Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Alana Pratiwi dan Abimana Rahardian yang ketiga tahun. Rencananya mereka akan makan malam dan menginap di hotel, sekaligus meluangkan waktu untuk bermesraan. Maklum, semenjak kelahiran putra mereka Arkana Pratama Rahardian, mereka jarang bisa berduaan.
Untuk mewujudkan rencana mereka, Abimana ingin memberi kejutan pada Alana. Tanpa sepengetahuan istrinya, Abimana memilih restoran mewah untuk mereka makan malam dan memesan kamar presidential suite di hotel bintang lima.
"Mas Abi, apa tidak apa-apa kita tinggalkan Kana dirumah?" tanya Alana yang ragu karena sejak putranya lahir, dia belum pernah jauh dari sang putra.
"Minta Kinara menginap untuk menemani bibi jaga jagoan kita." jawab Abimana.
Seperti yang Abimana katakan maka disinilah Kinara, bermain bersama Arkana saat Alana dan Abimana pamit untuk merayakan hari pernikahan mereka.
"Selamat bersenang-senang. Aku akan menjaga Kana, jangan khawatir." ucap Kinara agar Alana sabatnya tidak membatalkan acara yang sudah disiapkan oleh Abimana jauh-jauh hari.
"Baiklah. Titip Kana ya Ki." pamit Alana. Mengecup kening dan pipi putranya lalu menyusul Abimana yang sudah keluar lebih dulu.
Makan malam mereka berjalan lancar. Hidangan yang dipesan oleh Abimana semuanya kesukaan Alana. Abimana benar-benar menunjukkan rasa cintanya pada sang istri yang tidak diragukan lagi oleh Alana.
Abimana yang pertama kali mencintai Alana yang saat itu sedang patah hati karena ditinggal menikah oleh kekasihnya dengan wanita lain. Hati Alana yang beku lama-lama kembali mencair berkat usaha dan kegigihan Abimana untuk mendapatkan cinta Alana.
Satu tahun menjalin hubungan, Abimana melamar Alana dan memutuskan menikahi kekasihnya itu. Niat baik keduanya disambut baik oleh kedua orang tua Alana dan juga orang tua Abimana.
"Rasanya masih belum percaya Mas bisa memiliki kamu, Al." bisik Abimana saat mereka berdansa.
Abimana sengaja memesan private room direstoran mewah ini, dan dia sudah menyiapkan semua acara yang hanya akan mereka nikmati berdua saja.
Alana tersenyum, "Al juga masih belum percaya bisa mendapatkan cinta dari seorang Abimana Rahardian, pria dingin sedingin freezer" balas Alana sambil tertawa kecil, mengingat bagaimana pria yang menjadi suaminya ini mampu mengobati rasa sakit hati dan kecewanya yang ditinggal menikah dia acara yang seharusnya jadi acara pertunangannya.
Abimana yang ikut hadir dalam acara pertunangan itu segera menghampiri Alana yang malam itu terlihat tegar dan tetap tersenyum diatas kepedihan. Siapa yang tidak sedih, malam yang harusnya menjadi malam pertunagnanya menjadi malam pernikahan sang kekasih dengan wanita lain. Dalam hati Abimana bersyukur sahabatnya saat kanak-kanak itu menghamili wanita lain dan dipaksa menikahi wanita yang mengandung anaknya malam itu juga.
Abimana yang tidak ingin kehilangan kesempatan memilih untuk berada disisi Alana, menemani wanita yang mampu mengusik hatinya dan menggetarkan degup jantungnya sejak pertama bertemu, namun sayangnya berstatus sebagai kekasih sahabatnya.
Abimana terkekeh, "Pria freezer ini nyatanya bucin habis dengan gadis bernama Alana Pratiwi sejak pertama bertemu." ujarnya.
Gadis yang mengenakan hijab itu sering mendapat cibiran karena dinilai seperti kampungan dan tidak modis bagi kalangan mereka. Mereka tidak pernah tahu itulah yang membuat seorang Abimana jatuh cinta. Dengan kesederhanaan yang dimiliki Alana, serta cara wanita itu melindungi dirinya dari lawan jenis menghadirkan kekaguman dari sosok Abimana pada wanita yang berparas cantik itu.
