Sejak beberapa abad terakhir bumi mengalami sebuah fenomena yang luar biasa. Entah harus menyebut fenomena ini sebagai anugerah atau sebuah kutukan. Fenomena ini muncul setelah terjadi gempa dahsyat yang menimpa bumi. Ada banyak gate yang menghubungkan antardunia berisi monster yang muncul tanpa diduga. Bersamaan dengan terjadinya itu, terlahirlah orang-orang yang memiliki kekuatan khusus, mereka disebut sebagai hunter.
Hunter adalah sebutan bagi mereka yang melakukan perjalanan ke dalam dungeon melewati gate yang muncul di berbagai negara. Saat ini sudah ada ribuan hunter dari Rank-E hingga Rank-S. Namun belum ada satupun hunter dengan Rank-S ke atas, seperti Rank-SS dan Rank-SSS.
Diantara sekian banyak hunter, ada seorang remaja yang dijuluki 'hunter terlemah' di seluruh dunia. Jika hunter lain terkenal karena kekuatan, maka remaja ini kebalikannya. Dia terkenal karena saking lemahnya dia diantara hunter yang lain.
Meski dia memiliki sedikit keunggulan dibandingkan orang pada umumnya, tapi kekuatannya jauh dibawah orang dengan Rank yang sama dengannya. Jika saja ada pekerjaan lain, dia tidak akan memilih pekerjaan yang berbahaya seperti ini.
Tidak sedikit korban yang diakibatkan oleh raid di dungeon tingkat tinggi. Dia juga sudah sering berhadapan dengan kematian, berulang kali. Hanya saja dia selalu dikelilingi oleh keberuntungan. Semua kematian yang menunggunya selalu berhasil dia lewati. Dialah hunter Rank-E, Joongmin Choi.
Seorang remaja yang sudah lahir dan tumbuh di lingkungan yang penuh dengan kekerasan. Bisa dibilang sebuah keajaiban bahwa dia bisa mempertahankan kewarasannya dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Dia adalah orang yang gigih dengan mental yang kuat. Meski 'anugerah' tidak menyukainya, dia tetap akan menemukan anugerahnya sendiri. Dia percaya akan hal itu.
"Bukannya itu Joongmin?"
"Maksudmu Joongmin yang itu? Si hunter terlemah, Joongmin Choi?!"
"Apakah ini tidak terlalu memaksa? Aku rasa dungeon Rank-D akan sangat sulit baginya."
"Apa kalian tahu, katanya dia punya ayah yang tukang judi dan pemabuk. Ibunya bunuh diri karena sudah tidak tahan. Sekarang dia tinggal berdua saja dengan adik perempuannya."
"Benarkah? Aku merasa kasihan karena dia harus memikul tanggung jawab yang besar di usianya yang masih muda."
Samar-samar Joongmin mendengar percakapan demi percakapan yang sebenarnya tidak ingin dia ketahui. Terlalu banyak rumor yang beredar. Ada juga rumor keterlaluan yang sengaja dikarang oleh seseorang hanya untuk membuatnya terkesan sangat buruk.
Joongmin sudah terbiasa dengan perlakuan semacam ini. Awalnya dia merasa sangat frustasi, tapi seiring berjalannya waktu Joongmin menyadari kalau apa yang mereka katakan tidak semuanya salah. Malahan hampir semua yang mereka sebar itu merupakan kebenaran tersembunyi.
Joongmin sadar kalau dia tidak punya kekuatan yang mendukungnya untuk membungkam mereka. Jadi, Joongmin memilih untuk diam saja. Yang dia prioritaskan saat ini adalah uang. Dia harus bisa mengumpulkan uang dari kristal mana demi mencukupi kehidupan dia dan adiknya.
Padahal Joongmin sempat memiliki secercah harapan untuk mengubah nasibnya saat dia mengalami kebangkitan di usia muda, namun harapan itu menghilang begitu saja. Joongmin akhirnya menyadari kalau dia bukanlah orang yang dipilih oleh takdir. Mungkin pencipta sendiripun sudah tidak menaruh perhatian padanya.
"Perhatian, semuanya! Raid akan dimulai. Aku harap kalian sudah bersiap. Senior Minhyun sudah tiba!" Seorang pemuda dengan setelan hitam berteriak pada para hunter yang ada disana. Seketika itu pula semua perhatian hunter mengarah padanya.
