NovelToon NovelToon

AryAnna: An Eternal Story

Tentang Zianna Azaya Radiandra

Zianna menggeram kesal di sela-sela perjalanannya. Sedari tadi, ia terus saja dikintili oleh lelaki tinggi yang katanya memiliki nama yang persis seperti namanya.

Bulshit! Batin Zianna mengumpat.

"Hey, Zi?" Panggil lelaki itu. Zio namanya, anak basket yang pagi ini dapat kabar dari sahabat Zianna bahwa Zianna sudah siap sedia didekati oleh lelaki itu.

Sahabat sialan!

Masalahnya, ini sudah lelaki kesekian kali yang sahabatnya itu comblangkan pada dirinya. Rasanya, ia ingin menangis karena keceplosan mengatakan kalau ia menyukai lelaki tinggi, dan merupakan anak basket yang bertalenta.

Dan sialnya, Zio ini anak basket yang juga tinggi dan bertalenta.

Sahabat Zianna itu, namanya Keylara. Cewek hiperaktif yang menjabat sebagai sahabat Zianna itu sangat bertekad mencarikan Zianna cowok dengan tujuan agar bisa double date dengan dirinya yang sudah memiliki pacar.

Sialan! Lagi-lagi Zianna mengumpat.

Zianna Azaya Radiandra. Cewek irit kata, judes, dan sialnya cantik ini merupakan asetnya SMA Cakra Indonesia. Tidak ada seorangpun yang kenal dekat dengan dirinya. Bahkan, sahabatnya pun tidak mengenalnya sedekat itu.

Hampir seluruh murid SMA CI menganggap Zianna sebagai cewek yang tak mengenal makhluk yang namanya laki-laki. Pasalnya, sudah puluhan cowok SMA CI yang memintanya untuk menjadikannya pacar namun selalu ditolak mentah-mentah oleh Zianna.

Alasannya selalu sama, "Gue gak suka sama Lo, dan gue gak mau jadi pacar lo!"

Tak heran, siswi-siswi SMA CI sering mencibirnya yang katanya sok jual mahal padahal cowok yang menembaknya itu adalah cogan-cogannya SMA CI.

Tapi, apakah Zianna peduli? Tentu saja tidak.

Zianna tak butuh cogannya SMA CI, karena ia sudah memiliki hal yang lebih berharga dari itu.

***

Dengan kesal Zianna berbalik menghadap lelaki sialan ini, Zio. "To the point aja, Lo ngapain ngintilin gue?" Tanya Zianna judes.

"Mau kenalan!" Jawab lelaki itu dengan tampang tengilnya.

"Gue Zianna. Udah, kan? Jadi, berhenti ngintilin gue!" Jawab Zianna ketus dan langsung berbalik pergi.

Sialnya, "Eits! Tapi kita 'kan belum tukeran nomor WA."

"Gue gak butuh! Lo minggir, atau gue bunuh Lo sekarang juga!" Ancam Zianna yang sudah kelewat kesal dengan lelaki ini.

"Wow, oke, oke gue minggir. Tapi, lain kali gue gak akan lepasin Lo lagi." Ujar Zio sambil menyingkirkan badannya dengan kedua tangan yang ia angkat keatas dan bibir yang terkekeh.

Gila! Umpat Zianna.

Dengan segera Zianna pergi meninggalkan lelaki itu menuju ke kelasnya. Keylara, gue habisi Lo sampe mampus!

BRAK!

Zianna melempar tasnya di tempat duduknya dengan kasar. Membuat seluruh atensi kelas berpindah pada dirinya. Matanya menatap nyalang pada Keylara yang berdiri mematung setelah berlarian bermain pesawat kertas bersama pacarnya di dalam kelas.

"Key, kesini Lo!" Perintah Zianna penuh penekanan.

Mata Keylara melirik pada Kevandra, pacarnya. Dengan kaku, Keylara menghampiri Zianna dan menyengir "Hehe, udah nyampe, Zi?"