"Benarkah?" ucap Alana menggoda suaminya.
"Mas tidak akan melepaskan dan meninggalkan kamu dan putra kita selamanya. Mas tidak bisa membayangkan bagaimana bisa hidup tanpa kamu dan Kana, sayang." bisik Abimana yang berjanji sungguh-sungguh.
"Janji?" tantang Alana.
"Janji." sahut Abimana.
Abimana melepaskan tangannya dari pinggang Alana. Satu tangannya dia letakkan didada dimana jantung dan hatinya berada. Lalu satu tangan lagi dia bentuk V tanda bersumpah.
"Seorang Abimana Rahardian berjanji selamanya akan mencintai istrinya Alana Pratiwi dan putranya Arkarna Pratama Rahardian. Dan apapun yang terjadi, seorang Abimaba akan selalu ada disisi istri dan putranya. Karena kalianlah sumber kebahagaianku." ucap Abimana tulus.
Tanpa Abimana sadari jika janjinya itu akan menjadi ujian terberat baginya untuk tidak ingkar dan tetap memenuhi janjinya.
Alana tersenyum menanggapi janji suaminya, bukan kali pertama Abimana mengucapkannya. Tapi kali ini Alana melihat kesungguhan suaminya. Alana bahagia, tentu saja. Siapa yang tidak ingin hidup bahagia dan selalu dicintai oleh orang yang juga dia cintai.
"Semoga bahagia ini tidak pernah hilang. Izinkan aku bahagia selamanya ya Allah. Aamiin." ucap Alana berdoa dalam hatinya.
"Ayo." ajak Abimana merangkul pinggang sang istri dan membawanya keluar dari private room itu.
"Kita pulang sekarang?" tanya Alana.
Abimana menggeleng, "Kita ke hotel, apa kamu lupa sayang?" jawab Abimana.
Alana tidak lupa, tapi entah mengapa dia terus memikirkan putranya yang dia tinggalkan di rumah bersama Kinara.
"Kana akan baik-baik saja. Ada aunty Kinara yang menjaganya." ucap Abimana yang tahu keresahan hati istrinya.
"Iya Mas. Al baru kali ini berpisah lama dengan Kana." sahut Alana.
Abimana meraih tangan Alana dan menggenggamnya erat. Alana memilih berhenti bekerja demi menjaga dan merawat putra mereka, karena itu istrinya selalu bersama sang putra. Tentu Abimana sangat menghargai keputusan sang istri dan mendukung keputusanya yang tidak bisa dilakukan banyak wanita zaman sekarang.
"Mas!" ucap Alana terkejut karena Abimana yang tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.
Mereka sudah tiba kamar hotel, kamar dimana mereka melakukan malam pertama. Abimana kembali memesan kamar ini untuk mengenang perjalanan rumah tangga mereka yang berawal dikamar ini.
"Apa yang Kinara katakan?" tanya Abimana sementara bibirnya mengekspose leher jenjang istrinya yang membuat Alana merasakan tubuhnya mulai bergairah.
"Kana tidur dan baik-baik saja." jawab Alana seperti yang diucapkan Kinara.
"Jadi, apa yang membuat istri cantik Mas ini melamun, hemm?" tanya Abimana yang menemukan istrinya melamun sambil menatap keluar jendela.
"Entahlah Mas, Al merasa Kana tidak baik-baik saja." sahut Alana jujur apa yang kini dia rasakan.
"Kamu tidak percaya dengan Kinara?" tanya Abimana lagi. Kali ini permainan bibirnya sudah berpindah ke punggung sang istri.
"Percaya." sahut Alana.
Tidak ingin menunggu lebih lama lagi, Abimana membalik tubuh istrinya. Kini dia menyatukan bibir mereka, bibir merah cherry yang selalu menjadi candu untuknya. Pertempuran keduanya berbagi peluh hingga dini hari. Hal yang diinginkan Abimana, dia ingin megulang malam dimana pertama kali dia memasuki sang istri dan merobek mahkota yang selalu dijaga Alana hanya untuk pria yang menjadi suaminya.
