NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta Mafia

Perkenalan

Sonia Larasati, seorang gadis yang sangat cantik. Tinggi semampai, ia lahir dari keluarga sangat sederhana.

Ayahnya seorang tukang becak, dan Ibunya buruh nyuci. Itu pun bila ada yang nyuruh.

Karena ia ingin merubah nasibnya, dan dia berpikir keras. Gimana caranya dia bisa merubah kehidupan sama keluarganya.

Suatu hari. Ia merasa bingung. kalau saja bertahan di kampung, mungkin nasibnya gak akan berubah.

Sonia ingin bisa meringankan beban orang tuanya, membantu biaya sekolah adik-adiknya. Bahkan ingin membayar hutang orang tuanya yang sampai saat ini belum mampu mereka bayar.

Ia tengah duduk di tepi tempat tidur sambil menyisir rambutnya yang panjang, karena ia baru selesai mandi sore. Sonia kali ini memakai setelan baju tidur motif doraemon.

"Aku harus cari kerja lain yang gajinya lebih besar, kalau hanya bertahan di warung makan. Rasanya gak akan merubah apapun hem." Gumamnya sembari mengikat rambutnya di atas.

Selama ini Sonia bekerja di sebuah warung makan dan gajinya pun tak seberapa.

"Nia ..." panggil Ibunya yang bernama Bu Melani.

"Iya bu?" jawab Sonia keluar dari kamarnya mendekati Bu Melani.

"Bantuin Ibu memasak, tidak lagi sibuk kan?" tanya Bu Melani sambil fokus memasak sayur.

"Iya Bu, nggak kok. Lagian Nia sore ini libur." Kata Sonia sambil membantu Ibunya.

"Oya, Bu ... kayanya Nia ingin pindah kerja deh Bu." Sonia membuka obrolan dan fokus mengorak-ngarik masakannya.

"Pindah, mau kerja apa lagi? Nia tahu kan cari kerja itu susah." Ibunya menatap lekat putri sulungnya.

"Iya Bu, Nia juga tahu, tapi ... bukan kah gak akan berubah nasib seseorang bila orang itu tak ada niat untuk merubahnya, kan Bu?" Sonia meyakinkan Ibunya.

"Memang benar, tapi kamu itu hanya tamatan SMP Nia. Mau cari kerja apa lagi? kita harus bersyukur dengan apa yang kita dapatkan." Jelas Ibunya.

Sonia mendekati Ibunya lalu memeluknya sangat manja.

"Ibu cukup doakan saja, semoga Nia ada rezeki yang banyak." Pinta Sonia pada Ibunya yang membalas pelukan Sonia.

"Seorang Ibu itu tak pernah berhenti mendoakan anak nya Nia," tutur lembut Ibunya Sonia sembari mengusap punggung putrinya penuh cinta.

"Sudah, nanti masakannya gosong," kata Bu Melani melepas pelukannya sang putri.

"Hi hi hi ... iya Bu," sahut Sonia sambil nyengir kuda.

"Sebentar lagi magrib panggil adik-adikmu pulang, jangan terus bermain." Suruh Ibunya sambil menuang sayur terong kesukaan keluarganya ke dalam mangkuk.

"Baik Bu." Sonia melangkah pergi mencari adik-adiknya yang masih bermain, di luar sana.

"Adek ... pulang, mau magrib nih," teriak Sonia memanggil adik-adiknya. Dari teras rumah.

Ketiga adiknya menoleh dan menuruti kata kakaknya. Mereka pun pulang.

"Pada mandi sana? bau, siap-siap mau magrib." Suruh Sonia lagi.

"Iya kak" jawab ketiga adik laki-lakinya yang usia nya berjarak 2 tahun. Iman 13 tahun, Rendi 11 tahun dan yang bungsu Luki 9 tahun.

Mereka masuk rumah, dan Sonia balik ke dapur sebelumnya menutup pintu depan.

Sonia mengawasi Ibunya yang lagi beres-beres,

"Masaknya sudah beres Bu?" tanya Sonia melihat masakan yang sudah siap santap di meja.

"Mana adik-adikmu?" bu Melani menanyakan anak-Anaknya yang lain.

"Pada mandi Bu," jawab Sonia.

"Ooh, ya sudah kita Maghrib dulu," bu Melani beranjak meninggalkan dapur dan masakannya.

"Ya, Bu," Sonia mengekor di belakang Ibu Melani.

