NovelToon NovelToon

Istri Pemuas Nafsu Sang Ceo

prolog

Hanya karena perasaan cinta yang sudah ia pendam sejak lama, membuat gadis muda berumur 22 tahun rela menjadi istri simpanan bosnya sendiri.

Praya Asteria Wanita cantik yang hidup dalam kesederhanaan sejak kecil, Freya tumbuh dan besar di pantai asuhan, Praya tidak pernah mengenal siapa orang tuanya dari mana ia berasal, setelah lulus SMA, Praya mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, akhirnya ia di terima di salah satu perusahaan terbesar di kota-nya. mana Praya tau jika ia akan memiliki perasaan dalam kepada pemilik perusahaan tersebut, Praya bekerja sebagai seorang cleaning servis, tak jarang ia rela mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya tidak ia kerjakan hanya untuk bisa dekat atau melihat wajah atasannya tersebut, tingkah Freya di sadari oleh pemilik perusahan tersebut, pria dewasa berusia 37 tahun itu bisa membaca gerak gerik wanita muda yang Selalu mengantarkan minuman untuknya. ia tau jika Praya menyimpan perasaan padanya. ia tidak bohong jika freya memiliki paras yang menawan, kulit wanita muda itu putih berseri, tubuhnya mungil, tingginya hanya sebatas bahunya saja.

Malam itu, pria bertubuh kekar bernama Bara dirgantara, meminta gadis muda itu untuk membawakannya kopi, tanpa pikir panjang Praya dengan senang hati membuatkan kopi untuk Bara, saat Praya masuk kedalam ruangan bara, tidak ia temukan pria itu di dalamnya, alangkah terkejutnya Praya saat Seseorang memeluk pinggang rampingnya dari belakang.

"lepaskan saya" Praya memberontak tapi setelah mendengar suara lembut tapi terdengar berat di telinganya membuka Praya kembali tenang.

"hust, tenangkan ini saya Praya" mata Praya membelalak, apa benar Seseorang yang memeluknya itu adalah Bara, pujaan hatinya.

"Ba--bapak?" tanya Praya gugup

"iya ini saya" bara membalik tubuh kecil Praya agar menghadapnya, dengan mudahnya Bara mendudukkan Praya di atas mejanya, mata tajam Bara menatap tajam gadis kecil di depannya, tangannya terangkat mengelus pelan pipi Praya.

"ba--pak--"

"kamu menyukai saya Praya" ucap Bara dengan nada rendah.

"entah apa yang membuat keberanian Praya datang, tanpa ragu ia mengangguk membuat Bara tersenyum puas.

"apa yang kamu suka dari saya, hm"

"ta--tampan" jawab Praya dengan polosnya dan apa adanya. Bara tertawa pelan mendengar pengakuan gadis kecil di depannya.

"kau sungguh mencintai ku, Praya "

"ii--iya " suara Bara bagaikan hipnotis yang mampu membuat Praya mengiyakan apapun pertanyaannya.

"sungguh?" kembali Praya mengangguk

"jika kau sungguh mencintai ku, menikahlah dengan ku Praya Asteria" Praya diam dalam keterkejutan, siapa yang tidak terkejut tiba-tiba ia di minta untuk menikah dengan Seseorang yang begitu ia dambakan dalam hidupnya.

"Praya, kau mendengar ku"

"i--iya pak, saya dengar"

"bagaimana dengan tawaran ku, apa kau mau menjadi istri ke-dua ku, Praya" ya Praya tau status itu, Praya tau Jika Bara sudah menikah dan begitu mencintai istrinya, tapi kenyataan itu tidak membuat Praya berhenti menaruh hati pada Bara, cintanya terus tumbuh seiring waktu, tanpa pikir panjang juga Praya mengiyakan ajakan menikah dari Edgar

"sa--saya mau menikah dengan bapak" Edgar tersenyum miring, dan mengusap pucuk kepala Praya.

"gadis pintar, bersiaplah Minggu depan kau akan menjadi istri ku, Praya Asteria" Praya tersenyum, ia sungguh dengan mudah menerima tawaran itu tanpa berpikir resiko apa yang harus ia ambil setelahnya. Praya tidak berpikir panjang, baginya bisa menikah dengan Edgar sudah seperti membuatnya memiliki separuh dunia, terdengar lebai... tapi itulah yang ia rasakan.