Waktu sudah menunjukkan pukul lima. Abimana dan Alana sudah selesai mandi dan menjalankan ibadah mereka meski mereka baru tidur dini hari. Ponsel milik Alana terus berdering yang mengusik konsentrasi Abimana yang sedang memimpin doa untuk kenahagiaan kelurga kecil mereka.
Alana yang mengkhawatirkan putranya segera mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Nama Kinara yang tertera dilayar membuat Alana segera menggeser tombol hijau.
"Al, cepat kerumah sakit tempat Aditya!" ucap Kinara dari seberang sana yang membuat jantung Alana berdetak lebih cepat.
"Ada apa sayang?" tanya Abimana yang sudah selesai merapikan sajadah yang tadi mereka gunakan.
"Kita kerumah sakit Aditya sekarang Mas!" ucap Alana yang langsung menganti mukenanya dengan jilbab instan yang memang sengaja dia bawa.
"Ada apa? Apa putra kita sakit?" tanya Abimana.
"Semalam Kana dibawa kerumah sakit karena kejang-kejang Mas. Suhu badanya tiba-tiba saja panas dan langsung tinggi." jawab Alana seperti yang dilaporkan oleh Kinara saat dia bertanya.
"Kenapa baru pagi ini Kinara memberi kabar!" rutuk Abimana kesal.
"Aditya yang melarangnya." sahut Alana.
"Aditya semalam pulang ke rumah kita. Kamu tahu sendiri kan Mas, bagaimana sayangnya Aditya dengan Kana." ujar Alana.
"Iya, dia memang suka anak-anak sejak dulu. Karena itu dia memilih jadi dokter anak dan mendirikan rumah sakit ibu dan anak." sahut Abimana yang bangga pada adik yang hanya beda tiga tahun seusia istrinya Alana.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku...
Kinara terjaga dari tidurnya saat mendengar tangisan Arkana. Meski masih merasakan kantuk yang menyerang, Kinara bangun dan mendekati Arkana yang tidur di box bayi. Bocah delapan bulan itu sudah Kinara anggap seperti putranya sendiri, karena itu dia tidak keberatan saat Alana memintanya untuk menjaga Arkana malam ini.
"Panas." gumam Kinara.
Untuk menghentikan tangis Arkana, Kinara menggendong bayi itu setelah sebelumnya dia menganti popok yang sudah penuh dengan air kecil.
"Sayang bunda kenapa tiba-tiba panas, nak?" tanya Kinara sambil mengayun-ayun bayi laki-laki itu.
Arkana tidak juga berhenti menagis bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Aditya yang memang sering menginap dikediaman kakaknya jika pulang malam dari rumah sakit ikut terjaga. Pria tampan itu segera menuju kamar Arkana yang berada tepat disamping kamarnya.
"Ki!" panggil Aditya terkejut karena ternyata Kinara yang berada di kamar Arkana.
"Adit, kebetulan sekali ada kamu. Kana panas." ucap Kinara memberitahu dokter muda itu.
"Sini biar aku yang gendong."
Aditya mengambil alih Arkana, dan bayi laki-laki itu langsung diam dari tangisnya. Sambil menggendong Arkana, Aditya memeriksa suhu tubuh bayi lucu itu.
"Kana langsung diam dipegang ahlinya." ujar Kinara yang merasa lega. Sementara Aditya hanya tersenyum menanggapi ucapan Kinara.
"Kemana Alana?" tanya Aditya.
"Kakakmu membawanya untuk merayakan anniversary mereka yang ke tiga." jawab Kinara yang langsung membuat Aditya merasa sesak.
"Tahu ada kamu, aku tidak perlu berlama-lama membuatnya berhenti menangis." ucap Kinara lagi sambil memperhatikan apa yang dilakukan Aditya saat ini.
"Panasnya tinggi." gumam Aditya lalu meletakkan bayi yang sudah tenang itu kedalam box bayi.
"Titip Arkana, aku ambilkan obat turun panas dulu." ucap Aditya pamit pada Kinara yang hanya mengangguk.
