"Mba Hind, makanya jadi orang jangan kuper dong," Celoteh Nada, sahabat sekaligus teman sekantor beda profesi di sebuah rumah sakit milik perusahaan BUMN yang bergerak dibidang perminyakan.
"Maksudmu apa? Aku gagal paham...," Hind yang sedang fokus dengan pengecekan laporan pasien yang dibuat oleh Nada hanya dapat merespon dengan senyuman tanpa dosa yang menunjukkan deretan gigi rapinya kearah Nada.
"Hah..., ampun deh..., jadi sejak tadi aku bicara sama sekali tidak kau perhatikan Mbak? Ya Tuhan..., daritadi aku sama saja bicara dengan tembok dong...," Rasanya Nada ingin menangis merasakan ketidaksensitifan dari Hind jika sudah fokus pada pekerjaannya. Ia mengerti bahwa perempuan dihadapannya ini adalah orang yang sangat totalitas terhadap pekerjaannya sehingga menyebabkan usianya yang telah menyentuh angka akhir dua puluhan ia masih juga belum menikah. Berbeda dengan dirinya yang tidak terlalu mengejar puncak karir sebagai perawat membuatnya bertemu jodoh lebih cepat. "Aku tadi bilang kenapa Mbak Hind tidak coba membuat akun media sosial yang sedang populer saat ini. Itu lho...Hexagram..."
"Gunanya untuk apa?" Hind hanya menaikkan alis kanannya ketika merepon ucapan dari Nada.
"Ya posting apa kek yang Mbak Hind suka, foto selfie Mbak Hind misalnya, Mba Hind kan cantik, siapa tahu ada pangeran tampan dari negeri seberang yang jatuh cinta kemudian mengajak Mbak Hind menikah."
"Hush, kalau mengkhayal itu tolong dikondisikan dengan situasi dan kondisi dong," Hind yang gemas dengan jawaban yang disampaikan Nada mengetuk kepala sahabatnya itu dengan pulpen yang sejak tadi ia pegang. "Kau kira kita hidup di negeri dongeng? Wake up Da, ini dunia nyata bukan dunia khayal! Hati-hati lho sama ucapan..."
"Aku kan hanya bilang misalnya...," Nada mengusap-usap kepalanya yang sedikit sakit. "Atau Mbak Hind bisa memposting hasil jepretan kamera dan lukisan Mbak. Aku tahu lho kalau mbak Hind diam-diam hobi photography dan melukis."
"Pasti Mamaku yang bocorin ya...," Hind menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya ke punggung kursi yang ia duduki. Suasana ruang kantornya yang minimalis dengan hanya tambahan vas bunga berisi bunga mawar buatan berwarna-warna untuk menambah kesan sedikit feminin membuat ruang kerja milik Hind tampak sederhana dan lengang. Sesuai dengan penghuninya, Hind adalah wanita yang sederhana dan sangat rumahan jika tidak sedang menjalani profesinya sebagai Dokter Internis. "Beliau cerita apa lagi?"
"Ya begitu deh," Nada mengangkat bahunya. "Ayolah Mbak, sekali ini saja ikuti saranku untuk bersosialisasi lebih luas lewat media sosial, aku ingin Mbak Hind bisa lebih membuka diri dan mengenal dunia luas..."
Nada ingin sahabatnya ini tidak larut dalam dunia pekerjaannya saja seolah ia sedang membuat dunianya sendiri. Ia mengerti mengapa Hind seperti itu. Tapi cukuplah waktu lima tahun menutup diri. Entah mengapa ia merasa tahun ini adalah tahun Hind untuk menemukan jodohnya. Dan ia akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu sahabat yang sangat disayanginya itu.
Hind melihat kesungguhan dari sepasang mata milik Nada. Ia pun akhirnya memilih untuk mengalah daripada semakin diceramahi panjang kali lebar kali tinggi jadi isi olehnya. Dengan setengah hati ia mengambil smartphone miliknya untuk meng-install aplikasi yang disarankan tadi dan membuat akun barunya disana. Dipasangnya sebuah foto dirinya dari sisi samping sambil tersenyum sebagai profile picture dan postingan pertamanya. Tak lupa ia pun membuat sebuah Bio yang menggambarkan sedikit tentang dirinya.
"Just an ordinary person who love nature, photography and painting as a form of gratitute to The Creator"
"Done!" Jawab Hind.
"Mana-mana, coba aku lihat," Nada segera mengambil smartphone Hind dari tangannya.
"Eh, ini anak...," Protes Hind.
