Seorang pria tampan dengan tuxedo putih sangat terkejut mendengar keterangan yang diberikan dokter yang baru saja memeriksa calon mempelai perempuannya itu.
"Apa dok calon istri saya hamil?!",tanyanya dengan menunjuk kearah Amera yang terduduk lemah karena merasakan syok yang sama seperti yang dialami oleh Elvan sekarang setelah mendengar keterangan dari dokter keluarga Elvan yang tadi memeriksanya karena dia sempat pingsan setelah selesai dirias.
"Be..benar tuan calon istri anda sekarang sedang hamil 3 minggu karena itu wajar saja kalau dia tadi merasa sangat pusing sampai pingsan karena kelelahan. Tapi anda jangan khawatir tuan Elvan kondisi nona Amera akan segera membaik setelah beristirahat jadi kalian bisa tetap melanjutkan upacara pernikahan kalian hari ini",terang sang dokter yang terlihat sedikit bingung melihat ekspresi pasangan calon pengantin itu karena tampak tidak bahagia mendengar kabar bahagia yang disampaikannya itu.
"Tapi bagaimana bisa?!",tanya Elvan dengan ekspresi bingung dan marah menatap kearah Amera yang terlihat semakin pucat ditatap Elvan seperti itu.
"Maksud tuan?Apa ini kehamilan yang tidak kalian rencanakan karena itu anda berdua terlihat tidak bahagia saat mendengarnya?",tanya sang dokter dengan berani karena itu bisa saja terjadi pikirnya mengingat profesi mereka berdua yang bukan orang biasa.Sang pria adalah seorang CEO dari perusahaan cukup terkenal sementara sang perempuan yang memakai pakaian pengantin adalah seorang artis terkenal benar benar pasangan yang sangat sempurna, karena yang satu sangat cantik sementara yang satu sangat tampan.
Tapi tentu saja meski mereka terkenal dan akan segera menikah Khabar kehamilan sang perempuan yang didengar sebelum pernikahan tetap membuat mereka tidak senang karena itu bisa membuat nama mereka menjadi tercoreng nantinya itu lah yang dipikirkan sang dokter sekarang tentang pasangan didepannya ini.
Melihat bagaimana situasi didalam ruangan itu sang dokter mengambil inisiatif membiarkan kedua calon pengantin itu untuk bicara berdua.
"Sepertinya kalian berdua ingin bicara jadi sebaiknya saya keluar sekarang dan untuk membuat nona Amera sanggup menjalani upacara pernikahan hari ini saya akan berikan obat untuk anda nona Amera".
Sang mempelai perempuan mengangguk mendengar apa yang dikatakan dokter itu padanya sementara sang mempelai pria tetap diam dengan ekspresi semakin dingin menatap kearah mempelai perempuannya sambil menunggu sang dokter keluar dari ruangan.
"Jadi,katakan padaku siapa baji*an itu Amera!?",bentak Elvan Sander dengan sangat marah pada Amera yang membuat Amera semakin ketakutan dan merasa bersalah pada Elvan calon suaminya itu.
" I...itu..Ma..maaf sa...sayang,Aku tidak sengaja melakukannya waktu itu karena aku mabuk",jawabnya dengan terbata bata dan wajah pucat pasi.
"Apa mabuk?! Lalu tidak sengaja?Apa kau pikir aku akan percaya dengan semua ucapanmu itu Amera!",bentak Elvan dengan wajah mengeras karena sangat marah membuat Amera merasa semakin ketakutan pada Elvan.
"A..aku serius itu hanya sebuah kesalahan karena aku mabuk setelah kita bertengkar tiga Minggu yang lalu sayang",ucap Amera lagi mencoba memberi penjelasan tentang awal terjadinya hal itu pada Elvan dengan harapan Elvan akan mengerti seperti dirinya yang selama ini selalu mengerti Elvan dengan para perempuan yang diakuinya hanya sebagai temannya saja.
Mendengar ucapan Amera tiba tiba Elvan mencengkram kuat rahang Amera membuat Amera meringis kesakitan karenanya.
"Kau bilang apa yang kau lakukan itu kesalahan begitu!",bentak Elvan lagi dengan semakin keras mencengkram rahang Amera hingga membuat Amera meringis kesakitan.
