana. Sebenarnya dapur ada di belakang di dapur umum tapi aku sengaja bawa kompor ke kamar karena aku biasa suka lapar tengah malam kan serem kalau malam malam sendirian di dapur ha ha" ucapnya sambil menunjuk ke arah kamar mandi.

"Ah dasar kamu ini, ya udah aku mandi dulu yah setelah ini kita ngobrol-ngobrol lagi."

Setelah selesai mandi, aku kembali duduk dekat Bella dan mulai memberitahu kalau aku datang ke kota untuk mencari kerja. Ijazah ku tamatan S1 manajemen, ya meskipun aku tinggal di kampung tapi bibi dan paman menyekolahkan ku sampai ke jenjang kuliah dari hasil bertani paman. Bibi memiliki sawah yang lumayan luas belum lagi sawah milik ibu juga di garap paman.

"Oh ya, mara kamu mau cari kerja dimana nanti?"

"Aku belum tau juga nih, kalau di kantormu ada lowongan jangan lupa kasih tau aku yah,

. Mungkin sebelum aku mendapatkan kerja aku akan berdagang dulu."

"Dagang apaan mar?"

"Mungkin, donat atau gorengan di sekitaran kantor dekat sini kan lumayan kalau di jam sebelum masuk kerja mereka pasti cari makan ringan seperti gorengan atau donat untuk di makan nanti atau mungkin aku jualan peyek, aku tidak tahu kita lihat saja nanti bel. Ngomong-ngomong kamu kerja dimana?"

"Aku kerja tidak menentu Mara, kadang malam kadang pagi. Kenapa gitu?"

"Boleh dong aku ikut sementara di tempat kerja mu, sambil mencari info soal papah ku!"

"Kamu masih mau mencari nya? Untuk apa? E ... Maksudku ..."

"Aku hanya ingin tahu seperti apa kehidupan nya itu, hingga dia tega membuat ibuku seperti yang saat ini kamu tahu. Dan tega meninggalkan aku lahir tanpa seorang papah!"

"Ya sudah kalau begitu, ayok ikut aku kita cari makan, aku sudah lapar kamu juga pasti lapar kan? Tenang saja hari ini aku yang traktir kamu simpan uang mu itu untuk bekal nanti. Nanti kita ngobrol lagi ya!"

"Makasih yah bel."

"Iya sama-sama, jangan sungkan kalau sama aku!"

Saat keluar dari kontrakan aku melihat gedung yang sangat tinggi, aku berniat untuk melamar kerja di sana nanti.

"Bel, itu kantor apa?"

"Oh itu kantor PT Almira sejahtera, oh ya katanya di sana sedang cari karyawan. Kenapa tidak mencoba di sana saja?"

"Besok lah aku coba melamar ya!" Bella mengangguk mendengar jawaban ku.

Kebetulan sekali kalau begitu aku tidak perlu repot-repot mencari perusahaan milik lelaki itu, sebelum aku pergi ke kota aku lebih dulu mencari informasi mengenai papah ku.

Ternyata ia bukan laki-laki yang baik, ia sama saja seperti laki-laki pada umum nya. Yang hanya mengedepankan n*f*u saja.

Mungkin besok aku akan langsung pergi melamar di sana. Enak sekali lelaki itu bisa hidup mewah berkecukupan sedangkan ibu harus menderita bertahun tahun, tunggu pembalasanku papah.

Akhirnya kami sampai di sebuah lapak pecel lele dan segera memesan makanan untuk kami makan, namun saat kami sedang makan. Aku tak sengaja mendengar suara dari seorang lelaki dia memesan makanan untuk majikannya.

Dan bertanya pada si pedagang apakah mempunyai saudara atau teman yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga bos nya.

"Pak, pecel lele nya lima, ayam nya lima ngga pake nasi ya pak."

"Oke tunggu sebentar yah."

"Oke pak!"

"Pak apakah ada lowongan pekerjaan?" Tanya tukang pecel itu.