"Aku kan ingin tahu nama akunmu Mbak supaya bisa ku-follow." Nada mengetikkan sesuatu diponsel Hind. Senyum penuh arti mengembang dibibir mungilnya. "Selesai!" Ia pun mengembalikan smartphone tersebut kepada pemiliknya.
"Kau tadi melakukan apa? Kok mencurigakan...," Hind segera mengecek akun Hexagram yang baru didaftarkannya dan melihat terdapat dua akun di kolom following, Nada sudah pasti dan M? Siapa dia?
***
"Aku tak pernah tahu bahwa mengenalmu membuatku bisa kembali membuka hati yang telah lama lelah, pesimis dan antipati"
Jauh di Timur Tengah, di sebuah negara federasi yang tediri dari tujuh emirat kaya akan minyak bumi dan salah satu jantung pariwisata di Teluk Arab dengan gedung pencakar langit dan budaya padang pasir yang kental bernama Uni Emirat Arab, hiduplah seorang raja Dubai sekaligus perdana menteri UEA bernama Rashid bin Hamdan dengan keluarga kecilnya yang terdiri dari sang istri yang berkewarganegaraan Indonesia namun tak pernah disebutkan namanya dan ketiga buah hatinya yang luar biasa cemerlang seolah tanpa cela.
Pasangan suami istri tersebut saling bertolak belakang baik kewarganegaraan dan budayanya. Namun berkat rasa cinta mereka yang tak pernah luntur dan kokoh hingga mereka dikaruniai tiga orang anak sampai dengan detik ini mereka bernafas, kisah cinta mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang mengingat sang istri adalah sosok wanita biasa yang jauh dari bayangan orang-orang yang mengagumi sang Raja Dubai pada masa single-nya. Mereka mengatakan bahwa Ratu Dubai tersebut seperti Cinderella modern saat menikah dengan suaminya yang pada waktu itu masih berstatus Putra Mahkota. Tapi bagi si pemilik nama, itu bukan sebutan yang tepat baginya. Hal tersebut adalah bukti syukur kepada Yang Maha Kuasa karena telah diberikan jodoh yang terbaik dari sisi-Nya berkat kesabaran dan tak pernah lelah dalam berdoa.
Diam-diam latar belakangnya lebih menggemparkan dibalik sosok sederhananya selama ini. Rupanya masih ada darah biru bangsawan Keraton Solo yang mengalir padanya dan tidak hanya dari pihak Ayahnya namun juga dari pihak Ibunya. Selain masih berdarah biru Keraton Solo, terdapat kejutan lainnya sehingga membuat keluarga besar Kerajaan Dubai merasa beruntung bisa mendapatkan menantu dan memperoleh keturunan dari darahnya. Untuk hal tersebut hanya kalangan terbataslah yang mengetahuinya. Sesuai pembawaannya, nyonya besar yang satu ini tidak suka terlalu menonjol dilingkungannya dikarenakan hal tersebut adalah hasil didikan dari kedua orang tuanya untuk selalu hidup sederhana dan apa adanya. Yang terpenting baginya adalah menjadi seorang istri yang baik untuk suami yang baik, menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anak yang baik, menjadi menantu yang baik untuk mertua yang baik dan menjadi kakak dan atau adik ipar yang baik untuk kakak dan adik ipar yang baik serta menjadi tante yang baik untuk keponakan yang baik pula merupakan kebahagiaan terbesar yang ia miliki. Tapi bukan pasangan penuh cinta itu yang akan diceritakan, melainkan anak-anaknya.
Anak pertamanya, Maktoum bin Rashid adalah putera mahkota berkharisma seperti ayahnya, dengan sikap kalem, lembut namun tegas dan bersahaja, sosoknya menjadi panutan bagi generasi mudanya seperti sang ayah. Sayangnya ia telah menikah dan memupuskan harapan bagi para wanita single yang mengidam-idamkan dirinya. Tentang istrinya sendiri sudah pasti dirahasiakan seperti Ibunya. Selain sikap protektif berlebihan sang anak pertama membuat istrinya tidak boleh diketahui publik hal tersebut juga sesuai tradisi dinegara tersebut.
