NovelToon NovelToon

THE DESTINY OF THE SUN AND THE MOON

PROLOG

Sejak hari itu semua berubah.... Sejak kedatangan gadis itu, semuanya berubah....

Aku menatap langit yang ditutupi oleh gelapnya awan sambil berjalan dengan lunglai mengikuti prajurit yang menarik kasar tanganku yang di rantai ini. Apakah langit juga merasa sedih atau merasa kasihan padaku yang memiliki waktu hidup yang hanya beberapa menit lagi?

Aku... Viviane Camellia Eilidh... Putri pertama dari kekaisaran Eilidh ini... Aku... Yang akan dihukum mati dengan alih-alih sebagai persembahan untuk Dewa Sonne, sang Dewa Matahari yang sangat dipuja-puja oleh semua orang di kekaisaran ini sebentar lagi.

Padahal bukan aku lah yang melakukannya...

Aku bersumpah bukan aku yang melakukannya... Aku melihatnya sendiri ketika gadis sialan bermuka dua itulah yang menuangkan racun kepada kaisar... Ayahku... Tapi tidak ada yang mempercayaiku...

Ketika melihat ayahku... Ah... Aku sekarang tidak bisa lagi menyebutnya sebagai Ayah... Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir memanggilnya begitu... Ketika melihat Yang Mulia Kaisar tidak sadarkan diri, akulah yang memberinya pertolongan pertama padanya... Dan bahkan dengan kekuatan sihirku yang merupakan elemen cahaya, aku berusaha untuk menyembuhkannya... Saking kuatnya racun itu membuatku hampir kehilangan Yang Mulia namun pada akhirnya aku berhasil menyembuhkannya, meski pada akhirnya aku tidak sadarkan diri selama seminggu penuh...

Saat terbangun aku sudah berada di dalam penjara bawah tanah, dengan tanganku di rantai dan kaki yang di pasung. Aku tentu bingung dan juga panik kenapa aku bisa berada di sini. Saat ditengah kepanikan itu, tiba-tiba saja ketiga kakakku datang, membuatku merasa lega karena baik-baik saja dan juga membebaskanku dari penjara ini. Tapi, itu hanyalah harapan kosong...

Mereka bertiga menatapku dengan tatapan yang sangat dingin dan datar, seolah-olah aku bukan siapa-siapa bagi mereka...

"Penjahat Viviane Camellia, kau telah melakukan kejahatan yang tidak bisa dimaafkan. Dengan mencoba meracuni Yang Mulia Kaisar. Kau bukan lagi seorang putri dari kekaisaran Eilidh ini lagi dan kau akan dipersembahkan pada Sang Dewa Matahari untuk membersihkan semua dosamu ini" Kata kak Castor dengan nada yang sangat dingin dan tidak berperasaan.

Aku menatapnya dengan tatapan yang merasa tidak percaya, Aku... Aku kan yang menyembuhkan Yang Mulia Kaisar... Tapi kenapa aku yang di tuduh...?

"Tu--tunggu... Tapi--aku... Yang menyembuh--"

"Jangan bohong sialan! Emira-lah yang menyembuhkan Ayah! Jangan ngaku-ngaku!"

"Banyak yang bersaksi Emira-lah yang menyembuhkan Ayah dan kau lah yang menuangkan racun di dalam teh Ayah!" Teriak kak Blaze.

Emira? Ini sungguh kesalahpahaman yang sangat mengerikan! Aku melihatnya menuangkan racun pada teh Yang Mulia Kaisar, dan aku yang menyembuhkannya!

"I--itu bohong! Akulah yang menyembuhkan Yang Mulia Kaisar! Bukan Emira! Emira-lah yang meracuni Yang Mulia Kaisar! Aku berani bersumpah!" Teriakku, aku benar-benar tidak melakukan semua ini. Emira-lah yang meracuni Kaisar dan aku yang menyembuhkan Kaisar.

Seketika wajah ketiga kakakku ini terlihat murka, bahkan kak Blaze langsung menghancurkan sel besi ini dengan menggunakan kekuatannya dan langsung melayangkan tinjunya padaku.

*Bugghhh!!!

Rasa sakit menghampiri pipiku, dengan kuat kak Blaze meninju pipiku yang membuatku tersungkur , belum puas dengan itu ia menarik kerah gaun kusam nan kotor milikku dengan kasar dan langsung meninju perutku dua kali.

*Bugghhh!!! Bugghhh!!!

"Akkhhh!!!!"