Pertanyaan bodoh! Keylara merutuki dirinya, sudah jelas Zianna sedang ada pada kondisi hati yang tidak baik.

"Udah. Anyway, Lo keliatan bahagia banget, ya, pagi ini?" Mata tajamnya menatap nyalang Keylara dan juga Kevandra.

Gawat, Keylara menelan ludahnya kasar. Nada bicara Zianna kelewat menyeramkan kali ini.

"A-anu, Zi. Gue, g-gue—"

BRUK!

Zianna mendudukkan tubuhnya di bangku dengan kasar. "Berhenti nyomblangin gue sama cowok-cowok sialan itu, bisa?" Tekan Zianna, ada nada kepasrahan didalamnya.

Keylara menghembuskan nafasnya, mendudukkan dirinya disamping Zianna. "Anu, Zi. Gue kan, pengennya tuh Lo juga ada pacar gitu, Zi. Biar bisa double date sama gue." Tutur Keylara pelan-pelan.

"Double date mulu yang Lo pikirin!"

"Ya abis—"

"Gue mau ngantin, laper. Bayarin gue, anggap ini sebagai penebus rasa bersalah Lo!" Ujar Zianna dan beranjak pergi.

Keylara menganga. Bukan karena ia tak punya duit, masalahnya, Keylara tidak merasa bersalah sama sekali loh, ya, woi! Kenapa harus ada penebusan?

***

"Gue gak mau tau, ya, Key. Lo harus berhenti deketin cowok-cowok sialan itu ke gue." Perintah Zianna sambil memakan mie ayamnya yang sudah seperti lava gunung berapi, merah sekali!

"Ck, iya-iya." Keylara merebahkan kepalanya di bahu Kevandra, "Gagal double date sama Zia kita, Ay." Ujarnya merana membuat Kevandra mengelus kepala Keylara, "Udah, gak papa. Kita doain aja semoga Zia gak belok gegara gak suka sama cowok."

"Sialan Lo pada!"

"Aaaaaaa,"

Pekikan-pekikan heboh dari para siswi yang ada di kantin itu membuat mereka bertiga terlonjak kaget. Bahkan, Zianna hampir saja tersedak mienya yang super pedas. Sial, hampir saja ia mati tersedak.

"Gila ganteng banget woi!"

"Pangeran dari mana itu?!"

"Menantu emak gue..."

Zianna mengeryit, "Ada apaan sih?"

Kevandra mengendikkan bahunya tak tahu.

"Palingan si murid baru, yang katanya ganteng banget itu." Timpal Keylara yang masih menempel pada bahu Kevandra, tak beranjak sedikitpun. "Seganteng apa, sih, emang?" Kepala Keylara perlahan mendongak menatap si pusat perhatian itu lalu tersedak ludahnya sendiri, "gila, ganteng banget!"

Zianna yang memang tak minat pun tak memperdulikan itu. Baginya, Mie ayam ini jauh lebih menarik dan tentunya, enak!

"Zi, Zi! Lo harus lihat dia, Zi! Sumpah, gantengnya gak ngotak!" Keylara tak kalah heboh dengan yang lain, membuat Zianna dan Kevandra berdecak.

Kevandra yang kesal lalu menutup mata Keylara, "Gak usah dilihat, Ay. Nanti mata Lo katarak!" Ujar Kevandra kesal.

Zianna memutar bola matanya malas, ikut mendongak menatap si pusat perhatian. Siapa, sih, cowok sok kegantengan it—

Deg!

Mata mereka berdua bertubrukan. Si murid baru itu...

"Gila, dia ngelihat ke arah kita?!" Pekik heboh keylara yang sudah melepaskan tangan Kevandra dari matanya.

"Zi, dia ngeliatin kita, Zi!" Keylara menggoyangkan lengan Zianna. "Zi, Lo kok diem aja sih?"