Dari dalam mobil keluar seorang pria tampan dengan kumis tipis. Tubuh kekar dan pandangan yang tajam. Meski dia hunter Rank-C, dia cukup populer di kalangan para gadis dan wanita. Joongmin saja tidak tahu apa yang menarik dari pria seperti itu.
Dari belakang pria itu ada seorang gadis berkacamata yang mengikutinya, Sung Jiwoo. Pria itu, Minhyun Ma, mengklaim bahwa gadis yang ada dibelakangnya adalah kekasihnya. Tentu saja gadis itu mendapatkan banyak cemoohan dari publik. Bagaimana bisa seorang gadis culun menjadi kekasih hunter Rank-C?
Di kota ini yang merupakan sebuah kota kecil, hunter dengan tingkat Rank-C merupakan hunter yang cukup membanggakan. Rank tertinggi di kota itu hanya sampai Rank-B saja. Tidak heran kalau pria berkumis tipis itu menjadi sangat populer dengan rankingnya yang berada di rata-rata.
"Joongmin, bersiaplah! Kita berangkat sekarang!" Minhyun menepuk punggung Joongmin. Dia mengangguk, segera berdiri dari posisi duduknya.
Sekarang mereka sedang berdiri di depan gate yang memiliki ukuran rata-rata seperti gate yang lainnya. Jiwoo memandang mereka dari kejauhan. Dia bukanlah hunter, jadi dia tidak bisa ikut melakukan raid dengan mereka.
Joongmin berdiri menatap gate yang muncul di hadapannya, mempersiapkan mental untuk memasuki dungeon yang mungkin akan sangat berbahaya. Dia adalah satu-satunya hunter Rank-E yang melakukan raid tanpa membawa senjata apapun. Joongmin harus sebisa mungkin menghemat uang untuk bisa memenuhi kebutuhan adik perempuannya.
"Jihyun, doakan semoga kakakmu bisa kembali. Tidak, aku harus kembali karena aku adalah seorang kakak. Iya, kan?" Joongmin menghela napas pelan. Mengingat ada orang yang menunggu kepulangannya membuat Joongmin memiliki alasan untuk tetap kembali walaupun terasa sangat berat.
Rombongan Minhyun memasuki gate secara bergantian, dimulai dari pemimpin raid, yaitu Minhyun Ma. Joongmin menjadi yang terakhir memasuki gate. Berhubung dia tidak akan membantu melawan monster, jadi dia yang membawa semua barang milik hunter lain. Tidak banyak barang yang dibawa karena ini hanyalah dungeon Rank-D. Namun meski begitu, tetap saja monster yang berada di dalamnya bisa sampai Rank-C.
Joongmin melihat pemandangan yang jauh berbeda dari yang dia lihat sebelumnya. Gate bisa diartikan sebagai pintu penghubung antara satu dunia dengan dunia lain. Hanya saja berbeda dari dunia lain yang ada di animasi, dunia dalam dungeon dipenuhi dengan makhluk buas dan monster.
Dungeon kali ini seperti sebuah istana raksasa. Pilar bangunan dibangun sangat tinggi hingga tidak terlihat ujungnya. Tidak ada kesan menyeramkan saat pertama kali masuk, tidak seperti dungeon lain yang pernah dia masuki.
"Aku rasa lawan kita kali ini raksasa, ya?" Salah satu hunter tipe mage mengedarkan pandangannya. Tersirat rasa kagum di matanya yang berbinar saat melihat bangunan ini.
Mereka terus berjalan maju menyusuri lorong yang terlihat menyeramkan. Hanya ada lilin di setiap pilar penyangga sebagai penerangan, membuat lorong ini berkesan horor. Joongmin tetap berada di barisan paling belakang. Dia tidak bisa berada di tengah atau di depan barisan karena bisa menghambat saat penyerangan.
Minhyun berjalan memimpin kelompok di depan. Sebagai pemimpin raid, dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya. Dia harus terus bersiap menyerang jika saja ada monster yang tiba-tiba mendekat.
Guaaaarr!!!!