Usai makan malam bersama, Sonia berkutat dengan ponselnya. Ia mencari kontak sepupunya yang bernama Hera yang bekerja di luar Negeri, kebetulan sekarang dia ini lagi cuti.

Sonia sudah bertekad ingin ikut bekerja di sana, mengingat Hera pernah menawari bekerja di sana bersamanya.

Setelah ketemu kontaknya, Sonia langsung menelpon Hera.

Tut ....

Tut ....

Tut ...

Lama tak ada yang jawab, Jari tangan Sonia mengetuk-mengetuk pinggir tempat tidur. Hatinya sedikit gusar.

"Angkat dong Hera," gumam Sonia ia memutar kembali kontak lalu di panggil lagi, untuk yang kedua kalinya. Masih juga gak di angkat.

Sonia termenung. "Kenapa gak di angkat sih. Apa sudah tidur? atau sibuk pikir, Sonia melirik jam di layar ponselnya, yang baru jam 20.15 wib.

Sonia merasa haus, kemudian ia beranjak melangkah menuju dapur.

Di ruang tv ada Ayah Ibunya sedang ngobrol begitu serius.

"Gimana kita bisa membayar hutang kita ya Bu?" kata Pak Amin menatap langit-langit sambil menghela napas.

"Iya Pak, sedangkan ... jangankan buat bayar hutang, malahan kita kadang membuat lagi hutang." jawab Bu Melani bukannya memberi solusi, malah menambah bingung. Karena kebutuhan memanglah meningkat, apa lagi di jaman sekarang ini yang serba waw.

Sonia yang mendengarkan di balik dinding merasa sedih. Bila ia tak bisa meringankan beban orang tuanya.

"Apalagi sebentar lagi menghadapi ujiannya Sinta, terus belum lagi daftar ulang Sindy Pak," ujar Bu Melani.

"Bapak juga bingung Bu ..." kata Pak Amin menghela nafas berat.

Sonia tak jadi pergi ke dapur, ia lebih memilih balik ke kamarnya lagi. Lalu ia Duduk di tepi tempat tidur.

Sonia termenung, wajahnya pun di tekuk. "Aku harus bisa mendapat kerjaan yang lebih baik, yang gajinya lebih besar. Aku tak boleh membiarkan keluargaku susah, aku harus bisa membuat mereka bahagia." Batin Sonia beradu argumen.

Tiba-tiba suara nada dering ponsel miliknya membuyarkan lamunan. Sonia langsung menyambar ponsel. Siapa tahu yang menelpon itu Hera.

Ternyata benar saja, yang telepon Sonia adalah sepupunya yang bernama Hera, dari tadi hendak ia telepon. Akhirnya telepon juga.

^^^"Halo, Hera kemana aja sih kamu? dari tadi aku telepon?" gerutu Sonia, Hera hanya tertawa kecil mendengarnya.^^^

^^^"Sorry, tadi aku sibuk. Emang ada apa? ada penting?" tanya Hera bingung.^^^

^^^"Iya Her, tolong aku ya?" Sonia memohon.^^^

^^^"Hei, kamu minta tolong apa?" Hera semakin bingung.^^^

^^^"Begini, kamu kemarin kan bilang majikan mu membutuhkan pekerja baru, aku mau Hera. Aku mau ikut kamu." Kata Sonia berharap sepupu nya itu bisa menolong keluar dari masalahnya.^^^

^^^"Tapi ... kerjanya cuma asisten rumah tangga seperti aku Nia, 24 jam di tempat, bukan seperti kamu sekarang bebas. Bukan Nia," ujar Hera menjelaskan bahwa kerja dengannya tidak sebebas sekarang Sonia di warung makan.^^^

^^^"Nggak apa-apa Hera, aku mau kok yang penting gajinya lebih besar dari sini aja!" Sonia tetap kekeh. Tekadnya sudah kuat.^^^

^^^"Emang bener, gajinya lumayan lebih besar, tapi, kan cuma pembantu di sananya. Emang kamu mau?" Hera bertanya agar Sonia gak menyesal.^^^

^^^"Aku mau, gak apa-apa kok." Sonia yakin, seyakin-yakinnya.^^^

^^^"Ok, kalau bener kamu mau, dan sudah siap. Aku akan bicarakan dengan majikanku, biar dia yang urus semua. Jadi nanti tinggal berangkat." Ujar Hera memberi harapan.^^^

^^^"Bener? aku senang sekali," wajahnya Sonia sumringah.^^^

^^^"Masa libur ku tinggal berapa hari lagi, mudah-mudahan. Kita bisa langsung berangkat," tambah Hera lagi.^^^

"Sebelumnya, aku ucapkan makasih banyak ya Her ... aku bahagia sekali, semoga semua lancar ya?" ucap Sonia rona bahagia begitu terpancar dari wajahnya ....