"Ada kebetulan di caffe milik anak bos saya!" Ujar laki-laki itu.

"Oh kebetulan sekali, itu mbak yang di sana sedang mencari pekerjaan kata nya! Ini pesanan nya, makasih ya."

Lelaki itu pun meninggalkan nomor yang dapat di hubungi, aku jadi penasaran siapa bos lelaki itu?

Setelah aku rasa lelaki tadi sudah menjauh aku segera dekati bapak penjual untuk menanyakan nomor yang tadi dengan berkata kalau aku berminat dengan pekerjaan nya.

Ini bisa menjadi modal ku untuk bertemu dengan ayah, karena aku juga harus lebih mencari tahu lagi informasi tentang nya.

Aku segera mengambil kartu nama yang di tinggalkan itu, dan ternyata di sana tertulis Doni Adhi Wijaya yang tak lain tak bukan adalah nama ayah ku.

Deg

Aku sempat terdiam beberapa saat hingga akhirnya Bella menyadarkan ku.

* * *

Keesokan harinya ...

Aku bersiap untuk pergi ke caffe tersebut untuk melamar pekerjaan di sana.

"Mar, kamu srius mau kerja di caffe itu?  Kenapa ngga cari pekerjaan yang lain?

"Aku serius ko bel, aku tidak apa-apa kerja kerja di caffe juga lumayan gaji nya buat biaya berobat ibu di kampung" Ujar ku.

"Okelah kalau gitu, tapi kalau ada apa-apa kasih tau aku yah mar. Kamu baru di kota ini aku khawatir denganmu, ayok aku antar sekalian aku mau berangkat kerja juga kebetulan sekali rumah orang itu berada di jalan yang setiap hari aku lewati."

"Ya udah ayok."

Kami berangkat menggunakan motor milik Bella, ya karena aku belum memiliki banyak uang untuk membeli motor. Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai di sebuah caffe yang menurut ku sangat besar dan luas, sungguh aku tidak ihklas jika ayah bisa sesukses ini.

"Maaf pak saya mau ketemu pak Doni, kami sudah janjian kemarin."

"Amara ya?"

"Iyah pak"

"Ya udah ayokk masuk sudah di tunggu sama beliau di dalam" ucap satpam itu.

Aku melangkah kan kaki ku masuk ke halaman caffe mewah ini, dan melambaikan tangan ku pada Bella, dan Bella pun pergi ke kantornya sungguh amarah ku kembali memuncak kala aku sudah berada di dalam caffe ini, aku sangat marah kenapa ayah bisa seperti ini? Kenapa ayah tidak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah ayah perbuat pada ibu? Sungguh be**d nya kamu ayah.

Langkah demi langkah aku memasuki rumah ini, saat pertama kali masuk aku sudah di suguhkan dengan pemandangan yang membuat mataku sakit. Ya foto keluarga dengan bingkai yang sangat besar, sebegitu bangganya kamu  ayah bisa di kelilingi orang yang kamu cintai dan harta yang melimpah. Sedangkan anak mu dari wanita lain menderita selama ini. Untuk pertama kali nya aku melihat wajah ayah di foto itu, ayah terlihat tampan dan gagah wajah nya yang manis dan hidung nya yang mancung mirip dengan hidung ku.

Dan aku pun duduk di kursi ruangan ini menunggu laki-laki yang bernama Doni. Untuk pertama kalinya pula aku bertemu secara langsung dengan ayah, sungguh jika aku tidak sedang ingin membalas kan dendam mungkin saat ini aku sudah aku mem*n*h ayah saja agar ia merasakan seperti merasakan sakit yang ibu rasakan dulu akibat ayah.

"Kamu yang kemarin menelfon ku bukan?" Ucap seorang laki-laki yang sepertinya dia ayahku.

"Ya pak."

"Kamu bisa masak?"

"Bisa."

