NovelToon NovelToon

Pernikahan Sementara Dengan Orang Ternama

Pernikahan

Aku tidak mengharapkan ini semua....

tapi,

Gaun pengantin sudah melekat di tubuhku,

dan waktu tinggal beberapa menit lagi.

Hari ini adalah hari menyedihkan sepanjang umur hidupku.

Tidaaaak ... hancur sudah semuanya.

Andaikan sang waktu berhenti sampai di sini saja.

*Aku ... aku sudah jatuh, jatuh terlampau jauh, sampai ke dasar jurang, sampai dimana aku tak melihat setitik cahaya sedikitpun.

Ketika ku bangkit, bahkan gelap pekat kembali menyelimutiku.

Dan ... Kenapa ... kenapa harus dia? Seorang pria yang jauh dari harapanku, seorang pria yang tak sedikitpun aku kenal.

Kenapa dia yang harus hidup bersamaku* ...(batin Wilona yang menangis sedari tadi)

Resah dan gelisah Wilona gadis manis yang terpaksa direnggut kebahagiaannya, karena menikahi seorang pengusaha kaya dan tampan bernama Okta.

Pengusaha kaya? Hm...sayang sekali.

Sebab, pasangan yang kaya dan tampan, tidak sama sekali terbersit dalam hatinya.

Setia ... sederhana... dan menghargai kehidupan itulah yang selama ini ia pegang. Mengapa? sebab kisah kehidupannyalah yang membentuk karakternya sampai detik ini.

**●●●

Pernikahan**

Kala itu dalam suatu suasana pernikahan.

Dikala pengantin wanita berjalan di pelaminan dengan hati berdebar memakai gaun yang cantik nan indah mempesona,

Berjalan di iringi genggaman tangan seorang kekasih yang akan menaruh janji menjadi pasangan seumur hidupnya.

Sebuah momen indah yang akan diingat seumur hidup, terutama bagi kedua pasang mempelai.

Tapi apa ini?

Justru Wilona harus berjalan sembari menelan pil pahit.

Menikahi seorang pria, yang lebih tepatnya ...

Dalam waktu tiga kali pertemuan mengenalnya.

▪▪▪▪▪

Saat itu Wilona harus duduk di sebuah ruangan khusus, ruangan yang di sediakan untuk calon mempelai wanita, ruangan penantian sebelum acara di mulai.

Ruangan cantik itu penuh dengan dekorasi indah, vas bunga dengan berbagai karangan bunga terhias di meja dan setiap sudut ruangan.

Lampu gantung bak kristal yang terpasang seolah-olah menari berkelap kelip, ditambah suara alunan musik klasik yang juga sampai terdengar masuk di dalam ruangan.

Terdapat satu tempat duduk besar berwarna putih selaras dengan warna dekorasi ruangan.

Ya ... tempat itu adalah tempat dimana Wilona duduk terdiam, dalam keadaan hati yang tidak karuan.

Tampak di balik pintu banyak orang yang berlalu lalang dengan segala kesibukannya.

Beberapa tamu juga berdiri, mereka saling ngobrol asik dengan lawan bicaranya menunggu acara dimulai.

Di mata Wilona, semua yang hadir tampak elegan, tampilan jas dan gaun yang berkelas benar-benar terlihat menawan.

Suatu keadaan dimana ia hanya pernah menyaksikan ini semua sebelumnya dalam dunia maya, tapi ... kini ia sendiri menjadi bagian di dalamnya.

Namun sedihnya ... tak ada satupun dari mereka yang ia kenal.

Wilona duduk seorang diri dengan gaun pengantin putih yang indah dan menawan,

Dipegangnya buket cantik berwarna putih seirama dengan gaun pengantin yang dikenakan.

Tak lupa sebuah mahkota melingkar di atas kepala, menambah aura kecantikannya keluar bak seorang dewi

Di ruangan itu ia tidak sendiri, melainkan ditemani 2 orang fotografer yang siap membidik beberapa tamu khusus yang hanya di perbolehkan masuk bertemu dengannya.