"Kana, kamu setuju tidak jika aunty menjadi kekasih uncle tampan kamu itu." ucap Kinara sambil terkekeh geli sendiri dengan ucapannya.
"Tapi dia sama seperti papa kamu, pria freezer susah mencairkannya." rutuk Kinara.
"Kana... kamu kenapa sayang!" teriak Kinara saat putra Alana itu kejang-kejang.
Aditya yang juga melihatnya langsung mengangkat tubuh mungil itu, "Ikut aku kerumah sakit." ucap Aditya yang langsung diangguki Kinara.
"Anak ayah yang kuat ya sayang. Kita ke rumah sakit ayah." bisik Aditya tapi masih bisa didengar oleh Kinara.
'Ayah? Bukankah biasanya uncle?' batin Kinara.
"Kamu yang menyetir!" Aditya memberikan kunci mobilnya pada Kinara yang harus setuju dengan keputusan Aditya.
"Kerumah sakit milikku." ucap Aditya begitu mereka sudah berada didalam mobil.
Abimana dan Alana tiba dirumah sakit. Mereka langsung menuju kamar dimana Arkana dirawat. Hanya ada Kinara dikamar itu yang tertidur menjaga Arkana yang juga terpejam dengan selang inpus ditangan kirinya. Alana yang melihat itu langsung mendekati sang putra.
"Maafin Mama ya sayang." ucap Alana yang menyesal telah meninggalkan putranya dirumah.
"Mas keruangan Aditya dulu, mau bertanya tentang kondisi Kana." ucap Abimana lalu mengecup pucuk kepala Alana dan berjalan keluar setelahnya.
"Jadi apa yang terjadi pada Kana?" tanya Abimana pada Aditya setelah duduk dihadapan adiknya itu.
"Tidak ada apa-apa. Semalam panasnya tinggi dan sempat kejang-kejang." jawab Aditya.
"Hanya itu?" tanya Abimana tidak percaya.
"Iya, hanya itu. Mungkin karena tidak biasa jauh dari ibunya." jawab Aditya meyakinkan.
"Kenapa sampai dirawat?" tanya Abimana lagi karena tidak puas dengan jawaban Aditya.
"Cairan inpus itu hanya nutrisi untuk tubuh mungilnya. Aku dokter Mas, aku juga sayang Arkana jadi percayakan kesehatanya padaku." jawab Aditya.
Abiman mengangguk, adiknya benar mengapa dia ragu dengan jawaban Aditya. Selama ini Aditya selalu memantau kesehatan Arkana dan asupan gizi putranya meski tidak sedang sakit.
"Terima kasih." ucap Abimana tulus pada Aditya.
"Tidak perlu berterima kasih. Dia putra kakakku, itu berarti juga putraku." balas Aditya.
"Hemm." sahut Abimana lalu berdiri.
"Aku akan kembali ke kamar Kana." ucap Abimana pamit pada adiknya.
Diperjalanan kembali ke kamar rawat Arkana, Abimana melewati ruangan perawat. Ucapan salah satu perawat menarik perhatian Abimana sehingga dia meghentikan langkanya untuk mendengar lebih lanjut percakapan para perawat itu.
"Golongan darah keponakannya dokter Aditya apa Ren?" tanya salah satu perawat yang akan mengisi data.
"Sebentar aku lihat hasil tesnya dulu." jawab perawat yang bernama Reni itu.
"Cepatan aku mau menyelesaikan datanya biar diperiksa dokter Aditya." balas Ita, perawat yang sebelumnya bertanya pada Reni.
"Golongan darahnya B, Kak." ucap Reni.
"B?" gumam Abimana terkejut.
Bagaimana dia tidak terkejut? Abimana dan Alana sama-sama memiliki golongan darah O. Darimana putranya mendapatkan golongan darah B?
"ALANA!" geram Abimana dalam hatinya.
Niatnya untuk kembali ke kamar rawat Arkana dia urungkan. Batin Abimana bergejolak menanyakan siapa ayah dari Arkana.
"Tidak!" Abimana mengepalkan tangannya.
"Alana tidak mungkin bermain dibelakangku. Dia wanita baik-baik." ucap Abimana untuk menghibur dirinya.