Terdengar suara auman yang bergema. Menilik dari suaranya, kemungkinan pemilik auman itu adalah makhluk yang besar. Semua hunter bersiap dengan senjata masing-masing, menunggu aba-aba dari Minhyun untuk melancarkan serangan.
"Membentuk formasi melingkar! Joongmin, masuk ke tengah-tengah!" Minhyun dengan tegas berteriak memberi arahan. Suara tadi memang tidak diketahui darimana asalnya karena bergema. Seolah suara auman tadi berasal dari segala penjuru arah.
"Senior, kenapa kita tidak lanjut ke depan? Kita sudah datang dari arah belakang, tidak mungkin monster itu akan datang dari arah sana. Lebih baik kita fokuskan kekuatan untuk menjaga barisan depan." Pemuda dengan setelan hitam tadi, Jaehyuk Cha, memberi saran pada Minhyun. Jaehyuk adalah wakil pemimpin dalam raid kali ini. Walaupun tidak sebanding dengan Minhyun, namun Jaehyuk sangat handal dan gesit dalam pertahanan.
"Memang benar, tapi aku merasakan pancaran energi sihir dari berbagai arah. Kita tidak boleh lengah atau akan banyak orang yang harus dikorbankan."
"Seperti yang diharapkan dari senior Minhyun." Jaehyuk mengangguk paham. Alasan Minhyun masuk akal untuk tetap dalam formasi.
Semua hunter yang berkumpul mulai merasakan tekanan energi sihir yang sangat kuat semakin mendekat. Seperti yang Minhyun katakan, energi sihir ini memancar dari segala arah. Mereka tidak dapat memastikan akan datang dari mana monster itu.
Samar-samar mereka merasakan pijakan mulai bergetar diiringi dengan suara yang seperti dentuman. Seketika itu pula jantung mereka berdebar kuat. Baru mereka sadari perbedaan kekuatan yang begitu besar.
"Senior, kita harus kembali dan meminta bantuan untuk menyelesaikan dungeon ini. Kita tidak akan sanggup jika meneruskan raid." Jaehyuk menoleh ke arah Minhyun dengan wajah yang bercucuran keringat dingin. Keadaan Minhyun juga tidak jauh berbeda. Dia bisa merasakan tekanan kekuatan yang sangat hebat.
Disaat semua orang sedang gemetar ketakutan, Joongmin justru merasa baik-baik saja. Entah karena Rank yang dia miliki terlalu rendah atau bagimana, Joongmin tidak merasakan adanya ancaman atau bahaya. Instingnya justru seperti menyuruh dia untuk mencari asal dari energi yang menakjubkan ini.
"Kita kembali dan hubungi Guild terdekat. Tidak, kekuatan Guild saja tidak akan cukup. Kita harus meminta bantuan pada Asosiasi Hunter." Minhyun mematung di tempatnya dengan mata melotot. Seluruh tubuhnya gemetar hebat. Dia orang yang paling bisa merasakan seberapa berbahayanya raid jika diteruskan.
"Semuanya, kita kembali! Melangkahlah secepatnya yang kalian bisa!" Minhyun membalik kanan, berteriak memberi arahan. Tanpa disuruh dua kali, mereka langsung berlari meninggalkan formasi. Pilihan yang tepat untuk menyerah dan meminta bantuan karena yang menunggu mereka hanyalah kematian.
Joongmin tetap membeku di tempatnya. Dia bingung antara pergi bersama hunter yang lain atau meneruskan raid di dungeon. Joongmin bisa merasakan ada yang memanggilnya untuk terus berjalan, seperti memang ada yang sengaja menunggu kedatangannya.
"Joongmin, apa yang kamu lakukan? Cepat pergi dari sini sebelum monster itu datang." Minhyun menarik pergelangan tangan Joongmin dengan kasar. Joongmin menepis genggaman Minhyun, menggeleng.
"Ketua silahkan pergi saja. Aku tetap akan melanjutkan raid." Joongmin melangkah semakin dalam memasuki dungeon.
"Apa kamu pikir seorang Rank-E bisa mengalahkan monster yang bahkan kami saja tidak sanggup? Berhenti berlagak dan cepatlah kembali!" Minhyun berteriak dengan putus asa. Dia tidak bisa pergi disaat ada anggotanya yang masih berada di dungeon. Tapi dia juga tidak mau mengorbankan nyawanya pada orang yang keras kepala.