Nasi sudah menjadi bubur, Wilona harus terpaksa tersenyum bahkan pada mereka yang tidak dikenal sekalipun.

Mereka masuk dengan melontarkan pujian demi pujian, namun tak satupun yang berhasil mengubah kekalutan yang dirasakan Wilona.

Ya Tuhan kenapa waktu cepat sekali, tapi tidak mungkin juga aku berharap waktu berhenti sekarang juga.

hmmm...tenang wilona aku kuat hanya untuk sementara..pasti bisa( menguatkan hatinya sendiri)

Tapi ... Kuat apa...kuat apaaaa coba...Aku jatuh dalam kesedihan sendiri, kenapa juga aku berani sejauh ini? menyerahkan kebahagiaanku disini?

harapanku hanya menikah sekali seumur hidup musnah sudah, aku justru berada sini dengan orang-orang yang tidak ku kenal.

Apa aku kabur saja ya ( Wilona melihat jendela yang terbuka lebar di sebelah kirinya),

atau apa aku pura-pura pingsan saja ya..

ah tidak mungkin juga aku melakukan itu, semua ini gara-gara perjanjian konyol yang tidak bisa aku hindari..hiks

Tiba-tiba dari arah luar masuklah dua orang yang akhirnya bisa mengubah sedikit perasaan tertekan Wilona ...

"Wilonaaaa," teriak Jesika sahabat Wilona yang datang bersama Petra menghampiri.

"Hus ... jangan teriak-teriak!" sahut Petra.

"Wah kamu cantik sekali sayang, aku jadi pengen pakai baju begini juga," timpal Jesika.

" Hei, kenapa pengen, bukan nya yang benar itu kamu harus cari pacar dulu?" Petra menambahkan dengan wajah menyindirnya.

"Apaan sih," cemberut sambil melirik Petra yang tampak tersenyum penuh kemenangan.

Hahaha seketika ruangan jadi ceria, para fotografer yang tidak sengaja mendengar percakapan juga jadi ikut tersenyum mendengar percakapan mereka.

Mereka adalah kedua sahabat Wilona, sudah bersama sejak SMP. Segala tawa, canda dan air mata sudah sangat sering mereka lalui.

Petra gadis yang selalu penuh dengan logika, tegas dan berani, dia sudah memiliki kekasih di kampus yang sama.

Jesika kebalikannya ... gadis yang manis, ceria dan suka berimajinasi. Satu-satunya yang masih jomblo dari kita bertiga adalah Jesika, dia memilih bekerja saja daripada kuliah, karena ingin membantu adik-adiknya tetap bersekolah. Mereka berdua adalah orang yang selalu membuatku ceria kapanpun dan dimanapun kami berada.

...

"Wil, semoga bahagia yah, aku senang kalau kamu bahagia sekarang, kamu cantik sekali." terlihat Petra tersenyum bangga melihatku, tak terasa terlihat matanya sedikit berlinang.

"Iya Pet, A-aku bahagia sekarang." sambil pura pura tersenyum.

ohhh... masa mudaku yang bahagia, kamu mau pergi kemana, dan mulutku ini hanya bisa berucap sebaliknya, andai saja kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi, dalam hati ingin teriak dan berkata, aku belum mau jadi istri siapapun.tolong akuuuuu teman-teman.

....

"Saya Oktavianus Indra Wahardian memilih kamu Wilona Cinthiya menjadi istriku, saya akan mencintaimu dalam susah dan senang, dalam untung dan malang, saya akan setia dan berjanji akan mencintaimu dan menyayangimu sampai akhir maut memisahkan kita". ucap Okta dengan penuh keyakinan.

cih... ini adalah janji palsu yang keluar dari mulutmu, hampir membuat perutku sedikit mual rasanya. Bagaimana dia bisa mengucapkan janji itu dengan lancar dan begitu lantang.

Apakah kamu pernah memenangkan penghargaan aktor sebelumnya?

...

Aku tidak tahan rasanya. Berpura-pura tersenyum bahagia di depan wajah mereka, ingin ku kabur saja keluar dari ruangan ini. batin Wilona.

