NovelToon NovelToon

Cinta Ke Dua Dan Terakhir Ku

Meminta Izin

"Mah... Mah..." Suara teriakan seseorang pun terdengar begitu nyaring.

Hening tak ada jawaban sama sekali atas ucapannya itu. Hingga membuat seseorang yang memanggil itu pun mulai mencoba memanggilnya lagi.

"Mah... Mah... Mamah dimana? Ko pangilan aku nggak di jawab sih" kata orang itu lagi memanggil mamah nya.

"Iya Vio kenapa? ini mamah lagi di dapur. Kamu ya suka teriak - teriak gitu sih. Emang kamu kira ini hutan apa?" Kata mamah yang menjawab panggilan Viona itu dengan sedikit mengomel.

Ya seseorang yang memanggil itu adalah Viona Admaja Wiharja anak ke dua dari pasangan suami istri Gilang admaja Wiharja dan Vina Vionalita Raharja. Anak yang begitu di sayangi oleh kedua orang tua dan kakak pertamanya Galang Admaja Wiharja.

"Vio mau pergi dulu mah, bolehkan mah aku pergi sekarang. Janji deh nggak akan lama cuman mau..." Kata Viona yang langsung di potong ucapanna itu oleh mamah nya.

"Mau apa? Jangan aneh - aneh deh kamu Vio sama jangan buat mamah dan papah khawatir setiap kamu pergi pasti aja ada ulah yang kamu perbuat." Kata mamah Viona yang memotong ucapan Viona tersebut.

"Ih... Mamah ko curiga gitu sih sama aku, aku nggak akan kaya gitu lagi ko ini kan cuman ke taman aja dan nggak akan jauh juga, cuman di keliling komplek aja." Kata viona lagi mencoba meyakinkan ucapanya agar mamahnya dapat mengizinkan ia pergi keluar rumah hari ini.

"Nggak ya nggak sana kamu kembali lagi ke kamar mu nggak usah kasih alasan lagi sama mamah. Sana kamu ganggu aja mamah lagi sibuk juga."

"Iya mamah aku kemar dulu" kata Viona dengan pasrah menerima apa yang di ucapkan mamahnya itu.

Viona pun mulai melangkahkan kaki menuju kamarnya itu di lantai dua. Ketika ia menaiki tangga satu demi satu. Kakaknya Galang pun mulai menuruni tangga untuk menghampiri  papah nya Gilang yang saat ini sedang duduk di ruang keluarga.

"Eh... dek udah darimana? Ko mukanya ditekuk gitu!" Kata Galang kakaknya bertanya pada Viona.

"Dari dapur ketemu mamah" kata Vioana dengan juteknya.

"Oh gitu, ya terus ko mukanya di tekuk gitu!" Tanya Gilang lagi pada Vioana.

"Kakak tanyain aja ke mamah aku males kasih tau nya juga. Ya udah kak aku ke kamar dulu." Kata viona pada Galang yang langsung pergi menuju kamarnya tanpa mendengar perkataan Galang lagi.

"Lah... adek ko sikap nya kaya gitu! aneh banget kelakuannya. Em... aku tanya ke papah aja kali ya siapa tau papah juga tau adek kenapa kaya gitu sikapnya?" Kata Galang berbicara pada dirinya sendiri mengenai sikap Viona barusan padanya.

Galang pun langsung melangkah kan kaki menuruni tangga untuk menghampiri papa nya. Langkah demi langkah kini Galang pun telah sampai di ruang keluarga dan tanpa diminta ia pun mulai duduk bersama papa nya itu dalam satu sofa yang sama.

"Pa, papah tau nggak Viona itu sebenarnya kenapa? ko sikapnya aneh banget hari ini." Kata Galang yang langsung bertanya pada papah nya tentang sikap Viona barusan.

"Nggak tau kak emangnya adek kenapa gitu kak?" Kata papa menjawab ucapan Galang sambil bertanya juga mengenai sikap Viona.

"Oh gitu pah, kakak kira papah tau adek kenapa" kata Galang menjawab ucapan papah.

"Nggak kak, coba kakak tanya aja ke mama siapa tau mamah tau adek kenapa" kata papah menjawab ucapan Galang sambil ia pun mengusulkan sebuah saran untuk Galang.