...🌼---🌼...

Semoga karya ini dapat diterima pembacanya.

Berat

Setelah berbincang dengan Hera di telepon dan keputusannya dia akan membantu, mengajak bekerja di luar Negri. Sonia merasa sedikit tenang.

Sonia melihat putaran jarum jam di layar ponsel sudah menunjukan jam 10.30 malam. Akhirnya ia membaringkan diri tuk istirahat biar tidak kesiangan dalam menyambut hari esok.

Pagi-pagi, seperti Biasa Sonia sudah bangun membantu Ibunya memasak. Sonia membuatkan nasi goreng kesukaan adik-adiknya.

"Nia, lihat adik-adikmu sudah bangun apa belum? suruh sholat subuh dulu." Titah sang ibu.

"Baik Bu." Sonia meninggalkan bu Melani.

Sampai di kamar ia pun segera membangunkan adik laki-lakinya, ya itu Iman. Rendi dan Luki, karena kalau Sindi dan Santi sudah bangun duluan.

"Dek bangun, salat subuh dulu sana, mau sekolah juga nanti kesiangan," berpangku tangan. Mengamati yang saling bergeliat, setelah mereka bangun Sonia kembali ke dapur.

Kini sarapan sudah siap, bu Melani memanggil anak-anaknya. "Kalian sarapan dulu ya. Sebelum berangkat sekolah"

Semua sudah berkumpul di meja makan kayu yang hampir reod.

"Ah, sarapannya juga itu lagi itu lagi. Bosan, tek berselera," kata Sindi dengan malas. Ibunya menatap sendu.

"Sindi, jangan bilang begitu nak. Sepatutnya kita bersyukur masih di beri makanan, masih bisa sarapan."

"Benar kak, gak napsu." Tambah Iman dan beranjak dari duduknya.

"Sindi pergi sekarang aja." Sindi berdiri memakai tas lalu melangkah keluar hendak sekolah. Tanpa salaman lebih dahulu pada orang tuanya, di ikuti oleh Iman dari belakang.

Sonia geram melihat adik-adiknya seperti itu "Sindi ..." panggil Sonia dengan nada tinggi.

"Nia! sudah biarkan aja Nak," tutur Ibunya lembut.

"Gitu, tuh Bu kalau terlalu di sabaran lama-lama ngelunjak," ketus Sonia cemberut.

Bapaknya yang sedari tadi diam saja, membuka suara. "Sudah-sudah, tak baik berisik di depan makanan," kemudian melahap sarapan di ikuti yang lain. Tak lupa membaca doa sebelum makan.

Selesai makan, yang sekolah pada berangkat tak lupa cium tangan kedua orang tuanya.

Sonia membantu Ibunya yang kebetulan ada orderan mencuci. Sekian lama tak ada yang berbicara, akhirnya Sonia buka suara. "Bu, Nia ada rencana kerja di luar Negeri."

Ibunya melirik Sonia. "Kamu serius? kan gak gampang?" ucap Ibunya.

"Serius Bu, Nia mau ikut Hera, katanya ada lowongan di situ. Tapi masih menunggu keputusan kok Bu." Sonia Yakin.

"Kenapa gak cari kerja di sini saja? lagian, kan kamu sudah punya kerjaan, gak nganggur?" menatap lekat Sonia.

"Nggak tahu Bu, Nia pengen aja. Iya sih Nia juga di sini punya kerjaan, tapi Nia ingin mencari pengalaman," tambah Sonia.

"Rasanya berat Nak ... jika harus melepaskan kamu jauh begitu, ibu cemas. Kamu itu wanita, gimana kalau--" ucapannya terhenti.

"Ibu ... jangan berpikir jelek, pamali. Nia hanya ingin doa dari Ibu itu aja," Sonia memeluk tangan Ibunya.

"Sudah tentu Ibu doakan, tapi ... bagai mana jika Ayahmu tak mengijinkan?" mengernyitkan dahinya.

"Sonia akan nekat Bu, gak perduli di ijinkan atau tidak. Karena Nia sudah bertekad ingin membantu Ayah dan Ibu. Sebelum Sonia menikah nanti." Sejenak termangu.