Aku langsung muntah darah akibat pukulan dari kak Blaze itu, kak Blaze benar-benar tidak bermain-main saat memukulku ini... Ia memukulku dengan kekuatan penuh, padahal aku adalah seorang gadis yang notabennya memiliki fisik yang lebih lemah darinya. Padahal Blaze adalah Komandan Pasukan Elite di kekaisaran Eilidh ini, tapi sekarang dia melanggar sumpah Prajurit yang ada di kekaisaran ini yaitu memukul seorang perempuan... Apakah dia benar-benar semarah itu sampai-sampai melanggar sumpah sakral itu...

"Akhhh!!!"

Aku kembali menjerit ketika kak Blaze dengan kasarnya menjambak rambutku, saking kuatnya membuatku merasa seakan perih akibat banyaknya rambutku yang rontok itu akibat jambakan itu.

"Jangan berani kau ucapkan kata-kata penuh fitnahan Seperti itu pada adik Perempuanku yang manis itu!" Desis kak Blaze lalu dengan sekali hentakan ia langsung menghempaskan kepalaku sampai menabrak tembok keras penjara bawah tanah.

Aku bisa merasakan ada yang mengalir di kepalaku dan rasa perih di sana. Belum lagi semuanya yang berubah buram dan aku kembali kehilangan kesadaran ku.

Saat tersadar kembali, aku di siram oleh air yang berbau oleh para prajurit, membuat luka di kepalaku terasa semakin perih akibat bersentuhan dengan air kotor itu. Mereka dengan kasarnya menarik rantai tanganku dan memaksaku berjalan mengikuti mereka. Membuatku merasa seakan binatang yang sedang mereka tarik dengan paksa.

Dengan kaki yang bergetar lemas karena selain luka-luka yang berada ditubuhku aku juga ingat kalau aku belum makan ataupun minum sejak hari itu. Aku mengikuti langkah prajurit dengan langkah lunglai dan juga kadang aku terjatuh lalu dengan kasarnya prajurit itu menarik-narik kasar tanganku yang membuatku merasa kesakitan dan bangkit untuk berjalan kembali.

Saat ini, aku tengah berada di arak balai kota Kekaisaran ini. Orang-orang mengerumuni dan menghujatiku dengan kata-kata yang menyakiti hatiku.

"MATI KAU DASAR PENJAHAT!!"

"CEPAT MATI SIALAN! KAU ADALAH BENALU NYA KEKAISARAN!"

"BERANINYA KAU BERNIAT MEMBUNUH AYAHMU SENDIRI?! PUTRI MACAM APA DIRIMU?!"

"MENGHILANG LAH!!!!!"

"KAU TIDAK PANTAS ADA DI DUNIA INI!!!!"

"DASAR WANITA ******! PUTRI EMIRA JAUH LEBIH BAIK DI BANDINGKAN DIRIMU! DASAR AIB!"

"PUTRI EMIRA SANGAT TIDAK BERUNTUNG MEMILIKI SAUDARA PEREMPUAN SEPERTIMU! BERUNTUNGNYA DIA MEMILIKI TIGA ORANG KAKAK DAN AYAH YANG SANGAT MENYAYANGINYA!!!"

Emira... Dialah akar dari semua... Dialah---

Aku melihat altar persembahan sudah dibuat. Aku menatap kearah keluargaku, ada Kaisar juga disana. Tapi, mereka hanya menatapku dengan tatapan yang sangat dingin. Membuat harapanku pada mereka untuk menghentikan semua ini dan menyelamatkanku seketika sirna.

Ah... Sudah tidak ada harapan lagi ya... Semuanya sudah berakhir untukku ya...

Tubuhku diikat diatas kayu besar lalu tubuhku sendiri mulai disirami minyak. Sementara Paus Kuil mulai memanjatkan doa-doa.

"Semoga dengan ini, semua kejahatan yang kau lakukan terhapus oleh api suci sang Dewa Matahari..." Kata Paus pada akhirnya lalu ia pun mundur dan tampak kak Blaze sambil membawa obor ditangannya.

"Ada kata-kata terakhir?"

Pertanyaan dengan nada dingin dan tidak berperasaan terjun dari mulut kaisar, seketika semua masa-masa yang penuh dengan kebahagiaan dengan Ayah, Ibu, dan Kakakku itu, tapi semenjak Emira dan Ibunya datang ditengah-tengah kami, semuanya berubah...

Mataku tertuju pada seorang gadis yang berada di belakang kursi yang ditempati oleh Yang Mulia Kaisar, ia tampak tersenyum culas yang langsung membuatku berdengus hampir tertawa.