Joongmin terus melangkah tanpa menghiraukan Minhyun yang berteriak membujuknya. Minhyun dibuat frustasi oleh sikap angkuh Joongmin.
"Joongmin sialan!" Minhyun berlari menyusul punggung Joongmin yang sudah semakin menjauh.
"Senior, kita harus cepat kembali dan menelepon bantuan sebelum terjadi dungeon break!"
"Kalian keluar lebih dulu. Jaehyuk, jangan lupa untuk menelepon asosiasi hunter. Mungkin ini adalah dungeon Rank-A atau bahkan mungkin di atasnya." Minhyun melambaikan tangan pada tanpa menoleh ke belakang.
"Tolong sampaikan pada Jiwoo bahwa aku sangat mencintainya." Suara teriakan Minhyun terdengar bergema. Jaehyuk sudah tidak lagi melihat punggung seniornya yang hilang ke dalam kegelapan.
Jaehyuk segera memberi arahan secepat mungkin. Mereka bergegas meninggalkan dungeon dengan tertib. Ketika sudah tiba sisi lain gate, hati Jaehyuk terasa berat melihat Jiwoo yang menunggu kedatangan Minhyun.
"Kalian sudah kembali? Apa monster di dungeon ini terlalu lemah sampai Minhyun bisa menanganinya sendiri?" Jiwoo berlari kecil menuju Jaehyuk yang masih bermandi keringat.
Jiwoo bertanya-tanya kenapa Jaehyuk snlangat berkeringat padahal hanya berada beberapa puluh menit di dalam dungeon, tidak sampai berjam-jam atau berhari-hari.
"Apa yang terjadi?" Jiwoo bertanya dengan memantapkan hatinya. Dia merasa ada yang aneh. Tidak seperti mereka yang selalu diam. Jika raid kali ini memang terlalu mudah, biasanya mereka akan menyombongkan diri. Situasi ini seperti mereka lari dari musuh yang mustahil di kalahkan dan Minhyun berusaha mengulur waktu sampai mereka berhasil kabur.
Jaehyuk menelan ludah. Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Tidak mungkin dia bilang kalau dirinya kabur meninggalkan Minhyun. Padahal dia orang yang selalu berkoar-koar mengaku sebagai penggemar Minhyun.
"Baiklah, aku akan mencari tahu kebenarannya tanpa kamu beritahu." Jiwoo berlari mendekati gate, namun tangannya ditahan oleh Jaehyuk.
"Jiwoo, jangan masuk. Apa yang akan aku katakan pada senior jika aku membiarkanmu berada dalam bahaya." Jaehyuk mencoba meyakinkan Jiwoo walaupun dia tahu itu tidak akan berhasil. Dengan sikap yang ditunjukkan oleh Jaehyuk membuat Jiwoo yakin kalau apa yang dia perkirakan memang benar adanya.
"Lalu kenapa kamu membiarkannya sendirian hanya ditemani Joongmin?"
"Tidak, aku tidak meninggalkan senior. Ini semua salah Joongmin! Dia tidak mau kembali dan malah melanjutkan raid." Jaehyuk berusaha menjelaskan dengan tenang. Tapi wajahnya tidak bisa berkompromi. Sangat terlukis jelas ketakutan yang dia rasakan lewat raut wajahnya saat ini.
"Benar juga! Kalian cepat hubungi Asosiasi Hunter dan meminta bantuan! Kita harus cepat atau tidak ada harapan lagi bagi kota kecil seperti ini."
Tanpa mendengar perintah untuk ketiga kalinya, mereka bergegas menghubungi Asosiasi Hunter. Mereka sadar tidak ada waktu untuk duduk meringkuk karena takut. Jika mereka tidak bergerak, sama saja mereka bunuh diri.
"Apa memang seberbahaya itu sampai meminta bantuan Asosiasi Hunter?" Jiwoo mengepalkan tangan. Dia tidak tahan membayangkan Minhyun dan Joongmin yang harus menghadapi bahaya seperti itu.
"Memang seberbahaya itu, Jiwoo. Oleh karena itu, jangan pergi dan tetaplah disini. Senior pasti akan sedih jika kamu terus memaksa." Jaehyuk perlahan melepas genggaman tangannya. Dia mulai melihat Jiwoo melunak.