"Sa..sayang sakit",desis Amera dengan mencoba meminta Elvan untuk melepaskan cengkeraman tangannya.
"Sakit!Lalu bagaimana dengan kondisiku sekarang?Apa tidak lebih sakit Hah!Dasar perempuan mura*an!Kau selalu menolak keinginanku yang ingin menyentuhmu selama dua tahun kita pacaran,tapi hanya karena kita bertengkar lalu kau mabuk kau malah menyerahkan apa yang seharusnya menjadi hakku kepada baji*an tidak jelas itu Amera!",bentaknya dengan semakin keras mencengkram rahang Amera membuat Amera sampai mengeluarkan airmatanya karena menahan sakit dari cengkraman tangan Elvan dirahangnya.
"Ma..maaf..Sa..sayang",jawab Amera lirih disela rasa sakitnya masih berusaha membuat Elvan luluh karena bagaimanapun dia tidak ingin pernikahannya dengan pria yang sudah menjadi kekasihnya lebih dua tahun ini gagal begitu saja.
"Maaf! maaf!Apa kau pikir kata maaf mu bisa membuatku berhenti merasa kecewa dan marah padamu mengingat kau sudah pernah disentuh pria lain selain aku !!".
Amera semakin keras terisak dan tidak perduli lagi dengan riasannya yang berantakan karena semua itu tidak penting dibandingkan apa yang terjadi sekarang padanya.
Hatinya hancur karena membuat pria yang dicintainya sampai Semarah itu padanya sekarang.
"A..aku berjanji akan melakukan apa saja asal kau mau memaafkan aku sayang",Isak Amera tanpa memperdulikan lagi rasa sakit dirahangnya akibat cengkraman Elvan.
"Apa kau bilang memaafkanmu Amera?Jangan harap! Yang ada aku akan membuat hidupmu hancur karena kau sudah menghianati aku!!",bentak Elvan dengan mendorong tubuh Amera sangat keras hingga membuat Amera terdorong kebelakang dan menabrak tepi tempat tidur.
"Auw!!!",teriak Amera karena merasa sakit dibagian perutnya yang sempat membentur tepi tempat tidur.
Melihat Amera meringis kesakitan bukannya merasa iba Elvan malah semakin beringas dengan tiba tiba ditariknya rambut dikepala Amera dengan keras sampai kepala perempuan itu mendongak kebelakang mengikuti tarikan tangan Elvan dikepalanya.
"Sa...sayang sakit",rintih Amera dengan mencoba melepaskan cengkraman tangan Elvan dikepalanya.
"Kau masih bisa merasakan sakit setelah menghianati aku!",bentak Elvan dengan ekspresi bengis.
"A..aku sudah bilang maaf sayang itu semua diluar keinginanku karena malam itu aku melihatmu berciuman dengan Melisa didalam mobil padahal kau bilang kau sedang berada diluar kota untuk bekerja".
"Bukankah hal itu sudah aku jelaskan esok harinya padamu kenapa aku bisa sampai berciuman dengan Melisa bahkan Melisa sendiri sudah menelponmu khusus untuk menjelaskan hal itu sendiri bukan".
"A..aku tau tapi aku sudah terlanjur marah saat itu dan ...".
"Dasar perempuan murahan.Dihadapanku kau berlagak menjadi perempuan sok suci tapi ternyata kau hamil dengan pria tidak jelas!".
"Apa itu prilaku sebagai pria terhormat terhadap perempuan yang akan menjadi calon istri anda tuan Elvan Sander?".
Seketika Elvan dan Amera menoleh kearah pintu menatap kearah pria yang sekarang sedang berdiri disana dengan ekspresi marah melihat pemandangan didepannya sekarang
"Siapa yang sudah mengijinkanmu masuk keruangan pribadi majikanmu?!",bentak Elvan murka pada Adam Maxwel pemuda yang menjadi supir pribadi Amera selama beberapa bulan terakhir.
"Apakah saya masih perlu ijin kalau melihat nona muda saya disiksa seperti itu oleh anda tuan?",balas Adam dengan berjalan mendekat kearah mereka yang membuat wajah Amera semakin memucat karena khawatir Adam mendengar apa yang menjadi penyebab pertengkaran mereka sekarang.
Dengan ekspresi dingin Adam Maxwel berjalan mendekat kearah Elvan yang masih memegang rambut dikepala Amera.
