Semangat pagi kak, quotes_nya selalu ngena. Sukses yaa... @Sampul_usang09
Ahh, sangat menyentuh. Di tunggu karya selanjutnya @Sampul_usang09
Kak, kapan release buku selanjutnya, ngga sabar nih free give nya🙈 @Sampul_usang09
Indah membaca mention di akun IG yang ditujukan untuknya dengan sedikit tersenyum sambil menatap jam yang bertengger di hadapannya.
"3, 2, 1..."!
Indah segera mengibas tirai jendela kaca yang besar di kamarnya dengan tersenyum lebar, tatkala melihat dari kejauhan lelaki yang ditaksirnya beberapa bulan terakhir tengah berjalan dengan tersenyum sambil menatap layar ponsel di tangannya.
Sesekali lelaki itu menautkan alisnya, mungkin saja dia tengah membaca informasi yang tidak sesuai yang diinginkannya, atau dia berjingkrak karena membaca chat yang membahagiakan, mengembulkan sesekali pipinya, loncat kegirangan dan tidak lupa senyum menawan terukir bak bulan sabit di wajahnya.
Indah menatap sesekali dari kejauhan dan menatap dengan fokus saat Indah meraih teleskop yang berada di dekatnya, itulah aktifitas tambahan Indah selain menyukai dunia tulis menulis, Indah juga menjadi tukang intip dibalik jendela kamar yang berlapis kaca sangat lebar di kamar Indah yang nyaman.
Flash Back beberpa minggu yang lalu...
Berawal di sebuah pagi, Indah membuka tirai jendela, dari seberang rumah mewahnya ada sebuah gang masuk ke pemukiman yang di penuhi rumah-rumah kontrakan dan kosan, bisa dikatakan tempat tersebut wilayah pekerja, wilayah untuk perantau, karena setiap pagi lorong gang akan di penuhi orang-orang pekerja yang berjalan keluar untuk mencari angkutan umum, dijemput teman kerja, menaiki ojol, taksi atau kendaraan umum lainya.
Sama halnya dengan lelaki yang Indah sukai, dia tiba-tiba muncul dengan Kaos polosnya, celana jeans dan tas punggung dengan penuh semangat di jam yang sama, setiap hari menggunakan setelan yang simpel namun tetap terkesan cool karena menurut Indah apapun yanh dia kenakan semuanya terlihat pas dan menambah trendy penampilannya.
Lelaki dengan senyum menawan, berambut lurus short style with messy bangs, tanpa sengaja telah membuat Indah yang seumur hidupnya belum pernah jatuh hati terhadap kaum adam mendadak tidak karuan.
Indah menyukainya pada first sight.
...***...
Dari balik jendela rumahnya pada jam yang sama, 06.30 pagi, wajib bagi Indah untuk duduk di jendela kamar menatap seseorang yang menyentuh kalbunya.
Di jam tersebut muncul lelaki muda yang menawan lulusan terbaik disalah satu Universitas dengan penuh semangat pagi untuk menyongsong masa depan. Dengan style casualnya lelaki idaman Indah yang biasanya di panggil Dhani itu berangkat ke Kantor.
Dhani bekerja sebagai seorang jurnalis di salah satu media cetak, dengan jam kerja yang lumayan padat terlihat enjoy Dhani jalani, bisa Indah rasakan saat setiap paginya bulat sabit yang terukir di wajah Dhani tak pernah surut, berbeda dengan para pekerja lainnnya yang setiap hari memiliki beda mimik wajah, mungkin saja hari yang lain dia terlihat ceria, suram, biasa saja atau apakah Dhani juga merasakan seperti yang lainnya, hanya saja dia pandai bersembunyi di balik topeng untuk meredam kekecewaannya untuk dunia ini?
Dhani berangkat dan pulang kerja tanpa jam yang jelas! Bahkan bisa pergi pagi dan pulang pagi jika Dhani harus meliput kejadian-kejadian on air, atau bahkan setiap saat harus tiba-tiba keluar kota karena perintah di daerah tersebut ada informasi terbaru yang bisa membuat kinerjanya di kantor lebih baik. Tanpa mengeluh Dhani tetap siaga dan dia sangat menikmati pekerjaannya.
