“Tidak … ini tidak mungkin terjadi! Zakiiiiii …! aku hamil? bagaimana ini … Kabir sudah satu bulan lebih tour tabligh akbar. Ibu pasti akan mengusirku … ya Allah bagaimana ini?” Teriakan Sonia panik. Suara wanita cantik itu memenuhi kamar mandi yang saat ini dia gunakan untuk memeriksakan dirinya menggunakan tespek.
Wanita itu tampak kusut, dunianya seakan jungkir balik. Niat hati hanya berteman tapi Sonia dan Zaki terseret arus cinta terlarang. Sonia yang bersuamikan seorang ustad kondang bernama Kabir Syach, sering di tinggal untuk melakukan tour dakwah dari kota ke kota bahkan keluar propinsi.
Sonia berdiri di balkon kamarnya dengan wajah kusut dan air mata yang sudah berderai terus membasahi kedua pipi mulusnya. Benda pipih berupa tespek masih ada di genggaman tangannya, dengan pikiran kacau dia menghubungi seseorang. Beberapa panggilan tidak kunjung diangkat dan pada panggilan kesepuluh akhirnya panggilan teleponnya terhubung.
Pembicaraan di telepon dengan seorang pria bernama Zaki Prameswara.
“Hallo, Bisa kau hubungi aku lagi nanti?” Sahut Zaki. Suara serak khas bangun tidur terdengar di indra pendengaran Sonia.
“Hallo Zaki … Hiks, Aku hamil.” Jawab Sonia sambil terisak.
“Haahh, kau tidak bercanda kan?” Tanya Zaki terkejut dengan kabar baik itu.
“Jika tidak percaya, aku akan pergi sekarang juga,” Sahut Sonia yang semakin keras isakan tangisnya dan merasa sangat putus asa.
“Tunggu! aku akan kesana sekarang,” Pungkas Zaki dan langsung menutup teleponnya.
Bruk!
Tubuh lemah dengan wajah pucat itu akhirnya ambruk di lantai, tangisan Sonia semakin menjadi. Bagaimana kalau suaminya mengetahui hal ini, dan apa yang akan dilakukan Ema si ibu mertua yang kejam itu kepada dirinya.
“Bodoh! kenapa kau harus hadir di dalam perutku! bagaimana kalau Kabir tau, aaa…” Sonia berteriak tertahan. Apartemen di mana sekarang dia berada masih sunyi karena hari memang masih pagi. Sonia tidak pulang ke rumahnya dengan alasan ada perjalanan dinas ke luar kota, Sonia bekerja sebagai karyawan di perusahan Prameswara Group milik Zaki.
Beberapa saat pikirannya tertuju pada sesuatu, Wanita itu langsung menyambar ponselnya dan segera berselancar di dunia maya, bagaimana caranya menggugurkan kandungan. Tidak berapa lama pintu apartemen terbuka dan muncullah sosok tinggi berwajah tampan dan berperawakan sempurna. Itulah Zaki Prameswara, seorang pengusaha muda yang sangat disegani oleh para pesaingnya.
Sonia langsung menghambur ke dalam pelukan Zaki, pria yang selama ini dia cintai namun tidak bisa dinikahi. Zaki membalas pelukan wanita yang sudah menemaninya dalam waktu kurang lebih dua tahun ini dengan status mengambang alias tidak bisa sampai ke jenjang pernikahan.
“Tenanglah sayang, ayo duduklah dulu. Kita akan bicarakan semuanya baik-baik,” Ucap Zaki lembut sambil mengusap punggung wanita yang dia cintai. Sonia menurut dan tangisnya kini sudah mereda. Pelan tapi pasti Sonia menceritakan dan memberikan tespek dengan garis dua ke tangan Zaki.
Wajah Zaki langsung sumringah, inilah yang dia tunggu selama pernikahannya dengan Zoya. Kehadiran seorang anak untuk meneruskan garis keturunannya, Sonia melihat raut wajah Zaki yang bahagia membuat dirinya bingung.
“Kenapa kamu bahagia?” Tanya Sonia. Zaki menatap wanita yang selama ini di simpannya.
“Terimakasih kamu sudah mau mengandung anak ku. Aku akan menceritakan hal ini kepada Zoya,” Jawab Zaki dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya.
“Zoya? Siapa?” Tanya Sonia yang baru kali ini mendengar nama itu.