"Iya juga ya yah, kenapa kakak baru kepikiran ya buat tanya ke mamah. Ya udah deh pah aku tanyain kemamah dulu ya." kata Galang menyetujui ucapan Papah nya itu. Lalu ia pun mulai bangkit berdiri dari posisi duduknya saat ini untuk pergi menemui mamah nya.

"Eh kak tunggu boleh sekalian buatin papah kopi. Nanti bawa ke sini oke" kata papah yang menahan Galang untuk ia suruh membuatkan kopi untuknya.

"Iya pah siap" kata Galang menjawabnya singkat.

Setelah Galang berucap seperti itu untuk papah Gilang ia pun mulai melangkah kan kaki nya untuk menemui mamah. Namun akhirnya baru saja melangkah dua langkah ia malah berbalik arah lagi mendekati papah nya.

"Lah kak ko balik lagi, emangnya nggak jadi nemuin mamah nya apa?" Kata Papah Gilang bertanya mengapa Galang saat ini malah menghampirinya lagi.

"Em... Itu pah Galang mau tanya mamah nya lagi ada di mana?* Kata Galang langsung menjawab ucapan Papah Gilang.

"Oh kirain nggak jadi, mamah mu ada di dapur lagi masak" kata papah menjawab ucapan Galang.

"Jadi mamah lagi di dapur kebetulan dong biar sekalian sambil buat kopi nemuin mamah nya." Kata Galang menjawab ucapan Papah Gilang

"Iya itu lah makannya papah sekalian nyuruh kamu buat bikin kopi karena saat ini mamah mu lagi ada di dapur. Biar mamah mu yang buatin kopinya nanti kamu yang bawa kopinya kesini kak." Kata papah pada Galang.

""Oh gitu pah, ya udah pah tunggu ya aku nggak akan lama ko" kata Galang lagi pada papah nya itu.

"Oke kak di tunggu" kata papah dengan singkat pada Galang.

Ketika Galang telah menerima jawaban dari Papah Gilang, Galang pun langsung pergi menuju dapur untuk menemui mamah Vina. Langkah demi langkah kini Galang telah berada di dapur. Tercium lah wangi masakkan memenuhi dapur tersebut.

"Em... Wanginya masakan yang mamah buat jadi bikin aku lapar aja" kata Galang yang saat ini langsung berucap pada mamah Vina. Hingga membuat mamah Vina yang awalnya fokus pada masakan nya menjadi teralih kan karena mendengar suara putra pertamanya itu.

"Eh... Kakak ko ke sini ada perlu apa ke sini kak" kata mamah Vina pada Galang.

"Itu mah kakak di suruh ayah buatin kopi sama mamah. Nanti kakak yang anterin ke papah nya. Sama mau tanya juga sama mamah tadi kakak kan ketemu sama adek tapi liat wajah adek di tekuk gitu sama nggak enak di pandang gitu. Mamah tau nggak kira - kira adek kenapa?" Kata Galang memberitahukan mamah Vina tujuannya datang ke dapur.

"Oh gitu, ya udah mamah buatin papah kopi dulu ya, sama boleh kan mamah titip dulu masakan yang lagi mamah masak ini ke kakak." Kata mamah Vina menjawab ucapan Galang.

"Iya mah boleh, tapi mah kenapa nggak dijawab pertanyaan kakak mengenai adek ke mamah." kata Galang lagi bertanya pada mamah Vina.

"Nanti mamah jawab sekarang mamah mau bikinin kopi dulu buat papah" kata mamah Vina menjawab ucapan Galang.

"Hem... Jangan lupa di jawab ya mah kalau udah selesai buat kopi nya" kata Galang lagi mencoba mengingatkan mamah Vina agar tak lupa menjawab ucaannya.

"Iya anak mamah yang bawel ini ntar mamah jawab" kata mamah Vina menjawab ucapan Galang.

"Hehehe.. mamah bisa aja" kata Galang memberikan sedikit tawanya itu untuk mamah Vina.

Pembicaraan mereka pun terhenti saat mamah Vina sibuk menyiapkan bahan - bahan yang di perlukan untuk membuat kopi. Sementara Galang yang mendapatkan perintah dari mamah Vina sedang sibuk mengaduk - aduk masakan agar tak gosong.

Sekitar beberapa menit kopi pun telah selesai dibuat oleh mamah Vina dan Galang pun saking fokusnya mengaduk - aduk masakan tak menyadari bahwa saat ini mamah Vina telah berada di dekatnya.