"Oke, jadi begini nak Lia, aku panggil kamu Lia saja yah sepertinya mudah untuk ku mengingat, jadi tugas kamu hanya memasak saja, karena kami sedang mencari chef. Karena juru masak di caffe ini terpaksa harus berhenti katanya ibu nya sakit jadi dia berhenti untuk merawat ibunya." Ucap laki-laki itu panjang lebar.

"Apa kamu tidak mengenali wajah ibu di wajah ku ayah, cepat lihat" ucapku dalam hati.

"Baik, apa ada pertanyaan?"

"Sistem gaji nya bagaimana ya pak? Maaf karena saya juga harus memperhitungkan semuanya!"

"Oke gaji awal satu juta setengah, setelah kamu naik pangkat gaji mu juga akan naik."

"Baik pak. Kalau untuk libur nya?"

"Kamu di beri libur sebanyak empat kali dalam satu bulan, terserah mau ambil hari apa saja! Apa sudah cukup jelas?"

"Sudah pak, kapan saya bisa langsung bekerja?"

"Hari ini kamu bisa langsung bekerja!"

"Terimakasih banyak pak!"

"Ya silahkan langsung saja ke dapur."

"Baik, saya permisi!"

Aku pergi keluar dari ruangan itu dan segera pergi ke dapur, di sana aku berkenalan dengan orang-orang baik.

Namun, ada satu karyawan yang selalu bersikap sinis pada ku bahkan saat berkenalan pun ia hanya mengucapkan nama tanpa berjabat tangan dengan ku.

"Kamu harus sabar ya, di memang seperti itu orang nya," Ucap Sisi teman baru ku.

"Iya."

Bab 2

"Astaghfirullah, ya tuhanku! Gadis ini mirip sekali dengan gadis yang dulu ku per***a, atau jangan jangan dia anak gadis itu?" Gunam ku dalam hati, aku kaget saat melihat gadis di hadapan ku begitu mirip dengan gadis yang tempo dulu ku culik dan per***a lalu ku tinggalkan begitu saja, atau jangan jangan ini anak dari gadis itu? Tidak tidak mungkin gadis itu mungkin sudah mati karena kedinginan.

Flashback

Waktu itu aku sedang mabuk bersama teman teman ku, tapi walaupun aku mabuk aku masih setengah sadar aku sadar betul kalau gadis yang kami culik itu berwajah cantik

Kulit putih dengan yang mata yang indah sekali. Dulu sebelum aku kabur aku sempat menanyakan namanya dia menjawab kalau nama nya adalah Lia, tapi apa mungkin gadis cantik di hadapanku ini adalah anak nya? Jika benar begitu ini bisa jadi bumerang bagi rumah tanggaku, semua harta yang ku miliki akan sirna dalam sekejap mata. Bukan apa semua yang ku miliki saat ini adalah atas nama istri dan anak anakku.

"Siapa namamu gadis manis?"

"Lia, tolong jangan lakukan itu lagi padaku aku mohon!" Ucap gadis itu.

"Aku tidak akan melakukannya lagi, asalkan kamu mau tutup mulut dan jangan sampai ada yang tahu soal ini. Jika kejadian ini tersebar maka aku tidak akan segan untuk membuatmu jauh lebih menderita dan mungkin kamu akan mati perlahan di tanganku, ingat itu!" Ancam ku saat itu yang sebenarnya hanya omong kosong saja.

Mana berani aku membuatnya terluka lebih parah. Di tambah lagi dia sangat cantik, jujur aku jatuh cinta padanya tapi mau bagaimana lagi kami bertemu dengan cara seperti ini. Jika aku di beri pilihan aku akan memilih untuk menjadikan nya istri, namun sayang dia sudah di g*l*r oleh ketiga temanku huu.

Flashback off

Semenjak gadis itu menjadi juru masak di caffe ku, aku semakin menjadi was-was saja. Aku takut jika benar ia anak dari Lia dan suatu hari nanti gadis itu akan membocorkan semuanya jika memang dia adalah putri ku. Aku harus bertindak cepat dan tidak boleh gegabah aku akan menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan ide ku.