“Zoya itu istriku, dia pasti akan senang dan akan menerimamu Sonia.” Jawab Zaki tanpa beban. Sonia membulatkan kedua matanya, ini seperti mimpi buruk baginya.
“Ja-jadi selama ini kamu sudah beristri?! Breng*ek … kau menipuku Zaki! mana mungkin dia akan menerimaku, yang ada dia akan membunuhku. Gila kamu!” Pekik Sonia histeris, selama ini Zaki tidak pernah mengatakan kalau dirinya sudah memiliki istri, dan bodohnya Sonia tidak menanyakan hal itu. Tapi semuanya sudah terlambat, janin itu kini sudah ada dalam rahim Sonia.
“Jangan khawatir, soal Zoya aku yang akan menyelesaikannya. dan soal suami dan anakmu. Apakah kamu bisa mengatasinya sayang?” Tanya Zaki yang membuat Sonia langsung lemas. Bayangan kekerasan kini sudah memenuhi kepalanya, Kabir akan pasti akan mengusirnya dan Ajay? anak berusia 10 tahun itu pasti akan membencinya.
“Zaki, aku tidak tau apa yang akan dilakukan oleh mertuaku itu. Kamu tau sendiri kan kalau dia marah tamparan bahkan pukulan sering mendarat di badanku. Kabir sebenarnya orang yang sabar, tapi dia selalu tidak bisa membuat ibu berhenti menyiksaku. Kalau mereka mengusirku bagaimana Zaki?” Ucap Sonia putus asa.
“Aku akan bertanggung jawab untuk semua ini. Tenanglah sayang,” Ucap Zaki yang masih terus menenangkan Sonia dalam pelukannya. Sonia berusaha untuk percaya pada apa yang Zaki katakan, tidak ada pilihan saat ini kecuali percaya dengan ayah biologis bayi yang sekarang dia kandung.
*****
“Sonia … kamu kenapa nggak berangkat kerja? sakit?” Tanya Ema dengan wajah juteknya. Sonia masuk ke kamar setelah mengantarkan Ajay sekolah, di saat yang bersamaan Ema melihat wajah pucat Sonia.
“Aku lagi nggak enak badan bu, maaf aku masuk dulu.” Jawab Sonia singkat. Perutnya sudah berputar-putar dan ingin di tumpahkan, sesampainya di toilet yang ada di kamarnya kembali wanita itu menumpahkan semua isi perutnya.
Huuueekk … Hueeek!
Ema masuk ke dalam kamar Sonia dan melihat sang menantu sudah terduduk lemas di kamar mandi, Dengan sekuat tenaga wanita paruh baya itu membantu Sonia untuk naik ke tempat tidurnya. Melihat keadaan Sonia yang mengkhawatirkan, Ema menelpon Kabir yang sedang berada di pondok pesantren untuk mengajar.
Pembicaraan di telepon antara Ema dan Kabir.
“Assalamualaikum bu,” Sapa Kabir.
“Waalaikumsalam, Kabir cepatlah pulang. Istri durhaka mu itu sakit, tadi dia muntah-muntah sampai lemas di kamar mandi.” Ucap Ema ketus. Wanita itu tidak pernah bisa bersikap manis kepada Sonia, karena sangat benci dengan Sonia yang tidak bisa menjaga nama baik putranya sebagai ustad.
“Iya Bu, sekarang aku akan pulang, maaf ya Bu sudah merepotkan Ibu.” Jawab Kabir dengan sabar.
“Kamu tidak merepotkan ibu, istrimu saja yang selalu bikin ibu malu dan jadi beban. Sudah sekarang kamu pulang, urus istrimu itu!” Sahut Ema dan memutuskan sambungan telepon secara sepihak dan sampai lupa mengucapkan salam.
Dengan cepat Kabir pulang kerumah dan membawa dokter yang bertugas di klinik pesantren. Dokter Musa dengan senang hati membantu sahabatnya itu, dan mereka berdua kini sudah berada di rumah Kabir.
Setelah berbasa basi sebentar, Dokter Musa mulai memeriksa keadaan Sonia. Beberapa saat dokter muda dengan wajah tampan dan teduh itu tersenyum, Kabir yang melihat hal itu tampak bingung dengan ekspresi sahabatnya. Sementara Sonia sudah pasrah dan memang tidak ada pilihan selain mengakui semua perbuatannya dan menunggu resiko yang akan dia hadapi.
“Selamat ustad, istri anda sedang hamil.” Ucap Dokter Musa.