Disaat yang bersamaan dengan itu, gate mulai mengecil dan akhirnya menutup dengan sempurna.
"Tidak, kumohon! Bala bantuan akan segera tiba!" Jiwoo meronta, berusaha melepaskan tangannya dari Jaehyuk.
"Sudah terlambat." Jaehyuk menggelengkan kepala. Gate sudah tertutup sepenuhnya.
Disisi lain, Joongmin dan Minhyun sudah berada di ujung lorong. Ada pintu besar yang menjulang tinggi di depan mereka. Ini bisa disebut sebagai jalan buntu karena mereka sama sekali tidak bisa membuka pintu itu. Jangankan untuk membukanya, kekuatan mereka bahkan tidak cukup untuk menggeser satu senti pintu ini dari tempat semula.
"Joongmin, kita tidak bisa masuk ke ruangan ini. Lebih baik kembali dan menunggu bantuan datang. Kita bisa memeriksa isi ruangan ini dengan bantuan dari Asosiasi Hunter. Jangan keras kepala dan ikutlah denganku!" Minhyun mencoba menarik tangan Joongmin, tapi dia tetap bergeming. Seolah tidak ada gaya apapun yang berlaku padanya.
"Ada yang memanggilku, Ketua. Dia bilang pintunya akan terbuka jika aku sedang sendirian. Tolong segera pergi dari tempat ini dan biarkan aku memasuki ruangan ini." Joongmin berujar dengan tatapan kosong yang terus tertuju pada pintu di depannya.
"Apa kamu sudah gila? Apa dungeon ini juga memengaruhi otakmu, huh?!" Minhyun menggeram kesal melihat Joongmin dengan tampang bodohnya.
"Pergilah. Aku akan baik-baik saja. Lagipula aku tidak bisa pergi dari tempat ini seolah ada yang menahanku." Joongmin mengangkat tangan kanannya, menyentuh permukaan pintu yang dingin.
Minhyun merasa percuma saja membujuk Joongmin yang sudah bertekad untuk tetap tinggal. Dengan berat hati, dia beranjak meninggalkan Joongmin yang mematung. Minhyun tahu kalau tindakannya sangat pengecut, tapi dia tidak punya pilihan lain. Minhyun tidak mau mengorbankan nyawa hanya demi orang yang tidak mau diselamatkan.
Setelah batang tubuh Minhyun menghilang dalam kegelapan, pintu perlahan terbuka dengan sendirinya, memperlihatkan sebuah ruangan besar yang kosong melompong. Joongmin sudah berada di tengah-tengah ruangan. Tidak ada satupun benda yang dia lihat di ruangan sebesar itu.
Joongmin beberapa kali mengedarkan pandangan menyapu setiap sudut ruangan. Berbeda dengan lorong gelap yang tadi, ruangan ini lumayan terang karena banyak lilin yang berjajar. Hanya ada satu tempat yang terlihat gelap gulita, seperti memang sengaja dibuat seperti itu untuk menutupi sesuatu. Tempat itu berada lurus dengan pintu.
Joongmin merasakan ada yang aneh dengan tempat itu. Dia memutuskan untuk mengeceknya sendiri. Joongmin ragu-ragu melangkah ke arah kegelapan. Semakin dekat, Joongmin merasakan firasatnya semakin tidak menentu. Dia baru ingat kalau dia membawa senter kecil di dalam sakunya.
Joongmin segera mengeluarkan senter itu, mengarahkan cahaya pada kegelapan yang pekat. Matanya menangkap sesosok yang tidak jelas terlihat. Seperti sebuah skeleton yang duduk di singgasana. Walaupun singgasana itu terlihat tua dan kotor, tapi Joongmin langsung menyadari kalau singgasana itu sangat mewah.
Banyak pertimbangan yang sedang dia pikirkan. Padahal dungeon ini sangat besar, tapi skeleton yang dia lihat sekarang memiliki ukuran seperti manusia pada umumnya. Banyak hal yang masih tidak bisa Joongmin cerna dengan benar. Tentang semua di dalam dungeon ini terasa tidak masuk akal.