Anak keduanya, Kireina binti Rashid adalah putri satu-satunya yang merupakan salah satu dokter yang cukup terkenal di negaranya. Namanya yang unik dan sangat Indonesia sekali membuat bangsa Indonesia merasa bangga bahwa mereka memiliki hubungan kedekatan dengan negara para emir tersebut. Sikap sederhana dan bersahaja dari sang ibu rupanya menurun padanya sehingga membuatnya tidak menyukai publikasi yang berlebihan. Jika perlu tak ada seorangpun yang tahu gerak-geriknya. Cukuplah sang kakak dan adik lelakinya yang mendapatkan peran itu. Statusnya saat ini telah menikah dengan salah satu anggota keluarga emir Abu Dhabi yaitu putera mahkota Abu Dhabi sekaligus pemegang pemerintahan negara tersebut jika sang Presiden berhalangan hadir.
Sedangkan anak bungsunya..., karena ia satu-satunya putra perdana menteri yang masih single di usia 32 tahun ditambah wajahnya yang tampan perpaduan Asia Timur dan Asia Barat, membuat para fans-nya menggila dan membludak berhalusinasi tentangnya. Meskipun masih ada juga fans-nya yang memiliki kewarasan mengagumi kepiawaiannya sebagai Deputy Ruler dalam membantu sang Kakak lelaki dan Ayahnya untuk memajukan kota tercintanya, Dubai. Ditambah lagi hobinya yang selalu up to date di dunia media sosial dengan hobi ekstrim, penyayang binatang, photography dan traveling serta membuat puisi tak pelak semakin melambungkan namanya. Lelaki tersebut bernama...
"Mohammed!" Teriak pamannya.
"Apalagi Paman Juma?" Mohammed bin Rashid hanya menghela napas membalas panggilan paman sekaligus sahabatnya itu. Ada keluhan apa lagi tentang dirinya kali ini? Seingatnya ia tidak berbuat hal-hal yang merepotkan Juma hari ini. Kenapa wajah pamannya itu seolah ingin memarahinya?
"Mengapa kau santai-santai saja di sini?"
Mohammed menaikkan alis tebal sebelah kanannya. Memangnya ada yang salah dengan aktifitasnya saat ini yang berada di kandang rusa milik keluarganya? Ia hanya menyalurkan salah satu hobinya menyayangi binatang terutama bayi mungil rusa yang baru lahir dua hari lalu untuk sejenak menarik napas panjang dari kesibukan pekerjaannya. Betapa menggemaskannya bayi rusa itu sehingga membuat dirinya ingin memeluknya.
"Paman tidak lihat aku sedang menggendong bayi rusa ini?" Mohammed menunjukkan bayi rusa tersebut kepada sang paman.
"Aku tahu itu, tapi kan..."
"Paman, paman, aku minta tolong difoto dengan bayi rusa ini dong Paman," Mohammed menyela ucapan pamannya sambil menyerahkan ponselnya. Tak pelak Juma hanya bisa mengikuti keinginan sang keponakan. Ia selalu tak bisa marah dengan tingkah dan polah Mohammed. Wajahnya yang begitu polos namun menyimpan ketegasan membuatnya selalu menuruti kemauannya. Dasar manipulatif! Batin sang paman.
KLIK!
"Sudah...," Juma mengembalikan ponsel ber-chasing warna putih itu kepada Mohammed. Ia hanya memaklumi hobi narsis keponakan. Mohammed adalah perwakilan dari kaum milenial di negaranya sehingga mendapatkan gelar "Sheikh Youth" yang harus rajin membagikan hal-hal positif yang ia lakukan baik di dunia nyata maupun dunia maya untuk menjadi contoh generasi muda disana. Dan ia akui memang gelar tersebut pantas disanjungnya.
"Terima kasih Paman," Mohammed meletakkan bayi rusa tersebut perlahan kembali ke kandangnya sambil mengusap-usap kepalanya agar ia nyaman dan tertidur. Setelah itu ia memfokuskan diri kepada ponselnya. Ia tidak meng-upload fotonya tadi melainkan foto pada saat bayi rusa tersebut lahir.
Dan seperti biasanya, ia selalu mendapatkan banyak 'like' dan beragam komentar di kolom Hexagram-nya. Namun entah mengapa tiba-tiba tatapan matanya tertuju pada seorang perempuan yang baru saja bergabung menjadi salah satu follower-nya.
Hind Karenina...
Bio milik sang pemilik nama cukup menggelitik hatinya. Ia yang memiliki kelebihan untuk mengetahui karakter orang merasa perempuan bernama Hind ini istimewa. Dan ketika ia melihat lebih dekat foto yang di-upload Hind, senyumnya tercetak lebar dan dalam hatinya berkata, "Akhirnya aku menemukanmu!"