"Mas!" tegur Aditya yang melihat Abimana duduk dibangku yang tidak jauh dari ruangan perawat.
"Adit, apa bisa golongan darah anak berbeda dari kedua orang tuanya?" tanya Abimana.
Aditya terdiam, mengapa kakaknya curiga tentang golongan darah Arkana. 'Apa mas Abi tahu golongan darah putranya?' tanya Aditya dalam hati.
"Apa yang Mas Abi pikirkan?" tanya Aditya mecari tahu.
"Aku hanya bertanya, mungkinkah seorang anak tidak memiliki golongan darah yang sama dengan kedua orang tuanya?" ulang Abimana pertanyaannya.
Aditya menghela nafas kasar, mungkin sudah saatnya Abimana tahu siapa ayah biologis dari Arkana?
"Apa Mas Abi bertanya tentang Arkana?" tanya Aditya.
Abimana mengangkat bahunya tanda tidak ingin memberi tahu. Dia sendiri tidak yakin jika Alana selingkuh dan bermain dibelakangnya, tapi mengapa golongan darah putranya berbeda.
"Mungkinkah?" gumam Abimana yang masih bisa didengar Aditya.
"Jika Mas Abai tidak ingin berbagi padaku tidak apa-apa. Tapi kakak ipar wanita baik-baik. Jika putra kalian memiliki golongan darah yang berbeda bukan berarti kakak ipar selingkuh." ucap Aditya. Dokter muda itu menepuk punggung kakaknya lalu pergi meninggalkan Abimayu dalam kebimbangan.
Abimana kembali melangkah menuju kamar sang putra, 'Cobaan apa kali ini yang hadir dalam hidupku?'
"Mas, apa kata Aditya? Apa Kana baik-baik saja?" tanya Alana begitu Abimana kembali.
Pria itu hanya diam sambil mengamati wajah mungil bayi laki-laki itu. Arkana memiliki wajah yang mirip dengannya bagaimana dia bisa ragu hanya karena hasil golongan darah yang berbeda. Bahkan hampir seluruh wajah bayi laki-laki itu menyerupai dirinya. Hanya rambut dan dagu yang mengikuti Alana.
"Mas!" tegur Alana karena Abimana hanya diam saja.
"Kana baik-baik saja." jawab Abimana singkat lalu kembali keluar kamar rawat tersebut.
Sebelumnya dia sempat menarik sehelai rambut Arkana saat mengusap kepala bayi tersebut. Untung saja Alana tidak memperhatikannya saat bayi munggil itu sedikit bergerak karena menahan sakit.
Abimana pergi kerumah sakit besar, dimana sahabatnya yang juga dokter bertugas disana. Abimana tidak ingin terus menduga-duga maka dia memutuskan untuk melaukan tes DNA agar semuanya terang benderang. Bagaimana hasilnya? Dia akan menentukan sikap setelahnya.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku ...
Hasil DNA yang dilakukan Abimana sudah keluar, dengan tangan gemetar Abiman membaca hasil tes tersebut.
Tanganya mengepal erat sampai urat-urat tanganya menonjol. Putra yang dia sayang dan dia rawat sejak lahir bukan putranya. Bagaimana bisa?
Mata Abimana berkaca-kaca membayangkan Alana tidur dengan pria lain hingga menghasilkan seorang anak.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Abimana.
"Bi, tanyakan pada Alana baik-baik. Melihat istrimu aku yakin dia tidak selingkuh." ucap Revan sahabatnya yang membantu tes DNA menasehati.
"Aku juga sudah berjanji dan bersumpah tidak akan meninggalkan mereka berdua meski apapun yang terjadi." ujar Abimana memberitahu Revan.
"Aku yakin kamu bisa mengatasi ini dengan baik. Apapun jawaban Alana jangan sampai kamu menyakiti hati dan fisiknya." ucap Revan lagi yang sangat yakin Alana tidak mungkin berbuat hal buruk.
"Meski dia mengaku telah selingkuh?" tanya Abimana.
"Aku sangat yakin dia tidak melakukan itu, Bi" sahut Revan.