"Kak udah Mateng belum masakannya?" Kata mamah Vina yang mengejutkan Galang saat ini

"Eh apa mah? Bikin kaget aja sih mah aku kira siapa yang bicara barusan. Huh... Gaget nya" kata Galang yang terkejut mendengar suara mamah Vina.

"Maafin mamah deh kak mamah nggak berniat ngagetin kakak ko bener deh mamah nggak bohong." Kata mamah Vina yang merasa bersalah terhadap Galang.

"Iya mah nggak papa ko, tadi kakak cuman kaget aja. Oh iya mamah udah selesai buat kopinya?" Kata Galang menjawab ucapan mamah Vina sambil ia pun bertanya juga pada mamah Vina.

"Udah tuh kak ada di meja, mau langsung kakek anterin ke papah atau sebentar lagi anterinnya." Kata mamah Vina pada Galang sambil bertanya pada Galang.

"Bentar lagi aja mah, kakak kan belum tau adek kenapa? Jadi nanti aja anterinnya setelah kakak tau adek kenapa?" Kata Galang menjawab ucapan mamah Vina.

"Oh ya udah, emangnya tadi adek nggak kasih tau kakak kenapa wajahnya di tekuk" kata mamah bertanya pada Galang.

"Nggak mah" jawab Galang sambil menggelengkan kepalanya.

"Oh gitu mamah kira adek kasih tau kakak. Tadi itu sebenarnya adek minta izin sama mamah keluar rumah buat jalan - jalan, tapi mamah nggak izinin soalnya kakak tau sendiri kan kalau adek keluar pasti ada aja ulah yang akan di lakukan adek mu itu. Makannya mamah larang adek buat pergi." Kata mamah memberitahukan kenapa adek wajahnya ditekuk dengan begitu jelas pada Galang.

"Oh jadi karena itu adek wajahnya ditekuk. Padahal kan mah adek ingin keluar aja siapa tau sekarang di izinin keluar nggak akan berulah lagi. Kakak kasian liat wajah adek yang ditekuk itu mah." Kata Galang menjawab ucapan mamah Vina.

"Sebenernya mamah juga merasa bersalah sama adek yang udah ngelarang adek keluar tapi mau gimana lagi mamah khawatir adek berulah lagi." Kata mamah memberitahukan khawatir an nya pada Galang.

"Gimana kalau keluarnya sama kakak mah, mamah izinin kan adek keluar kalau sama kakak?" Kata Galang mencoba memberikan usulan pada mamah Vina.

"Em... Coba mamah pikir - pikir dulu deh ya kak, soalnya mamah masih belum bisa izinin adek keluar." Kata mamah Vina tak memberikan kepastian karena ia meminta waktu pada Galang buat memikirkan terlebih dahulu.

"Baiklah mah, mamah pikirin dulu aja. Tapi jangan lama - lama ya mah, ntar keburu siang terus adeknya juga berubah pikiran nggak mau keluar rumah. Kan sia - sia dapet izinnya juga dari mamah." Kata Galang menyetujui keinginan mamah Vina.

"Iya kak" kata mamah Vina dengan singkat menjawab ucapan Galang.

Setelah Galang mendapatkan jawaban dari mamah Vina ia pun meminta izin sama mamah Vina buat mengantarkan kopi pada papah Gilang.

"Ya udah mah kakak anterin kopi dulu ke papah ya, takut keburu dingin kopinya. Nanti kena marah deh sama papah." Kata Galang pada mamah Vina.

"Iya kak anterin dulu aja kopinya" kata mamah Vina yang langsung menjawab ucapan Galang barusan.

Galang yang sudah mendapatkan jawaban atas ucapannya itu untuk mamah Vini. Ia pun langsung bergegas pergi meninggalkan mamah Vina untuk mengantarkan kopi pada papah Gilang.

Tap... Tap...

Suara langkah kaki yang terdengar oleh papah Galang yang sedang duduk santai sambil membaca sebuah koran. Lalu tak lama setelah itu, terdengarlah suara Galang.

"Pah, ini kopinya kakak simpan di sini ya. Silahkan di nikmati pah. Kalau gitu kakak langsung pergi dulu ya pah." Kata Galang pada papah nya Gilang.