***
Hind meletakkan tas punggungnya di sofa ruang tamu apartemennya. Ya, sejak ia dapat menghasilkan pendapatan dari profesinya sebagai dokter ditempat ia bekerja, ia memutuskan untuk membeli apartemen yang tak jauh dari tempatnya bekerja mengingat tempat tinggal orang tuanya jauh berada di Kota Bogor. Mungkin banyak orang yang akan memprotes keputusannya untuk tinggal jauh dari kedua orang tuanya dikarenakan statusnya sebagai anak tunggal. Akan tetapi jiwa kemanusiaan untuk bergelut di dunia kesehatan membuatnya harus tinggal mandiri jauh dari orang tuanya. Ia bersyukur kedua orang tuanya sangat mendukung hal tersebut dan tak lupa ia tetap berusaha menyempatkan diri untuk menjenguk mereka.
Ia menyenderkan dirinya di punggung sofa bersebelahan dengan tas punggungnya tadi. Pekerjaannya hari ini cukup melelahkan mengingat banyaknya pasien yang terkena gejala thypus dan DBD akibat perubahan musim yang tidak pasti akhir-akhir ini. Waktu di jam dinding yang terpasang di dinding tepat dihadapannya menunjukkan pukul 9 malam. Namun entah mengapa dirinya enggan beranjak dari sofa. Diambilnya ponsel putih berchasing pink motif bunga sakura. Sebenarnya ia malas berurusan dengan media social mengingat dulu akunnya pernah terkena hack dan content-nya hanya ajang pamer semata sehingga ia memilih meninggalkan hal-hal berbau dunia maya itu. Menurutnya dunia maya itu seolah pelarian dari dunia nyata mereka yang tidak bahagia.
Tapi kali ini ia mengalah dan membuka akun Hexagram-nya. Sejak ia mendaftarkan akun tersebut, tak sekalipun ia melirik untuk membukanya. Mungkin dirinya terlalu sibuk menjadi pelayan publik sehingga baru sekarang ia mulai menoleh akun tersebut. Ketika ia membuka akun tersebut, terpampanglah beberapa foto Nada dan M. Membaca inisial tersebut membuatnya mengernyitkan dahi. Bagaimana tidak, akun tersebut telah diikuti sebanyak 5,6 juta orang. Jika ia seorang public figure mengapa ia tidak mengenalnya? Jika ia seorang biasa seperti dirinya, apa keistimewaan lelaki ini sehingga pengikutnya begitu banyak?
M
Every picture and video has story that I want to share with you all...😉
Hind tersenyum kecil membaca Bio dari M. A little bit cheesy..., ia mulai melanjutkan untuk men-scroll foto milik M. Foto yang pertama ia lihat adalah seekor bayi rusa yang baru lahir tergeletak ditanah dengan status #newborn.
Kemudian ia melihat seorang lelaki yang sedang memeluk kuda. Mungkin lelaki itu adalah M. Selanjutnya ia melihat lelaki yang sama sedang menggendong bayi rusa yang diposting sebelumnya. Ia memperhatikan foto tersebut dengan seksama. Lelaki itu sepertinya memiliki darah campuran arab dengan asia sepertinya namun lebih dominan arabnya. Tampan yang unik, tapi baginya biasa saja. Entahlah..., sejak dulu ia memandang seorang lelaki tidak sekedar fisik namun karakter dan akhlak. Prinsipnya, fisik hanyalah urutan kedua, percuma jika lelaki itu hanya tampan fisiknya namun hatinya tidak. Ia jadi merenungi dirinya sendiri, apakah ia sudah berubah menjadi pribadi dan hati yang dingin ya sejak kejadian lima tahun yang lalu? Segalanya ia takar dengan logika...seharusnya perempuan normal akan tergetar atau setidaknya tersipu melihat lelaki tampan yang ia pandangi sekarang. Tapi ia tidak merasakan apapun...
Hind menghela napas panjang dan menyudahi kegiatannya di dunia maya malam itu. Sudah saatnya ia beranjak dari rasa malasnya untuk membersihkan diri dan beristirahat malam ini. Esok pagi ia harus kembali bergelut dengan keprofesionalannya sebagai dokter.
***
Mohammed menatap layar ponselnya menunggu Hind memberikan respon atas apa yang dipostingnya. Namun harapannya sepertinya tidak sesuai dengan keinginannya. Baru kali ini ia berurusan dengan orang yang tak menggubris kehadirannya. Sungguh luar biasa perempuan ini, bisa melakukannya. Harga dirinya sedikit tersinggung. Namun bukan Mohammed namanya jika ia tidak dapat menaklukan tantangan ini karena kedua orang tuanya telah mendidik dirinya dan saudara-saudaranya untuk dapat menaklukan tantangan sebesar apapun. Ia harus memutar otak untuk mengatur strategi guna menarik perhatian Hind. Sementara ia sibuk berfikir, suara Maktoum, kakaknya memanggil.