Dilihat oleh beberapa pasang mata yang terlihat bahagia, mereka berdua berusaha untuk tersenyum sekalipun hati mereka berkata sebaliknya.

Terkadang Okta sengaja memegang tangan Wilona dengan keras saat harus bergandengan tangan membuat istri di sebelahnya berjalan sambil menahan sakit di tangannya.

Wilona hanya bisa melirik dan kembali tersenyum pada para tamu undangan.

Membuat dirinya bersikap senatural mungkin.

huuuuh kenapa harus wanita ini yang harus menemaniku sekarang...Ony tunggu sebentar saja, aku pasti kembali padamu. Batin Okta.

Ingatannya kembali pada masa itu. Dimana Leony kekasih dan cinta pertama Okta menangis sedih, ketika Okta mengatakan harus menikahi wanita pilihan orang tuanya.

Okta adalah lelaki yang sangat mencintai Leony, tidak ada yang tidak bisa ia berikan saat Ony wanita kesayangannya meminta sesuatu.

Sekalipun itu harus menempuh ribuan kilometer jaraknya, namun asalkan Ony bahagia, Okta akan bersedia lakukan segala cara.

Tapi pada akhirnya ada hal yang ternyata tidak bisa di kabulkan oleh Okta, yaitu perjodohan orang tuanya.

...

Acara akhirnya selesai dengan sempurna, terpancar rona wajah bahagia dari masing-masing keluarga dan para tamu undangan.

Kedua keluarga satu persatu meninggalkan gedung pesta menuju rumah masing-masing berpamitan dengan sepasangan suami istri yang tentu saja 'tidak saling mencintai'.

Okta dan Wilona tidak harus pulang karena keluarga sudah menyiapkan kamar spesial untuk mereka berdua.

Ya ... ruang dimana pesta diselenggarakan tersebut, terhubung dengan hotel ternama. Hotel ini jugs merupakan salah satu hotel milik keluarga Okta yang biasa di sebut milik kalangan Wahardian.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga Wahardian adalah keluarga terkaya dan terpandang.

Mereka memiliki aset dimana-mana. Perusahaan besar dan anak cabang di berbagai pelosok negeri, hotel dan pusat-pusat perbelanjaan, stasiun tv bahkan dikuasai keluarga Wahardian, membuat nama keluarga Wahardian semakin terkenal.

Tidak ada satupun orang yang tidak tahu saat menyebut nama itu.

...

Menuju hotel

"Silahkan Tuan dan Nyonya" sambil mempersilahkan kami masuk ke dalam lift, seorang pria tinggi dengan jas yang rapi menyambut kami.

Pria ini lalu mulai memencet tombol lift.

Dia adalah Judika asisten pribadi Okta yang selalu setia menemani kemanapun Okta berada.

Setelah lift tertutup sempurna

"Hfffff." Wilona menghela nafas panjang, melenturkan tubuhnya seolah-olah dramanya sudah usai.

Ternyata suaranya cukup terdengar jelas di dalam lift yang hanya diisi mereka bertiga.

Wilona terkaget sendiri akan hal itu lalu secara spontan melihat ke arah wajah Okta.

Tak disangka Okta juga melihat ke arah Wilona dengan tatapan tajam, alis berkerut dan tampak menakutkan.

Wilona kaget, jantungnya berdegup kencang, ia menegakkan postur tubuhnya dan pelan-pelan memalingkan wajahnya menghindari tatapan maut itu.

Ya Tuhaaaan bagaimana aku bisa hidup dengan lelaki yang satu ini nanti, sorot matanya sudah seperti sinar laser yang langsung membuat mataku sakit.

Jantungku masih saja bergetar kencang, seperti di tusuk-tusuk. Bagaimana ini? seolah-olah bernafas saja salah di hadapannya.

▪▪▪▪▪

Bersambung...

Halo semua, terimakasih sudah mau mampir dinovel ini ya, jangan lupa setelah membaca klik ♡ dan komen, dukung author dengan kasih vote sebanyak-banyaknya, lewat poin yang kalian kumpulkan secara gratis

Pertengkaran di kamar hotel 1

Pintu lift telah terbuka dan Judika menundukkan kepala, mempersilahkan kami lewat terlebih dahulu, kemudian kami keluar menyusuri lorong menuju kamar utama.

