Happy Reading 💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘
"Nama kamu siapa?"
"Usia kamu berapa?"
"Penghasilan kamu satu bulan berapa?"
"Kamu sudah menikah?"
"Kamu harus menyiapkan uang cukup banyak untuk biaya pengobatan."
"Kamu akan menjalani pengobatan rutin. Saya sarankan untuk melakukan kemoterapi segera, sebelum sel kanker itu menyebar ke bagian tubuh kamu yang lainnya," jelas sang dokter.
Seketika tubuh Leona membeku saat dokter menjelaskan tentang dirinya. Ada apa? Apa yang salah? Penyakit apa yang bersarang ditubuhnya? Kenapa harus kemoterapi? Kenapa harus menyiapkan uang banyak? Uang tidak masalah, dia kaya. Hanya saja untuk apa?
"Kamu menderita Sarkoma jaringan lunak adalah tumor ganas yang bermula di jaringan lunak. Tumor ini dapat tumbuh pada jaringan lunak di bagian tubuh mana pun, tetapi umumnya muncul di area perut, lengan, dan tungkai. Jaringan lunak merupakan jaringan yang menunjang dan menghubungkan struktur di sekeliling tubuh. Jaringan yang termasuk ke dalam jaringan lunak antara lain lemak, otot, pembuluh darah, saraf, tendon, tulang, dan sendi," jelas sang dokter panjang lebar.
Leona mematung ditempat. Matanya mulai kabur dan air mata menganak dipelupuk matanya. Pipinya terasa panas menahan lelehan bening yang mungkin sebentar lagi akan keluar melimpah ruah.
"Untuk pengobatan pertama saya sarankan kamu agar melakukan Kemoterapi atau pemberian obat-obatan untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Kemoterapi juga digunakan untuk mengatasi penyakit sumsum tulang dan penyakit autoimun, seperti lupus atau rheumatoid arthritis," sambungnya.
Leona tak bisa berkata apa-apa lagi. Air mata seolah menandakan bahwa saat ini jiwanya benar-benar lemah ketika mendengar penjelasan dan penuturan dokter.
"Lalu kapan saya akan melakukan kemoterapi Dok?" tanya Leona berusaha kuat untuk tidak menangis pecah di depan sang dokter.
"Secepat nya dan segera persiapkan diri kamu. Sebab kemoterapi memiliki beberapa efek samping yang mungkin akan membuat beberapa bagian dari tubuh kamu melemah. Karena kemoterapi mematikan beberapa jaringan sel dalam tubuh agar sel kanker tidak menyebar," Jelas dokter.
Leona mengangguk paham. Entahlah, apakah ini akhir dari hidup yang tak pernah Leona bayangkan. Diusianya yang menginjak 28 tahun, dia harus menderita penyakit mematikan ini.
Padahal dia sedang berjuang keras untuk mendapatkan cinta suaminya. Namun kenyataan ini seakan membuatnya menyerah ditengah jalan. Suaminya takkan mau mencintai wanita penyakitan seperti nya. Bahkan tidak sakit pun suaminya itu memang tak pernah menganggap dirinya ada.
"Ya sudah saya permisi Dok." Wanita itu berdiri dari duduknya.
"Iya Nona," sahut sang dokter mengangguk. "Nona," panggil nya.
"Iya Dok?" Leona tersenyum menatap dokter tampan itu. "Kenapa Dok?"
"Jangan panggil Dokter, panggil saja saya Andika," ucapnya serta tersenyum. "Percayalah setiap penyakit ada obat nya. Kamu pasti sembuh," imbuhnya menyakinkan Leona.
"Terima kasih Kak Dika. Saya panggil Kakak saja. Seperti nya Dokter sedikit lebih tua dari saya. Kalau begitu panggil saya Leona saja, Kak." Wanita itu mengulurkan tangannya pada Andika.
"Iya Leona," balasnya.
"Ya sudah Kak. Saya pulang dulu," ucap Leona berpamitan.
"Iya Na. Hati-hati," pesan Andika sambil setengah melambaikan tangannya.
Leona keluar dari ruangan Andika. Tatapan wanita itu tampak menyedihkan dan kosong. Dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan langkah pelan. Kakinya terasa berat untuk di langkahkan.
Leona masuk kedalam mobilnya. Dia seorang wanita yang bekerja sebagai desainer ternama. Butik yang dia miliki berkembang cukup pesat di Ibukota. Dia memang hobby mendesain, sehingga saat mengambil pendidikan pun dia mendalami bidang keahliannya itu dengan mengambil jurusan desain.