“A–apa Dokter? Sonia ha–mil?”
❤️❤️❤️
Haaii Pemirsaaahh... ketemu lagi di karya baru author ya, semoga pemirsa semuanya senang dan selalu mengikuti kisah si kupu-kupu. mohon dukungannya ya pemirsaahh, aku mah apaaahh tanpa kalian semua 🥰. Doa, kasih sayang, like, komen, vote dan hadiah yang banyak itu sangat author harapkan. Tengkyuuuhh pemirsaku tercintaaahh... happy reading.
❤️❤️❤️🌹🌹🌹
Kabir terdiam membeku, baru tadi malam dia pulang dari perjalanan tour tabligh akbar 10 kota. Satu bulan lebih dia tidak dirumah dan itu tandanya Kabir tidak menyentuh Sonia sama sekali. Hamil itu sesuatu yang tidak mungkin, saat kabir berangkat Sonia masih dalam masa haid.
“Terima kasih dokter, saya sangat bersyukur hadiah yang Allah berikan.” Ucap Kabir berusaha tenang dan tidak ingin membahas ini di hadapan sahabatnya. Ema menguping di pintu kamar dan kini sudah kembali ke kamarnya dengan rasa terkejut yang luar biasa, pikirannya sama dengan sang putra.
‘Bagaimana dia bisa hamil? Anak ku berangkat dia masih palang merah, terus itu bayinya siapa? dasar perempuan jala*g, anakku ustad kondang lah kok istrinya kegatelan di luar sana ….’ Gumam Ema dengan rasa benci yang semakin besar.
Dokter Musa keluar dan memberikan saran kepada Kabir untuk melanjutkan pemeriksaan ke dokter kandungan. Dokter spesialis kandungan bernama Nisa, itulah orang yang direkomendasikan oleh dokter Musa kepada sang sahabat.
“Baiklah Musa, besok aku akan memeriksakan kandungan istriku. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk kami,” Ucap Musa masih dengan raut wajah yang biasa. Pria itu tidak ingin menunjukkan kekacauan hatinya kepada sang sahabat, Musa pamit dan tidak lupa mereka saling berjabat tangan.
Ema sudah tidak sabar ingin bicara dengan putranya. Wanita paruh baya itu sudah duduk di ruang tamu dengan wajah kusut dan ingin meledak. Kini ibu dan anak itu pun duduk berhadapan.
“Kabir, duduklah dulu. Ibu mau bicara,” Ucap Ema dingin.
“Iya bu,” Sahut Kabir menurut.
“Bisa kamu jelaskan apa yang terjadi Kabir?” Tanya Ema mulai menyidang putranya.
“Heeemm, Aku masih belum bisa menjelaskan apapun bu, aku akan menanyakannya kepada Sonia.” Jawab Kabir dengan tidak bersemangat.
“Ibu ingin penjelasan darimu Kabir, aku tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun dari wanita murahan itu!” Ucap Ema semakin menekan Kabir.
“Saat kamu berangkat tour satu bulan lebih kemaren istrimu sedang datang bulan kan? dan hal itu ibu tau karena dia selalu sakit saat datang bulan pertama. Kamu baru di rumah lagi dua hari ini, apakah bisa diterima akal wanita ****** itu hamil anakmu?!” Tanya Ema dengan nada yang mulai naik. Kabir menunduk, tidak bisa menjawab atau mengeluarkan suara demi menanggapi ucapan sang ibu.
Sonia yang mendengarkan suara Ema hanya bisa menangis, penyesalan kini memenuhi ruang hatinya yang sedang rapuh. wanita itu tidak memiliki siapa-siapa, perselingkuhannya dengan Zaki kini berbuah sebuah malapetaka untuk dirinya dan rumah tangganya.
“Mas Kabir selama ini sangat baik, kenapa aku bodoh sekali bisa terhanyut dalam rayuan si Zaki. Bodoh … bodoh … bodoh!” Ucap Sonia yang kini sedang memukuli perutnya, air mata penyesalan mengalir deras membasahi pipinya yang mulus.
“Bu, sabarlah dulu. Aku tau sebenarnya kita memiliki jawaban yang sama tentang istri ku dan –” Ucap kabir terputus.
“Berhenti menyebutnya istrimu, dia pelacur, tidak pantas untuk menyebutnya istri. Perempuan tidak tau diri yang sudah mengkhianati putraku harus kamu ceraikan Kabir!” Sambar Ema dengan mata yang kini menatap tajam kearah sepasang netra sang putra.