"Tapi Nia!" panggil sang ibu dengan tatapan sendu.

"Sudahlah Bu, doakan aja yang terbaik Buat Nia." Sonia memeluk Ibunya, yang meneteskan air mata.

Sonia mengusap air mata Ibunya. "Ibu ini belum apa-apa sudah menangis, Gimana Nanti?" tersenyum getir.

"Sudah siang Bu Nia siap-siap kerja dulu ya?" Sonia beranjak pergi.

"Nia-nia, kerjaan sudah ada. Buat apa cari yang lain?" bu Melani menggeleng pelan.

Sonia di kamarnya, baru selesai mandi. Memakai celana longgar, dan kaos panjang warna senada. Rambut di ikat biar simpel.

Wajahnya di poles bedak tipis aja biar natural, begitupun dengan bibir yang natural aja. Namun tak mengurangi rautnya yang cantik alami.

Kini ia bersiap berangkat, dan biasanya akan di jemput kekasih Sonia yang bernama Zay, tak lama menunggu, Zay pun datang dengan motor beat miliknya.

"Sorry, sayang nunggu lama." Kata Zay.

"Nggak apa-apa, Bang," Sonia tersenyum dan segera naik, takut terlambat. Dan sebelumnya sudah pamitan pada orang rumah.

"Jalan Bang, takut macet nih." Sonia menepuk bahu Zay, setelah memakai helm.

Setelah beberapa puluh menit menelusuri jalan, sampai lah di tempat yang di tuju.

Sonia turun, melepas helm dan memberikan pada Zay. "Aku masuk dulu ya Bang?" sembari melangkah masuk ke sebuah Rumah makan tempatnya bekerja.

"Ok, nanti malam Abang jemput lagi?" kata Zay dan melajukan motornya.

Sonia bergegas keruang kerjanya, memakai celemek dan langsung melayani pelanggan. Kebetulan sudah ada yang ngantri, maklum sudah waktunya jam makan siang.

Setelah beberapa waktu ia berkutat dengan kerjaannya, tibalah waktu Pulang. Namun manajer meminta briefing sebentar. "Saya minta besok semua harus on time, tepat waktu. Jangan ada yang telat, oke?"ucap Pak manajer tegas.

"Baik Pak," jawab semua karyawan, akhirnya semua bubar.

Begitupun Sonia sudah di tunggu oleh Zay di luar. "Sudah nunggu lama ya Bang?" Sonia menghampiri Zay yang duduk di atas motor.

"Kenapa lama?" Zay menatap dan memberikan helm, hatinya sedikit kesal karena Sonia telat.

"Biasa, briefing sebentar," sahut Sonia mengenakan helm.

"Ya sudah. Gimana kalau kita ke taman sebentar, masih sore!" ucap Zay sebelum melajukan motornya.

Sonia melihat jam di layar ponselnya. "Sudah malam juga, jam 10 lewat nih, pulang ah, besok sore aja ya? malam ini aku capek banget," pinta Sonia sembari naik, menyilangkan tangan di pinggang Zay.

Walau sedikit kecewa Zay mengiyakan Sonia untuk pulang, dengan cepat Zay melajukan motor. Mengantar pulang kekasihnya.

Tak ada yang bicara selama di perjalanan, hanya suara mesin saja yang terdengar. Memenuhi gendang telinga.

Akhirnya sampai juga di rumah, Sonia turun dan meletakkan helm di jok motor. "Makasih ya Bang?" Sonia berdiri di depan Zay,

"Benar ya? besok kita jalan, sudah lama tak jalan berdua!" kata Zay dengan tatapan penuh arti.

Sonia menaikan sebelah alisnya. "Bukankah tiap hari juga kita jalan ya?" Sonia polos.

"Iya sih. Tapi kan berbeda, bukan sengaja jalan," ucap Zay.

"Gak sengaja gimana? aku bingung deh, kita jalan hampir setiap hari. Emangnya Abang gak sengaja mengantar jemput aku?" Sonia mengangkat bahunya.

Zay terdiam membisu, mencerna kalimat Sonia. "Iya Nia ... tapi itukan bukan kencan?" sahut Zay menggeleng pelan.

"Nia ... sudah malam, tak baik ngobrol di jalan." Panggil Ibunya dengan jelas.

Sonia menoleh ke sumber suara. "Masuk dulu, Bang?" Sonia mengajak Zay masuk.

"Gak, mau pulang aja," Zay memakai helm.

"Ya sudah, hati-hati ya?" pinta Sonia sembari melambaikan tangannya ....