"Bisakah anda melepaskan tangan anda dari kepala nona Amera saya atau perlu saya memaksa anda melakukannya!",perintah Adam dengan menatap Elvan dingin.
Mendengar permintaan yang diucapkan oleh pria yang lebih muda dan posisinya lebih rendah darinya membuat Elvan merasa sangat terhina lalu dengan keras didorongnya lagi Amera sampai hampir terjatuh tapi tubuhnya segera diraih oleh Adam yang langsung menarik Amera kedalam pelukannya.
"Apa kau berusaha menjadi pahlawan kesiangan untuk majikanmu sekarang",cemooh Elvan sinis.
"Saya hanya tidak suka melihat pria berbuat kasar pada perempuan tanpa terkecuali apa lagi sekarang nona Amera adalah majikan saya jadi wajar kalau saya membelanya sebagai wujud terimakasih saya karena sudah menerima gajih darinya".
Mendengar apa yang dikatakan Adam,Elvan menjadi semakin marah pada Amera apalagi melihat bagaimana pemuda yang menjadi supir calon istrinya itu melindunginya membuat Elvan merasa direndahkan.
"Apa!Hanya karena uang tidak seberapa yang diberikan perempuan ini padamu tapi kau membelanya seperti dia Dewi penolongmu Hah!",bentak Elvan marah dengan menunjukan jarinya pada Adam Maxwel.
"Kurasa ucapan anda sudah sangat keterlaluan sebagai calon pria yang akan menikahi nona saya tuan Elvan",balas Adam dengan tatapan tajam kearah pria yang berdiri dengan pongah didepannya sekarang.
"Pagi tadi aku memang masih berniat menikahi perempuan ini tapi sekarang aku berubah pikiran karena ternyata dia perempuan murahan".
Amera yang mendengar apa yang dikatakan Elvan hampir saja pingsan kalau tidak ditopang oleh tubuh Adam.
"Sa..sayang sudah kukatakan aku minta maaf karena kesalahan itu".
"Stop Amera kau pikir aku Sudi memaafkanmu dan tetap meneruskan pernikahan kita ini sekarang, jangan harap!".
"Maksudmu apa sayang?",tanya Amera dengan mulai menangis lagi dihadapan Elvan karena khawatir apa yang ditakutkannya menjadi kenyataan.
Elvan bermaksud meraih rahang Amera tapi segera ditepis dengan keras oleh Adam membuat Elvan sangat marah pada pria muda itu yang sudah lancang padanya.
"Kau...".
"Saya tidak akan diam saja kalau anda berani menyentuh nona Amera seperti tadi",jawab Adam dengan membalas tatapan Elvan dengan sama tajam.
"Dasar bre*sek!kalian berdua benar benar membuat aku muak!",bentak Elvan.
"Sayang",panggil Amera masih berusaha membujuk Elvan.
"Berhenti memanggilku seperti itu Amera karena mulai detik ini kita tidak punya hubungan apa apa lagi!",bentak Elvan dengan menatap Amera dan Adam dengan penuh kemarahan.
"A..apa maksudmu sayang bukankah kita akan menikah hari ini kenapa kau bilang kira tidak punya hubungan lagi?".
"Aku membatalkan pernikahan kita Amera dan mulai sekarang bersiaplah aku akan membalas apa yang sudah kau lakukan padaku ini berkali lipat banyaknya".
Seketika Amera pingsan mendengar apa yang dikatakan Elvan padanya dan jatuh kelantai kalau tidak berada dalam pelukan Adam.
"Dasar perempuan murahan!",maki Elvan tanpa perduli pada kondisi Amera lalu keluar dari ruangan itu dengan penuh kemarahan.
***
Amera membuka perlahan matanya dan bingung waktu melihat kondisi ruangan tempatnya berada yang didominasi warna putih itu.
"Kau sudah bangun?".
Seketika Amera menoleh kesumber suara dan terkejut melihat Adam duduk dikursi tidak jauh dari tempatnya berbaring sekarang dan sedang menatap lekat kearahnya.
"Adam sedang apa kau disini? Dan dimana aku sekarang?",tanya Amera dengan berusaha bangun dari posisinya.