(2 April 2023, selesai di tulis)

menikah

Pernikahan sederhana yang di laksanakan di kau saja, Bara meminta Praya menyembunyikan statusnya sebagai istrinya, tidak boleh ada yang tau mengenai pernikahan mereka, setelah akad Bara membawa Praya ke hotel untuk melakukan malam pertama mereka, Praya sudah menunggu dengan baju lingerie seksi yang Bara berikan untuknya, Praya menunggu takut suaminya keluar dari kamar mandi, Praya menegak salivanya saat ia lihat dari pantulan cermin Bara keluar dari kamar mandi Hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.

punggung polos Praya membuat Edgar tak tahan untuk menyentuhnya.

"Praya, kau sudah siap untuk malam yang panjang ini?"

"i--iya mas, aku sudah siap"

"gadis pintar, jika seperti itu kemarilah, Praya" dengan kaki gemetar Praya mendekati Bara, Bara mengangkat tubuh Praya dan meletakkannya di atas ranjang.

...

Praya menggeliat Di dalam tidurnya, sekujur tubuhnya terasa ngilu apalagi dipusat tubuhnya, sudah tidak lagi ia temukan Bara di sampingnya, kemana suaminya pergi sepagi ini.

"akh, sakit sekali" Praya memasang kembali lingerie nya yang tergeletak di lantai, ia duduk di pinggir ranjang menunggu kedatangan Bara yang pergi entah kemana.

"kau sudah bangun" Praya berpaling menatap E

Bara

"mas dari mana?" Bara tidak menjawab ia memberikan sesuatu untuk Praya

"minum ini"

"apa itu mas?"

"obat pencegah kehamilan"

"obat pencegah kehamilan?"

"iya, minumlah cepat, saya tidak ingin anak saya tumbuh di rahim mu itu" ucap Edgar dingin

"tapi kenapa mas, aku tidak ingin meminumnya, tidak masalah juga aku hamil, kita sudah menikah"

"tapi saya tidak menginginkan seorang anak dari Wanita kelas rendah seperti kamu, Praya. saya menikahi kamu Hanya untuk menjadi teman tidur, jadi mengertilah posisi mu itu" bagaikan ada sesuatu yang menghunus hatinya, rasanya sakit sekali saat Bara mengatakan hal itu padanya.

"MINUMLAH PRAYA" Praya terkejut mendengar bentakan Bara, terpaksa ia telan pil putih kecil untuk mencegah kehamilan.

"ini uang mu" Edgar melempar uang lembaran merah ke atas ranjang, Praya melirik uang merah yang berhamburan itu.

"itu bayaran untuk hasil kerja mu tadi malam, tubuh mu sangat nikmat Praya, tidak salah saya jadikan kau sebagai istri kedua ku, bersihkan dirimu dan kembali lah berkerja seperti biasa" Bara membayar lunas tubuh istrinya sendiri, Praya tidak bisa berkata-kata lagi selain menangis, ia tatap punggung pria itu yang mulai menjauh, bahkan Bara meninggalkannya begitu saja tanpa mau mengajaknya pulang bersama.

dengan tangan gemetar, Praya memunguti uang yang tadi di lempar Bara, ia masukkan uang yang Praya sendiri tidak tau berapa jumlahnya ke dalam tas.

...

Tidak ada yang berubah di hidup Praya, wanita muda itu tetaplah petugas kebersihan biasa, haya statusnya saja yang berubah tidak lebih. keringat di kening ia usap menggunakan punggung tangannya, sudah jam 11 siang, Praya bergegas pergi membuat minuman, praya rapikan dulu penampilannya, ia tidak ingin menemui suaminya dengan keadaan berantakan, praya juga menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

jika sebelumnya Praya menunggu ijin dari bara barulah ia berani masuk, tapi sekarang Praya lebih berani, ia langsung masuk keruangan bara tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam.

"Di mana sopan santun mu, apa kau lupa sedang memasuki ruangan siapa" bara berucap dingin mengintimidasi, tanpa ia lihat dulu siapa yang lancang masuk ke dalam ruangannya tanpa ijin.

"mas, ini aku Praya"

"kau"

"iya mas, aku bawakan kopi kesukaan an mu" ucap Praya berseri.