"M, Ayah meminta kita berkumpul diruang keluarga."
"Baik, aku mengerti," Nampaknya urusannya dengan Hind harus ditunda mengingat ketika sang ayah sudah memanggil dan meminta sekeluarga berkumpul hal tersebut pasti berkaitan dengan urusan bisnis keluarganya. Dan hal itu sejauh ini merupakan hal menjadi prioritasnya saat ini.
***
Hind mengaitkan kesepuluh jarinya dan mengangkat kedua tangannya keatas. Ia melakukan peregangan sejenak untuk melepas lelah.
"Tadi itu pasien terakhir untuk hari ini," Ujar Nada penuh semangat kembali masuk ke ruangan periksa milik Hind.
"Syukurlah...," Hind menyandarkan punggungnya di punggung kursi dan menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. "Setidaknya aku punya waktu istirahat satu jam sebelum melakukan visit ke kamar pasien."
"Ngomong-ngomong, gimana M? Keren kan?" Tanya Nada penuh penasaran.
"Maksudnya?"
"M, lelaki yang tempo hari sengaja aku follow dari akunmu itu Mbak Hind, ampun deh...," Nada menepuk wajahnya tanda sedikit frustasi menghadapi respon datar Hind.
"Oo..., yang itu..., biasa saja," Hind mengangkat bahunya tidak perduli. "Memang kenapa?"
"Enggak ada perasaan gimana-gimana gitu? Aku saja yang sudah bersuami tersipu-sipu setiap melihat wajah tampannya itu, jika diibaratkan, dia itu seperti Nabi Yusuf zaman modern!" Nada mempraktekan ekspresi histerisnya yang seperti fangirls. "Ditambah lagi ia penyayang binatang dan punya hobi photography yang sama denganmu. Apa lagi coba yang kurang? Setidaknya ada rasa-rasa gimana gitu?"
"Ya gimana ya...," Hind menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Dia memang tampan, tapi belum ada sesuatu yang spesial dari lelaki itu untuk menarik perhatianku."
"Mba Hind, aku tahu kau sudah lama menutup diri tapi nggak separah ini juga..."
"Hmm..., entahlah, mungkin kejadian yang dulu itu membuat rasa sensitifku terhadap lawan jenis berkurang. Tapi hal itu bukan berarti aku tidak normal Da, hanya saja harus ada sesuatu yang bisa membuatku tertarik. Namun sayangnya sepertinya bukan dia. Toh kenapa aku harus sepercaya diri itu bahwa kami bisa saling mengenal?"
"Apa aku harus mensumpahserapahimu Mbak, supaya kau jatuh cinta dan berjodoh dengan M, supaya kehidupan percintaanmu kembali bergairah seperti dulu?" Nada sedih melihat reaksi dari Hind. Ia mengerti posisi Hind yang masih trauma karena ditinggal pergi oleh tunangannya tanpa kabar yang pasti. Bagaimana tidak, padahal selangkah lagi mereka menikah. Namun entah setan mana yang membuat lelaki itu dan keluarganya mengundurkan diri dari kesepakatan pernikahan kemudian menghilang tanpa jejak membuat Hind yang telah yakin bahwa lelaki tersebut adalah jodoh terbaik dari Yang Maha Kuasa seolah terhempas ke jurang kekecewaan tanpa batas dan membuat sosoknya berubah menjadi dingin seperti ini.
"Mungkin," Hind tersenyum getir. "Walaupun kemungkinan hal tersebut 0,000 sekian persen. Tapi setidaknya aku berterima kasih atas usahamu itu," Ia menepuk-nepuk pundak kanan Nada dan berlalu melewatinya. "Sudah saatnya aku melakukan visit. Salam ya untuk Mas Andi dan anakmu, Eka."
Nada memperhatikan punggung Hind yang terlihat tegar namun sebenarnya rapuh. Ia sungguh-sungguh dengan niat dan doanya tadi. Perempuan dengan paket komplit seperti Hind harus mendapatkan pasangan dengan paket komplit seperti M. Ia berdoa dalam hati, semoga Yang Maha Kuasa menggerakkan hati keduanya untuk saling bertautan merajut asa benang merah takdir jodoh.