Dari balik jendela rumah megah, Indah debar jantungnya serasa berloncat-loncat tanpa jelas, terkadang pula rasa khawatir menyelimuti hati Indah saat di jam-jam tertentu, saat Dhani harusnya sudah berada di rumah tapi ia tak kunjung terlihat, Indah khawatir apakah Dhani mengalami banyak masalah di tempat kerjanya atau yang lainnya.
Terbesit di pikiran Indah untuk memperkenalkan diri, bersikap seolah-olah pertemuan mereka tak disengaja, berpapasan di jalan dengan mengambil barang yang telah tertukar layaknya melodrama yang selama ini Indah tonton di layar TV, kemudian mereka saling bertukar Id sosial media, tukaran nomor telfon dan telfonan di waktu luang untuk saling menyapa, saling mengenal hingga ke tahap saling mengungkap rasa, menikmati intrik-intrik percintaan yang membubuhi jalinan kasih yang berakhir pada suatu hubungan pernikahan atau patah hati yang berkeping-keeping. Tapi, apakah Indah memiliki keberanian itu?.
Selama ini hidupnya hanya sebatas rumah, taman, perpustakaan dan tempat-tempat tertentu lainnya dengan kawalan bodyguard serta satu pengasuh yang sudah di anggap Indah layaknya keluarga sendiri yang merawatnya sedari kecil. Cacat kaki sebelah kiri Indah yang menemaninya hampir dua puluh empat tahun ini membuat Indah tidak berdaya untuk menatap indahnya dunia.
Cacat yang disebabkan kelalaian orang tua Indah yang terlalu sibuk mengejar karir di kancah politik membuat Indah jarang bertemu mereka. Hingga saat usia Indah tiga tahun terjatuh membuat system persendian kaki Indah bermasalah dan mengalami gagal tumbuh dan berkembang, kaki Indah rapuh dan lambat laun mengecil tak bisa menopang tubuh Indah lainnya membuat Indah tak bisa menegakkan tubuhnya normal, karena kecacatan itu membuat Indah merasa terabaikan oleh dunia.
Orang tua Indah bukannya menyesali kelalaian mereka justru mereka menyembunyikan Indah dari lingkungan masyarakat dan pergaulan, seolah Indah tak pantas menjadi anak yang di banggakan. Indah dilarang keluar menampakkan diri dimasyarakat jika Indah berada dikediaman kedua orang tuanya. Harta melimpah memang nikmat tapi tidak menjamin kebahagiaan, karena kebahagiaan untuk hidup adalah saat kau hidup layaknya manusia biasa dan bisa bergaul dengan siapapun.
Menghabiskan waktu dengan teman sebaya, bercanda, belanja, bermain, nonton, tidak ada dalam dunia Indah. Hanya Bibi Siti yang selalu berada di dekatnya sedari kecil menemani disetiap aktifitasnya termasuk home schooling.
Indah mendapatkan pendidikan itu dari Home schooling itupun Indah menggunakan Identitas palsu, bukan sebagai anak dari dua orang yang sangat masyarakat kenal tapi Identitas Indah akan menjadi anak dari Bibi siti.
Terkadang Bibi Siti merasa iba kepada Indah yang hanya berada dalam rumah megah setiap saat, menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku fiksi favoritnya di perpustakaan miliknya seharian atau Indah menulis artikel motivasi hidup untuk kaum introvert, yang memiliki banyak kekurangan, yang kesepian seperti dirinya di media untuk dipublish.
Sesekali Indah berusaha melangkah menggunakan tongkat karena Indah tidak ingin menyusahkan Bibi Siti membuat Indah meringis kesakitan pada kaki kanannya, hingga Indah harus permanen menggunakan kursi roda, sesuai saran Dokter.
Bibi Siti yang selama ini tidak memiliki anak pun telah menganggap Indah layaknya anak sendiri, anak kecil yang dulu sebesar genggaman kepalan tangannya, ditimangnya kini tumbuh dewasa dengan segala kekurangannya.