Hari ini aku sengaja memanggil nya masuk ke dalam ruangan ku, aku berkesempatan untuk bertanya tanya tentang gadis itu.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Masuk ..."

Ia berjalan menuju kursi di depan meja ku saat ini.

"Maaf ada apa bapak memanggil saya?" Tanya nya.

"Amara, boleh saya bertanya?" ucapku mengawali semuanya.

"Ya, tentu saja pak!"

"Siapa nama ibumu nak?"

"Nama ibu saya pak? Tapi ada apa ko nanya ibu saya?" Tanya nya heran.

"Tidak, aku hanya ingin tau aja, karna jika nanti suatu saat kamu kenapa-kenapa pasti akan mencari keluarga bukan?" Aku mencoba untuk bersikap biasa saja, meskipun sebenarnya hati ini sangat gelisah.

"Oh, nama ibu saya Amelia" Ucapnya santai.

Syukur lah nama ibu anak ini bukan Lia yang ku per***a dulu, tapi kenapa wajahnya begitu mirip? Aku tidak akan percaya begitu saja aku akan mencari tahu soal semua kebenaran ini dengan usaha ku sendiri.

"Oh baiklah kalau begitu, lanjutkan masak nya sebentar lagi pasti akan ramai pengunjung." Ucapku dan hanya di balas dengan anggukan kepala nya saja. Kenapa aku begitu yakin kalau anak yang di depan mataku saat ini adalah anak kandung ku.

Jika memang begitu berarti dia adalah adik dari damar putra pertama ku. Tuhan jika semu nya terbongkar akan kah Silvi mau menerim semua ini? Dan mengakui kalau Amara adalah anak nya juga, memikirkan semua ini membuat ku sakit kepala. Biarlah nanti akan aku coba cara lain untuk mencari cara agar mengetahui dia benar anakku atau bukan tapi perasaan ku berkata kalau dia beneran anakku.

* * * *

POV Amara

Hari ini tepat sebulan aku bekerja di caffe milik papah ku sendiri, semenjak wawancara saat itu aku tidak pernah bertemu kembali dengan nya.

Tepat saat aku sedang memasak aku di panggil untuk masuk ke dalam ruangan papah, entah kenapa papah tiba-tiba memanggil ku karena biasanya yang membagi gaji itu HRD.

Aku datang menghampiri papah di dalam ruangan nya, ia bertanya siapa nama ibu, lalu aku menjawab Amelia ya karena nama ibu sebenarnya adalah Amelia ibu selalu di panggil dengan sebutan Lia, karena menurut cerita kalau ibu lebih suka nama itu karena gampang di ingat dan di sebut.

Setelah papah mendapatkan jawaban yang ku berikan, ia menyuruh ku untuk kembali ke dapur, huf rasanya aku ingin berteriak padanya dengan sangat kencang.

"Berkata jika aku lah anak mu, aku anaknya dari gadis malang yang dia per***a dulu." Tapi aku urungkan niat ku itu, aku harus lebih bersabar lagi mengahadapi semua ini aku tidak boleh gegabah kalau tidak semua rencana ku akan hancur.

Bulan berganti bulan aku sudah bekerja di rumah ini selama enam bulan dan hasil kerja ku, aku kirimkan pada bibi untuk biaya ibu selama di sana.

Rencananya jika uang yang ku miliki sudah terkumpul banyak aku akan membawa ibu ke kota dan di rawat di rumah sakit yang terbaik di kota.

Kebetulan hari ini aku libur bekerja aku berencana ingin mengajak Bella makan karena sejak awal aku gajian aku belum pernah mengajak nya sekedar jalan-jalan atau makan.

Ia selalu saja sibuk bekerja entah apa pekerjaan nya karena ia selalu pulang larut malam, kadang tidak pulang ke kosan.

Aku masih tinggal satu kos dengan Bella karena ia ingin aku tinggal bersama nya, jadi kami membagi biaya sewa kamar kos.

"Bel, hari ini kamu bekerja?"