"Dirumah sakit.Aku membawamu kesini karena kau tiba tiba pingsan setelah calon suamimu membatalkan pernikahan kalian",terang Adam dengan ekspresi datar menatap kearah Amera yang kembali memucat karena mulai ingat pertengkaran dirinya dengan Elvan tadi dan semakin pucat waktu sadar apa penyebab dirinya dan Elvan bertengkar lalu gagal menikah hari ini.
Amera langsung menoleh kearah Adam yang tetap menatapnya lekat seperti sebelumnya tapi sekarang dia sadar kalau tatapan pria itu ternyata sangat dingin padanya.
"A...apa kata dokter?Aku tidak papa bukan?Jadi aku akan bersiap lalu ayo antar aku pulang karena aku harus menjelaskan duduk permasalahan yang sebenarnya pada Elvan agar dia tidak membatalkan pernikahannya denganku".
Setelah mengatakan itu Amera bermaksud bangkit dari ranjang tapi sebelum dia berhasil bangkit tangan Elvan menahan tubuhnya supaya masih tetap berbaring.
"Jangan pergi kemana mana karena dokter bilang saat ini kandunganmu masih belum stabil".
Jder!!
Amera sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan Adam padanya membuat wajah Amera semakin memucat tapi dia masih berusaha menutupi masalah kehamilannya pada pria didepannya itu sekarang dengan mencoba berdalih.
"A...apa...aku hamil?Ka..kalau begitu aku harus segera menghubungi Elvan untuk mengabarkan tentang kehamilanku ini dan aku yakin dia pasti....".
"Hentikan Amera!Sebelum aku semakin kesal!",hardik Adam dengan menekan suaranya yang membuat Amera tanpa sadar langsung diam menuruti perintah pria itu.
Melihat Amera diam Adam lalu bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Amera lalu tiba tiba meletakkan tangannya yang besar diatas peru Amera dengan menatap lekat kearah Amera yang membolakan matanya melihat apa yang dilakukan Adam sekarang.
"Dia anakku bukan?",tanya Adam dengan suara lembut membuat Amera tercekat.
"Bu..bukan.A..apa kau pikir sekarang aku sedang hamil anakmu Adam kau salah karena sebenarnya itu adalah anak...".
"Jangan mengelak lagi Amera",ucap Adam dengan ekspresi kesal yang terlihat jelas.Tqpi Amera masih berusaha mengelak mengakui meski itu benar.
"Bukan".
"Lalu?".
"Dia anakku hanya anakku Adam!",tekan Amera tak bergeming membuat Ekspresi Adam menjadi semakin dingin.
"Kau masih terus menyangkalnya sementara kita berdua tau malam itu adalah yang pertama bagimu dan aku melakukannya tanpa menggunakan pengaman selain itu kita melakukannya bukan hanya satu kali.Apa kau lupa hal itu Amera".
Amera segera memalingkan wajahnya yang langsung memerah mendengar apa yang dikatakan pria muda itu tentang apa yang mereka lakukan malam itu sampai akhirnya dia bisa hamil seperti sekarang.
"Tapi bukan berarti hanya karena itu ini pasti calon bayimu karena bisa saja setelah hari itu aku melakukannya juga dengan Elvan dan....".
Ucapan Amera terhenti karena tiba tiba Adam mengungkung tubuhnya dengan ekspresi sangat marah.
"Apa itu benar?!", tanyanya dengan nada penuh penekanan yang membuat Amera sedikit bergidik ngeri melihat ekspresi Adam saat itu yang menurutnya lebih mengerikan dari Elvan tadi meski Elvan sudah mengasarinya tapi intimidasi sikap Adam dari tatapan mata elangnya lebih terasa mengerikan sampai tanpa sadar membuat Amera mengeluarkan keringat dingin karena gugup dan takut tapi tetap berusaha menjawab pertanyaan pria itu.
"Tidak,Apa kau pikir aku perempuan yang begitu mudahnya bisa tidur dengan pria mana saja tanpa....".
"Syukurlah karena kalau benar aku tidak akan diam saja seperti tadi apalagi sekarang ada calon anakku didalam perutmu".
"Ayo kita menikah",Ajak Adam dengan tiba tiba membuat Amera langsung terhenyak mendengar ajakan tiba tiba pria muda yang berprofesi sebagai supir pribadinya sekitar 2 bulan ini.