...🌼---🌼...

Jangan lupa subscribe, like dan komen ya ... terima kasih banyak.

Mau resign

Zay melajukan motor dengan cepat, Sonia menatap kepergian Zay sampai hilang dari pandangan.

Kemudian ia masuk, dan menutup pintu tidak lupa menguncinya.

"Assalamu'alaikum?" Sonia mencium punggung tangan Ibunya.

"Kenapa Zay, gak di ajak masuk?" tanya bu Melina lembut.

"Nggak mau katanya, sudah pulang kok," Jawab Sonia. Sembari ngeloyor ke kamarnya.

Kini Sonia sudah berada di dalam kamarnya, membaringkan tubuh di kasur. Sejenak mengusir rasa penat akibat capek dari aktifitas hari ini.

Sesaat ia ingat kalau dia belum melaksanakan salat isya, ia bergegas menuju kamar mandi mengambil air wudhu.

Tak lama Sonia kembali, segera melaksanakan kewajibannya, sebagai muslim. Usai sholat. Sonia berbaring kembali di tempat tidur, sebelum terpejam pikirannya melayang. Membayangkan jika ia jadi berangkat bersama Hera.

Berarti ia harus resign dari rumah makan, tempat ia bekerja sekarang. Tak lama kantuk pun menyerang, akhirnya ia tak ingat lagi bak orang pingsan yang tak sadar apa-apa.

Seperti biasa Sonia pagi-pagi sudah membantu Ibunya mengemas rumah yang sederhana itu.

Nada dering dari ponsel milik Sonia berdering kencang, ia merogoh sakunya. Rupanya Hera yang menelpon, langsung aja menekan ikon ijo.

^^^Sonia bertanya: "Ya, Her? gimana ada kabar baik, buat aku?"^^^

^^^Goda Hera: "Ya ampun ... sabar napa sih? kali aja gue mau bicara tentang hal apa ... gitu!"^^^

Mencelos lah hati Sonia mendengar jawaban Hera seperti itu, ia pikir kali aja bener.

"Siapa?" tanya bu Melina.

"Hera, Bu ... yang telepon." jawab Sonia.

"Oh." Bu Melani membulatkan mulutnya.

^^^Sonia menaikan alisnya: "Terus ... kamu mau ngomong apa Her? kalau bukan hal kerjaan?"^^^

^^^Hera terkekeh tertawa kecil. "Gue tanya sekali lagi ya, beneran luo mau ikut gue?"^^^

Hera bertanya dengan nada serius. Biar Sonia tidak menyesal.

^^^Sonia lebih serius: "Ya ampun Hera, kan sudah aku bilang. Aku serius ingin ikut kamu, aku ingin kerja sama kamu. Masa tak percaya sih?"^^^

^^^Hera: "Ok, besok minggu sore kita berangkat. Karena semua keperluan sudah di urus majikan gue."^^^

Sonia tercengang, mendengar kabar itu membuat hatinya sangat bahagia. Merona di wajahnya, ia menutup mulutnya. Menjatuhkan ponsel ke atas kasur.

^^^"Halo ... lu dengar gue gak Sonia?" Hera memanggil Sonia.^^^

^^^Sonia yang baru sadar segera meraih kembali ponselnya. "Ya Hera?"^^^

^^^Hera kesal: "Lu dari mana sih? orang manggil-manggil dari tadi juga, dengar gak?"^^^

Sonia seakan tak percaya: "Ya aku dengar kok. Ini beneran, kan?"

^^^Hera menjawab: "Beneran, ya ampun ... besok pagi Gue ke rumah lu ya? jangan lupa lu siap-siap. Sekalian, kan kita berangkat besok sore."^^^

^^^"Baik, Hera aku akan siap-siap. Aku akan urus resign aku di kerjaan yang sekarang, aduh makasih banyak ya Hera ....kau bukan hanya saudaraku tapi juga kawan terbaikku," kata Sonia merasa sangat bahagia.^^^

^^^Hera pun berpamitan: "Ah, lu ada maunya aja ngomong kaya gitu hi hi hi ... iya sama-sama lah,"^^^

Sonia: "Ach, kamu jahat. Ok lah, ya sudah besok aku tunggu ya Hera!"

Kemudian sambungan telepon pun terputus.

Sonia segera bersih-bersih di kamar mandi, ia harus masuk kerja sekalian meminta surat pengunduran diri.