"Iya, tapi nanti malam! Kenapa?"

"Aku ingin mengajak mu jalan-jalan dan makan, karena sejak awal aku gajian aku belum pernah mengajak mu makan di luar! Karena uang nya selalu habis aku kirim kan ke bibi, bahkan uang kos pun masih kamu yang membayar nya!"

"Ya elah santai aja kali, aku tidak masalah ko! Kamu jangan seperti itu!"

"Ya tetep aja aku enggak enak! Gimana mau tidak hari ini kita keluar?"

"Boleh."

"Bella, aku mau tanya kamu sesuatu boleh?"

"Tentu saja!"

"Maaf ya, sebenarnya pekerjaan mu itu apa?"

"E ... Aku ..."

"Tidak apa jika kamu tidak ingin memberitahukan pada ku!"

"Maaf bukan itu maksud ku, tapi kamu jangan bilang sama ibu dan bapak di kampung ya! Aku terpaksa soal nya."

"Ya tentu saja."

"Sebenarnya aku bekerja sebagai kupu-kupu."

"Maksud mu bekerja sebagai ..."

"Ya, aku terpaksa karena ibu selalu saja menuntut ku untuk membiayai sekolah adik-adik ku, entah kenapa ibu dan bapak sangat hobby sekali membuat anak tetapi tidak di biayai nya. Aku perlu uang banyak untuk semua itu!"

"Tenang aku tidak akan membicarakan semua ini pada siapapun!"

"Makasih ya Amara. Semoga rencana mu untuk membalas kan dendam pada papah mu segera terwujud."

"Makasih! Ya sudah ayok kita berangkat."

"Iya ..."

Kami berjalan-jalan ke mall di kota ini, ini kali pertama nya aku menginjak kan kaki di mall.

Setelah puas berbelanja kami makan di salah satu restoran di sana, aku memilih ramen sedang kan Bella memilih sushi untuk nya makan.

"Aku ke toilet sebentar ya!" Ucap ku.

Aku berjalan menuju kamar mandi dan tiba ...

Gubrak ...

Aku tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang menurut ku sangat tampan sekali.

"Ma ... Maaf kan aku ..." Ucap ku terbata sambil gugup.

"Tidak masalah, lain kali pandang lah ke depan jangan ke hp terus!"

"Maaf!"

"Hei apa lantai lebih menarik dari ku? Apa kamu menabrak lantai? Sehingga kamu terus menunduk?"

"Maaf kan aku, aku sudah tidak tahan ingin ..."

"Oke-oke."

"Aku permisi ..."

Aku buru-buru masuk ke dalam toilet wanita untuk membuang air kecil.

Saat aku berjalan keluar tiba-tiba ...

"Siapa namamu?" Ucap laki-laki tadi.

"Astaga ..." Ku kaget buat main karena ternyata ia menunggu ku di sana.

"Ini," ucap nya sambil menyerah kan kartu nama.

Aku menerima nya dan kami mengobrol cukup lama di sana hingga seorang wanita datang dan langsung marah-marah pada laki-laki yang bernama Damar ini.

"Sayang ... Kamu ngapain sama wanita ini? Dan ... Astaga apa yang kalian lakukan di dalam toilet?"

"Jangan asal bicara Gita, aku tadi tidak sengaja menabrak nya dan membuat ia jatuh jadi aku membantu dia," ucap Damar.

"Oh ya sudah ayok kita makan, aku sudah sangat lapar!"

"Ya."

Mereka berdua pergi meninggalkan ku yang masih mematung di tempat. Ku lirik kartu nama tadi dak ternyata ia bekerja di PT papah ku.

"Kenapa lama sekali sih?" Tanya Bella.

"Tadi aku tidak sengaja mengarak orang!"

"Hah? Terus enggak papa?"

"Engga ko, dia ternyata kerja di perusahaan papah ku!"

"Masa? Siapa namanya?"

"Damar."

"Wah bisa kamu jadikan umpan tuh."