" A...Apa menikah?!Kau gila Dam!Apa yang kita pakai sebagai dasar pernikahan?!Selain itu tadi siang aku baru saja gagal menikah.Apa nanti yang akan dikatakan semua orang yang mengenalku?Bagaimana nanti dengan karierku?!".
Amera mendorong tubuh Adam yang masih mengungkungnya dengan perasaan kacau setelah mendengar ajakan pria muda itu.
Sementara ekspresi Adam sama sekali tidak berubah setelah mengajaknya menikah.
"Kenapa kita tidak bisa menikah?"tanya balik Adam pada Amera.
Amera menarik nafas keras lalu menatap Adam yang duduk ditepi ranjang dengan tatapan lekat kewajah Amera yang masih pucat.
"Mari coba kita urutkan satu persatu hal apa saja yang membuat kita tidak bisa menikah".
"Katakan apa saja itu",balas Adam tidak bergeming.
Amera menarik nafas lagi sebelum menjawab .
"Adam yang paling pertama adalah usia.Usiaku lebih tua beberapa tahun darimu lalu profesiku yang seorang artis ini akan sulit kau imbangi dengan profesimu sekarang meski aku tidak ingin menyebutkan itu tapi itu nyata adanya dan aku tidak ingin terlibat skandal lain lagi sekarang karena hal itu yang pasti akan membuat orang yang tidak suka padaku akan semakin senang waktu tau aku gagal menikah dengan Elvan tapi lalu menikahi supirku yang seorang berondong.Mereka akan berpikir kalau aku melakukan nya karena keegoisanku".
Adam masih diam dengan ekspresi tidak berubah sama sekali meski Amera sudah bicara panjang lebar padanya tentang asumsinya kalau mereka berdua menikah.
"Kurasa kau terlalu banyak melihat sisi buruk dari apa yang kutawarkan padamu tanpa melihat hal baiknya tapi baiklah karena tadi pagi kau baru saja mengalami hal buruk dalam hidupmu sekarang aku akan mengalah padamu untuk sementara waktu tapi ada yang perlu kamu ingat ini baru permulaan karena aku tidak akan pernah membiarkan calon anak kita lahir tanpa seorang ayah".
"Hah apa maksudmu Dam?".
Tapi bukannya menjawab pertanyaan Amera Adam malah bangkit dari posisinya duduknya ditepi ranjang lalu dengan tiba tiba dia mengecup bibir Amera meski hanya sekilas tapi bisa membuat Amera blusing dan terkejut dengan keberanian pria muda itu padanya dan berniat protes tapi gagal karena melihat senyum lembut yang ditunjukan pria muda itu padanya.
"Istirahatlah,aku akan keluar sebentar untuk bicara dengan dokter,lalu nanti aku akan kembali lagi kemari",ucapnya yang hanya dibalas tatapan bingung oleh Amera sampai sosok Adam menghilang dibalik pintu ruang rawatnya.
Setelah Adam tidak ada Amera baru bisa menatap keseluruhan ruang rawat yang ditempatinya sekarang dan dia cukup terkejut karena ternyata Adam menempatkannya diruang VVIP rumah sakit. Meski awalnya heran tapi setelah dia sadar dengan profesinya dan apa yang barusan terjadi padanya tadi akan bahaya kalau dia sampai dirawat diruang biasa karena wartawan pasti akan datang untuk menusuknya dengan pertanyaan yang membuat perasaannya yang sedang tidak baik baik saja sekarang akan menjadi tambah buruk nantinya dia
"Syukurlah dia memikirkan semua itu untukku",gumam Amera dengan kembali merebahkan tubuhnya diranjang dan memilih beristirahat seperti apa yang dikatakan Adam padanya dari pada memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya hari ini.
Mungkin karena terlalu lelah atau karena memang mengantuk tak butuh waktu lama Amera sudah tertidur pulas dan tidak tau waktu Adam kembali masuk kedalam ruang rawatnya lagi.
Melihat Amera yang tertidur nyenyak Adam mendekat kearah perempuan itu lalu menyentuh lembut pipi perempuan itu yang terlihat ada sedikit lebam karena apa yang dilakukan Elvan tadi pagi.