Wilona yang sudah menerima tatapan maut jadi tidak berani berjalan bersebelahan dengan Okta, karena itu ia memperlambat langkahnya sehingga akhirnya berada di belakang Okta.

Pandangannya teralih setelah melihat kanan dan kiri ruangan.

Semua hal yang tampak di matanya membuatnya terheran-heran.

Biasanya lorong hotel hanya tampak monoton, namun kali ini berbeda.

Lorong ruangan ini cukup besar, penuh dengan lukisan yang terbilang mahal, karpet tebal berwarna coklat dengan motif bunga membuat ruangan nampak elegan.

Alunan instrumen musik terdengar melalui speaker audio yang tertanam tiap dinding.

Lampu menggantung dan beberapa susunan tanaman yang seolah olah menyambut kami menyusuri jalan menuju kamar.

Dikanan dan kirinya terdapat dua kamar dengan pintu yang besar, tapi di ujung sana terdapat kamar dengan pintu yang lebih besar lagi, sudah bisa di pastikan itu adalah kamar utamanya.

Sambil berjalan Wilona merasakan suatu yang aneh....

Bagaimana ini, bagaimana ini ... Ada apa dengan mereka, kenapa sepi sekali.

**S**ekarang tinggal kita bertiga, mereka berdua juga diam saja, aku harus bagaimanaaaa? aura di lift saja sudah tidak nyaman rasanya.

Wilona bingung merasakan keheningan di antara mereka bertiga, ia lalu mengalihkan pikirannya dan kembali kagum melihat keadaan ruangan dengan segala dekorasi di sekelilingnya.

Brukkk!

seketika Okta menghentikan langkahnya membuat Wilona yang berjalan di belakang menabrak tubuh besarnya.

Tidak bisa lagi menjaga keseimbangan dan mulai jatuh kebelakang.

Untung saja dengan sigap Judika yang juga berada di belakang Wilona menangkap dan kembali menegakkannya kembali pada posisi semula

Dengan perasaan malu Wilona menatap Judika

Ka-k**amu keren sekali.

Kalau sampai aku benar-benar jatuh tadi, mau ditaruh mana mukaku.

Hm ... sepertinya kamu lebih menarik ... ayolah kenapa bukan kamu saja yang jadi Okta, setidaknya aku tak perlu melihat tatapan maut dan pernikahan sementara ini mungkin lebih nyaman(berimajinasi sambil melengkungkan bibir ke bawah, setelah itu pikirannya teralih pada tubuh tinggi di depannya)bukan seperti manusia keras berkepala batu seperti dia. Wilona menggerutu sebal dalam hatinya.

"Te-terimakasih Judika." ujar Wilona sambil melirik ke belakang.

Wilona menyampaikan dengan senyum dan gestur malu-malu merapikan rambut di belakang telinganya.

Tampak Judika membalas hanya dengan menundukkan kepala saja tanpa berkata-kata.

"Jud, istirahatlah." Okta menoleh tanpa melihat.

"Baik Tuan, saya ada di kamar ini jika Tuan perlu sesuatu. "

"Masuklah!" Menyuruh dengan nada datar.

" Baik, Tuan dan Nyonya, selamat beristirahat." Judika menundukkan kepala sebentar dan langsung menuju kamar yang di sediakan khusus untuknya.

Rupanya si tatapan maut itu berhenti karena berdiri tepat di pintu kamar Judika.

Setelah itu!

Suasana jadi mencekam lagi dan hening tanpa ada suara sama sekali, bahkan Wilona dapat mendengar suara nafasnya sendiri yang tidak tertata dengan baik, tiba-tiba jantungnya juga ikut berdetak tidak karuan.

Kenapa dia diam saja ya, Judika sudah disuruh pergi, terus kamu mau apa? apa aku mau di usir dari sini?....(Wilona berfikir aneh-aneh)

" Hei, kalau jalan pakai mata bisa tidak?" Okta menoleh tanpa melihat.