"Hah gimana caranya?"

"Ya kamu dekati dia dan sering-sering lah bertemu dengan nya!"

"Tapi aku juga kan bekerja di caffe milik papah."

"Apa papah mu setiap hari di caffe? Jelas tidak kan? Itu artinya dia lebih banyak di perusahaan nya daripada di caffe."

"Biar nanti aku coba."

"Harus. Sini deh aku kasih tahu ya!"

"Apa?"

"Asisten pribadi papah mu selalu memesan ku. Aku bisa saja mengorek semua informasi dari nya!"

"Benar kah?"

"Tentu saja kenapa tidak?"

"Astaga terimakasih banyak Bella!"

"Santai, sudah ayok kita makan karena aku sudah sangat lapar sejak tadi menunggu mu selesai dari toilet."

"Maaf kan aku!"

Kami memakan semua pesanan yang kami pesan, hingga tiba-tiba laki-laki bernama Damar menghampiri kami.

"Amara ...!"

"Ya?"

"Apa aku menganggu mu?"

"Tidak, oh ayok. Silahkan duduk!"

"Terimakasih, kenal kan saya Damar." Ucap nya pada Bella.

"Bella, sahabat nya Amara."

"Jadi begini, aku ingin mengajak mu untuk makan malam bersama."

"Hah?"

"Ya karena aku merasa bersalah akibat tuduhan pacar ku tadi!"

"Oh tidak masalah dan tidak perlu juga, terimakasih."

"Tapi ..."

"Sudah tidak apa-apa, itu pacar mu mencari mu lebih baik pergi lah jangan sampai ia marah lagi."

"Terimakasih banyak ya!"

"Ya."

Setelah Damar pergi, aku dan Bella melanjutkan makan kami yang sempat tertunda tadi akibat kedatangan Damar.

Sore hari kami pulang menggunakan taxi online yang di pesan oleh Bella, setelah sampai di kosan ia langsung mandi dan bersiap untuk pergi bekerja.

"Bella ..."

"Ya?"

"Aku ingin ikut bekerja dengan mu!"

"Hah?"

"Yang benar saja? Kamu kan sudah bekerja di caffe milik papah mu itu."

"Uang nya tidak cukup untuk membeli obat ibu dan biaya hidup ku di sini."

"Tapi ..."

"Aku masih ..."

"Iya aku tahu ko."

"Aku ingin segera membuat ibu sembuh dan bisa hidup normal. Aku mohon!"

"Baik lah, nanti aku carikan laki-laki yang mau membayar besar untuk mu!" Aku mengangguk dan ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Ia keluar dengan rambut yang masih basah dan hanya memakai handuk saja! Ia memilih pakaian yang s*x* dan minim.

Aku terus memperhatikan nya dandan, dan saat ia pergi aku bingung harus melakukan apa? Hingga aku memilih untuk tidur saja sambil menunggu Bella pulang.

Kring ... Kringgg ... Kringgg ...

Aku mengerut kan kening ku karena tiba-tiba ada nomor baru menelfon ku!

"Hallo. Siapa ini?"

"Ini aku Bella."

"Lah kenapa pake nomor orang?"

"Aku sengaja kalau lagi di luar pake nomor ini, aku merasa khawatir meninggalkan mu sendiri di kosan." Ucapnya.

"Aku baik-baik saja! Tenang." Ucapku pada Bella.

Bab 3

Aku selalu memperhatikan Amara setiap kali sedang memasak atau sedang menyiapkan makanan untuk para costumer lewat cctv yang terhubung langsung ke hp ku, terkadang aku sengaja menyuruhnya untuk memasak makanan yang ku suka dan mengantarkan nya ke dalam ruangan ku, aku ingin sekali memandang wajahnya berlama-lama.

Sudah berbulan-bulan lamanya aku menjadi pengagum rahasia Amara, semenjak pertemuan tidak sengaja kami di salah satu restoran kala itu. Aku langsung jatuh cinta dengan nya.