Abimana terdiam, Revan yang orang luar saja sangat yakin Alana istri yang setia. Alana juga tidak pernah menujukkan sikap atau tingkah laku jika dia sedang berselingkuh.
Satu bulan berlau, Alana merasa sejak Arkana dirawat hingga hari ini Abimana berubah. Suaminya tidak sehangat dulu, bahkan Abimana sudah tidak lagi menyentuhnya. Bukan Abimana yang bisa tahan untuk tidak berhubugan intim selama ini.
Sikap Abimana berlawanan dengan Aditya. Alana merasakan kini Aditya semakin perhatian dengannya dan Arkana. Sejak Arkana sakit, Aditya memilih tinggal bersama mereka. Aditya juga yang sering menemaninya makan malam dan ikut menjaga Arkana saat terjaga dimalam hari.
"Adit, apa kamu tahu apa yang terjadi dengan mas Abi?" tanya Alana pada suatu malam.
Mereka sedang berada diruang tengah sambil melihat berita yang ditayangkan televisi. Sikap Aditya yang sopan cukup membuat Alana nyaman. Adik iparnya itu selalu menjaga jarak saat bersama dirinya meski hanya berdua seperti ini.
"Kurang tahu Al." jawab Aditya yang memang memanggil Alana tanpa embel-embel mbak didepanya.
"Ada apa?" tanya Aditya.
Alana menghembuskan nafas kasar, mencoba untuk menetukan sikap untuk memberitahu keresahannya selama satu bulan ini atas sikap Abimana atau tidak. Dia takut jika memberitahu Aditya adalah kesalahan.
"Tidak apa-apa." jawab Alana akhirnya. Rasanya tudak baik Alana memberitahu Aditya, tentang kecurigaan dia pada Abimana yang mungkin punya wanita lain diluar sana.
Kini Aditya yang merasa kesal, bahkan sikap kakaknya yang mulai dinginpun tetap membuat Alana menutupi semuanya darinya. Aditya satu bulan ini mencoba menunjukkan rasa cintanya pada Alana, tapi wanita itu sepertinya tidak merasakan apa-apa.
Aditya hanya mengantisipasi jika Abimana menceraikan Alana, maka dia bisa dengan cepat masuk kedalam hati iparnya itu. Apalagi ada Arkana diantara mereka. Aditya sangat menunggu moment itu, apalagi dia sudah tahu kakanya sudah melakukan tes DNA.
"Apa kamu merasa sikap mas Abi berubah?" tanya Aditya yang membuat Alana tersentak.
"Kamu tidak ingin menyelidikinya, mungkin ada wanita lain yang sedang dekat denganya.
Tidak ingin mendengar ucapan yang bisa menghancurkan hatinya, Alana memilih untuk pergi dan masuk kekamarnya.
Abimana dalam dilema, memilih antara menceraikan Alana dan memenuhi sumpahnya untuk tetap bersama meski apapun yang terjadi. Langkahnya terhenti saat melihat Aditya berada diruang tengah.
"Apa kamu selalu pulang kerumah ini?" tanya Abimayu menyelidik.
"Aku kasihan pada Arkana, Mas. Sejak pembicaraan kita dirumah sakit aku melihat kamu kurang memperhatikan putra kesayanganmu itu dan juga kakak ipar. Apa ada yang terjadi?" tanya Aditya pura-pura tidak tahu.
Abimana tidak menjawab pertanyaan Aditya, dia lebih memilih melanjutkan langkahnya menuju kamar yang dia tempati bersama Alana.
"Jangan salahkan kakak ipar dan Arkana jika mereka akan lebih nyaman bersamaku, karena kamu yang tidak bisa membuat keputusan." ucap Aditya yang menghentikan langkah Abimana.
Abimana berbalik dan menghadap Aditya, "Apa maksud kamu?" tanyanya.
"Aku tahu apa masalah yang kamu hadapi, Mas. Segera buat keputusan." jawab Aditya sambil berdiri lalu berjalan menghampiri kakanya.
"Ayo naik! Sudah malam, aku ingin tidur." ajak Aditya sambil menyeringai licik namun luput dari perhatian Abimana.