"Zi," Keylara masih menggoyangkan lengan Zianna, "ZIANNA!"

Teriakan itu membuat Zianna kembali ke dunia nyata. Sialan, si murid baru itu menghampiri meja mereka bertiga! Membuat seluruh atensi mengikuti arah pandang murid baru itu.

"Sorry, bisa kasih tau gue dimana ruang kepala sekolah?" Tanya cowok itu sembari tersenyum miring, menghadap dirinya!

Tubuh Zianna kaku. Sial, untuk pertama kalinya seluruh murid SMA CI melihat Zianna yang seperti ini, diam kaku tak berkutik, pada seorang cowok!

Lagi-lagi hal itu membuat murid-murid yang ada di tempat itu memekik heboh.

Keylara kembali menggoyangkan lengan Zianna dengan mata yang tetap menatap si murid baru, "Zianna, Lo ditanyain!"

Zianna tersentak, "Ha?" Sialan, Zianna seperti orang linglung sekarang.

KRIIING!

Suddenly, bel masuk berbunyi, membuat murid-murid yang ada disitu mengeluh lesu namun tak urung tetap menuju ke kelas mereka masing-masing. Padahal kan mereka masih ingin melihat pertunjukan langka ini.

"Zi, gue sama Keyla ke kelas duluan, ya. Ayo, Ay!" Kevandra menarik pelan lengan Keylara menuju kelas, berada disini membuat hatinya panas lantaran Keylara yang tak henti-hentinya menatap murid baru itu.

Tinggalah sepasang makhluk dimana si perempuan masih dengan posisinya yang duduk linglung bak orang yang otaknya sedang konslet.

Mie ayam Zianna masih sisa seperempat mangkuk, namun Zianna sudah tak memiliki gairah untuk memakannya. Sialan murid baru ini.

Murid baru itu terkekeh lantas menarik pelan lengan Zianna untuk ia ajak berdiri dan pergi dari tempat itu. Membawanya melewati koridor demi koridor sekolah yang sepi lantaran murid yang sudah berada pada kelasnya sendiri-sendiri.

Zianna tak memberontak, diam linglung seperti tak bisa berbuat apa-apa sekalipun hanya berkata 'tidak'. Dan, disinilah mereka sekarang. Di lorong dekat lab biologi yang sepi dengan Ziana berdiri bersandar pada tembok dan si murid baru yang mengungkungnya.

"Long time no see, Anna." Suara cowok alias murid baru itu terdengar kembali. Terasa dalam di telinga Zianna, membuat Zianna tersadar dan kembali ke alam nyata.

–to be continue–

Tentang Aryanaka Narantaka

"Long time no see, Anna."

Seperkian detik, Zianna yang baru saja tersadar dari kelinglungan lantas memeluk murid baru itu erat-erat.

Murid baru itu terkekeh, membalas pelukan itu. Mendekapnya begitu erat seakan tak mengizinkan semesta merebutnya.

Seperkian menit, mereka masih ada diposisi yang sama. mengabaikan segala hal yang ada disekelilingnya. seakan, hanya ada mereka berdua di dunia ini.

Lelaki ini, Aryanaka namanya, Aryanaka Narantaka. Cowok tinggi, anak basket, bertalenta. Setelah ini, bisakah kalian menebak sendiri siapa itu Aryanaka?

Lelaki yang katanya ganteng banget ini, merupakan murid baru pindahan dari Singapura. Pintar, prestasinya ada dimana-mana. Saingan Zianna dari Jaman masih belajar berbicara yang sialnya juga menjabat sebagai 'pacar' cewek judes itu dari sejak SD!

Dari jamannya, cinta-cintaan monyet sampai jadi cinta sungguhan. Nyatanya, predikat cewek yang tak mengenal makhluk berspesies cowok dari jaman SMP sampai sekarang itu tak sepenuhnya benar. Bahkan, tidak benar sama sekali!