Jadi semua ini adalah rencananya? Ah... Sial... Sekarang aku merasa semua harapan sudah sirna... Keputusasaan ini perlahan menenggelamkan diriku di lautan hitam dan terbitlah rasa marah yang begitu besar di dalam diriku. Rasa marah yang sudah kutahan selama bertahun-tahun.

Dengan tatapan yang marah aku pun menatap ke arah kaisar, si gadis sialan Emira, Castor, dan juga Helios.

"JIKA DEWA MATAHARI MEMANG ADA, MAKA AKU AKAN MEMBUKTIKAN PADA KALIAN SEMUA BAHWA BUKAN AKU YANG SEHARUSNYA BERADA DI SINI MELAINKAN PUTRI EMIRA YANG KALIAN CINTAI ITU DAN AKU PASTI AKAN MEMBALASKAN SEMUA KETIDAKADILAN INI PADA KALIAN SEMUA!!!"

Teriakku dengan penuh amarah.

Semua orang tampak tercengang, tapi aku melihat Emira yang mendesis lalu meminta

Kaisar dengan nada memelas.

"Ayah... Aku takut..." Kata Emira yang membuatku merasa sangat jijik padanya.

Kaisar tampak geram, "BAKAR DIA SEKARANG JUGA!!!!"

Blaze langsung melemparkan obor padaku dan api pun langsung membakar ku dengan hebat. Tapi anehnya aku tidak merasa panas sama sekali.

Ahh... Ini benar-benar akhirnya ya... Semua usahaku selama bertahun-tahun untuk mengembalikan keharmonisan keluargaku yang dirusak oleh orang sialan itu berakhir dengan seperti ini.

Perlahan aku memejamkan mataku, aku bersumpah jika aku di berikan kesempatan oleh Dewa... Aku tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupku lagi seperti sebelumnya, dan aku juga bersumpah...

Aku tidak akan pernah menyayangi mereka lagi seperti sebelumnya... Aku tidak akan pernah bisa memaafkan mereka...

Sampai kapanpun... Aku tidak akan pernah... menyayangi mereka lagi...

BAB 1-KEMBALI KE MASA LALU

Perlahan aku membuka mataku dan saat itu aku langsung melihat langit-langit yang sangat familiar. Ya... Sangat familiar... Ini langit-langit kamarku...

Eh? Tunggu? Langit-langit kamarku?

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan tidak berubah. Aku lalu bangkit dari posisi tidur menjadi posisi duduk. Hmm? Kenapa aku merasa ranjang ini semakin besar ya? Perasaan tidak sebesar ini...

Aku langsung tersentak dan mataku terbelalak saat mengingat kilas-kilas balik yang aku alami sebelumnya. Aku... Menjadi persembahan untuk Dewa Matahari sebagai hukuman mati atas kejahatan yang tidak sama sekali aku lakukan... Aku ingat betul kalau aku sudah benar-benar dibakar saat itu. Tapi aku malah bisa berada di kamarku ini?

Aku menyentuh kepalaku dengan pelan, mencoba mencerna semuanya dan ketika aku melakukan itu aku menyadari kalau tanganku sangatlah kecil. Aku pun melihat kedua tanganku.

EHHHH??!!!! KENAPA JADI KECIL BEGINI???!!!

Dengan terburu-buru aku langsung turun dari ranjang ku dan berlari ke arah cermin besar yang ada di kamarku.

DEGGG!!!!

Apa... Ini....

Dengan tubuh yang bergematar aku menyentuh pipiku lalu mencubitnya dengan keras, sakittt!!! Ini bukan mimpi!

Bagaimana ini bisa terjadi? Aku melihat bayanganku sendiri saat aku masih kecil di cermin yang ada di depanku ini. Aku, Viviane Camellia Eilidh, seorang putri pertama dari kekaisaran Eilidh. Aku adalah seorang gadis yang mulai beranjak dewasa yaitu Delapan belas tahun, tapi kenapa sekarang aku jadi anak-anak lagi?!

Di dalam bayangan cermin itu aku terlihat diriku yang berumur sekitar lima sampai enam tahun. Rambut hitam lurus panjang sepunggung dan mata berwarna biru laut juga pipi yang agak chubby khas anak-anak ini... Aku pikir aku sudah lupa kalau aku semasa kecil terlihat menggemaskan juga...

Aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku kuat-kuat, menepis pikiran yang tidak perlu ini.

Clekk!!

Aku menoleh ke arah pintu yang terbuka, di sana aku melihat sosok perempuan yang sangat ku rindukan.

"Ah, Yang Mulia Tuan Putri, anda sudah bangun?" Sapa perempuan itu dengan sangat lembut.