Leona merebahkan kepalanya di jok mobil. Tangannya mencengkram stir mobil dengan kuat. Dia wanita tangguh, tegar dan kuat. Dia bukan wanita lemah. Namun tetaplah dia memiliki perasaan.
"Bagaimana aku bisa memperjuangkan pernikahan ku jika aku juga harus bertarung dengan penyakit ini?" lirih wanita itu. Air mata mengalir dipipinya yang cantik.
Leona melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit. Sepanjang perjalanan wanita itu menangis pelan. Sambil berusaha menyakinkan dirinya bahwa dia akan baik-baik saja. Impiannya banyak. Dia ingin sang suami mencintainya. Lalu mereka bahagia dan memiliki anak seperti orang lain.
Leona memasuki pekarangan rumah mewah mereka. Dirumah semewah itu mereka hanya tinggal berdua saja bersama beberapa pekerjaan yang bekerja dirumah besar tersebut.
"Selamat sore, Nyonya," sapa satpam yang bertugas.
"Sore Paman," balasnya. "Tolong masukkan mobilnya kedalam garasi ya!" titahnya sambil memberikan kunci mobil.
"Baik Nyonya," sahut nya.
Leona masuk dengan langkah lebar. Seperti nya suaminya sudah datang karena dia sempat melihat mobil lelaki itu berada di bagasi.
Benar dugaan Leona bahwa suaminya sudah datang, terlihat lelaki itu sedang duduk ditaman sambil tertawa saat berbicara dengan seseorang didalam benda pilih yang dia tempelkan pada telinganya.
'Pedro, kapan kamu akan mencintaiku? Apa kamu tahu bahwa sekarang tubuh ku tidak baik-baik saja. Aku, aku menderita penyakit mematikan. Aku, aku ingin sekali bercerita padamu dan menangis didalam pelukkan mu bahwa aku takut menghadapi kematian. Tapi sepertinya, itu tidak mungkin karena kamu tidak pernah menganggap aku ada. Mungkin, kamu bahagia jika tahu aku sakit karena penderitaan ku akan semakin bertambah. Tapi entah kenapa aku tidak bisa menyerah untuk mencintaimu? Semakin hari perasaan ku semakin bertumbuh dan tidak bisa mati meski di bunuh oleh sikap dingin dan perkataan kasar mu,' batin Leona tersenyum kecut ketika melihat suaminya tertawa lebar tanpa beban. Sementara dengannya lelaki itu tak pernah tersenyum sekalipun.
Tak sengaja Pedro melirik kearah Leona, tampak lelaki itu mematikan sambungan telponnya. Entah kenapa, kali ini tatapan Leona begitu berbeda? Seperti menyimpan sesuatu dan ingin mengatakan sesuatu yang sekarang sedang menghantam dadanya.
Pedro segera menyimpan ponsel itu kedalam saku celananya. Dia berdiri dan melewati Leona begitu saja tanpa berniat menyapa wanita yang sudah lima tahun menjadi istrinya itu.
"Pedro," panggil Leona.
Langkah Pedro terhenti. Namun dia tak menatap wanita itu sama sekali. Entahlah, dia tidak tahu kenapa dia begitu membenci wanita ini.
"Ada apa?" tanyanya dingin.
"Apa kamu sudah makan? Aku ingin masak sup buntut kesukaan kamu. Kamu mau?" tawarnya. Seperti biasa Leona akan tetap menawarkan diri meski dia akan mendapat jawaban yang sama.
"Aku sudah makan," jawab lelaki itu.
Tanpa berpamitan, dia langsung masuk kedalam rumah mewahnya. Begitulah hubungan mereka berdua setiap hari. Tidak ada yang tahu seberapa hancurnya hubungan itu selain mereka berdua dan para pekerja yang bekerja disana.
**Bersambung... **
Selamat datang di novel terbaru ku Guyss..
Jangan lupa dukungan buat kalian yaa agar author semakin rajin update. plus jangan lupa komen juga siapa tahu komenan kalian bisa author jadikan inspirasi nulis hehehe...
Love kalian banyak-banyak....
Yuk kepoin akun medsos author...
FB : Fitriani Yuri
IG : fitrianiyurikwon_
Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
Leona masuk kedalam kamarnya. Tiba-tiba tubuh nya meriang.
Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk
Uhuk uhuk uhuk uhuk uhuk
Leona terbatuk-batuk menahan sesak didalam dadanya dan tenggorokan nya tiba-tiba terasa gatal.
Uhuk uhuk uhuk uhuk
Wanita itu terkejut saat melihat darah menempel di telapak tangannya. Segera dia berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangannya sambil ketakutan bukan main
'Pada tahap awal, sarkoma jaringan lunak umumnya tidak menimbulkan tanda atau gejala apa pun. Namun ketika tumor makin membesar, gejala dapat muncul dengan karakteristik yang berbeda-beda, tergantung tempat tumbuhnya tumor. Nyeri perut dan sembelit, jika tumor tumbuh di jaringan lunak pada usus. Batuk dan sesak napas, jika tumor tumbuh di jaringan lunak sekitar paru-paru
Benjolan padat dan kokoh (sulit digerakkan) yang tidak nyeri tapi dapat terlihat jelas membesar seiring waktu, jika tumor tumbuh di jaringan lunak dekat permukaan kulit,'
Penjelasan Andika masih terngiang dikepala Leona. Apakah akan tiba saatnya dia terbaring lemah jika penyakit ini semakin parah?
Wanita itu keluar dari kamar mandi dengan langkah tertatih. Dia segera mengambil air minum yang tersedia diatas nakas.
Leona membongkar tas nya mencari obat yang sempat diberikan Andika. Dadanya semakin sesak.
Segera wanita itu melahap beberapa butir obat ditangannya dengan nafas yang tersengal-sengal.
Leona duduk dibibir ranjang untuk menetralisir perasaan dan jantungnya yang terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada apa ini? Apakah hanya Sarkoma Jaringan Lunak, atau ada penyakit lainnya yang ikut bersarang didalam tubuhnya?
Sejak menikah dengan Pedro, Leona memang sudah pisah kamar. Bahkan keduanya tak pernah melakukan hubungan suami istri seperti pasangan lainnya, padahal usia pernikahan mereka sudah memasuki tahun kelima. Namun hubungan mereka tetap jalan ditempat.
"Hufhhh," wanita itu menarik nafas nya dengan dalam.
Perlahan Leona mengusap dadanya, seperti nya obat yang dia minum tadi sudah mulai bereaksi disana.
"Kuat Leona. Kamu tidak boleh lemah. Impianmu masih banyak," ucapnya pada diri sendiri untuk sekedar menguatkan perasaan yang membuncah didalam dadanya.
Wanita itu memejamkan matanya sejenak. Tak menyangka jika Tuhan mengujinya sebesar ini. Belum selesai permasalahan dalam rumah tangganya. Sekarang dia harus dihadapkan dengan penyakit yang sewaktu-waktu bisa membuat tubuhnya berhenti bekerja. Jika waktu itu tiba, apakah Leona siap menghadap sang pencipta dan meninggalkan semua kehidupan nya didunia?
Wanita itu segera membersihkan diri dikamar mandi. Padahal dokter sudah menyarankan agar tidak mandi dimalam hari karena itu berbahaya untuk kondisi nya. Tapi Leona, dia tidak bisa tidur jika tidak mandi karena dia memiliki tingkat kebersihan yang sangat tinggi.
"Aduh aku lapar. Sebaiknya aku makan dulu,"
Leona memakai piyama tidurnya. Jujur sebagai wanita normal dia sangat merindukan sentuhan seorang suami. Namun apalah daya ia harus menelan pil pahit dalam rumah tangga nya. Bahkan dengan terang-terangan sang suami mengatakan bahwa dia adalah perempuan tidak benar. Namun, bagaimana pun lelaki itu menyakiti perasaan nya, Leona tetap saja mencintai Pedro.
Leona keluar dari kamar, ditangannya membawa gelas kosong yang akan dia isi dengan air.
"Malam Nyonya," sapa Bik Lian, asisten rumah tangga yang selalu setia menemani Leona.
"Malam Bik," senyum Leona.
"Makan malam nya sudah siap Nyonya,"
"Terima kasih Bik,"
Leona menuju meja makan. Tampak di sana suaminya sudah makan sendirian. Padahal tadi dia menawarkan akan memasakkan Pedro makan malam bersama. Tapi lelaki itu mengatakan bahwa dia sudah makan sebelum pulang dari kantor.
"Malam Pedro," sapa Leona duduk disamping suaminya.