Dengan segala kekurangan Indah dia juga memiliki Kelebihan. Indah pandai menulis berbagai macam jenis; Novel, puisi dan sesekali Indah menulis artikel di media untuk di terbitkan. Paras Indah tidak diragukan lagi, Indah sangat cantik dengan rambut hitam pekat dan ikal, mata yang bulat, bibir tipis yang merona. Itulah Indah si penulis misterius dan si pengagum lelaki gang.
Indah dengan bakat menulisnya dia kerap kali bercerita tentang perasaan dan kehidupan, perasaan kesepian seperti hidupnya yang hanya berteman dengan pena dan buku.
Karya Indah kini banyak menghiasi setiap perpustakaan di berbagai wilayah di Indonesia, beberapa karya tulisan yang di unggah pada social media yang telah memiliki jutaan pengikut membuatnya mejadi salah satu penulis ternama dengan misterius.
Di tempat lain...
Dhani disibukkan dengan buku bacaan yang berada di tangannya, sesekali Dhani tersenyum, alisnya bertaut, wajah yang datar, wajah dengan menaikkan satu alisnya, menopang dagu, memijat pelipis, menggaruk kepala yang tidak gatal, begitu banyak ekspresi Dhani yang ditunjukan saat membaca buku yang membentuk banyak mimik di wajahnya itu.
Buku dengan biografi yang misterius, tanpa biodata yang jelas, hanya alamat social media tertera, selain itu tidak ada lagi. Dhani mengecek social media penulis tersebut dan benar, tidak ada informasi sama sekali di sana, Dhani mengirim pesan ke akun tersebut tapi sepertinya akun si penulis tak bisa menerima pesan teks apapun.
Dhani sangat penasaran untuk mewawancarai penulis misterius yang karyanya sedang booming itu, tapi hasilnya masih tetap nihil, Dhani kehabisan akal untuk mencari akses bisa bertemu dengannya.
“Gila Ras, sombong banget penulis ini, dia sangat misterius, nge-dm ke blacklist, jual mahal banget, gimana kalau kita kirimin surat untuk kontrak wawancara aja, apa maunya resmi banget gitu ya? apa dia nenek-nenek?”
“Ahh, mana ada nenek-nenek main sosmed”
“Lah, hari gini, yang jadi mayit aja nggak tau main sosmed, anak bayi lahirnya kemaren sore aja hari gini dah main sosmed Ras”
“Ah ngaco kamu”
“Trus ini gimana?”
“Aku pernah denger, kalau dia itu bisa di temuin harus izin ke ibu-ibu yang tiap sabtu ada di villa mewah sono”.
“Sono mana? yang jelas dong”
“nggak jauh dari rumah kamu, villa sebelah gang kamu yang megah itu”.
“Ha? Itu villanya nggak ada yang nempatin.”
“Iya tahu, tapi informasi dari paparazzi, mereka yang biasanya pengen ajuin kontrak wawancara, atau media apa aja gang pengen nemuin dia, mereka semua ke villa itu, walau akhirnya mereka di tolak mentah-mentah, kunci untuk bertemu dengannya cuman satu, kita ke villa itu tiap akhir pekan karena info valid yang aku dapat, tiap akhir pekan gerbang villa itu akan terbuka, dan paling parahnya lagi yaa para direksi yang datang lansung cuman di ladeni depan pagar”.
“Ha? Gila banget, si penulis ini siapa, gitu banget, niat jadi penulis nggak sih?”.
“Udahlah, kamu nyerah aja, belum ada yang berhasil sampai detik ini yang bisa nemuin dia.”
“Nggak Ras, aku tertantang untuk nemeuin lansung si inisial Sampul Usang ini, nggak peduli dengan kontrak, aku pengen tau alasan dia nulis apa? influencer apa gila sih, nolak media mulu tapi tulisannya booming, apa dia bayar?.”
“Bukan bayar juga sih tapi emang karyanya bagus, udahlah Dhan, tidak semua orang pengen terkenal, contohnya si Sampul Usang ini, dia exclusive dan introvert. Mungkin memang dia tidak suka publikasi-publikasi tentang dirinya. Cukup dengan menghadirkan karya-karya dia dan orang menilainya” Tukas Rasti rekan kerja Dhani bijak.