Dia adalah Diana, pengasuh sekaligus pelayan pribadiku. Diana adalah seorang pelayan istana yang menjadi pelayan Ibuku sebelum Ibuku menunjukkannya sebagai pengasuhku.

"Diana!!!" Teriakku sambil berlari ke arahnya dengan kakiku yang sekarang kecil ini lalu memeluknya dengan erat.

"Eh? Ada apa Tuan Putri?" Tanya Diana yang tampak sangat kebingungan.

Aku menangis di pelukannya, aku sungguh merindukannya... Karena dimasa depan, lebih tepatnya saat aku berumur lima belas tahun, Diana tiba-tiba saja ditemukan tewas di taman utama istana. Ibuku atau Permaisuri Kekaisaran ini langsung memerintahkan prajurit untuk menyelidikinya tapi hasilnya nihil. Tidak ada titik terang dari kematian Diana. Dan setahun kemudian, Ibuku mengalami hal yang sama dengan Diana, beliau di temukan tewas di taman bunga utama istana. Kematian tragis mereka berdua persis sama, yaitu dengan bersimbah darah yang melumuri bunga-bunga Lily putih disana.

"Aya-- tidak, kaisar sudah menurunkan perintahnya untuk menyelidiki kematian Ibu... Tapi sama seperti kematian Diana, tidak ada titik terang tentang kematian Ibu..."

"Ada apa Tuan Putri? Apa anda bermimpi buruk?" Tanya Diana dengan nada yang lembut.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku, ya Diana, aku bermimpi buruk, atau lebih tepatnya aku melihat masa depan tragis kita bertiga.

Diana lalu menggendongku dan mengusap-usap punggungku dengan lembut sambil berkata, "Jangan khawatir Tuan Putri, itu hanya mimpi... Bunga tidur anda..."

Aku masih terisak, tidak Diana... Itu adalah masa depan! Bukan mimpi! Aku telah...

Kembali ke masa lalu!!!

***

Diana pun berhasil memenangkan ku, dia lalu membantuku untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Setelah itu, ia menggendongku ke ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, aku melihat suasana yang hangat yang begitu ku rindukan beberapa tahun terakhir. Di sana terlihat Kaisar, Ibu dan ketiga kakakku yang sedang bersenda gurau.

Ibu yang menyadari kedatanganku pun langsung tersenyum lebar kearah ku, "Ah! Vivi kecil kita sudah datang!"

Keempat lain selain itu dengan bersamaan menoleh ke arahku dan senyuman pun muncul di diwajah mereka.

"Ah, Vivi Putriku! Kemarilah nak!" Kata Kaisar dengan senyuman lembut di wajahnya.

"Kau pergilah dari sini, kau tidak diundang ke pesta UlangTahun Emira ini"

"Vivi, Kemarilah, ayo makan bersama!" Kata Kak Castor dengan lembutnya.

"Dasar bodoh, aku tidak ingat memiliki adik tidak berguna sepertimu"

"Vivi, duduk didekat Kak Helios ya" Kata KAk Helios dengan senyumannya.

"Pergilah dari sini, kau menggangu saja"

"Tidak! Vivi akan duduk di sebelahku! Iya kan Vivi?!"

Bayangan Kak Blaze ketika dia melemparkan obor ditangannya dan membakar ku hidup-hidup sembari tersenyum dengan penuh kepuasan...

"BUUU... HUUUUAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!"

Aku langsung menangis dengan sangat kencang yang membuat mereka semua terlihat sangat kaget dan juga panik. Bayangan-bayangan perlakuan kejam mereka membuatku tidak bisa menahan tangisan ini.

"A--ada apa, Tuan Putri?!" Tanya Diana yang masih menggendongku dengan panik.

Ibu terlihat langsung menghampiriku bersama Kaisar lalu diikuti oleh ketiga kakakku yang lain.

Ada apa Vivi?! Ada yang ada sakit? Mana yang sakit?!" Tanya Ibuku dengan panik.

"Cepat panggilkan tabib!" Seru Kaisar pada pelayan yang lain. pelayan itu langsung membungkukkan tubuhnyanya dan lalu berlari berlari untuk menjalankan perintah Kaisar.

Aku bisa merasakan kalau tangan Kaisar hendak menyentuhku, bayangan raut wajah dingin nan tidak berperasaan miliknya di masa depan saat melihatku pun kembali terbesit. Membuatku semakin kalap lalu dengan kuat-kuat aku menghempaskan tangannya dengan menggunakan kedua tanganku.