Saat aku mengutarakan prasaan ku pada nya, namun sayang ia menolak ku dengan alasan jika kami berbeda kasta.

Sungguh aku tidak memperdulikan nya sama sekali, aku cinta dengan Amara tulus dari hati yang paling dalam.

Aku akan meminta bunda segera melamar Amara sebelum di tikung oleh orang lain, aku tidak peduli dengan status ekonomi dia, aku tidak peduli soal pekerjaannya sungguh aku tidak peduli yang jelas aku mau dia menjadi istriku seutuhnya.

Sudah enam bulan berlalu Amara semakin cantik saja di mataku, bukan hanya cantik masakan nya juga enak, sungguh membuat aku semakin suka saja dengannya.

Ku beranikan diri untuk berbicara pada bunda kalau aku suka dengan Amara, aku takut kalau bunda menolak Amara untuk jadi menantu nya, karena status sosial kami dan pekerjaan Amara hanya seorang juru masak meskipun dia lulusan S1, namun dugaan ku salah ternyata ibu menerima nya dengan senang hati, dan aku harus bertemu dengan keluarga Amara.

"Bunda, aku ingin berbicara dengan bunda tapi bunda janji ya jangan marah apapun yang aku bilang" ucapku sambil bermanja-manja dengan bunda

"Bicaralah nak."

"Aku menyukai Amara Bun, boleh kah aku meminang nya?" Ucap ku gugup

"Tentu boleh sayang, bunda mendukung itu, tapi satu hal yang harus kamu lakukan kamu harus menemui keluarga besar Amara, dan minta ijin lah dengan ayahmu"  jawab bunda tentu saja membuatku senang dan semangat, besok aku akan bicara pada ayah, karena malam ini ayah tidak ada di rumah dia sedang ada rapat penting dengan orang kantor.

Matahari menyelinap masuk lewat sela gorden kamar ku pertanda hari susah lagi, aku sangat bersemangat untuk bicarakan ini pada ayah, segera mandi dan turun ke bawah untuk ikut sarapan bersama mereka dan mengutarakan niatku saat sudah sampai ternyata semua sudah berkumpulnya di sana.

"Pagi semua" sapaku sambil duduk di kursi samping ayah.

"Pagi" sapa mereka serempak, aku langsung to the poin dengan ayah.

"Ayah, aku ijin dengan ayah untuk meminang Amara, dan rencana esok aku akan ke kampung bersama Amara" ucapku dan membuat ayah tersedak.

"Sarapan dulu nanti kita bicarakan lagi ya" ucap ayah yang membuat aku sedikit kecewa tapi tidak masalah setidaknya ayah tidak memberikan jawaban tidak padaku.

* * * *

POV Amara

Yes akhirnya aku berhasil membuat Damar menyukai ku, selangkah lagi rencana ku akan berhasil, tiba-tiba papah memanggil ku masuk ke dalam ruang kerjanya dan bertanya sebenarnya siapa dan apa tujuan Ku masuk ke dalam keluarga nya.

"Nak Amara, bicara dengan ku sebenarnya siapa kamu dan apa sebenarnya motif mu bekerja di sini? Mengapa kamu begitu mirip dengan..." Ucap nya terhenti.

" Dengan wanita malang yang dulu kamu p*r*o*a begitu?" Ucapku sontak membuat nya kaget.

"A .... Apakah kamu anakku darinya? Atau mungkin anak dari teman temanku?" Ucapnya ingin sekali aku mencakar wajahnya, jadi begitu rupanya, ibu dibairkannya b*r*i*ir dengan teman-temannya, sungguh b*j*d kau papah.

"Oh begitu? Sebuah fakta baru yang mengejutkan bukan? Seorang Dani Prasetya m*m*e*k*s* seorang gadis malang bahkan rela m*n*g*l*e nya dengan teman-temannya waktu itu, bagaimana kalau semua orang tahu ya ayah? Tapi tunggu kau tidak pantas ku panggil ayah" ucapku.