"Malam," jawab lelaki itu singkat padat dan jelas.
Leona mengambil makanan secukupnya. Entahlah, akhir-akhir ini nafsu makannya sedikit berkurang, apa karena pengaruh dari penyakit yang sekarang dia derita?
"Besok malam Papa dan Mama mengundang kita makan malam dirumah," ucap Pedro tanpa melihat Leona.
"Iya," sahut Leona. "Ehem, Pedro...."
"Ada apa?" tanya Pedro mengangkat pandangan. Tunggu, kenapa wajah istrinya sangat pucat biasanya wanita ini selalu terlihat fresh apalagi selesai mandi.
"Tidak apa-apa," Leona menghela nafas panjang. Padahal niat nya ingin bercerita tentang penyakit nya tapi melihat respon Pedro yang dingin, akhirnya Leona mengurungkan niatnya.
"Bagaimana hubungan mu dan Tasya?" tanya Leona.
Tasya adalah kekasih Pedro. Ya Leona tahu semua tentang suaminya itu. Tentang kekasih sang suami yang sekarang masih menjalin hubungan dengan wanita tersebut. Tapi apalah daya Leona, memang dia yang menjadi orang ketiga di hubungan suaminya dengan sang kekasih.
Kening Pedro berkerut heran. Tak pernah Leona mau menanyakan perihal urusan pribadi di meja makan. Pedro memang tidak mencintai Leona bahkan sangat membenci wanita ini namun ketika Leona menanyakan kekasihnya, kenapa rasanya dia bersalah?
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang Tasya?" Pedro menatap istrinya
"Tidak, hanya ingin tahu saja," jawab Leona. Wanita itu masih bisa tersenyum ditengah hatinya yang tak baik-baik saja.
Pedro kembali melanjutkan makannya. Lelaki ini memang sangat dingin, dia akan hangat jika bersama kekasihnya yang sekarang masih menjalin hubungan dengannya secara diam-diam.
Leona makan dengan tenang. Dia selalu begitu. Meski jauh didalam hatinya sangat ingin mengajak suaminya berbicara layaknya pasangan pada umumnya. Namun itu semua seperti nya sulit dilakukan oleh Pedro.
"Umphhhhhhh,"
Leona menutup hidungnya saat merasakan hidungnya panas dan seperti ada cairan yang hendak keluar.
Wanita itu terkejut saat melihat darah keluar dari hidungnya.
"Leona," Pedro sontak berdiri. "Kamu kenapa?" tanya nya panik.
Leona menggeleng, lalu berjalan menuju kamar mandi. Sial, kenapa darah ini harus keluar didepan suaminya. Tidak, tidak ada yang boleh tahu jika dia sakit.
Pedro kembali duduk sambil menatap punggung Leona. Dia benar-benar terkejut melihat darah segar yang keluar dari hidung istrinya itu. Ada apa? Apa Leona baik-baik saja? Leona adalah wanita mandiri yang jarang menunjukkan kelemahan nya pada orang lain, jadi Pedro begitu mengenal siapa istrinya itu meski pun dia tak pernah benar-benar ingin kenal jauh kepribadian Leona.
Pedro masih menunggu dimeja makan. Dia tampak khawatir tapi enggan menyusul istrinya itu karena rasa gengsi dan jijik. Entahlah, Pedro tidak tahu kenapa dia bisa jijik pada Leona?
Leona kembali dengan wajah nya yang sudah pucat. Tubuhnya lemah sekali. Tapi dia harus tetap kuat.
"Bik, bawakan makanan kedalam kamar yaaa. Saya makan di kamar saja," ucapnya mengambil gelas berisi air.
"Leona," panggil Pedro berdiri dari duduknya.
"Iya kenapa?" masih sempat saja wanita itu tersenyum.
"Tidak," kilah Pedro. Bukan itu yang ingin dia katakan. Dia ingin menanyakan kondisi Leona, tapi dirinya terlalu gengsi untuk mengeluarkan suara itu.
Leona tersenyum getir, dia pikir lelaki itu akan mengkhawatirkan dirinya. Tapi nyatanya tidak.
"Aku masuk kamar dulu Pedro," ucapnya berpamitan.
Pedro hanya mengangguk saja tanpa menjawab ucapan Leona.
**Bersambung.... **
Happy Reading 🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡🍡
Pedro menatap punggung Leona yang berjalan menjauhinya. Sejujurnya dia begitu panik saat melihat istrinya itu mimisan. Dalam hati bertanya-tanya, ada apa?