Semua orang tampak sangat terkejut melihatnya, tentu saja di masa lalu aku memang paling dekat dengan Kaisar dan sangat manja dengannya. Bahkan Ibu dan ketiga Pangeran pun iri dengan kedekatan kami. Tapi semuanya berubah saat Emira datang ke yang harmonis kami. Ya... Karena dia! Dia yang merebut kasih sayang Kaisar dan Kak--ah tidak maksudku para pangeran dariku! Sejak dia datang bersama Ibunya yang merupakan pelayan sekaligus sahabat dari Kaisar itu saat aku berusia dua belas tahun semua kebahagiaanku sirna seketika!!

Karena Kaisar... KAISAR SUDAH BERSELINGKUH DARI IBU SELAMA BERTAHUN-TAHUN SAMPAI WANITA SIALAN ITU EMIRA YANG SEUMURAN DENGANKU! MEREKA MENJALAN HUBUNGAN INI DIAM-DIAM DAN WANITA ****** ITU MASIH MENJADI PELAYANNYA SAMPAI WANITA ITU MENGUMUMKAN KEBERADAAN EMIRA DAN KAISAR SAMA SEKALI TIDAK MENYANGKALNYA! DIA MENGKHIANATI IBU! DIA LAKI-LAKI YANG SANGAT BRENGSEK!

Aku langsung mengerang dan menatap penuh amarah padanya, "AKU BENCI YANG MULAI KAISAR! AKU BENCI PARA PUTRA MAHKOTA! AKU BENCI PARA PANGERAN!!!"

Teriakan ku itu begitu kencang dan terlihat keempat orang yang kusebut itu tampak shock. Ibu juga terlihat sangat terkejut sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Aku masih menangis kencang. Sungguh aku merasa begitu sakit mengingat hal itu. Sangat... Sangat menyakitkan...

BAB 2-KALI INI TIDAK AKAN SEPERTI DULU LAGI

Setelah itu, aku dibawa kembali oleh Diana ke kamarku. Aku menolak semua orang termasuk tabib yang di panggil Kaisar dan hanya ingin bersama Ibu dan Diana saja. Dan selama berjam-jam mereka menenangkanku dan sesudah aku menangis Ibu dengan penuh rasa kasih sayang menyuapiku makanan yang dibawa oleh Diana.

Ibu sempat berkali-kali menanyakan ada hal apa yang membuatku menangis seperti ini tapi dengan tegas aku menggeleng-gelengkan kepalaku, aku benar-benar tidak ingin menceritakan tidak ingin menceritakan apapun tentang masa depan, toh tidak ada yang akan percaya denganku juga.

Selesai makan, aku pun disuruh untuk beristirahat dan dengan lembut Ibu mengelus-elus kepalaku sambil bernyanyi dengan lembut.

Matahari bersinar~ menerangi bumi~

Anak-anak mulai bermain dengan gembira~

Di saat malam tiba~ Bulan menggantikan~

Sang matahari~ Menerangi malah~

Bersama dengan ribuan bintang malam~

Keajaiban itu~ Sungguh indah~

Keajaiban ~ Yang mengantar anak-anak untuk mengarungi~

Dunia mimpi indah mereka~

Aku tersenyum mendengar lagu ini, ini adalah lagu yang sering Ibu nyanyikan dan merupakan lagu pengantar tidur para orang tua di Kekaisaran ini. Lagu yang membuatku merasa bernostalgia, kapan terakhir aku mendengarnya?

Perlahan aku merasakan Ibu yang mulai bangkit dari posisinya yang semula duduk di sampingku sambil mengelus rambutku lalu tidak lama kemudian suara pintu tertutup terdengar.

Aku kembali membuka mataku, sepertinya Ibu dan Diana mengira aku sudah tertidur.

Baiklah, sekarang kita ingat-ingat.

Aku yang sebenarnya dipersembahkan kepada Dewa Matahari dengan cara dibakar hidup-hidup sebagai hukuman karena aku dituduh meracuni Kaisar. Dan aku jelas mengingat kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum aku mati.

Dan sepertinya Sang Dewa Matahari memang ada, karena dia menjawab perkataanku itu dan aku pun di berikan kesempatan kedua untuk mengulang kehidupanku ini dan mengirimku kembali ke masa lalu. Jika teoriku ini memang benar, aku sangat berterima kasih pada Dewa Sonne atau Dewa Matahari yang telah memberiku kesempatan kedua.

Ku rasa saat aku diperbolehkan keluar istana nanti saat berumur delapan belas tahun, tempat pertama yang aku kunjungi adalah Kuil Dewa Matahari.