Tanpa mendengar jawaban dari Papah Galang atas ucapannya itu. Gilang langsung pergi membalikkan tubuh nya untuk menemui mamah Vina di dapur.

Belum sempat melangkahkan kaki suara papah Gilang secara tiba - tiba menghentikan langkah kaki yang akan Gilang lakukan.

"Kak mau kemana? Nggak mau temenin papah di sini. Ko malah tinggalin papah begitu aja." Itulah suara yang di keluarkan oleh papah Gilang untuk Galang.

Karena Galang mendengar ucapan dari papah Gilang. Ia lalu membalikkan lagi tubuh nya menghadap ke arah papah nya. Setelah itu ia pun mulai menjawab ucapan papah Gilang.

"Em... Itu pah, kakak bukannya nggak mau temenin papah. Tapi kakak ada perlu dulu sama mamah. Soalnya tadi belum selesai gitu bicara sama mamah nya. Jadi kakak mau selesai in dulu. Boleh kan pah sekarang aku pamit pergi buat temuin mamah di dapur." Kata Galang menjawab ucapan papah Gilang.

"Oh gitu, ya udah nanti kalau udah selesai tetmenin papah di sini ya kak." Kata papah Galang menjawab ucapan Gilang.

"Iya pah siap" kata Galang menjawab ucapan papah nya dengan memberikan hormat.

"Ya udah sana gih kak temuin mamah" kata papah Gilang pada Galang.

"Iya pah"" kata Galang menjawab nya dengan singkat.

To be continued

Ambil Keputusan

Galang lalu meninggalkan papah nya untuk kembali bertanya pada mamah Vina yang saat ini masih berada di dapur.

Saat telah sampai di dapur Galang seketika bertanya pada mamah Vina yang akhirnya membuat mamah Vina yang sedang sibuk memasak sempat kaget mendengar ucapan Galang terhadap nya.

"Mah gimana keputusan mamah?"

"Ya ampun kak ngagetin aja. Huh... mamah kira siapa tadi." kata manah Vina sambil menarik nafas cukup lama karena terkejut mendengar perkataan Galang padanya.

"Maaf mah aku nggak bermaksud ngagetin mamah ko. Maaf ya mah."

"Hem"

Dengan ragu Galang mulai bertanya kembali pada manah Vina.

"Em... mah"

"Iya kak kenapa?"

"Itu anu... em mamah udah ambil keputusan belum kalau adek boleh keluar rumah hari ini."

"Oh itu"

"Iya mah jadi gimana keputusan mamah?"

"Kalau mamah sih masih belum bisa ngizinin kak, mamah masih takut adek mu itu buat ulah lagi."

"Tapi kan mah adek keluarnya sama kakak."

"Iya sama kakak tapi bisa aja kan adek malah buat ulah lagi."

"Tapi mah kasian adek udah cukup lama mamah sama papah larang adek keluar rumah. Apa mamah nggak takut ntar adek malah jadi..." kata Galang yang seketika di potong ucapannya oleh mamah Vina.

"Jadi apa?"

"Em pokok nya bahaya kalau terus - terus di hukum kaya gitu. Izinin ya mah sebentar ko nggak akan lama."

"Bahaya gimana sih kak? jangan nakut - nakutin mamah deh."

"Pokonya itu tuh bahaya mah, ntar kalau adek frustasi terus adek sakit. Kan mamah juga nanti yang repot kan. Apalagi kalau adek beneran sakit. Pasti deh aku jamin seisi rumah di buat panik."

"Em... ucapan kaksk ada benernya juga ya. Ya udah deh mamah izinin tapi jangan lama - lama."

"Siap mah, kalau gitu kakak langsung temui adek ya"

"Ya udah sana"

"Makasih mamah ku sayang"

"Hem... kalau ada maunya aja baru bilang sayang"

"Hehehe... mamah bisa aja"

"Ya udah sana temuin adek jangan ganggu mamah terus deh. Ntar yang ada nggak kelar - kelar nih mamah masaknya."

"Iya deh mah aku temuin adek"

"Lah katanya mau langsung temuin adek ko masih diam di sini aja."

"Em... itu anu mah kakak jadi laper pengen makan sesuatu apalagi mencium wangi makanan kaya gini buat aku nggak tahan pengen makan mah."

"Terus sekarang kakak mau aps?"