"Huffhhhh." Lelaki itu menghela nafas panjang. "Ada apa dengannya? Apa dia baik-baik saja?" gumam Pedro. Dia mengintip pintu kamar sang istri. Penasaran ingin masuk, namun mereka tak pernah sedekat itu selama ini.
"Permisi Tuan." Bik Lian hendak masuk kedalam kamar Leona sambil membawa nampan berisi makanan ditangannya.
"Bik, tunggu," cegah Pedro.
"Iya ada apa Tuan?" tanya wanita paruh baya itu tersenyum hangat.
"Apa yang terjadi pada Leona? Maksudku kenapa dia harus makan didalam kamar?" Pedro berusaha mencari bahasa yang tidak mudah dipahami oleh Bik Lian, lelaki itu takut jika ketahuan sedang mengkhawatirkan istrinya.
"Seperti yang Tuan lihat tadi, Nyonya tiba-tiba mimisan, Tuan." Sebenarnya Bik Lian juga khawatir melihat Leona tadi.
"Apa Bibi tahu penyebab nya apa?" tanya nya. Sumpah Pedro akan merasa sangat bersalah jika sampai terjadi sesuatu pada istrinya.
"Bibi tidak tahu Tuan. Nyonya tidak pernah cerita," sahut Bik Lian. "Kalau begitu, Bibi masuk dulu yaaa, Tuan. Nyonya sudah lapar," pamitnya.
Pedro mengangguk. Lalu lelaki itu masuk kedalam kamarnya. Meski sesekali menoleh kearah kamar Leona berharap wanita itu keluar dari kamarnya. Perasaan Pedro tidak tenang jika belum melihat Leona keluar. Entah kenapa dia panik dan khawatir.
"Huffhhhh," dia duduk dibibir ranjang dan menghela nafas panjang. "Tidak. Tidak, Pedro. Kamu tidak boleh mengkhawatirkan wanita itu. Dia wanita tidak benar. Dia wanita yang sudah merusak semua impian kamu untuk menikahi Tasya," ujarnya menepis semua perasaan yang seolah ingin hinggap didalam hatinya.
Pernikahan Pedro dan Leona memang atas perjodohan. Disisi lain Pedro sudah memiliki kekasih hati bernama Tasya, seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit negeri di Ibukota . Dia sangat mencintai wanita itu. Namun apalah daya restu belum juga dia dapatkan.
Sementara Leona memang sebelum menikah dengan Pedro dia sudah memutuskan meninggalkan kekasihnya. Bukan karena Leona tak cinta tapi karena dia ingin memulai hubungan rumah tangga yang baik bersama sang suami. Namun, dia harus menelan pil pahit saat mengetahui bahwa suaminya itu hingga kini masih menjalin hubungan secara terang-terangan didepannya. Dan Leona tak berani berkomentar karena Pedro memang sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padanya. Dia menahan sakit saat Pedro dengan tanpa malu selalu menceritakan tentang kekasih hati nya, Tasya.
"Kenapa aku jadi begini?" Pedro mendengus kesal. "Ini tidak benar. Aku harus segera menemui Tasya, agar perasaan ku kembali membaik," ucapnya.
Pedro mengambil kunci mobil dan segera keluar dari rumah mewah miliknya. Setiap kali hatinya kacau balau, dia akan menemui Tasya dan perasaannya akan kembali membaik setelah bertemu dengan wanita itu.
"Pedro," sapa wanita cantik itu. Wajahnya lembut dan ayu.
"Sayang," Pedro langsung memeluk Tasya.
"Ada apa?" tanya Tasya heran namun dia tetap membalas pelukan kekasihnya, Pedro.
"Aku hanya ingin memelukmu sebentar saja," ucap Pedro.
Tasya mengusap punggung Pedro. Tasya sadar jika posisinya salah mencintai lelaki ini karena Pedro sudah memiliki istri. Namun, Tasya tidak bisa melepaskan Pedro karena dia sangat mencintai pria tersebut. Pedro adalah cinta pertamanya dan dia tidak bisa melepaskan lelaki bernama Pedro begitu saja.
Tasya terlahir dari keluarga sederhana. Dia bisa kuliah masuk kedokteran karena kepintaran dan kecerdasan nya. Dia wanita lemah lembut dan rendah hati, dia suka sekali membantu dan bahkan dia sekarang aktif dalam kegiatan sosial serta ikut serta dalam pengobatan gratis terkhusus masyarakat tidak mampu.