"Alana kesepian, jangan sampai dia mencari kehangatan pria lain." bisik Aditya lalu berlalu dari sisi kakaknya yang langsung mengepalkan tangan menahan marah.
"Mas!" panggil Alana yang memang sengaja menunggu kepulangan Abimana.
Alana sudah bertekad malam ini dia dan Abimana harus bicara agar tidak ada lagi prasangka buruk yang bersemayam dihatinya. Alana ingin tahu apa yang menyebabkan Abimana seperti ini? Meski apa yang akan disampaikan Abimana akan menyesakkan dadanya.
"Iya." jawab Abimana singkat.
"Mau aku siapkan air panas?" tanya Alana seperti biasanya.
Abimana melihat pada Alana, tidak ada yang berubah dari istrinya. Dialah yang berubah, apalagi setelah tahu Arkana bukan darah dagingnya.
"Boleh." jawab Abimana karena dia butuh menyegarkan tubuhnya lalu bicara dengan Alana. Aditya benar, dia harus secepatnya menyelesaikan masalah ini. Berpisah atau melanjutkan peenikahan ini setelah mendengar penjelasan Alana.
Alana segera bangkit dengan senyum yang sumringah dia menuju kamar mandi. Sesuatu yang baik bagi Alana karena Abimayu masih menganggapnya ada kali ini.
"Boleh Al tanya sesuat?" tanya Alana setelah mereka sama-sama berbaring ditempat tidur.
"Tanya saja, Mas juga ingin bicara denganmu." jawab Abimana.
"Apa Alana berbuat salah yang membuat Mas Abi bersikap tidak seperti biaanya?" tanya Alana.
Bukan menanyakan apa Abimana ada wanita lain diluar sana hingga berubah dingin, tapi Alana memilih bertanya apa ada yang salah dengan dirinya.
"Siapa ayah biologis Arkana?" bukan menjawab, Abimana balik bertanya yang membuat Alana bangun dari tidurnya.
"Maksud Mas Abi apa bertanya seperti itu, Mas?" tanya Alana tidak percaya dengan tuduhan Abimana.
Abimana berdiri lalu mengeluarkan amplop dari tas kerjanya, "Kamu selingkuh Al!" ucapnya sambil memberikan amplop itu pada Alana.
Alana membaca hasil tes DNA yang dilakukan Abimana lalu menggelengkan kepalanya, "Aku wanita yang selalu menjaga kehormatanku, Mas. Bagaimana kamu menuduhku hanya dengan mempercayai tulisan dari kertas ini? Bisa saja mereka melakukan kesalahan, kan!"
"Golongan darah anakmu itu berbeda dengan golongan darah yang aku dan kamu miliki. Itulah yang membuat aku melakukan tes ini. Dan kenyataanya dia bukan putraku."
"Alana bersumpah, demi Allah tuhan yang menciptakan segala mahluk dan alam semesta ini, Al tidak selingkuh dan tidak pernah berhubungan dengan pria lain selain Mas Abi." ucap Alana bersumpah.
Abimana tersentak dengan sumpah yang Alana ucapkan, tapi melihat kenyataan dia mengabaikan sumpah yang Alana ucapkan.
"Aku ingin pisah Al." ucap Abimana, meski sebenarnya dia berat.
"Bukankah Mas Abi sudah berjanji dan bersumpah malam itu? Mas Abi tidak akan selalu bersamaku dan Arkana putra kita selamanya." ucap Alana mencoba mengingatkan Abimana dengan janji dan sumpah yang pria itu ucapkan satu bulan yang lalu.
"Al mencintai Mas Abi, jangan pernah ragukan itu. Bagaimana Al bisa tidur bersama pria lain. Beri Al waktu untuk membuktikan bahwa ini salah." tunjuk Alana pada hasil DNA yang Abimana tunjukkan sebagai bukti perselingkuhan Alana.
"Apa Al terlihat sering bersama pria lain?" tanya Alana yang membuat Abimana terdiam.
Alana benar, Abimana tidak pernah melihat Alana dekat dengan pria lain. Apa dia salah menuduh Alana selingkuh? Abimana ragu.
...🌿🌿🌿...
...Ananku Ternyata Bukan Anak Suamiku ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!