Karena pada kenyataannya, Zianna tak membutuhkan cowok-cowok sialan itu. Hanya Aryanaka saja. Cukup Aryanaka saja.

***

"Hebat banget, ya, Lo, pindah kesini gak bilang-bilang gue?" Sudah lebih dari lima menit, bibir Zianna yang biasanya irit kata itu mengomel panjang lebar pada Aryanaka.

Pasalnya, lelaki itu tak mengabarinya sama sekali. Catat, sama sekali tidak mengabari!

Aryanaka memandang geli wajah Zianna yang terlihat lucu saat mengomel. Dengan alis yang menyatu dan bibir yang mengerucut, benar-benar membuat Aryanaka menahan mati-matian rasa ingin mencubit pipi gadis judes ini.

"Surprise, Anna. Masa Lo gak ngerti cara main gue?" Tutur Aryanaka dengan suara tenangnya.

Terasa dalam hingga hampir membuat Zianna tenggelam. Jujur, Zianna amat merindukan lelaki ini. Namun, rasa kesalnya lantaran tidak dikabari lebih mendominasi perasaannya saat ini.

Zianna bersedekap dada, "Udah dari kapan Lo disini?"

Dengan wajah tengilnya Aryanaka pura-pura menghitung menggunakan jarinya, "..., enam, tujuh, delapan, sembilan... udah dari tiga hari lalu deh kayaknya." Ujarnya sembari menunjukkan tiga jarinya.

Zianna menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Cowok ini benar-benar— ah sudahlah!

Zianna memandang Aryanaka dengan tatapan sinis. "Jadi, murid baru yang katanya ganteng banget itu elo." Cibir Zianna dengan menekan kata 'ganteng banget' pada Aryanaka.

Aryanaka terkekeh dibuatnya, "Gue emang ganteng, gak usah pake katanya." Timpal Aryanaka membalas cibiran Zianna. Membuat Zianna memutar bola matanya malas.

"Pantesan, anak-anak cewek dari kemarin gak ada habisnya ngebahas murid baru terus. Brisik, bikin gue kesel." Sungut Zianna mengadu. Bibirnya mencebik kesal membuat Aryanaka tak tahan untuk mencubit pipinya.

Aryanaka terkekeh gemas dibuatnya, "Lo cemburu?"

Zianna mendelik seketika, "Najis!" serunya dengan menepis pelan cubitan Aryanaka dari pipinya. "Sakit tahu!"

"Cieilah, ngaku aja kali, gak usah gengsi." Ujar Aryanaka sembari terkekeh.

Pause dulu bentar, saya salting sama kekehan Naka yang super memesona. 🙏

Next.

"Dalam kamus hidup Zianna, cemburu itu gak ada!"

"Ah masa?" Aryanaka menaikkan sebelah alisnya menggoda.

"–gengsi kok digedein," cibir Aryanaka. "IQ tuh gedein biar bisa ngalahin gue!"

Mata Zianna berubah nyalang, aura persaingan diantara mereka seakan menguat saat itu juga. "Elo tuh yang maruk kepintaran! Serakah banget emang." Dengus Zianna kesal.

Aryanaka lantas tergelak dibuatnya. "Selama gue pergi, seenggaknya posisi Lo baik-baik aja."

"Tapi sekarang Lo dateng, Arya! Gimana nasib gue setelah ini ya Tuhan..." Zianna merana dibuatnya. "Tunggu, Lo masuk kelas mana sekarang?"

Mendengar itu senyuman Aryanaka luntur berganti dengan wajah kesal.

"IPA dua." Aryanaka menyaut singkat dengan nada super malas. Ia benar-benar tidak menyukai kelasnya kali ini.

Mendengar itu, Zianna tertawa ngakak, "Elo, gak masuk kelas unggulan?!" Zianna tertawa terpingkal membuat Aryanaka menatap datar terhadap tingkahnya.