Wilona tampak ingin mengumpat tapi akhirnya dia bisa menahan sambil menutup mata dan menghela nafas panjang.

●●●●●

Begitu lah beberapa aturan yang masih dia ingat, yang dulu pernah di sampaikan asisten tampan waktu itu.

Flash back pertemuan dengan Judika

Waktu itu di pagi hari yang cerah, berdiri seorang laki-laki tampan berpenampilan rapi di depan kedai roti milik ayah Wilona.

Seolah-olah sudah janjian dengan ayah sebelumnya, ayah pun pergi kedepan menyambutnya pria tampan itu, mereka bertemu dan mempersilahkan Judika duduk di tempat yang sudah dirapikan ayah sedari tadi, setelah berbincang sebentar ayah langsung masuk ke dapur mendekati Wilona.

"Nak, itu Judika asisten Pak Okta sudah datang, sana di temui dulu"

"I-iya ayah" melirik ke arah meja melihat seorang laki-laki dengan postur tegap duduk. Wilona pun jalan dengan malas menuju meja.

" Selamat pagi Nona."Judika langsung berdiri dan tersenyum hangat menatapku.

Begitulah pertemuan pertama kami, saat aku melihat wajahnya yang tersenyum seperti melihat sinar mentari pagi yang cerah seketika.

Senyumannya juga menghangatkan suasana.

Ditambah posturnya tinggi tegap dengan setelah jas hitam dan rambut yang rapi, aroma parfum yang menambah kesempurnaan tubuhnya.

Membuatku membayangkan ini adalah sosok idaman para wanita yang biasa ada di novel-novel yang sering ku baca.

" Nona, kedatangan saya kesini bla..bla..bla."

wah ruangan ini jadi tampak bersinar, dengan kedatangan pangeran mempesona di depanku.

Apa? kenapa harus pakai bahasa formal juga, memangnya aku siapa? dia siapa?

tapi ... eh ... tidak-tidak kenapa aku langsung memikirkan cowok ini, heh Wil fokus-fokus.

Aku tidak boleh tertarik hanya dari penampilan luar, semuanya menipu, lebih baik orang yang baik hati dan setia itu sudah cukup, seperti Bastian, Itu adalah prinsip hidupku dalam mencari pasangan (Saking seringnya Wilona baca novel-novel romantis dia tidak mau lagi tertarik hanya dengan ketampanan dan kekayaan seperti idaman wanita pada umumnya).

Bastian? Siapa Dia?

( Bastian adalah kekasih Wilona yang akhirnya diputus sepihak karena tidak mau menyakiti perasaannya)

...

Kembali ke pertemuan dengan Judika.

Tunggu! asisten ini memang terlalu tampan, sayang untuk dilewatkan, baiklah aku cukup sampai disini, cukup menikmatinya saja. gumamnya

"Nona? ... Nona Wilona?" Judika memanggil.

"Eh ... Iya, ada apa?" tersadar dari lamunannya.

" Apa Nona sudah mengerti apa yang saya sampaikan tadi?"

"hah? ... eh ...?" mata Wilona bingung mencari jawaban tentang apa yg di jelaskan tadi, sambil beberapa kali mengedipkan mata berfikir dan sadar bahkan satu kata pun tidak ada yang masuk dalam otaknya.

Sambil tersenyum Judika mengambil beberapa kertas dari dalam tasnya dan menyerahkan pada Wilona.

"Nona, ini adalah beberapa hal yang tadi sudah saya jelaskan tentang peraturan ketika menjadi istri Tuan Okta.

Begitu juga peraturan dalam kehidupan Keluarga Wahardian.

Sekiranya nona masih bingung, Nona bisa membacanya kembali " Judika tersenyum ramah sambil menyerahkan lembaran kertas.

"I-iya." seketika kata-kata 'istri Tuan Okta' kembali menyadarkan Wilona dan membuatnya menjadi lemas terkulai menyadari bahwa ia sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga Wahardian

●●●●●

Kembali ke Hotel

"Hei, apa kamu tidak mau masuk?" nada keras Okta, membuat Wilona tersentak kaget. Ia kembali sadar dari lamunannya.