"Em... kakak juga bingung mah. Saat ini pikiran kakak lagi tertuju pada makanan tapi selain itu juga pikiran kakak pengen cepet temui adek. Apa mamah punya solusi untuk masalah kakak ini."

Mamah Vina tak langsung menjawab ucapan Galang karena saat ini mamah Vina sedang sibuk membolak balikan masakan yang sedang ia masak saat ini.

Sampai dimana ketika mamah Vina sudah tak terlalu sibuk ia pun mulai menjawab ucapsn Galang.

"Ya udah kak sekarang kakak panggil adek aja dulu. Terus suruh makan nanti setelah makan baru kalian pergi."

"Oke mah siap"

"Ya udah sana pergi"

"Tapi mah kakak ambil ini satu bolehkan buat ganjel perut biar nggak kelaparan banget."

"Ambil gih terus langsung panggil adek."

Galang tak langsung menjawab ucapan mamah Vina karena saat ini ia sedang mengambil salah satu masakan yang di buat mamah vina. Lalu memakannya dengan sangat tergesa - gesa.

"Jangan terburu - buru kaya gitu kak, ntar keselek lagi."

"Nggak mah nggak akan" kata Galang yang masih mengunyah makanan ketika menjawab ucapan mamah Vina.

Belum lama Galang bicara ia malah beneran keselek.

Uhuk... uhuk...

"Tuh kan kak apa mamah bilang jangsn terburu - buru makan nya jadi keselek kan"

Uhuk... uhuk...

"Em... Uhuk... Uhuk..."

Mamah Vina yang tadi masih membolakk balikan masakannya langsung meninggalkan kegiatannya itu dan mengambil gelas lalu mengisinya dengan air.

Setelah itu memberikan gelas yang berisi air tersebut untuk Galang agar Galang tak batuk - batuk seperti itu lagi karena keselek.

"Minum dulu kak" kata mamah Vina sambil memberikan gelas yang berisi air pada Galang.

Lalu Galang mulai mengambil gelas yang di berikan mamah Vina padanya.

"Iya mah"

Ketika gelas itu telah berada di tangan Galang tanpa menunggu lama air yang berada di dalam gelas tersebut telah habis tak tersisa di minum oleh Galang.

Glek... Glek...

Suara air yang terdengar saat Galang meminum air tersebut yang terdengar cukup keras.

"Gimana kak udah merasa enakan?"

"Alhamdulillah mah udah lebih baik dari yang tadi."

"Alhamdulillah, lain kali jangan kaya gini lagi kak. Nggak baik ntar malah kenapa - kenapa lagi karena tergesa - gesa."

"Iya mah" kata Galang menjawab ucapan mamah Vina dengan singkat.

"Ya udah mah kakak langsung temui adek ya"

"Iya kak sekalian kasih tau papah juga buat makan"

"Iya mah siap"

Langkah demi langkah Galang telah pergi meninggal kan mamah Vina untuk menemui adek nya.

Saat ia akan pergi menaiki tangga tiba - tiba ia mendengar suara yang memanggilnya dan seketika langkah kakinya pun berhenti dengan sendirinya.

"Kak mau kemana? bukannya tadi kakak bilang kalau udah temuin mamah kakak mau temenin papah duduk disini. Ko malsh mau ke atas."

Galang lalu membalikkan tubuhnya menghadap pada papah Gilang yang barusan memanggil dirinya. Ya seseorang itu adalah papah Gilang.

"Em... itu pah kakak mau ke atas temuin adek di suruh mamah buat maksn. Eh iya kakak hampir lupa tadi mamah juga suruh kakak buat kasih tau papah buat makan juga."

"Oh gitu, ya udah kak sana lanjutin pergi temuin adeknya bentar lagi papah juga pergi untuk makan."

"Iya pah"

Satu demi satu tangga pun telah Galang naiki dan tinggal tersisa dua lagi untuk ia sampai di lantai dua.

"Akhirnya sampai juga"

"Harus cepet nih temuin adeknya. Aduh nih perut udah bunyi aja. Bentar ya kamu pasti dapet makanan ko. Jadi sabar sebentar." kata Galang pada dirinya sendiri sambil memegang perut nya oleh tangan kanannya.

Saat Galang telah berbicara pada dirinya ia mulai melangkahksn lagi kakinya menuju kamar Viona.

Tok... Tok..