"Bagus Lo begitu?" Pertanyaan sinis dari Aryanaka lantas membuat tawa Zianna berhenti, namun masih tersisa sedikit tawa kecil. Ia memandang Aryanaka dengan tatapan mengejeknya yang super menyebalkan.

"Perdana guys, Aryanaka Narantaka gak masuk kelas unggulan, hahaha." Zianna kembali terpingkal dengan Aryanaka yang masih menatapnya datar.

Entahlah, apanya yang lucu hingga Zianna yang terkenal judes ini menjadi tertawa. Apakah kesialannya yang tidak masuk kelas unggulan memang selucu itu. Sialan!

Menyebalkan sekali, untung Aryanaka sayang.

"Diem deh, Lo! Gue gak masuk kelas unggulan karena kapasitasnya udah penuh! Lo gak usah seneng begitu, semester depan gue pastiin kelas unggulan bakalan gue tempati lagi." Ujar Aryanaka ketus.

Dengan sisa tawanya Zianna merentangkan kedua tangannya ke arah Aryanaka, "Utututu, iya-iya percaya. Sini-sini, peluk dulu. Kangen gue sama Lo."

***

Zianna masuk ke kelas di sela-sela pergantian mata pelajaran. Dia sudah kosong dua jam pelajaran hari ini. Apakah dia merasa rugi? Tentu saja tidak. Ia bisa mempelajari sendiri nanti. Mungkin, bersama Aryanaka juga.

Memikirkan itu, membuat Zianna tersenyum. Lelaki yang membuatnya menolak puluhan cogan SMA CI itu akhirnya kembali juga. Pasalnya, sudah tiga tahun lamanya dia meninggalkan Zianna ke Singapura mengikuti orang tuanya yang memiliki bisnis disana. Dengan senyuman yang mengembang, Zianna berjalan riang ke kelasnya setelah mengantar Aryanaka ke ruang kepala sekolah.

Disinilah dirinya sekarang, di kelasnya, XI IPA 1.

"Zi, Lo habis dari mana aja, gila! Ngebul otak gue ditanyain mulu sama guru kimia kenapa Lo gak masuk-masuk." Sembur Keylara ketika Zianna baru saja mendudukkan diri di bangkunya yang berada di samping Keylara.

"Nganterin murid baru. Bukannya Lo juga tau?" Jawab Zianna santai lalu mengambil ponselnya untuk ia mainkan. Guru jam berikutnya belum memasuki kelas saat ini, membuatnya bisa sedikit leluasa untuk memainkan ponselnya.

"Heh, Lo nganterin murid baru ke ruang kepala sekolah apa ke Arab Saudi? dua jam pelajaran Lo habisin buat nganterin dia doang? Gila!" Sentak Keylara memandang Zianna tak percaya.

"Gue disuruh nganterin dia ke kelasnya." Zianna tidak sepenuhnya berbohong, memang begitu kenyataannya. Setelah ia mengantarkan Aryanaka ke ruang kepala sekolah tadi, kepala sekolah lantas menyuruhnya untuk mengantar Aryanaka ke kelasnya lantaran Aryanaka yang belum mengetahui dimana letak kelas XI IPA 2 berada. Maklum, murid baru.

"Sampe ngabisin dua jam pelajaran?" Tanya Keylara tak percaya.

"Sama disuruh nemenin dia liat-liat lingkungan sekolah, sekalian ngenalin ada apa aja di sekolah ini." Bohong, kali ini hanya alibi Zianna semata. Karena pada nyatanya, mereka hanya menghabiskan dua jam pelajaran di lorong dekat lab biologi tadi. Tentu saja melepas rindu. Memangnya apa lagi?

"Seriusan?"

Zianna hanya mengangguk santai. Mencoba menampilkan ekspresi sebiasa mungkin agar Keylara tak curiga.

Mata Keylara memicing curiga menatap Zianna, membuat Zianna menoleh dan mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

Keylara menggeleng, "Gak."