“Ah, kamu pinter ngomong, bisa ngebayangin kalau kita berhasil, kinerja kita bakalan kelihatan”.
“Whatever you said lah, kamu terlalu berambisi."
“Aku Cuma berandai-andai kalau kita berhasil mewawancarai dia, ngangkat profil dia, kita bisa naik jabatan.”
“Udah, mending kerja yang ada sekarang, nggak usah berandai-andai.”
Sementara di rumah megah lengkap dengan semua fasilitas, Indah kembali menulis dengan senyum yang cerah dengan membayangakan sosok Dhani dalam benaknya. Dhani sudah menjadi inspirasi terbesarnya beberapa bulan untuk membuat karya baru lagi yang Indah beri judul "nobodys know but you".
Untung Bibi Siti selalu membantunya untuk mencari informasi tentang Dhani; asalnya, alamat kosnya, statusnya, makanan kesukaan Dhani sampai pada zodiak Dhani. Indah kadang geli membayangkan tingkah Bi Siti yang layaknya intel hanya demi mencari informasi Dhani, Bi Siti bertindak layaknya Sherlok Holmes yang akan memecahkan kasus dalam versi yang berbeda, Bi Siti yang menggunakan kaca mata hitam, payung hitam, masker hitam dan kebaya berwarna membuat Bi Siti menciptakan karya yang baru dalam dunia penyelidikan.
Waktunya menunjukan pukul 23.00 pm, biasanya pukul segini Dhani sudah berada di depan lorong gang dengan langkah yang berat dan wajah yang lelah sepulang kantor, dengan sesekali Dhani memijat pundaknya. Indah sangat hafal aktifitas Dhani dan apa yang Dhani lakukan di jam tersebut saat berada di depan gang, yang terkadang Dhani terlihat keluar dari taksi atau juga Dhani di antar seorang wanita yang Indah yakin itu teman kerjanya, atau Dhani berjalan sendirian dari ujung jalan raya yang berarti dia pulang naik kendaraan umum atau angkot.
Indah gelisah, dari jendela kamarnya yang terbuka belum ada tanda-tanda kehadiran Dhani yang menaklukkan hatinya.
“Udah neng Indah, kenapa sih malu-malu berkenalan, rumahnya deket juga kok dari rumah sini, Den Dhani itu orangnya baik, ramah walaupun terlihat judes dari raut wajahnya aja neng, aslinya mah ramah banget.” Kata Bibi Siti yang tiba-tiba membawa nampang berisi susu, vitamin dan beberapa cemilan untuk Indah.
“Hmmmm apaan sih Bi, tapi kalau mau jujur, aku sih maunya gitu cuma aku malu Bi,"
"loh kok malu? Neng Indah kan cantik"
"kecantikan akan jadi nomor sekian saat fisik seperti ini Bi, aku yakin dia banyak yang naksir di tempat kerjanya, Bibi liat sendiri, dia sempurna Bi.”
“itukan perkiraan neng Indah saja, gimana? mau Bibi sampein salamnya ke Den Dhani? he he he “ledek Bibi Siti
“Ih Bibi, apaan sih, aku kan malu, lagian aku perempuan mana bisa suka lebih dulu”.
“Aduh Neng Indah, jaman sekarang tuh nggak ada cewek atau cowok yang suka lebih dulu, yang jelas mah suka Neng” timpal Bibi Siti.
“Ehh Neng Indah liat, itu Den Dhani udah pulang bareng sama cewek biasa anterin dia”
"serius Bi?"
Indah dan Bi Siti bersamaan melihat Dhani yang tengah turun dari motor yang sedang dia tumpangi dan Dhani terlihat sedang membuka helmnya.
Dhani yang tiba tepat di depan gang kosannya menggunakan sepeda motor bersama Rasty, tengah membuka helmnya,
“Ok Ras. Thanks udah anterin, jangan lupa besok kita berburu untuk profil minggu depan, aku bener-bener penasaran ama si inisial Sampul Usang itu.”