"letakkan di sana" selesai meletakkan kopinya, Praya menghampiri bara, ia rangkul leher bara dan meletakkan kepalanya di bahu pria itu, bara berdecak kesal.

"apa yang kau lakukan Praya" bara menyingkirkan tangan Praya dari pundaknya.

"aku ingin memelukmu mas"

"saya lagi kerja, kau kembalilah juga sana"

"kamu ngusir aku mas "

"bukan seperti itu, saya hanya meminta kamu buat kembali bekerja, saya juga ingin melanjutkan pekerjaan saya, ini juga belum Jam istirahat "

"aku sudah menyelesaikan pekerjaan ku mas, aku akan di sini menunggu mu selesai bekerja " Praya berpindah duduk di kursi depan memandangi wajah bara yang membuat pria itu kesal.

mendengar ketukan dari luar mereka berdua jadi kalang kabut, bara langsung berdiri menghampiri Praya dan menarik lengan wanita itu.

"mas sakit " keluh Praya karena bara terlalu kuat mencengkram.

"maaf, sekarang kamu keluar " dengan perasaan kesal Praya keluar dari ruangan suaminya, Praya sempat tersenyum pada seseorang yang sudah menunggu di depan pintu.

"masuk" perintah bara.

....

Praya tersenyum bahagia saat panggilan dari bara masuk ke ponselnya

"assalamualaikum, mas ada apa"

"kirim alamat rumah mu, saya ingin ke sana"

"mas mau kerumah ku?" Praya menatap ke sekelilingnya, rumah kecil yang Praya sewa dengan harga murah, tempat tidurnya dapurnya, ruang tamunya, semuanya menyatu di satu ruangan, hanya kamar mandi dan WC nya saja yang memiliki ruangan sendiri.

"Praya"

"ii--iya, mas... nanti aku kirim lewat pesan"

"ya sudah, istirahat lah, saya matikan telponnya, assalamualaikum"

"ma--mas... ya elah, belum juga ngomong sudah di matiin aja, untung sayang" Praya rebahkan tubuhnya di kasur kecil miliknya, ia teringat lagi perkataan bara sebelum akad nikah terucap dari pria itu.

flashback on

"Praya, saya harap kamu mengingat ini, jika saya menikah dengan mu Hanya untuk menjadikan mu teman tidur untuk ku, saya ingatkan padamu untuk tidak menuntut apapun pada saya, tidak untuk harta, kedudukan apa lagi cinta"

"kalau kamu ingin membatalkan pernikahan ini, silahkan" Praya meraih kedua tangan bara untuk ia genggam.

"mas, aku nggak akan pernah membatalkan pernikahan kita, jika memang itu yang mas minta, aku nggak akan menuntut apa-apa, karena aku menerima mas tulus dari hati ku, bukan karena harta, kedudukan, tapi untuk cinta, jangan pernah minta aku untuk berhenti mencintai kamu mas, dan jangan pernah halangi aku untuk berusaha membuat mas mencintai aku" Bara melepaskan genggaman tangan Praya, pria itu berjalan meninggalkan gadis Muda itu tanpa mengatakan sepatah katapun.

flashback off

"aku akan buat mas menerima ku, aku akan buat mas mencintai aku "

selang beberapa menit setelah ia mengirimkan alamat rumahnya pada bara, Seseorang mengetuk rumahnya, Praya mengintip melalui celah gorden, sungguh ia bahagia saat tau jika yang datang adalah suaminya.

"mas Raga" cepat-cepat Praya membukakan pintu untuk bara, Praya berlari layaknya seorang anak yang berlari menyambut ayahnya pulang.

"Maas, aku kangen" bara melepaskan pelukannya,ia rapikan jas yang tidak berantakan.

"masuk, nanti ada yang lihat "

"satai aja kali mas, aku juga sudah bilang ke tetangga kalau aku sudah nikah"

bara menatap keseluruhan ruangan persegi yang Praya sebut rumahnya itu, bahkan kemar mandinya saja lebih luas dari tempat tinggal Praya.

"mas mau minum apa, mas Suka teh atau kopi " tanya Praya antusias, Praya membantu bara melepaskan jasnya, Praya menggantung jas bara di gantungan baju di balik pintu.