"I-iya" Wilona berjalan cepat menuju kamar.

Ternyata Okta sudah berjalan jauh sampai di depan pintu, sedang Wilona masih terdiam sibuk dengan lamunannya.

Di dalam Kamar Hotel

Saat menutup pintu dan berbalik Wilona dibuat takjub lagi dengan suasana kamar hotel, sebuah bed yang cukup besar terletak ditengah ruangan, tampak lukisan di sebelah kanan dengan hiasan lampu yang terpasang di setiap pojok lukisan, terdapat meja kerja kursi dengan lampu melengkung disebelahnya, aroma ruangan terhirup tanpa permisi membuat Wilona terlupa sementara apa yang terjadi, dia berjalan dua langkah penasaran melihat ada ruangan apa di belakang meja kerja itu.

Dekorasi ruangan yang sangat apik, dindingnya juga bermotif, bahkan bagian atapnya saja dihiasi dengan lampu yang sangat cantik membuat siapa saja yang melihat pasti kagum dibuatnya.

Ini benar-benar kamar hotel berkelas, aku tidak menyangka ada kamar seluas ini, ini bahkan sudah bisa dibilang ukuran rumah buatku.

Okta melihat sinis Wilona yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan mulut terbukanya.

Saat pandangannya belum cukup puas menyusuri sudut-sudut ruangan, Wilona di buat kaget bukan kepalang melihat kejadian di depan matanya.

Okta membuka kancing baju satu persatu,

Dengan reflek yang cepat buru-buru dia menyilangkan ke dua tangan di dada dan membalikkan badan kembali ke pintu masuk tadi

Apa iniiiiii? dia sudah gila ya. batin Wilona dengan jantungnya yang tanpa permisi berdegup kencang.

▪▪▪▪▪

Bersambung....

Halo semua, terimakasih sudah mau mampir dinovel ini ya, jangan lupa setelah membaca klik ♡ dan tinggalkan jejak dukung author dengan kasih vote sebanyak-banyaknya, lewat poin yang kalian kumpulkan secara gratis

Pertengkaran Di kamar hotel 2

"Bodoh". sambil tersenyum sinis, Okta pergi berlalu menuju kamar mandi.

Wilona yang mendengar perkataan itu seketika menjadi emosi kembali dan menoleh ke arah Okta yang ternyata sudah tidak ada lagi di ruangan itu.

Enak saja berkata bodoh, harusnya kamu tahu diri, apa yang kamu lakukan itu tidak pantas, main buka baju segala, siapa juga yang tidak berpikiran aneh-aneh kalau kondisinya cuma ada kita berdua( tanganya terkepal geram mendengar kata yang di ucapkan Okta tadi)

Wilona pun lantas berjalan dan menemukan tas kecilnya.

Ah tasku disini ....

Ia lantas duduk di sofa, merogoh sesuatu di dalam tas dan segera mengeluarkan ponselnya, karena setidaknya dia bisa dapat hiburan dari sana.

Tak lupa Wilona memberi kabar pada keluarga dirumah, membalas semua ucapan selamat yang masuk di nomornya.

Pikiran melintas pada kedua sahabatnya yang pasti sedang hepi-hepi di luar sana.

Sebaiknya aku telepon mereka saja. batin Wilona.

Jesi mengangkat panggilan dari ponsel nya.

"Wilonaaaa, hei kenapa telepon jam segini bukannya kamu seharusnya asik-asik dengan pengusaha tampan itu.hahahaha, "seru Jesika

 "Heyyy, apaan sihhhh Jes, jangan bicara yang engga-engga, kamu sedang apa sekarang?" tanya Wilona.

"Yah biasa donk, kita lagi ngopi nih di kafe, lagi seru-serunya bahas tentang kamu, ngga habis-habisnya nih kita bicarakan tentang kamu?hahahahah"

"Apa? ...kalian masih berdua ya..ih aku jadi pengen kesitu, andai saja aku bisa bergabung".