“ahh kamu masih saja ambisi naik jabatan ya”
“iya dong…” balas Dhani sambil mengusap ujung kepala Rasty
Bi Siti menatap sekilas perubahan wajah indah yang tiba-tiba memerah, dengan tatapan yang tajam.
“Sudahlah Neng Indah, diminum dulu susunya” ucap Bibi Siti yang menyadarkan Indah dari tatapannya yang mengisyaratkan kekesalan.
“Eh iya Bi, Mkasih…”
Malam semakin larut, Indah membaca beberapa hasil tulisan puisinya hari itu, Indah memilah untuk beberapa judul yang akan dibukukan selanjutnya.
Di kamar yang lain Dhani merebahkan dirinya dan berpikir bagaimana cara agar dia bisa bertemu dengan penulis yang selama ini bersembunyi dibalik karya-karya indahnya. Apalagi Pak Fery Pimpinan Redaksi menjanjikan promosi naik jabatan bagi yang berhasil mewawancarai dan menuliskan Profil Sampul Usang di majalahnya.
“ini kesempatan yang harus aku kejar untuk naik jabatan, besok aku akan cari tahu penulis inisial Sampul Usang, bagaimanapun caranya” gumam Dhani
Dhani meraih Hp nya dan texting Rasty,
...“Ras, ingat besok misi kita”...
...sent!...
...“tidurlah, kita bahas besok”...
...“iya, aku hanya mengingatkan”...
...sent!...
Rasty sebenarnya salut dengan Dhani, setahun menjadi Patner kerja, Rasty bisa memahami watak Dhani yang keras. Apa yang dia inginkan pasti akan dikejar sampai keujung dunia sekalipun. Tapi kekurangan Dhani adalah setelah mendapatkan apa yang dikejarnya, penasarannya tercapai dia tidak akan peduli lagi!
Cling...
Dhani meraih Hp nya kembali dan melihat notifikasi di layar tersebut nama Rasty
..."Apakah kau sudah tidur?"...
..."belum Ras"...
...sent!...
...“aku sudah mendapatkan info agent yang bisa mengurus segala urusan penjualan bukunya, aku akan coba meminta izin untuk bertemu dengannya dan kita bisa mencari tahu akses untuk bertemu dengan penulis itu"....
...“Kamu serius Ras?!!"....
...sent!...
..."iya, emangnya aku komedian yang suka becanda?!"...
..."Ahh malam ini aku akan bermimpi indah, baiklah. See you”...
...sent!...
Di sudut kamar lain, ada Rasty yang sedang menatap layar hp nya dengan tersenyum manis "Good night Dhani,".
...****...
Sesuai kesepakatan, Dhani dan Rasty mengunjungi seorang penerbit yang mencetak semua karya-karya Indah.
“Mas Dhani, bukannya saya menghalangi niat Mas untuk mengangkat Profil penulis non Indah atau yang dikenal Sampul Usang, tapi Non Indah sangat tidak suka publikasi” jelas Kiki Manager agensi penerbit buku Indah
“oh jadi namanya indah? Hmm apa yang membuat dia….” Ucapan Dhani terpotong
“itu Bi Siti pas banget dateng,…”
Bibi Siti datang dengan memegang amplop yang berisi naskah tulisan indah yang akan di cetak untuk penjualan karya selanjutnya. Dhani kaget dengan kedatangan Bi siti yang selalui Dhani temui di sekitaran gang, dekat kos atau sedang belanja sayuran bersama ibu-ibu yang lainnya. Sesekali mereka saling bertegur sapa di jalan.
“nah tepat, kalau mas Dhani pengen wawancarai Non Indah izin ke Bi Siti dulu” jelas Kiki
"Maksudnya Bi Siti adalah orang kepercayaan penulis Sampul Usang? Tanya Dhani yang masih Syok
Mendengar itu, Kiki mengangguk sebelum Bi siti berdiri tepat di hadapan mereka.