"Untung kalian baik baik saja Amera karena kalau sampai terjadi hal yang lebih dari ini aku bersumpah aku akan membuat hidup pria brengsek itu hancur sehancur hancurnya",ucap Adam lirih karena khawatir suaranya bisa membangunkan Amera sekarang dan setelah memeriksa kondisi Amera Adam memilih merebahkan tubuhnya disofa ruang perawatan untuk mengistirahatkan tubuhnya.
***
Amera terjaga karena mendengar suara orang berbicara didekatnya lalu perlahan dibukanya matanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara sekarang.
"Selamat pagi nona Amera",sapa dokter yang sedang berbicara dengan Adam disamping tempat tidurnya itu.
"Pagi dok",jawab Amera dengan berusaha bangun dari posisinya.
"Bagaimana perasaan anda hari ini nona Amera apakah sudah lebih baik?",tanya dokter itu yang dijawab anggukan oleh Amera lalu menatap kearah Adam yang juga menatap kearahnya dengan tatapan lembut.
"Kapan saya boleh pulang dok?",tanya Amera kembali mengalihkan tatapannya pada dokter yang memeriksanya.
"Sebaiknya anda istirahat sehari lagi baru setelah itu bisa pulang agar kondisi anda benar benar pulih karena kemarin bagian perut anda sempat terbentur jadi tuan Adam khawatir bayi kalian bermasalah karena itu dia meminta kami melakukan pengecekan ulang pada kondisi anda sekali lagi nona",terang dokter yang membuat Amera langsung menoleh kearah Adam dan bertanya dengan isyarat tapi hanya dijawab pria muda itu dengan kedikan bahu saja membuat Amera setengah kesal karenanya.
Setelah dokter pergi baru Amera bisa bertanya langsung pada Adam yang juga mendekat kearahnya.
"Bagaiman perasaanmu hari ini Mommy?",tanyanya yang membuat mata Amera membulat sempurna dipanggil Adam seperti itu dan reflek semburat merah muda terang muncul dikedua pipinya yang seputih pualam itu.
"A..apa mommy?!",tanyanya terkejut dan syok.
"Iya bukankah sebentar lagi kau akan menjadi mommy bagi Baby A",jawab Adam dengan merapikan rambut diwajah Amera yang berantakan karena baru saja bangun dari tidurnya.
"A..apa Baby A!.kenapa kau sampai sudah menamainya seperti itu sementara dia belum pasti akan ada sampai lahir nanti?!".
Mendengar perkataan terakhir Amera wajah Adam yang semula lembut tiba tiba mengeras.
"Dia akan baik baik saja dokter sudah mengatakan kondisinya tidak ada masalah meski kemarin sempat terbentur karena apa yang dilakukan pria brengsek itu padamu Amera".
"Me..meski dia baik baik saja sekarang tapi kita tidak akan tau sampai beberapa bulan kedepan apa yang akan terjadi padanya bukan".
"Aku akan memastikan dia lahir dengan selamat dan akan membuatnya tumbuh dengan dilimpahi cinta kita",jawab Adam dengan nada penuh penekanan pada Amera membuat Amera terdiam mendengarnya karena tidak menyangka pria yang terlihat belum matang itu tekadnya ternyata sangat kuat pada makhluk yang bahkan belum terbentuk utuh dalam rahimnya sekarang.
"Kau begitu semangat dengan kehadirannya kurasa aku tidak akan khawatir dia nanti akan kekurangan kasih sayang dari ayahnya kelak",balas Amera dengan memalingkan wajahnya dari Adam.
"Lalu apa itu berarti kau setuju menikah denganku Amera agar dia bisa lahir dan tumbuh ditengah keluarga lengkap nantinya".
Mendengar perkataan Adam Amera langsung menoleh kearah pria muda itu.
"Adam bukankah aku sudah bilang kalau aku...".
"Kau hanya tinggal bilang iya padaku dan aku yang akan mengurus semuanya".
Mendengar itu bukannya senang Amera malah merasa kesal pada pria muda itu karena merasa pria itu terlalu menggampangkan apa yang dikatakannya itu sementara Amera tau menjalani sebuah hubungan apalagi sebuah pernikahan itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh dua orang yang tidak saling mencintai meski sudah pernah tidur bersama sampai menghasilkan calon anak yang sekarang sedang tumbuh dalam perutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!