Wilona mengekspresikan wajah manyun dengan bibir melengkung kebawah, membayangkan kedua wajah sahabatnya itu .

Tanpa di ketahui, Okta yang sudah selesai mandi mendengar percakapan mereka dari ruang ganti.

"Apa kalian berdua sudah merasakan nikmatnya bercinta ... terus ... gimana rasanya?

Aku tidak bisa membayangkan sudah tinggi, kaya, tampan, orang ternama hihihi?" Jesi tertawa sambil mengibaskan rambutnya geli lalu kemudian menutup mulutnya.

Petra yang duduk di sebelahnya cuma bisa berdecak, sambil geleng geleng kepala melihat tingkah sahabatnya ini.

"Nikmatnya bercinta?hahaha ... su-sudah pasti lah, iya-iya, ke-kenapa engga, hahaha ...hanya saja badan ini terlalu capek, mau langsung tidur ajalah sebentar lagi" Wilona mencoba mengarang indah sambil menunjukkan ekspresi mau muntah setelahnya .

"Aaaaa..Wilona dasaaarrr, udah ngga usah pamer yah kamu" jesika seru sendiri sambil tutup mulut membayangkan yang tidak-tidak.

Tidak tahan dengan kelakuan Jesika yang menggila, Petra menyaut ponsel Jesi dan gantian berbicara;

"Wil, udahan ah, temani suamimu sana, jangan di tinggal ngobrol sama kita.

OK...selamat istirahat ya cantik, semoga mimpi indah." Petra langsung mengakhiri pembicaraan tersenyum tenang masih sedikit melirik melihat Jesika yang senyum-senyum sendiri.

"Iyah, Pet kamu juga ya, Met bersenang senang semuanya." Wilona menaruh ponselnya di meja dekat sofa.

Setelah itu kembali lemas menghela nafas panjang, merebahkan tubuhnya di sansaran sofa.

Mereka bertiga adalah sahabat yang rasa sayangnya sudah seperti saudara sendiri, tidak ada satupun hal yang mereka tutupi.

Apalagi kalau mereka bertiga tidur bersama, hal sekecil apapun akan di bongkar habis tak tersisa.

Hanya saja akhirnya Wilona terpaksa berbohong pada mereka berdua tentang pernikahan ini, dia tidak akan tega melihat kedua sahabatnya bersedih ketika tahu bahwa pernikahan ini adalah perjodohan dan hanya sementara.

"Cih...nikmatnya bercinta? teman-temanmu itu mesum juga ternyata." sindir Okta sambil menggosok-gosok rambutnya.

"APA???" Wilona marah seketika dengan muka kesal, namun akhirnya kaget menutupi mulutnya.

Ia tersadar kalau percakapan tadi di dengar juga oleh Okta, dengan cepat Wilona menoleh ke samping sambil mengernyitkan mukanya kesal memukul mulutnya sendiri berkali-kali.

"Apa kamu benar-benar mau kita melakukanya disini?" lanjut Okta dengan nada menggoda namun ekspresi menghina.

"Huuuh, sudah gila ya anda Pak. Sudah berapa wanita yang ditiduri? Saya tidak akan mau sama laki-laki sepertimu."

 "APA?... apa kamu bilang tadi?" nada tinggi keluar,Okta seketika marah, tangan yang sejak tadi merapikan baju tidurnya tiba tiba berhenti.

"Ah, tidak ... aku mau mandi saja." Cepat-cepat menuju kamar mandi menghindari perdebatan dan menutup pintu dengan keras.

Okta menarik nafas panjang, sejenak menutup mata, menahan nafas kemudian menghembuskan pelan-pelan sembari mencoba mencari ketenangan, meregangkan lehernya ke kanan dan kekiri dan langsung duduk di ranjang bersandar pada bantal sambil meluruskan kaki.

Membaca beberapa laporan penting dari ponsel nya, lalu setelah itu membuka galeri melihat berbagai foto kekasihnya Leony

(ponsel Okta merupakan sarana melepaskan kepenatan dalam hidupnya, benar saja di ponsel ini terdapat koleksi yang sering di curi-curi Okta saat bersama kekasihnya Leony; saat Leony tertidur di kursi, saat makan salad, saat bermain piano bahkan saat asik memainkan hpnya Okta sibuk mencuri-curi foto).