“loh, nak Dhani ngapain disini?” tanya Bi Siti
“Bi, saya mau ngenalin diri dengan lengkap dulu, saya Dhani wartawan dari Luxury Magazine, saya tadi udah ngobrol banyak sama mbak kiki, yang dijelasin sama Mba Kiki barusan bener Bi? Kalau Saya bisa bertemu dengan penulis inisial Sampul Usang melalui Bibi?” tanya Dhani antusias
“Aduh nak Dhani kapan-kapan saja ya! Saya harus mengerjakan hal yang lain”. Kemudian berlalu
Bi Siti tidak ingin menjawab pertanyaan Dhani karena takut salah memberikan informasi, untuk sementara jalan satu-satunya adalah menghindari dan melaporkan ke Indah tentang hal tersebut.
Bi Siti terlihat terburu-buru masuk kedalam BMW yang sedang terparkir dengan jelas di depan gedung kantor dengan gugup.
“Kenapa Bi, kok kaya dikejar maling?” tanya Indah
“Neng indah pasti nggak nyangka kalau barusan saya ketemu sama den Dhani”
“Dhani?!”
“Iya neng, dia pengen wawancarai Neng Indah, tadi kita sama-sama kaget bisa beretemu di tempat ini , tuh … tuh… liat den Dhani keluar”
Dari balik kaca mobil, Indah menatap sosok lelaki yang dikaguminya sedang menatap jalan mencari sosok Bi Siti pastinya.
“Gimana Neng Indah?”
“Bi aku malu, aku takut dia kecewa melihat keadaanku yang catat, tidak seperti dengan karya-karya aku yang mereka anggap luar biasa itu”
“Neng Indah jangan berkecil hati, bukannya Neng Indah sangat ingin berkenalan dengannya, kesempatan ini tidak akan datang dua kali Neng, kan kalau jodoh nggak bakalan kemana, yang usaha dulu” jelas Bi Siti
“Bi, stop manggil Neng, indah nggak suka dengernya, ini usia Indah yang ke dua puluh empat tahun, Indah pengen Bibi manggil Indah dengan sebutan Nak, apa lagi didepan Dhani, Indah udah nganggep Bi Siti orang tua indah” ucap indah sambil memeluk Bi Siti.
Bi siti mendengar itu terharu dan membalas memeluk Indah.
“Ya sudah Bi, aku ngga bisa ketemu sekarang, serahin kartu namaku aja Bi, besok aku akan menemuinya” jelas Indah
Bi Siti turun dari mobil dan menemui Dhani.
"Loh bibi, muncul dari mana kok aku ngga liat, pake pintu ajaib doraemon ya?" ledek Dhani, padahal Dhani sangat girang melihat Bibi Siti, tadinya Dhani sudah merasa putus asa karena tidak bisa mengejar Bi Siti bahkan itu bayangannya.
“Nak Dhani ini kartu nama nak Indah, maaf hari ini masih mengurus banyak hal jadi belum bisa menerima tawaran nak Dhani untuk wawancara, tapi nak Dhani bisa membuat janji dengan nomor ponsel yang ada dalam kartu nama ini” jelas Bi Siti
Dhani mendengar itu sangat bahagia, Dhani memegang tangan Bi Siti yang merasa telah membantu memuluskan rencana Dhani,
“Bi, makasih, nanti Dhani traktir yaa…”
"iya, iya, Bibi permisi dulu"
Dhani hanya membalas ucapan Bibi Siti dengan anggukan, Dhani sangat bahagia, dia tersenyum sumringah, sesekali Dhani terlihat mengecup kartu nama Indah, membuat Rasty yang keluar gedung melihat tingkah Dhani pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"kamu udah gila ya? Karena gagal dapat informasi penulisnya?!"
"Rasty aku memang gila, gila karena bahagia," teriak Dhani
"Ha??!"
"See... " Dhani mengajukan kartu nama Indah ke Rasty
"Serius? Ini kartu nama penulisnya Dhan?"
"Iya Ras, sedikit lagi kita akan mencapai kesuksesan"
"Tapi kamu dapat dari mana Dhan?"
"Dari bibi yang tadi, aku berhasil meluluhkannya"
"Wah Dhan, aku salut sama kamu," balas Rasty yang ikut kegirangan
"tenang Ras, kita akan naik jabatan sama-sama".
Rasty mengangguk dan mereka tertawa bersama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!