Glek!
Kabir menatap sang ibu sebentar, lalu menundukkan pandangannya. Kabir sangat mencintai istrinya, walaupun Sonia sangat sulit dididik untuk menjadi istri soleha. Bagi Kabir itu adalah tantangan dalam pernikahannya. Sonia tidak mau menjalankan ibadah wajib sebagai seorang muslim dan tidak mau menutup aurat dengan alasan ‘lebih baik hati nya yang dia kerudungi dulu, daripada fisiknya di kerudungi tapi hatinya jahat’ itulah kalimat yang selalu Sonia katakan kepada sang suami.
“Ibu, aku sangat mencintai Sonia dan aku akan terus berusaha untuk dia mau kembali ke jalan yang benar. Tolong bu beri kesempatan kepada Sonia,” Ucap Kabir dengan lirih.
“Tidak bisa Kabir, kalau kamu tidak mau menceraikan wanita ja*lang itu, ibu yang akan pergi dan tidak perlu kamu mencari ibu lagi!” Ucap Ema dengan raut wajah kecewa dengan putranya dan berlalu untuk masuk kekamar dan berpikir untuk mengemas semua barangnya.
Kabir yang melihat dibuat semakin kacau, Dia sangat memahami apa yang dirasakan ibunya. Sekarang apa yang harus dia lakukan, belum sedikitpun dia bertanya kepada Sonia tentang siapa ayah bayi itu, kini dia melihat sang ibu sudah mengemas barang-barangnya ke dalam koper.
“Astaghfirullah, bu … tolong jangan terbawa emosi, ibu sayang dengan Kabir kan? tolong bu, berikan kesempatan aku untuk bicara dengan Sonia. Jangan pergi bu, aku tidak mau menjadi anak durhaka.” Ucap Kabir memohon dengan air mata yang kini sudah menetes di pipinya. Pria itu memeluk sang ibu yang sangat dicintainya.
Walaupun Ema selalu berkata kasar kepada Sonia sebenarnya Ema memiliki banyak kebaikan. Tidak mungkin ada asap tanpa api, itulah perumpamaan untuk sikap Ema selama ini. Karena Sonia yang tidak bisa berubah membuat Ema menjadi semakin tidak suka dengan sang menantu.
Ema terduduk di pinggiran kasurnya. Perlahan tangannya terangkat dan mengusap surai hitam putranya. Wajahnya yang mulai termakan usia itu berubah sendu, wanita itu hanya mengangguk tidak lagi mengeluarkan kata-kata.
Kabir masuk kedalam kamarnya dan duduk di samping sang istri yang sedang menangis. Kabir melihat ada penyesalan di wajah Sonia, perlahan Kabir memegang tangan istrinya lembut.
“Ada yang bisa kamu jelaskan Nia?” Tanya Kabir lirih.
Bruk!
Sonia menjatuhkan dirinya ke lantai, dengan derai air mata dan bahu yang terguncang. Wanita itu hanya mengangguk dan mulai berusaha menenangkan diri, Sesaat dia mengangkat wajahnya dan menatap kedua netra sang suami.
“Maafkan aku mas, aku sudah melakukan dosa besar. Bayi ini anak pak Zaki, pemilik perusahaan tempat aku bekerja,” Ucap Sonia menjelaskan tanpa ada yang dia tutupi dan tidak juga menyalahkan orang lain.
“Astaghfirullah … Kamu sadar itu perbuatan dosa Nia?” Tanya Kabir yang kini mulai kecewa. Tadinya pria itu sudah siap untuk mendengar apapun, tapi saat mendengarnya secara langsung, hatinya pun hancur.
“A-aku sadar mas, dan aku ingin bertaubat. Aku ingin membunuh bayi ini saja ….” Ucap Sonia dengan putus asa. Kabir terkejut mendengar apa yang diucapkan sang istri. dengan cepat pria itu memegang kedua bahu Sonia dan memintanya untuk duduk kembali di pinggiran kasur.
“Jangan membunuh bayi itu Sonia, Dosamu sudah sangat besar, ditambah lagi dengan kamu membunuhnya. Sonia aku memintamu untuk keluar dari rumah ini, dan setelah kamu melahirkan nanti kita akan kembali membahas kelanjutan rumah tangga kita.” Ucap Kabir dengan suara tertekan, pria itu mati-matian menahan emosi yang bergejolak.