"Bu, Nia berangkat dulu ya?" ucap Sonia mencium punggung tangan Ibunya.

"Lho, kok buru-buru? kan baru dzuhur, biasanya juga berangkat jam satuan," ibunya heran menatap lembut Sonia, yang mengendong tas punggungnya.

"Iya Bu, mungkin ini terakhir Nia bekerja di tempat itu Bu," sahut Sonia santai.

"Lho! kenapa?" Ibunya semakin heran, namun Sonia ngeloyor tak menjawab lagi. Sedikit berlari menghampiri ojek online nya yang sudah menunggu.

Setelah naik, ojek yang membawa Sonia pun melaju dengan cepat. Selang beberapa puluh menit, sonia sampai di depan tempatnya bekerja.

"Makasih ya bang?" Sonia memberikan uangnya buat ongkos, ojek segera tancap gas setelah mengambil ongkosnya.

Tak ingin membuang waktu lama, Sonia masuk ruang manajer di sana, kebetulan sudah standby. "Siang Pak?" Sonia mengangguk hormat, di balas dengan senyuman tipisnya.

"Siang juga, ada apa. Tumben sudah masuk, apa lagi menemui saya?" dengan tatapan tajam.

"Apa saya boleh duduk Pak?" Sonia masih berdiri, menunggu dipersilahkan duduk.

"Oya, duduk!" suruh manajernya, menunjuk kursi yang ada di sebelah Sonia.

Sonia duduk di depan Manajernya. "Maaf Pak, saya mau minta ijin Sp Pak," Sonia menunduk.

"Apa? Sp!" dia terkejut.

"Iya Pak, minta Sp," jawab Sonia sembari mengangguk.

"Emangnya kau mau kemana? kan kau tau, saat ini sedang agak sibuk? malah kamu mau keluar, heran saya sama kamu." Ucapnya sembari menaikan alisnya.

"Maaf Pak, bukannya saya tidak menghargai, tapi ... saya ingin mencari pengalaman di tempat lain," sahut Sonia yakin.

"Kau yakin mau resign dari sini? sangat di sayangkan kamu di sini sudah lama, kok tiba-tiba mau keluar. Padahal banyak orang yang ingin mendapat pekerjaan namun sulit, kau tau itu Sonia?

"Iya Pak, saya tau dan faham. Tentang itu, dan saya sudah yakin Pak." Balas Sonia, mengangguk.

"Ok, saya ... putuskan kamu boleh resign, dengan satu syarat," memainkan ballpoint di jarinya. Sonia terperanjat.

"Syarat apa Pak?" dengan tatapan dengan penuh rasa penasaran.

"Saya kasih Sp, namun hari ini kamu harus tetap bekerja sampai jam tujuh malam, bagai mana?" menaikan alisnya.

"Baik Pak. Saya akan bekerja sampai sore, terima kasih banyak Pak. Dan saya permisi dulu?" Sonia tersenyum lega. Kemudian Sonia beranjak dari duduknya, berjalan keluar ruangan. Sonia siap bekerja melayani pelanggan seperti biasa,

Tak terasa siang pun berganti malam, mata hari akan berganti bulan. Kini yang ada hanya sinar lampu-lampu di gedung, perumahan, di jalan-jalan.

Sonia sudah bersiap untuk pulang, Sonia pun berpamitan pada teman kerjanya. Di karenakan ia sudah dapat Sp, mereka bersalaman dan berpelukan.

Sonia berjalan, ke jalan yang sudah ada Zay menunggunya di sana.

"Yuk, jalan Bang." Sonia menepuk bahu Zay, setelah memakai helmnya.

Zay terkekeh, "Ha ha ha, berasa Abang tukang ojek saja."

Sonia hanya mesem. "Sudah, jalan. Jadi kan kita ke taman? atau pulang aja lah Bang." Kata Sonia.

"Jangan dong?" sambar Zay sambil melajukan motornya, menuju taman yang sudah di janjikan.

Beberapa menit kemudian tibalah di sebuah taman, yang penuh dengan bermacam-macam bunga yang indah.

Sonia berdiri di sudut taman bunga, menghirup udara semerbak yang harum di sana. Zay entah kemana katanya mau membeli makanan dan minuman.

Sonia duduk di kursi yang panjang, dan Zay menghampiri menenteng sebuah kantong. Laki-laki yang berwajah manis itu, memberikan kantong berisi makanan dan minuman pada Sonia ....

...🌼---🌼...

Jangan lupa like komen dan subscribe nya ya makasih banyak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!