Kekaisaran Eilidh ini memang sangat memuja Dewa Matahari atau Dewa Sonne sebagai Dewa Utama. Di sisi Dewa Matahari ada Dewi Bulan Selena yang selalu dipuja di Kekaisaran ini. Konon dahulu kala, dunia sangatlah kacau akibat perang yang tidak berkesudahan. Sampai akhirnya ada seorang Dewa yang muak akan tingkah laku para manusia di bumi lalu ia pun menghancurkan apapun yang ditemuinya. Dia adalah Sang Dewa Kehancuran, Dewa Detrou.

Banyak manusia yang menjadi korban akibat keganasan dan kebrutalan Dewa Detrou dalam membunuh para manusia di zaman itu. Hingga para manusia pun berdoa kepada para Dewa lain untuk menyelamatkan mereka dan memohon ampunan mereka.

Doa itu di jawab dua Dewa, mereka adalah Dewa Sonne Sang Dewa Matahari dan Dewi Selena Sang Dewi Bulan. Keduanya sebenarnya tidak diperbolehkan muncul secara bersamaan karena pasti akan menggangu keseimbangan atas dunia, tapi perasaan dan tekad kuat mereka untuk menyelamatkan para manusia dari penderitaan pun lebih besar. Dunia pun seketika berubah , setengah bumi bagian kanan adalah siang hari dan bagian kiri adalah malam hari.

Pertarungan sangatlah sengit sampai akhirnya Dewa Kehancuran kalah dari Dewa Matahari dan Dewi Bulan. Sang Dewa Kehancuran lalu di segel di bawah tanah oleh Dewa Matahari dan Dewi Bulan dengan segel yang sangat kuat. Sejak saat itu, para manusia begitu berterimakasih pada Dewa Matahari dan Dewi Bulan lalu memuja mereka. Lalu dengan itu para manusia pun mulai membentuk kembali peradaban-beradaban mereka yang sudah hancur dengan membentuk Kekaisaran-Kekaisaran dan kerajaan baru.

Kekaisaran Eilidh terbentuk dengan para manusia yang menyaksikan langsung betapa dahsyatnya pertarungan ketiga Dewa itupun membuat mereka memuja Dewa Matahari dan Dewi Bulan dan membentuk Kekaisaran ini dengan nama Eilidh yang dalam bahasa kuno berarti Matahari yang berarti Kekaisaran ini didedikasikan untuk Dewa Matahari yang memang lebih mendominasi dalam pertarungan itu.

Dan entah sejak kapan, tradisi persembahan kepada Dewa Matahari di mulai. Persembahan itu berupa gadis muda yang dibakar hidup-hidup untuk dijadikan 'Para Istri' Dewa Matahari. Hal ini dilakukan karena Sang Dewa Matahari sangatlah mencintai Dewi Bulan, tapi mereka tidak pernah bersama karena keduanya terikat dengan aturan dunia dan tidak bisa bertemu sesuka hati mereka. Oleh karena itu, orang-orang zaman dulu di Kekaisaran ini melakukan inisiatif untuk mempersembahkan gadis-gadis muda setiap lima puluh tahun sekali kepada Dewa Matahari dengan cara dibakar oleh api suci.

Tunggu-- Itu berarti aku salah satu istri dari Dewa Matahari dong?! Tapi, sekarang aku malah dikirim kembali ke masa lalu. Apa ini karena Dewa Matahari tidak menyukaiku ya...

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku kuat-kuat, tidak? Jangan berpikir seperti itu! Ini malah hal yang bagus karena entah ini memang perbuatan Dewa Matahari atau bukan, aku telah diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya!

Ah... Tidak... itu sangat sulit... Mungkin aku bisa bersikap lebih imut dan juga bisa lebih dekat dengan para Putra Mahkota dan para Pangeran, tapi sepertinya untuk Kaisar tidak bisa diperbaiki lagi... Aku sudah berusia lima tahun sekarang (sebentar lagi enam tahun ketika mendengar Diana berkata seperti itu saat menenangkanku tadi), itu berarti Emira alias Putri hasil hubungan gelapnya dengan wanita itu sudah lahir juga bahkan seumuran denganku sekarang!

Dan lagi, Kaisar memang menyayangiku dulu, tapi sejak Emira dan Ibunya mengungkap jati diri mereka, hubungan Kaisar dan Ibu pun hancur. Setiap mereka bertemu mereka pasti bertengkar dan tidak ada lagi interaksi mereka yang sangat manis seperti sebelumnya. Mereka bahkan berperang dingin selama empat tahun sebelum Ibu ditemukan tewas secara misterius saat aku berumur enam belas tahun dan juga selama itu, kasih sayang Kaisar padaku juga memudar.