***
Mohammed berdiri disalah satu gedung pencakar langit sambil memandang Burj Al Khalifa dari kejauhan. Malam itu ia ingin menenangkan hatinya setelah berkali-kali harapannya untuk menarik perhatian Hind tak juga berhasil. Tak satupun postingan atau Hexa Story miliknya diberi like atau dibuka. Dengan kamera Canon miliknya yang telah di-setting infrared ia mengambil posisi yang pas. Setidaknya apa yang dilakukannya sekarang sedikit menghiburnya. Ia membayangkan bahwa objeknya saat ini adalah Hind.
KLIK!
Hasil fotonya segera ia posting di akun Hexagram-nya.
My Dubai ❤️
Mohammed tersenyum miris, betapa cantiknya foto itu, secantik wajah Hind..., bagaimana bisa ia dibuat mabuk kepayang hanya karena sebuah foto seorang wanita yang baru dikenalnya didunia maya sedangkan setiap harinya ia mendapatkan pernyataan cinta dari follower-nya dan orang-orang disekelilingnya namun tak satupun dari mereka membuatnya bergeming. Sebenarnya siapakah dirimu Hind? Mengapa aku bisa menoleh kearahmu?
Kelopak matanya melebar seolah tak percaya dari apa yang dilihatnya di layar ponsel. Hind! Perempuan itu memberikan like pada foto yang baru dipostingnya. Ya Tuhan! Mimpi apa ia sehingga mendapatkan kejutan semenyenangkan ini?! Teriaknya dalam hati.
"Paman!" Teriak Mohammed memanggil Juma yang sedang sibuk berbincang-bincang dengan Tim yang selalu menemani Mohammed kemanapun ia pergi. "Paman Juma!"
"Ada apa Mohammed?"
"Paman, aku bahagia sekali malam ini!" Mohammed menghambur memeluk erat Juma dari belakang membuat sang paman nyaris mengalami sesak napas. Tak biasanya keponakannya ini mengalami euforia berlebihan seperti ini.
***
Semalam Hind merasakan hal yang aneh. Tubuhnya seolah bergerak sendiri ketika ia melihat foto landscape Dubai yang diposting M dan menekan tombol like atas foto tersebut. Sebagai pecinta photography, ia dapat merasakan bahwa M mengambil foto tersebut dengan sepenuh hati karena hasilnya begitu indah.
Ditambah pagi ini ia merasakan entah mengapa ingin sekali membuka instagram milik M. Hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukannya. Ia melihat ada Hexa story baru dari M dan ia pun berinisiatif membukanya.
Deg! Jantung Hind tiba-tiba berdetak keras ketika melihat M tersenyum. Tak lama setelah Hind membuka Hexa story, M memposting foto tadi di Hexagram-nya seolah menyapa dirinya. Apa ini? Apakah benar lelaki yang memiliki inisial M ini sedang menyapanya?
Hind meremas sisi kiri dadanya berusaha meredakan detakan jantung yang terdengar berdetak lebih keras dari biasanya. Ada apa gerangan dengan semua ini?
***
"Aku tersadar bahwa selama ini hidupku terlalu sibuk dengan sebuah dunia yang kubuat sendiri."
Hind masih terdiam membeku sejak foto menyapa dari M diposting di Hexagram-nya. Perlahan ia mulai mencernanya.
Sapaan tadi benar untukku?
Ah masa iya? Aku salah lihat mungkin?
Siapa tahu untuk para follower nya...
Tidak mungkinlah hal seperti itu terjadi!
Jangan besar kepala Hind, kemungkinan hal itu bisa terjadi 0,000 sekian sekian persen!
Tapi bagaimana jika sapaan itu benar untukmu?
Otak kanan dan otak kiri Hind saling bertautan mengirimkan pendapatnya masing-masing seolah tidak ada yang mau mengalah. Ia kembali mengambil ponsel yang sempat dilemparnya ke meja kerjanya karena shock dan kaget. Tangannya sedikit begetar membuka akun Hexagram-nya. Ia melihat ada satu direct message yang masuk, dari M!
Halo, **Assalamu'alaikum Hind Karenina, bolehkah aku mengenalmu? Mengenal hatimu yang menarik hatiku?**
Hind mengusap-usap matanya seolah tak percaya bahwa benar M yang mengirimkan direct message itu. Siapa tahu itu hanya scammer yang menyamar jadi lelaki itu. Berulang kali Hind memastikan bahwa bukan lelaki tersebut yang mengirimkan pesan, berulang kali pula ia disadarkan bahwa memang M lah yang mengirimkan pesan itu. Hind mendadak takut dan dengan terburu-buru keluar dari akun Hexagram-nya karena bingung tak tahu harus berbuat apa.