Di ketuk lah pintu kamar Viona oleh Galang. Namun sepertinya tak ada suara yang Galang dengar dari kamar Viona..

Sehingga ia pun mulai mengetuk kembali pintu tersebut sambil memanggil - manggil Viona..

Tok... Tok...

"Dek ini kak buka ya pintu nya"

"Dek"

"Dek buka pintunya"

"Ayolah dek buka pintunya jangan kaya gini"

"Dek kalau kamu nggak mau buka pintunya kakak hitung sampai tiga kalau kamu nggak mau buka kakak rusak nih pintu kamar kamunya."

"Satu... dua... tig..."

Bruk...

Tak lama setelah itu terdengar lah suara Galang.

"Aduh dek kenapa nggak bilang sih kalau mau buka pintunya, sakit nih batuin ngapa malah diem kaya gitu."

"Em... maaf kak"

To be continued

Kasih Masukan

"Lah ko cuman maaf aja"

"Ya terus aku harus bilang apa selain kata maaf"

"Ya kan bisa pake tindakan dek kaya bantuin kakak berdiri misalnya. Ini mah boro - boro bantuin malah diem aja berdiri kaya gitu."

"Hehehe... lupa kak, ya udah deh sini adek bantuin." kata Viona menjawab ucapan Galang sambil mengulurkan tangannya untuk Galang.

Galang yang mendapatkan uluran tangan tanpa berpikir lagi ia langsung meraih tangan Viona.

Ketika Galang telah berdiri. Ia bukannya mengucapkan terima kasih atas bantuan adek nya itu. Malah sikapnya sangat menyebalkan.

Bagaimana tidak, kini Galang malah menunjukkan sikap marah pada Viona. Dengan menyimpan kedua tangannya di pinggang.

Sambil menunjukkan ekspresi wajah yang terlihat sangat kesal.

Tapi Viona sama sekali tak menghiraukan itu semua. Karena ternyata ia memilih lebih jutek dan kesal dengan sikap kakak nya itu saat ini.

Itu jelas terlihat saat Viona mulai mengeluarkan suaranya.

"Kenapa kak ada yang salah" kata Viona dengan jutek.

Galang yang mendengar ucapan Viona sempat gelagapan karena terkejut dengar suara yang di berikan Viona barusan kepadanya.

"Em... itu... apa, loh ko jadi kamu yang marah"

"Siapa juga yang marah, aku nggak marah ko."

"Lah barusan kenapa bicara nya kaya gitu ke kakak."

"Iya gimana aku nggak marah, kakak aja sikap nya kaya gitu ke aku. Ya dari pada kakak duluan yang marah lebih baik aku duluan aja yang marah. Iya nggak"

"Lah ko gitu sih dek, mana ada kamu yang salah, malah kamu yang marah. Harusnya kakak dong yang marah sama kamu karena kamu malah tiba - tiba buka pintu tanpa kasih tau terlebih dahulu yang akhirnya buat kakak jatuh." kata Galang memprotes ucapan Viona.

"Coba, aku kasih tau kakaknya kaya gimana? mana aku tau kan kakak beneran mau rusak pintu kamar aku. Aku nya juga ada di dalam mana keliatan kakak bener - bener udah siap buat rusak pintu kamar sama aku. Coba deh kakak pikir lagi."

Terdiam untuk beberapa saat Galang kemudian berucap kembali.

"Em... bener juga ya dek. Eh... tapi bentar dek, tetep aja dong kamu yang salah." kata Galang yang awalnya setuju dengan ucapan Viona tapi seketika ia mulai tersadar bahwa tak sepenuhnya ucapan Viona itu benar.

"Coba salah darimana nya kak aku"

"Ya salah lah dek harusnya kamu jawab aja panggilan kakak tadi ke kamu atau nggak setidaknya kamu bilang kaya gini. 'Iya kak bentar adek buka dulu pintu nya' bilang kaya gitu kan bisa dek."

"Em... ya udah deh kak aku kan juga udah minta maaf tadi. Eh... iya kak terus kenapa kakak tadi panggil - panggil adek."

"Hem... iya deh iya nggak usah bahas itu lagi. Yuk ke bawah sekarang." kata Galang yang telah menurunkan kedua tangannya. Lalu memegang tangan Viona.

"Ih... kenapa harus di pegang gini sih kak, mau ngapain ke bawah."