"air putih aja"

"mas nggak mau minum teh, atau kopi"

"saya nggak biasa minum minuman murah sachet kaya gitu"

"oohh" sebenarnya hari Praya tersentak saat bara mengatakan hal itu, status mereka memang jauh berbeda, bara orang kaya sedangkan ia wanita sebatang kara, bisa makan dua kali sehari saja sudah syukur.

"saya mau mandi, apa ada air yang mengalir di sini"

"air di rumah ku air ledeng mas, mas bisa mandi di sana" Praya menunjuk pintu kecil di sisi sebelah kanan rumahnya.

Seperti wanita bayaran

"Praya" teriak bara dari dalam kamar mandi.

"iyaa mas"

"ambilkan paperbag di dalam mobil saya"

"kunci mobil mas mana?"

"di saku jas, cepat Praya... saya kedinginan"

"iya iya, sabar Napa" Praya berlari ke arah luar, di dalam mobil ada dua paperbag yang satu berwarna hitam yang satu berwarna merah muda.

"CK, yang mana lagi paperbag nya" Praya yakin jika paperbag berwarna hitam lah yang berisi baju milik bara, tapi yang satu lagi sungguh membuat Praya penasaran dengan isinya.

"kepo gue, apa sih isinya"

isi paperbag berwarna merah muda tersebut adalah dress berwarna putih tulang.

"wahh, bagus banget, punya siapa ya, apa jangan-jangan punya gue, mas Rafa juga nggak bilang kan buat ambil paperbag yang mana, ah... gue bawa aja lah nanti gue tanyain langsung ke orangnya"

"ini mas"

"lama banget sih,kamu ngapain aja, saya cuman nyuruh kamu ngambil paperbag bukan nyuruh kamu ngambil Surat keterangan miskin" ucap bara dengan kesal, apa pria itu tidak sadar dengan ucapannya itu membuat hati Praya terluka, menyebalkan memang.

"mas"

"Hem" bara masih berada di dalam kamar mandi

"paperbag yang satu lagi punya aku ya?" tanya Praya antusias, Praya sampai kaget saat pintu di buka dengan kasar oleh bara, bara rebut paperbag berwarna merah muda dari tangan Praya.

"saya nggak nyuruh kamu ngambil paperbag ini, kenapa kamu ambil juga Praya Asteria" ucap bara geram, ia cek lagi isi paperbag tersebut.

"mas Nggak bilang buat ambil yang warna hitam aja, mas bilang ambil paperbag di mobil, ya aku ambil aja semuanya" bara menatap Praya dengan kesal, ia simpan lagi paperbag di atas Nakas.

"bukan buat aku ya mas?"

"bukan, itu buat Dista, istri saya"

"aku kan juga istri kamu mas, masa aku nggak di beliin"

"jangan ngelunjak kamu Praya, malam ini setelah kita berhubungan saya akan kasih kamu uang lagi, besok beli lah sendiri baju yang kamu mau dengan uang itu" setelahnya bara keluar untuk menaruh kembali paper bag nya kedalam mobil. sungguh Praya terluka dengan ucapan suaminya ( malam ini setelah kita berhubungan, saya akan berikan uang untuk mu , beli lah sendiri baju yang kamu inginkan)

"kenapa gue kaya ***** sih, badan gue di bayar setelah di pakai buat memuaskan nafsunya, padahal gue istrinya juga, istri sah di mata hukum dan agama... apa ini resiko yang harus gue tanggung karena sudah menerima tawaran untuk dinikahi olehnya, hanya di jadikan sebagai wanita pemuas nafsunya saja" monolog Praya dengan mata berkaca-kaca.

cepat-cepat ia hapus air matanya saat melihat bara kembali.

"kamu sudah mandi"

"sudah lah, Nggak cium aku sudah bangun "

"nggak, makanya sini aku cium " bara menarik Praya untuk berbaring ke atas kasur kecil miliknya.

....

Egghh, eluhan terdengar dari Praya, ia menolehkan kepalanya ke samping, sudah tidak ada lagi bara, Praya tutupi tubuh polosnya dengan selimut tipis, ia yakin jika bara ada di dalam kamar mandi.