Ini pasti mimpi...
Ini pasti mimpi...
Ini pasti mimpi...
Bak mantera yang terucap berulang, Hind berkomat-kamit sambil berjalan menuju toilet rumah sakit yang tak jauh dari ruang kerjanya.
"Kau mau kemana Mbak Hind?" Tanya Nada ketika melihat Hind tampak terburu-buru keluar dari ruang kerjanya. "Pasien sudah banyak yang menunggu."
"Toilet!" Ujarnya sedikit berteriak.
Sesampainya di toilet, Hind segera memutar keran wastafel dan menadah air yang keluar untuk dibasuhkan ke wajah ovalnya untuk menyadarkan dirinya bahwa semua itu hanyalah khayalannya.
Ia menatap kaca yang tepat dihadapannya. Bayangan M yang sedang tersenyum menyapanya tadi kembali terbesit. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan menepuk kedua pipinya yang kemerahan alami untuk menyadarkan dirinya dari rasa shock dan takut.
"Fokus Hind, fokus! Ini saatnya kau harus menyalakan tombol 'ON' keprofesionalanmu sebagai dokter! Ingat, kau sudah disumpah untuk melayani dan membuat para pasienmu sembuh!"
"Yosh!" Setelah dirinya merasa tenang ia kembali ketempat kerjanya untuk melayani para pasiennya hari itu.
***
Mohammed tampak kesal melihat direct message yang ia kirim khusus untuk Hind hanya dibaca saja tanpa dibalas. Dan ini sudah hari ketiga sejak ia mengirimkan pesan itu pada sang gadis. Padahal ia telah nekad melawan protokol keluarganya untuk tidak boleh sembarangan membalas pesan di kolom comment terlebih lagi berkomunikasi dengan direct message. Tapi Hind bukan orang sembarangan baginya. Ia merasa perempuan inilah yang selama ini ia bayangkan dalam membuat puisi-puisinya. Konyol mungkin dimata orang, tapi tidak untuknya.
"M, sudah ditentukan, kita berangkat ke London tanggal 10 April ini. Kau sudah menyiapkan semuanya kan?" Tanya Maktoum menyadarkan Mohammed dari dunianya sendiri. Nama panggilan M adalah idenya mengingat banyak lelaki dikeluarga besarnya yang bernama sama dengan sang adik. Dan sejak itu M adalah inisial populer dari Mohammed di media sosial dan keluarganya.
"Sejauh ini sudah, kondisi kuda-kuda yang akan digunakan untuk perlombaan juga telah dicek dan mereka semua dalam performa yang 100% baik." Jawab Mohammed dengan lancar. Ia bersyukur meskipun pikirannya bercabang, tapi untuk urusan konsentrasi mengenai pekerjaan ia adalah jagonya. Lagi-lagi ia harus memuji kedua orang tuanya yang telah mendidiknya dengan baik.
"Paman Juma, Abu Saeed dan Abu Ahmed, saya minta bantuannya dalam mendampingi M untuk mempersiapkan semuanya karena ayahku menargetkan kuda-kuda kita bisa menjuarai lebih dari tiga gelar di Royal Ascott tahun ini," Maktoum tampak puas dengan laporan dari Mohammed dan Timnya. Sebenarnya ada pertanyaan yang menggelitik relung hatinya ketika melihat sedikit perubahan sikap adiknya. Mungkin bagi orang disekeliling Mohammed tidak ada yang memperhatikannya, namun ia adalah kakaknya yang paling dekat dengannya. Tapi mungkin waktunya belum tepat, atau sebenarnya ia menunggu Mohammed untuk mengutarakan isi hatinya sendiri dan dengan senang hati ia akan mendengarkannya.
"Baiklah, jika tidak ada yang perlu dibahas lagi kita tutup rapat hari ini, selamat siang." Maktoum menutup rapat dan meninggalkan Mohammed dan timnya di ruang rapat.
Sepeninggal Maktoum dan timnya, Mohammed ikut berdiri dan memutuskan menenangkan diri.
"Ayo kita pergi!" Ajak Mohammed.
"Kita mau kemana?" Tanya Juma.
"Keliling kota Dubai!" Jawab Mohammed sekenanya. Pikirannya sudah tidak dapat dikompromi lagi. Ia butuh suasana untuk menenangkan diri.