Sebagai orang yang paham agama Kabir tidak mau membiarkan emosi membakar dirinya.
“Apakah mas akan menceraikanku?”
❤️❤️❤️
Huuufff ... Sonia, author juga bingung gimana cara jalan keluar masalah mu. 😢🤔
Yuuukkk ramaikan jempoooll nya pemirsaahhh, komen, vote dan hadiiaah nya ya. tengkyuuhh pemirsaaahhh.
❤️❤️❤️🤔😢🌹🌹🌹
“Aku akan meminta petunjuk dari Allah, saat ini aku tidak ingin mengambil keputusan. Aku mohon pergilah dulu menyelesaikan urusanmu dengan Zaki, dan kembalilah setelah kamu selesai melahirkan bayi itu. Ingat pesanku Sonia, jika kamu ingin bertaubat, maka perkuatlah niat itu dan berubahlah menjadi lebih baik. Allah akan mengampuni sebesar apapun dosa hambanya, jika orang itu bersungguh-sungguh menjemput hidayah Allah. Aku mungkin tidak bisa mendidikmu lebih baik, tapi Allah punya cara sendiri untuk hambanya untuk kembali mengingat Nya.” Ucapan Kabir yang sesekali terdengar bergetar. Sonia kembali terisak, hatinya sungguh hancur saat ini. Kabir masih bisa tenang menghadapi penghianatan yang dia lakukan, padahal dirinya sudah sangat kotor.
Sonia hanya bisa mengangguk dan tidak bisa membantah atau sekedar memohon kepada sang suami. Dengan gontai wanita itu mengemas semuanya. Dia hanya meminta waktu untuk malam ini, besok pagi dia akan keluar dan menyelesaikan semua urusannya seperti yang Kabir utarakan tadi.
Kabir sudah menjelaskan kepada Ema, Ema mengembalikan beberapa pakaian yang sudah dia kemas ke dalam koper. Wanita itu tidak terima dengan kelonggaran yang diberikan sang putra. Ema ingin malam ini juga Sonia keluar dari rumahnya.
“Sonia, saya tidak mau malam ini kamu menginap disini. Malam ini juga kamu harus angkat kaki dari rumah ini!” Amuk Ema. Wanita itu dengan amarah yang sudah di ubun-ubun menunjuk muka Sonia.
“Bu, Nia mohon malam ini saja, besok pagi Nia akan keluar dari sini.” Ucap Sonia dengan mata yang sudah sembab. Wanita itu tidak menyangka sama sekali kalau sang mertua tidak menyetujui permohonan Kabir.
“Tidak, aku tidak mau rumahku di kotori oleh seorang pezinah seperti mu. Setelah mengemas semua barang mu, keluarlah segera dari sini!” Ucap Ema tajam. Sonia masih terus berusaha memohon. Tapi Ema tidak bisa ditawar lagi, kini wanita paruh baya itu semakin keras bicara dengan menyebut Sonia dengan istilah yang menyakitkan.
*****
Zaki sudah berada di kamar bersama Zoya. Melihat wajah cerah sang suami membuat Zoya berpikir kalau suaminya habis menang tender.
“Sayang, kamu bahagia banget keliatannya?” Tanya Zoya.
“Aku ada kabar baik untuk kamu Honey,” Ucap Zaki. Tangan pria itu menyambar pinggang sang istri dan membawanya ke pangkuan kaki kekarnya.
“Heeemm … pasti abis menang tender,” Ucap Zoya dengan senyum cantiknya. Zoya memiliki kecantikan yang sempurna, mata bulat, bibir tipis, hidung mancung dan alis yang tebal asli bukan hasil sulaman.
“Kita akan punya bayi sayang,” Ucap Zaki dengan mata berbinar. Zoya berdiri dan duduk di sebelah Zaki, keningnya berkerut dan otaknya sibuk berpikir apa yang sedang terjadi.
“Ma-maksud kamu aku hamil Honey?” Tanya Zoya yang bingung karena saat ini dia sedang datang bulan, bagaimana Zaki mengatakan dirinya sedang hamil.
“Bukan Sayang, jadi begini ….” Zaki menceritakan semuanya tentang hubungannya dengan Sonia dan tidak lupa pria itu memohon maaf kepada sang istri. Tetapi Zaki tetap meminta Zoya mau menerima kehadiran Sonia karena ada penerus generasinya di rahim Sonia.