Plak

"Jangan macam-macam kamu yah, aku akan membuktikan terlebih dahulu melalui tes DNA aku minta kita harus tes DNA dulu, hari ini aku akan membawamu pergi ke rumah sakit untuk tes DNA" ucapnya panik.

"Kasih sayang seorang ayah yang selama ini tidak pernah ku dapatkan darimu dan sekarang saat aku sudah menemui mu bahkan kau sudah merasa yakin kalau aku adalah anakmu tapi sebuah tamparan lah yang ku dapat, tidak masalah kau mau kita tes DNA bukan? Maka aku akan mengabulkannya kau tenang saja wahai bapak Dani yang terhormat." ucapku menahan tangis dan berlalu keluar untuk menggantikan pakaianku saat sudah berada di ambang pintu tangis ku pun pecah namun sebelum aku melanjutkan langkahku aku mendengar suaranya.

"Aku tunggu kamu di bawah" ucapnya yang tidak ku pedulikan sungguh sakit hati ini mendengar nya, ternyata ada damar di sana ku tatap damar dalam dalam, aku melanjutkan langkahku menuju ruang ganti dan mengganti pakaian setelah itu aku menunggu nya di bawah beberapa saat kemudian dia muncul dan langsung mengajakku pergi.

Tiga puluh menit berlalu akhirnya kami sampai di sebuah rumah sakit dan langsung menemui dokter untuk melakukan tes DNA, tes DNA sengaja di percepat karena ini genting dan setelah menunggu lama akhirnya tes DNA pun keluar dan menunjukkan bahwa aku 180persen anak biologis seorang Dani yang terhormat, tak ku sangka dia bersimpuh di kakiku dan meminta maaf lalu mengajakku pergi ke sebuah tempat yang menurut nya.

"Maafkan ayah nak, ayah dulu sedang frustasi karena Oma mu menjodohkan ayah dengan wanita yang saat ini ada di rumah besar itu" aku hanya diam mendengarkan.

"Maafkan ayah karena ayah tidak memberikan nafkah untuk mu, maafkan atas semua kesalahan ayah, dimana ibumu nak? Boleh ayah bertemu dengannya dan meminta maaf padanya, kamu dan damar tidak boleh menikah kalian saudara seayah."

"Apa anda tau kalau ibu saya mengalami depresi dan dia saat ini sedang di pasung oleh bibi saya di kampung, bertahun-tahun dia menderita karena perbuatan b*j*d anda, dan bertahun-tahun ibu saya mengalami perundungan dari warga tempat kami tinggal, apa anda berpikir tentang semua itu? Jelas tidak bukan? Anda tidak memikirkan semua itu karena anda tidak pernah peduli dengan kami."

"Dengarkan ayah nak, setelah kejadian itu ayah terus berpikir untuk menikahi ibumu, ayah mencari cari nya kemana-mana dan ayah pun memikirkan nasib kalian berdua, ayah janji ayah akan bertanggung jawab atas semua ini. Dulu sebelum ayah pergi ayah sempat menanyai nama ibumu, sebab itulah ayah bertanya dengan mu siapa nama ibu mu nak."

"Semua sudah terlambat anda terlambat, jujur saya datang ke kota untuk membalas kan dendam atas nama ibu saya."

"Ayok kita ke kampung mu nak hari ini, jangan buang buang waktu kita akan menyelesaikan semuanya, ayah akan membiayai semua biaya pengobatan ibumu di RSJ ternama bahkan ayah akan berikan dokter hebat untuk menyembuhkan ibumu, ijin kan ayah nak."

Aku berpikir sejenak dengan tawarannya, lalu aku menyetujui permintaan nya itu aku ingin liat bagaimana reaksi orang rumah saat bertemu dengan ayah.

Selama perjalanan kami tidak banyak bicara, kalaupun ayah mengajakku bicara tapi aku tetap diam, kami berasalan pulang kampung karena ibuku sakit, ya memang benar ibuku sakit karena ulah bapak Dani yang terhormat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!