***
Hind terdiam membaca status postingan foto M yang menengadah ke atas langit seolah penuh pengharapan. Setelah cukup lama ia menghindar dari Hexagram, ia harus berdamai dengan hatinya yang terus mendesak untuk mengaktifkan akun media sosial-nya untuk mengetahui bagaimana kondisi M setelah sampai dengan saat ini ia belum juga membalas Direct Message dari M.
Aku menengadah langit penuh pengharapan dan optimisme
Berharap mendapatkan jawaban yang selama ini kunanti...
Hind merasa kali ini tak dapat melarikan diri karena ia tahu bahwa status berisi puisi itu sepertinya sengaja diposting untuknya. Ia memejamkan kedua matanya dan memutar waktu kebelakang untuk melakukan instropeksi atas apa yang telah ia alami selama 5 tahun ini.
Hari itu sekembali dirinya dari liburan bersama teman satu kampusnya dulu mengelilingi beberapa negara di Eropa Barat. Mendadak Reza, tunangannya enggan menemui dirinya untuk membahas kelanjutan rencana pernikahan mereka dengan alasan sibuk.
Setiap kali ia bertanya padanya selalu tidak pernah dibalas. Perubahan itu terjadi sebelum Hind pergi ke Eropa. Reza yang gemar bermain futsal cidera saat bermain sementara dirinya tidak dapat menemani dikarenakan jadwal prakteknya di rumah sakit yang tidak mengizinkannya mengunjungi sang tunangan.
Ia berusaha mengklarifikasi pada Rena, adik perempuan Reza mengapa lelaki itu berubah. Namun seolah tak ada apa-apa gadis itu mengatakan ia tak tahu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Reza darinya meskipun ia tetap berusaha untuk berpositif thinking bahwa lelaki yang berprofesi sebagai staf ahli perminyakan disalah satu perusahaan minyak asing itu banyak melakukan perjalanan dinas ke daerah pengeboran untuk mensupport tim di lapangan dalam memproduksi minyak mentah sesuai titik yang telah ditentukan.
Puncaknya ketika akhirnya mereka mempunyai waktu untuk bertemu Hind dihadapkan dengan kenyataan bahwa hubungan khusus yang mereka miliki tidak pernah terjadi dan Reza mengatakan bahwa lebih baik mereka jalan sendiri-sendiri sekarang. Lantas apa artinya pertemuan antar keluarga yang telah mereka lakukan jika selama ini ia dianggap berhalusinasi memiliki hubungan spesial dengan lelaki itu?
Ia ingat bagaimana perjuangan Reza untuk membuka hatinya untuk lelaki itu. Ketika ia sudah membuka hatinya, lelaki itu dengan entengnya meninggalkannya. Sejak itu demi menyembuhkan hatinya, ia menyibukan diri dengan pekerjaannya dan setelah disadari dunianya yang sebelumnya berwarna berubah menjadi monochrome, hanya ada hitam dan putih serta abu-abu.
Setelah sekian lama ia sudah tidak perduli dengan hatinya, tiba-tiba seorang lelaki menyeruak masuk tanpa izinnya. Apakah ia akan tetap memberikannya kesempatan? Lantas jika ia terluka lagi bagaimana? Siapakah yang bisa menyembuhkannya sementara untuk menyembuhkan luka yang lama saja ia sampai menjadi pribadi yang tidak perduli dan dingin...
"Ya Allah, hanya kepada-Mu lah aku memohon ampunan dan petunjuk mengenai urusan hatiku ini..." Air matanya mengalir dipipinya tanpa ia minta. Berharap bahwa ia mendapatkan petunjuk untuk bisa menjawab pertanyaan dari M.
***
Duhai cintaku, apa yang harus kulakukan agar rasa cinta yang menggelora ini dapat tersampaikan?
Rasanya dunia ini tak cukup menampungnya hingga terasa sesak di dada
Maukah kau ikut bersamaku terbang ke luar angkasa?
Agar tak ada ruang lagi yang membuat kita sesak dan kau bisa menerima segenap perasaanku
Perasaanku yang seperti Bom Waktu
Siap meledak kapan saja jika tak dapat tersampaikan kepadamu
Hind membaca Hexa story berisi puisi yang baru diposting M. Tangisnya pecah, ia yang masih berusaha menahan perasaannya yang mendadak meluap tak terkontrol untuk selalu memikirkan M akhirnya menyerah kalah. Ia pun membalas direct message dari M.
*Wa'alaikumsalam*** M, bolehkah aku tahu nama panjangmu sehingga aku bisa memanggilmu dengan nama yang setulus hati berisi doa dan harapan yang diberikan oleh kedua orang tuamu?**
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!