Jempol jarinya juga bergerak mengikuti alurnya

rambut Leony seolah-olah sedang membelai rambut kekasihnya itu.

Senyum tersungging pelan-pelan dari mulutnya membayangkan betapa manisnya pujaan hatinya saat itu, suaranya yang lembut, senyumannya bahkan tawanya membuat kepala Okta di penuhi dengan bayang-bayang Leony.

Sementara di sebelahnya

Wilona yang sudah selesai mandi dibuat penasaran,

kenapa Okta menjadi tenang, hanya memandang hp bisa terlihat senyum sendiri di kamar. batin Wilona.

Perlahan Wilona melangkahkan kaki maju sedikit mencuri lihat apa yg di pandangi Okta saat ini.

Ia sepertinya melihat samar-samar seorang wanita berambut panjang namun masih belum terlihat jelas oleh matanya.

Wilona berusah mengernyitkan mata untuk mendapatkan gambar dengan lebih fokus

Apa itu kekasihnya ya, tapi siapa wanita itu,  di logika saja memang tidak mungkin juga sih kalau Okta sampai tidak punya kekasih, banyak yang cerita kalau wanita wanita di luar sana berusaha merebut hatinya, artis terkenal juga banyak yang menaruh hati padanya

Ah...aku ngapain sih ngga penting juga.

Rasa penasarannya membuat badannya maju perlahan-lahan untuk melihat siapa perempuan di ponsel itu.

Tak sadar Wilona menggeser tubuhnya, sampai remot TV yang ada di rak tempat tidur ikut bergeser dan ...

Prakk!!!

2 orang yang kaget tiba-tiba seirama melihat remot yang jatuh lalu seirama pula bertatapan mata, sempat diam beberapa detik, (entah mereka berdua kaku otot atau bagaimana^^)

"Huhhh, tidak berguna."Okta langsung memasang muka menyebalkan lagi dan langsung tidur membelakangi Wilona.

Ti-tidak berguna? ...

S**umpaaah aku kesel hari ini, gunting, mana gunting, aku mau potong rambutnya. Wilona kembali mengepalkan tangannya, sembari matanya coba mencari-cari siapa tahu ada gunting di sekitar sini.

Dasar Manusia kejam bisa bisanya berkata begitu, (mulutnya komat kamit tidak jelas, sembari kedua tangannya maju berusaha mencolok mata Okta dari belakang dan tersadar)tapi tunggu ... tunggu sebentar ... bed cuma ada satu.

Lalu aku? aku tidur dimana, masa Dia tega aku tidur di sofa.

Coba menenangkan diri sebentar kemudian berusaha bertanya sopan...

"Pak Okta, saya ... tidur dimana?"

tanya Wilona dengan nada yang super duper lembut.

"Kamu harus tahu batasanmu, mengerti?"

"Apa? Maksudnya apa?"Wilona menyaut dengan nada tinggi.

Okta Diam saja tidak membalas, Wilona yang kesal mengekspresikan muka marah sambil berusaha meninju, menendang udara seolah olah benar menghantam tubuh Okta

Andai aku bisa bawa truk pengangkut alat berat, sudah kutimbun kamu pakai batu besar.

baru hari pertama aku sudah dibuat emosi tingkat dewa. batin Wilona.

sambil mengacak-acak rambutnya kesal akhirnya Wilona berjalan ke arah sofa

ah...sudahlah sudah lelah aku tidak mau berdebat sama kepala batu ini. batinnya sekali lagi.

Berbaring di sofa melihat hp sebentar, pandangan sudah kabur dan mata yang sudah berat membawa mereka berdua masuk dalam mimpi

...

Bersambung

Halo semua, terimakasih sudah mau mampir dinovel ini ya, jangan lupa setelah membaca klik ♡ dan dukung author dengan kasih vote sebanyak-banyaknya, lewat poin yang kalian kumpulkan secara gratis

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!