Zoya tercengang mendengar semua cerita sang suami, dunianya runtuh tapi tidak bisa dia berbuat apa-apa. Wanita mana yang mau di khianati dan kini ada bayi yang hadir di antara hubungan terlarang antara suaminya dengan istri orang lain.
Zoya berusaha untuk tidak meledakkan amarahnya, di satu sisi dia juga merasa rendah diri karena selama ini belum juga diberikan anak. Melihat kebahagiaan suami, Zoya berusaha sekuat tenaga untuk menarik bibirnya membentuk sebuah senyum.
Otak cerdasnya langsung berpikir cepat, apa yang harus dia lakukan dengan semua ini, haruskan dia menerima wanita selingkuhan suaminya menjadi madunya? Zoya sudah membulatkan tekad untuk menguatkan hatinya menghadapi persoalan yang sangat besar menurutnya, tapi sangat membuat sang suami bahagia.
“Bawalah perempuan itu kerumah ini Honey, aku menerimanya.” Ucap Zoya tenang. Tepatnya berusaha untuk tenang.
Criiing!
Mata bermanik hitam milik Zaki bersinar cerah mendengar titah istrinya tercinta. Zaki sangat mencintai Zoya tapi dia pun tidak ingin melepaskan Zonia yang kini sudah mengisi seluruh ruang di hatinya. Entah tipe macam apa Zaki ini, Author juga sebel liat dia.
Zaki menghubungi Sonia dan ada rasa sedikit lega di hati wanita itu, Sebelum ke rumah Zaki yang jaraknya cukup jauh, Sonia berniat untuk beristirahat di hotel. Dengan cara itu dia berharap bisa menenangkan pikiran dan berpikir jernih.
Kabir terpaksa melepas sang istri karena desakan sang ibu. Sakit juga hatinya ketika mendengar Ema yang memaki Sonia dan terus saja mengusir sang istri. Taxi online sudah berada di luar rumah, Kabir berusaha tegar dengan masalah yang menerpa rumah tangganya.
Sonia kini sudah berada di kamar hotel dan mengirimkan pesan kepada Zaki untuk menjemputnya besok pagi, Zaki setuju karena dia juga ingin menyiapkan tempat untuk Sonia di dalam rumah besarnya.
Sonia membersihkan diri dan kali ini dia melaksanakan sholat maghrib seorang diri. Dalam doanya wanita itu memohon ampunan dan ingin bertaubat, air mata penyesalan kembali keluar dari kedua matanya yang masih sembab. Setelah puas berdoa dan bertaubat, Sonia merasa lapar. Sesaat wanita itu mengusap perutnya yang masih rata.
“Dedek laper ya? mau makan apa sayang?” Tanya Sonia kepada bayi yang ada dalam perutnya. Seakan benih itu sudah bisa bicara. Entah kenapa tiba-tiba Sonia ingin makan nasi padang, wanita itu berniat untuk keluar hotel dan mencari nasi padang.
Tidak jauh dari depan hotel, Sonia melihat ada restoran padang dan senyumnya pun terkembang. kembali wanita itu mengusap perutnya dan bicara dengan dirinya sendiri.
“Dedek makan yang banyak ya sayang, biar sehat dan tumbuh baik di perut mama.” Ucap Sonia lembut, pandangannya mengarah ke restoran dan dia pun tidak memperhatikan lalu lintas.
Kaki wanita itu melangkah pelan menyeberang jalan. Dari arah kanan jalan sebuah truk melaju dengan kecepatan sedang, beberapa kali truk itu membunyikan klakson tapi sepertinya Sonia melamun dan tidak mendengar apa yang terjadi dengan sekitarnya.
Ciiiiittttt!
Braaaak!
“Aaaaakkhhhh!” Teriakan sonia membuat banyak orang berteriak dan berhenti mendadak.
“Tolong telpn ambulan!” Teriak seorang pria yang masih bisa dilihat oleh Sonia. Tampan dan berwajah putih bersinar. Tidak lama pandangan Sonia mengabur dan nafasnya sesak.
“La ilaha illallah, Muhammadarrasulullah ….”
❤️❤️❤️
Waduhhh Sonia kenapa? 😱.
Yuuukkk ramaikan jempolnya pemirsaaahh.. komen yang rame, vote yang banyak, hadiah berlimpah ya. tengkyuuuhh pemirsa tercinta.
❤️❤️❤️😱😱😱🌹🌹🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!