Saat Putra Mahkota dan para pangeran beserta aku menangisi kepergian Ibu, Kaisar sama sekali tidak menunjukkan sedih sama sekali. Dia terlihat datar saja saat mendengar kematian istri sah nya itu dan hanya mengatakan, "Oh, jadi dia mati?"

Namun entah demi citranya atau bukan, di tempat umum dia menunjukkan wajah shock dan juga dengan tegas dia memerintahkan semua Prajurit untuk menyelidiki kematian dari Ibuku namun hasilnya tetap nihil. Saat itu aku bingung, apa Kaisar benar-benar shock atau tidak karena saat pertama kali mendengarnya ia yang sedang berpesta teh bersama Emira dan juga ibunya hanya berekspresi datar saat aku dan Pangeran Blaze menyampaikan berita itu padanya.

Aku berdengus pelan hampir tertawa, hahhh...

Mungkin memang itu wajar aslinya, toh dia memang laki-laki brengsek yang sudah mengkhianati ibu, pastinya dia memang bermuka dua!

Sementara Putra Mahkota juga perlahan mulai berubah dingin padaku ketika beberapa bulan setelah kematian Ibu, anehnya dia bersikap hangat pada Emira dan Ibunya padahal selama ini selalu bersikap dingin pada mereka.

Dan setahun kemudian, Kaisar mengumumkan kalau selirnya yaitu Ibu Emira akan menjadi Permaisuri selanjutnya, aku dan Pangeran Blaze tentu sangat terkejut dan menentang keputusan itu, namun betapa terkejutnya kami saat tiba-tiba Pangeran Helios menyetujuinya dan bersikap dingin padaku dan bersikap hangat pada Emira dan Ibunya, setelah keputusan mutlak Kaisar dan juga dukungan dari Putra Mahkota dan Pangeran Helios, Ibu Emira pun menjadi Permaisuri yang baru.

Hatiku saat itu terasa sangat sakit, tapi saat itu aku masih memiliki Pangeran Blaze yang berada di sampingku dan selalu menguatkan ku.

"Tenang saja, Vivi! Semuanya akan baik-baik saja! Aku yakin sikap para Kakak itu karena Berubah karena mereka kelelahan dengan urusan Kekaisaran! Vivi, tenang saja, karena Kak Blaze mu ini pasti akan selalu dipuhak mu!"

Saat mengingat kata-kata itu dari Pangeran Blaze membuat hatiku merasa sangat sakit. Ia bohong... Ia telah berbohong karena beberapa bulan sebelum kematianku di usia delapan belas tahun itu ia ikut berubah. Ia berubah dan bersikap dingin padaku lalu bersikap manis pada Emira juga mulai bergaul kembali dengan kedua Kakakku. Dia mengacuhkan dan terlihat begitu membenciku, bahkan dialah yang menyiksaku di penjara bawah tanah dan juga orang yang membakarku dengan senyuman penuh kepuasan di wajahnya.

Air mata mulai berjatuhan di pipiku, tidak... Ini bukan waktunya untuk menangis. Aku tahu sekarang aku tidak bisa mengandalkan siapapun lagi karena orang-orang yang dulu menyayangiku di masa depan mereka akan bersikap dingin dan tidak mempedulikanku lagi.

Aku hanya memiliki diriku sendiri, dan sekarang aku bertekad semuanya tidak akan seperti dulu. Kali ini aku harap melindungi Ibu dan Diana. Aku memang tidak bisa mencegah kedatangan Emira dan Ibunya di kehidupan kami karena sebenarnya mereka sudah sejak lama mereka ada diantara kami sebagai parasit.

Aku harus menjadi lebih kuat lagi, bukan hanya sihir penyembuh saja tapi aku juga harus lebih kuat lagi untuk bisa melindungi Ibu dan juga Diana.

Hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.

Dengan cepat aku pun bangkit dan turun dari ranjang ku. Dengan kaki kecilku sekarang, aku langsung berlari ke arah ruangan Kaisar. Dan tidak harus menempuh waktu yang lama, aku sudah sampai di ruangan Kaisar dengan nafas yang terengah-engah dan dua Prajurit yang menjaga pintu ruangan itu datang menghampiriku.

"Ada apa Tuan Putri Viviane? Apakah anda ingin bertemu dengan Yang Mulia Kaisar?" Tanya salah satu prajurit.

Yah... Mengingat aku dulu memang kerjaannya hanya menempel pada Kaisar tentu mereka tidak merasa aneh lagi pada sikapku ini.

Aku mengangguk dengan pasti, "Iya! Tolong bukakan!"