"Emangnya nggak boleh kakak pegang tangan kamu. Nggak usah tanya - tanya deh dek ikut aja, ntar juga kamu tau sendiri mau apa kita ke bawah."

"Ya harus tau dulu dong kak, kakak ajak aku ke bawah mau ngapain."

"Bawel banget sih dek, padahal tinggal ikut aja."

"Ya harus dong kak, kalau ke bawah nya nggak ada kepentingan buat apa aku ke bawah coba."

"Kamu itu harus tau dek ini tuh sangat penting bahkan penting banget malahan."

"Ya apaan kak?"

"Bentar deh, kamu diem jangan bicara lagi."

Dengan patuh nya Viona lalu terdiam. Setelah berapa saat terdengar lah suara yang keluar dari perut Galang.

Dengan percaya dirinya Galang langsung berucap setelah ia memberitahu Viona mengenai suara perut nya saat ini.

"Nah, tau kan sekarang apa yang kakak maksud penting banget."

Dengan terbengong karena apa yang di tunjukkan oleh Galang. Viona sempat tak sadar saat Galang telah berucap pada nya barusan.

"Dek ko bengong sih, kenapa?"

"Eh... apa kak?"

"Ya ampun, ini mah udah bener - bener deh. Dek kamu udah harus di kasih masukan nutrisi biar nggak bengong gini jadi nya."

"Masukan nutrisi apaan sih kak, ada - ada aja kakak ini."

"Ya pokonya kamu sekarang ikut kakak aja. Ayo pergi"

"Nggak mau kak aku nggak mau ikut"

"Harus dan harus ikut titik nggak ada koma."

"Nggak peduli pokoknya nggak ada koma kek harus ada kek. Intinya aku nggak peduli." kata Viona sambil menutup pintu secara perlahan.

Sebelum sempat Viona menutup pintu kamar nya. Tangan Galang dan kaki nya sudah menahan agar pintu tersebut tak tertutup.

"Apa lagi sih kak? aku kak udah bilang aku nggak mau ikut."

"Yakin dek kamu nggak mau ikut."

"Iya aku sangat yakin."

"Hem... bener - bener nggak mau ikut."

"Iya kak beneran nggak mau"

"Ya udah kalau nggak mau, padahal setelah kita ke bawah terus makan kita bisa pergi ke luar rumah loh dek. Tapi kalau kamu nya nggak mau ya udah, nggak jadi. Kakak ke bawah dulu ya. Dah dek semoga adek nggak nyesel ya."

"Eh... bentar - bentar kak, apa tadi yang kakak bilang."

"Kenapa dek bukannya tadi kamu udah bilang nggak mau ya. Kenapa malah tanya lagi ke kakak."

"Em... itu kayanya aku berubah pikiran deh kak. Aku ikut kakak aja deh ke bawah terus nanti keluar rumah."

"Hem... tapi kakak udah nggak minat lagi dek buat keluar rumah hari ini. Setelah barusan kamu malah bilang nggak mau."

"Ya kak jangan gitu dong. Jadi ya kak, kita keluar rumah nya." kata Viona sambil berjalan di belakang Galang yang telah pergi menuruni tangga.

"Kak jangan gitu dong, jawab ngapa ucapan aku."

"Kak"

"Ya kak jadi ya kita pergi keluar."

"Itu mereka mah" kata papah Gilang yang memberitahu pada mamah Vina yang sedari tadi terus bertanya mengenai mereka berdua yang tak kunjung datang ke meja makan.

Ya, dari tadi mamah Vina terus menerus bertanya dan mengomel karena tak melihat tanda - tanda mereka berdua datang.

"Em... akhirnya tuh anak muncul juga. Padahal dari tadi mamah udah ngomel - ngomel eh malah baru pada datang. Anak - anak mu itu pah bikin mamah tambah naik darah tiap hari nya."

"Sabar mah itu juga anak mamah jadi jangan kaya gitu."

"Iya deh iya pah. Padahal kurang sabar apa lagi coba mamah sama mereka berdua."

"Em... nggak tau mah, coba nanti mamah tanyain aja sama mereka."

"Nggak usah deh pah malah nanti ke tunda lagi makannya."

"Hem ya udah deh mah sekarang mamah duduk. Biar kita tunggu mereka sebentar lagi."

"Iya pah" kata mamah Vina menjawab nya singkat.

To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!