Hal itu lah yang membuat Pedro menaruh hati sepenuh nya pada Tasya. Menurut Pedro, Tasya wanita berbeda dan jauh sekali jika dibandingkan dengan Leona yang manja dan apa-apa harus mengadu pada kedua orang tuanya. Padahal itu dulu, sekarang Leona sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang tangguh.
"Ada apa?" Tasya melepaskan pelukan Pedro. "Kamu baik-baik saja?" tanya Tasya lembut.
Bagaimana bisa Pedro berpaling dari Tasya, jauh berbeda dengan Leona yang sifat nya bar-bar dan bicara saja suka teriak-teriak. Sementara Tasya, wanita paket komplit yang membuat Pedro tergila-gila pada wanita ini.
Namun, yang sedang Pedro selidiki entah kenapa sampai hari ini kedua orang tua nya tidak menyukai Tasya. Tidak ada penjelasan kenapa orang tua Pedro tidak menyukai Tasya? Dan sampai akhir nya dia dipaksa menikahi Leona. Jika saja, Ibu nya tidak mengancam akan bunuh diri mungkin Pedro takkan pernah menikahi Leona. Baginya Leona hanya orang asing yang tidak ingin dia temui.
"Ayo duduk," Tasya menggandeng tangan kekasihnya itu masuk kedalam apartemen yang Pedro belikan untuk nya.
"Iya Sayang," senyum Pedro.
Inilah yang Pedro suka. Setiap kali ada masalah Tasya selalu bisa membuat ketakutan nya menghilang.
"Minumlah," ucapnya memberikan segelas air putih.
"Terima kasih Sayang," senyum Pedro. Senyum itu seolah hanya milik Tasya karena hanya bersama wanita itu saja dia akan tersenyum.
"Bagaimana keadaan Ibu?" tanyanya.
"Ibu baik-baik saja. Kolesterol nya naik tapi aku sudah memberikan obat dan mengatur pola makannya," jelas Tasya. "Ada apa? Ayo cerita sama aku, siapa tahu aku bisa bantu," Tasya menggenggam tangan Pedro.
Pedro menyatukan tangan mereka berdua. Jika saja bukan karena ancaman dari kedua orang tua nya, Pedro pasti sudah menikahi Tasya. Namun sekeras apapun dia, ia tetaplah lelaki yang patuh pada perintah kedua orang tua nya.
"Ini masalah Leona," Pedro menghela nafas panjang.
Dada Tasya terasa sesak saat Pedro menyebut nama wanita itu. Tasya sangat takut jika Pedro jatuh cinta pada Leona. Ini terdengar egois tapi Tasya sungguh mencintai Pedro dan dia tidak akan siap kehilangan lelaki itu.
"Tadi pas aku makan malam bersamanya. Hidungnya tiba-tiba berdarah. Dia mimisan," jelas Pedro. "Aku panik, bukan maksud ku bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya? Pasti Papa dan Mama akan menghukum ku," jelas Pedro.
Tasya terdiam sejenak. Sebenarnya dia tidak ingin membahas Leona. Namun Pedro seperti nya memang ingin membahas ini tentang istrinya itu.
"Apa dia sakit?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Sejak tadi sore wajah nya sangat pucat. Dia juga tidak seperti biasa yang ceria," Pedro mengembuskan nafasnya dengan kasar.
"Kamu khawatir padanya?" tanya Tasya lembut meski sebenarnya hati nya teriris-iris sakit.
"Aku tidak tahu. Tapi aku hanya penasaran, apa sebenarnya yang terjadi?" kilah Pedro. "Jangan salah paham," dia menggenggam tangan Tasya takut jika wanita itu malah beranggapan kalau dia sudah memiliki perasaan pada istrinya sendiri.
Tasya tersenyum lalu menepuk-nepuk punggung tangan Pedro.
"Tidak Sayang, aku tidak salah paham. Wajar jika kamu mengkhawatirkan dia. Dia istri kamu," ucap Tasya tersenyum getir
"Istri diatas kertas, Sayang," ralat Pedro.
Tasya terkekeh. Tetapi tidak dengan hatinya. Dia khawatir jika perlahan perasaan Pedro mulai ditumbuh pada Leona.
**Bersambung.... **
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!