Prajurit itupun hanya tersenyum lalu bersama dengan temannya pun membukakan pintu yang kini tampak begitu besar di mataku, "Baiklah. Silahkan masuk, Tuan Putri"

Aku mengangguk dan berterima kasih pada mereka. Dan saat aku masuk, aku melihat Ibu tengah duduk di sofa di ruangan Kaisar sementara Kaisar sendiri tengah berada di meja kerjanya. Hal yang menyita perhatianku adalah keberadaan wanita yang berada di sebelah Kaisar yang sedang menuangkan secangkir teh untuknya.

Aku menyeringai dalam hati, tentu saja aku mengenal siapa wanita itu. Dia adalah kepala Pelayan yang juga sahabat sedari kecil Kaisar, dia juga adalah simpanan Kaisar selama ini dan mereka berhubungan dibelakang Ibuku, dia adalah Kayla Leadra Corason. Putri dari Baron Corason yang memilih bekerja sebagai pelayan istana mengikuti jejak Ibunya.

Memang di istana ini, kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan tingkat rendah seperti keluarga Baron lainnya. Diana juga berasal dari keluarga Viscout.

Dulu aku merasa biasa saja melihat kedekatan mereka, tapi sekarang aku merasa jijik ketika melihat mereka berdua. Mereka yang tidak tahu malu masih bersikap Layaknya Tuan dan Majikan didepan Ibu lalu berselingkuh dibelakangnya. Sangat menjijikan! Aku sebenarnya tidak Sudi satu ruangan dengan mereka berdua. Namun bagaimana lagi, aku harus melakukannya demi rencanaku untuk melindungi Ibu dan Diana di masa depan nanti. Aku harus menahan diri.

"Vivi?!" Seru Ibu dan Kaisar terkaget-kaget melihat kedatanganku.

"Ibu!!!!" Seruku sambil berlari menghampiri Ibu dan memeluknya dengan erat.

"Ada apa Vivi? Bukannya kamu harusnya beristirahat di dalam kamar?" Tanya Ibu dengan bingung.

Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak! Aku bermimpi buruk lagi tadi lalu aku bangun dan segera ke sini!"

Kaisar lalu menghampiri kami yang sedang duduk di sofa, "Mimpi buruk seperti apa Vivi?"

Aku sebenarnya malas menjawab pertanyaan dari laki-laki brengsek yang berani mengkhianati Ibu ini, aku bahkan malu karena menjadi anak dari laki-laki macam itu. Tapi mau bagaimana lagi, kita tidak bisa memilih orang tua yang mana yang akan melahirkan kita bukan? Dan aku juga bersyukur bisa menjadi anak dari seorang wanita kuat yang tetap mengangkat kepalanya dengan hormat saat berbagai celaan tentang dirinya yang menjadi bahan berbincangan para wanita kalangan bangsawan karena tidak bisa menjaga suaminya.

Yah, ini kan tentu bukan salah Ibu, perselingkuhan ini dilakukan dengan wanita itu secara sadar jadi Ibu tidak bersalah akan hal ini karena Kaisar dengan sangat baik bisa menyembunyikan aib selama bertahun-tahun.

Aku pun memasang wajah sedih di depannya,

"Aku bermimpi ada dua monster yang sangat jahat dan juga menjijikkan yang memakan Ibu dan juga Diana, setelah itu mereka menculik Ayah, Kak Castor, Kak Helios sama Kak Blaze dan meninggalkan ku sendirian di tengah istana yang terbakar dengan api yang membara yang juga ikut membakarku!"

Baik Ayah, Kaisar dan Wanita itu tertegun dengan ucapan ku itu. Tapi Ibu memaksakan diri untuk tersenyum, "Tidak apa-apa Vivi... Itu hanya mimpi buruk. Hanya bunga tidur, tidak apa ya... Vivi..."

Ibu lalu memelukku dengan erat, aku bisa merasakan bahunya bergematar.

Aku lalu melirik Kaisar yang memalingkan wajahnya ke arah lain dan Wanita itu pun melakukan hal yang sama, namun saat dilihat lebih cermat lagi terlihat seringai yang sangat tipis di bibirnya.

Kena kau! Bukan hanya dia tapi aku juga berhasil memancing ibu dan juga Kaisar. Wanita itu pasti merasa sangat senang dan menang sekarang karena tahu kalau Putrinya nanti akan menjadi satu-satunya Putri di Kekaisaran ini.

Karena dengan menceritakan mimpiku ini, mereka tahu kalau akulah gadis yang akan menjadi persembahan Dewa Matahari selanjutnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!