"kamu sudah bangun"

"Hem"

"minum obat pencegah kehamilan itu, jangan sampai telat, bisa-bisa kamu hamil jika telat sedikit saja" bara sudah selesai mengancing kemejanya, pria itu sudah rapi bersiap kekantor, sedangkan Praya masih acak-acakan, punggung polosnya terekspos di hadapan bara, bara palingkan wajahnya tidak ingin ia mandi dua kali di pagi hari.

"ini uang mu" seperti hari pertama, bara melempar uang ke kasur untuk Aliza.

"gunakan uang itu untuk keperluan mu, sepertinya uang itu juga cukup untuk mu mencari tempat tinggal yang lebih bagus dari pada ini" Praya tidak berucap sepatah katapun, ia Hanya mendengarkan semua ucapan dan tingkah bara yang melukai hatinya.

"ingat Praya, jangan sampai kau lupa meminum obatnya, saya pergi, assalamualaikum "

"waalaikumsallam " Praya berdiri untuk mengunci pintunya, ia pandangi dengan sendu uang lembaran merah yang berhamburan dilantai dan di atas kasurnya.

"gini banget nasib Lo Praya " gumam Praya sembari memunguti uang tersebut.

....

sebelum berangkat seperti biasa Praya sarapan dulu dan menyiapkan bekal untuk ia bawa.

nasi goreng di campur dengan sosis sudah cukup membuat Praya kenyang hingga siang nanti.

....

"Praya" Panggil seorang wanita yang lebih tua darinya

"iya mbak kenapa?"

"Lambat banget, di atas sudah kamu pel"

"di atas?"

"iya di atas"

"bukannya di atas bagian ayu sama dara ya mbak, ko saya juga yang harus bersihin bagian atas"

"heh, jangan belagu kamu ya, kamu itu cleaning servis di sini, bukan istri bos, dan saya atasan kamu, jada turuti saja apa yang saya perintahkan"

"nggak bisa gitu dong mbak, saya tugasnya di bagian lantai dua aja, lantai di atas lagi kan sudah ada jatahnya masing-masing" wanita yang usianya sekitar 40 tahun itu terlihat Murka, ia tarik rambut Praya sampai membuat wanita itu mendongak.

"mbak, sakit. lepas"

"lakuin aja apa yang saya perintahkan jangan membantah" Praya tersungkur dengan ke-dua tangan bertumpu di lantai.

"kalau ada pekerjaan lain juga gue nggak mau kali kerja disini, kalian Semua toksik" monolog Praya,mau tidak mau ia harus membersihkan daerah yang bukan menjadi tugasnya, sudah biasa ia di perlakukan semena-mena seperti itu, walaupun Praya sudah bekerja selama satu tahun di perusahaan bara, tapi tetaplah Praya cleaning servis yang paling baru di sana, mereka para manusia yang merasa memiliki kedudukan lebih tinggi darinya akan bersikap semena-mena dengan orang baru sepertinya.

Praya terus mengomel walaupun tangannya sibuk membersihkan lantai, siapa yang tidak kesal coba di suruh mengerjakan tugas yang bukan merupakan tugasnya, kalau untuk membuat kopi bara yang emang keinginannya sendiri, jadi jangan di samakan.

"sakit banget pinggang gue, dasar mbak mbak Nggak punya perasaan, awas aja Lo kalau gue kaya nanti, gue kasih lo pelajaran, huwaaaa, sakit banget pinggang gue" Praya terkejut saat pipinya terasa dingin.

"ayu"

"ngomel aja kamu, Kenapa?" Praya menegak hingga tandas minuman yang ayu berikan.

"biasalah mbak mbak tua itu, sukanya merintah ini itu, ngeselin banget pengen gue Jambak rambutnya"

"sabar" Ayu mengusap punggung rekan kerjanya, bisa di bilang hanya ayu lah yang cocok berteman dengannya, hanya ayu yang tidak memperlakukannya semena-mena.

"sudah setahun aku kerja di sini tapi kok mereka masih aja ngeselin ya"

"mungkin nunggu anak baru lagi"

"sok berkuasa Banget, ngeselin banget tau"

"udah ah, mending kita makan siang, kamu bawa bekal"

"sudah pasti itu, gue harus rajin nabung biar bisa beli motor, jadi harus hemat"

"bismillah, pasti motor yang Lo mau bakal kebeli "

"aamiin " kedua wanita muda itu saling merangkul.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!