Padahal tadi ada suara auman yang terdengar menggema, tapi tidak ada satupun monster yang datang. Bahkan sekarang dia merasa aman di tempat ini.
\[Kemarilah!\]
Joongmin beringsut mundur saat mendengar ada suara dari dalam kepalanya. Dia pikir mungkin dirinya sudah mulai gila karena efek dari dungeon ini. Tapi kemudian suara itu kembali muncul dari dalam kepalanya.
\[Akhirnya setelah ratusan tahun, sekarang hadir orang yang bisa menjadi penerusku. Penantianku tidak sia-sia untuk menetap di dunia fana.\]
"Siapa?!" Joongmin menoleh ke sekelilingnya, mencari sosok yang mungkin bisa mengirim telepati dan berbicara padanya. Tapi dia tidak menemukan siapapun, nihil. Sampai akhirnya perhatian Joongmin tertuju pada skeleton yang berada jauh di depan sana.
"Apa kamu—tidak, maksudku apa anda yang berbicara kepada saya?" Joongmin menelan ludah, bertanya dengan suara yang gemetar. Bukan karena takut atau sejenisnya, tapi dia merasa skeleton di depannya saat ini akan menjadi tuannya di masa depan.
\[Ternyata kamu anak yang cerdas. Dari semua calon penerusku, hanya kamu yang bisa menerima sesuatu yang tidak masuk akal seperti ini. Mereka mengira tidak mungkin sebuah kerangka yang sudah mati ratusan tahun bisa mengirim telepati dan terus mencari pemilik suara di kepala mereka. Akhirnya aku menyerah dengan orang-orang seperti itu. Sebelum akhirnya kamu datang dihadapanku. Ternyata kamulah orang yang aku tunggu.\]
Joongmin kembali mendengar suara yang bergema di dalam kepalanya. Suara itu tergelak di akhir kalimat, suara gelakan yang terdengar sangat renyah. Joongmin melongo karena mendengar kalimat yang sama sekali tidak dia mengerti.
Sedari awal Joongmin sudah sulit untuk mencerna keadaan dan sekarang otak Joongmin dipaksa bekerja ekstra sampai berkali-kali lipat dari biasanya. Hanya satu hal yang dapat Joongmin ketahui dari perkataan itu, yaitu tentang dirinya yang menjadi seorang penerus. Tapi Joongmin bahkan tidak tahu penerus apa yang dimaksudkan.
\[Jangan terlalu gugup dihadapanku. Anggap aku sebagai kakekmu sendiri. Aku tidak suka dengan sikap kaku dan canggung yang seperti itu.\]
Skeleton itu hanya berbicara lewat telepati. Kerangka tubuh yang duduk di singgasana tidak bergerak sedikitpun. Jika ada orang lain yang melihatnya saat ini pasti akan mengira Joongmin sudah gila. Orang biasa tentu saja akan menganggap skeleton di depannya hanya sebagai kerangka biasa. Skeleton itu tidak memancarkan energi sihir sedikitpun. Sebuah penyamaran sempurna untuk orang yang sudah lama mati.
"Tuan Skeleton, bisakah anda memberitahu saya lebih rinci? Saya adalah orang yang bodoh, karena itu saya tidak akan mengerti jika Tuan tidak menjelaskannya." Joongmin hampir tergagap saat berbicara. Dia tidak tahu makhluk apa yang sedang berbicara dengannya saat ini. Meski jika dilihat dari kerangkanya sudah pasti dia adalah manusia, tapi aneh rasanya ada manusia yang masih bisa mempertahankan jiwanya hingga ratusan tahun.
\[Tuan Skeleton? Tidak, tidak! Aku mempunyai nama. Jangan asal memanggilku dengan seenaknya. Namaku Neelabert, ingat itu! Aku juga sudah bilang kalau aku tidak suka sikap yang canggung seperti itu. Anggap saja aku sebagai kakekmu atau bahkan kamu bisa menganggapku sebagai seorang teman yang akan membantumu menjadi semakin kuat.\]
"Membantuku menjadi semakin kuat?" Joongmin tertegun mendengarnya. Dia yang disebut sebagai hunter terlemah juga bisa menjadi kuat? Tentu saja Joongmin menginginkan hal semacam itu.
\[Ya, ya! Aku bisa membantumu menjadi lebih kuat, tapi itu jika kamu kamu menjadi penerusku. Akan aku berikan semua yang aku miliki. Bagaimana?\]
Joongmin termenung sejenak. Dia sedang berpikir dengan banyak memperkirakan berbagai hal. Bisa saja yang sedang berbicara lewat telepati dengannya saat ini sebenarnya adalah bos dungeon yang sedang merencanakan sesuatu yang buruk. Tapi Joongmin juga tidak bisa melepaskan kesempatan ini begitu saja. Bagaimana jika sebenarnya Neelabert justru adalah sosok yang baik?
"Sebelum itu, bisakah kamu berjanji satu hal?" Joongmin menatap serius skeleton yang berada jauh di depan sana. Dia masih belum berani untuk mendekat.
\[Orang yang menarik. Baiklah, kamu ingin aku berjanji apa?\]
"Berjanjilah kamu bukan makhluk yang jahat." Joongmin menelan ludah. Jantungnya berdegup kencang karena takut makhluk di depannya akan marah.
\[Makhluk jahat? Aku ini? Ayolah, jangan bercanda. Apa kamu belum pernah mendengar cerita tentang seorang pahlawan yang menyelamatkan umat manusia? Bagaimana mungkin seorang pahlawan menjadi penjahat?\]
Responnya diluar dugaan Joongmin. Alih-alih marah karena dibilang jahat, Neelabert malah tertawa terbahak-bahak. Dia seperti orang yang mudah diajak berbicara.
"Ah, maaf." Joongmin menundukkan kepala, menunjukkan rasa permintaan maaf. Dia masih kepikiran tentang seorang pahlawan yang menyelamatkan umat manusia. Jika yang dihadapannya saat ini adalah sisa-sisa dari pahlawan itu, maka keberadaan dungeon ini bukanlah sebuah keberuntulan.
Joongmin memang belum pernah mendengar tentang cerita pahlawan itu, tapi dia mencuri dengar pembicaraan orang lain yang kadang membahas tentang seorang pria tiga puluh tahunan yang menjadi pahlawan beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut rumor yang beredar tubuhnya tidak dapat ditemukan setelah perang besar-besaran melawan monster sendirian. Itu adalah sebuah potongan cerita yang luar biasa.
\[Jadi, apa kamu bersedia menjadi penerusku? Aku sudah tidak punya banyak waktu. Membutuhkan energi yang besar untuk mempertahankan jiwa yang sudah mati ratusan tahun lalu. Aku bisa tetap ada sampai saat ini karena para bawahanku selalu memberikan energi yang cukup agar aku bisa tetap bertahan sampai mereka mendapatkan tuan yang baru.\]
"Para bawahan?"
\[Kamu akan segera bertemu dengan mereka setelah kamu menjadi penerus resmi. Berikan jawabanmu sekarang juga!\]
Joongmin terdiam sejenak sebelum memutuskan. Akhirnya dia sampai pada keputusan untuk menerima bantuan dan menjadi penerus dari sang pahlawan legendaris.
"Tolong terima manusia yang penuh kekurangan ini sebagai penerusmu, Master!" Joongmin membungkukkan badan, memberi rasa hormat pada skeleton yang berada di depannya.
\[Aku suka sikapmu. Baiklah, persiapkan dirimu karena ini akan terasa sangat menyakitkan.\]
"Apa? Sangat menyakitkan? Memangnya apa yang akan terjadi padaku?" Joongmin sontak terkejut ketika mengetahui bahwa proses pewarisan kekuatan akan sangat menyakitkan.
\[Tidak akan terjadi apa-apa selain pergantian tulang.\]
"Pergantian tulang katamu?!"
\[Tenanglah, Nak! Tidak perlu panik seperti itu. Tulangmu akan digantikan dengan tulangku yang sangat kuat. Semua kekuatanku juga tersegel dalam tulang ini, jadi kamu harus melewati proses penggantian tulang jika mau menjadi penerusku.\]
"Aah, baiklah. Tapi apa tidak bisa dilakukan dengan sedikit lembut? Aku paling benci rasa sakit." Joongmin memasang wajah masam.
\[Memangnya ada orang yang tidak membenci rasa sakit?\]
Suara tawa Neelabert terdengar bergema dalam ruangan.
\[Aku mulai!\]
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!