Zianna yang melihat itu pun mengendikkan bahunya tak peduli.

Semesta, tolong ampuni kebohongan Zianna kali ini.

–to be continue–

Baru saja kenalan, ya?

Bel istirahat pertama sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Saat ini, Zianna, Keylara, dan Kevandra tengah berjalan menuju kantin sembari berbincang ringan. Lebih tepatnya, hanya Keylara dan Kevandra yang sedari tadi bucin-bucinan. Membuat Zianna yang melihatnya memutar bola matanya jengah.

Ketika telah sampai di area kantin, mata mereka bertiga menelisik dimanakah kira-kira bangku yang masih kosong untuk mereka tempati.

Ketemu.

"Disana!" Kevandra berujar sembari menunjuk salah satu bangku yang kosong.

Zianna mengecek bangku yang ditunjuk oleh kevandra, lantas mengangguk.

"Oke."

Mereka kemudian berjalan menghampiri bangku itu, "Lo mau pesen apa, Zi? Biar gue sama Kevan yang pesen." Tanya Keylara.

"Kaya biasa aja." jawab Zianna singkat.

Sedetik kemudian, Keylara dan Kevandra berjalan pergi untuk memesan makanan. Zianna mengedarkan pandangan ke sekitar, menikmati suasana kantin yang ramai akibat siswa-siswi yang bergembira dan mengobrol ria.

Lagi, teriakan heboh dari para siswi yang ada di kantin membuat perhatiannya teralih. Apa lagi, sih, ini?

Zianna menajamkan pandangan dan pendengarannya, mengikuti arah pandang para siswi yang membuat mereka memekik heboh dibuatnya.

Dan ya, orang yang membuat para siswi menjadi selebay itu tak lain dan tak bukan adalah, Aryanaka. Sialan, muka kaya pantat wajan begitu darimananya yang kelihatan ganteng, sih?

Zianna memicingkan mata, sontak saja memutar bola matanya jengah.

Tapi emang ganteng, sih.

Yang membuat orang-orang menjadi lebih heboh adalah, lagi-lagi Aryanaka menghampiri bangkunya! Zianna kembali mengumpat dibuatnya, dasar cari perhatian!

Arah pandang Zianna mengikuti dimana Aryanaka berjalan. Hingga, "Boleh ikut duduk?"

"Ha?"

Holy ****! Lagi-lagi Zianna tak berkutik melihat Aryanaka.

"Ikut duduk." Jelas Aryanaka.

Orang-orang yang ada di kantin menyoraki mereka berdua membuat Zianna kembali tersadar. "Oh, oke."

"Boleh?"

Zianna berdesis, lalu memaksakan senyumannya. "Iya, boleh."

Orang-orang tak henti-hentinya menyoraki mereka berdua. Menggoda mereka karena yang mereka tahu, Zianna tak pernah bersikap se-Welcome itu pada laki-laki. Malahan, Zianna akan langsung mengusirnya bila itu terjadi. Apalagi, laki-laki ini adalah orang baru. Membuat mereka berasumsi macam-macam.

"Biasa aja mukanya kali, gak usah kelihatan tertekan begitu." Ledek Aryanaka setelah berhasil duduk disamping Zianna sambil membawa makanannya. Dengan suara pelan nan dalamnya ia kembali berujar, "Anyway, muka Lo ngakak, pengen gue tabok pake bibir gue."

Sialan!

"Lo gak usah caper deh, Ar. Sengaja, ya, biar orang-orang merhatiin elo?" Dengus Zianna dengan suara pelan, agar tak didengar oleh siswa yang lain.

"Kuker banget gue caper ke orang-orang, mending cari perhatian ke elo." Sahut Aryanaka santai lalu memakan makanannya. "Gak pesen makanan? Atau mau gue pesenin?"

Dengan wajah yang tertekuk Zianna menggeleng, "Udah dipesenin sama Keyla."

Dahi Aryanaka mengeryit, "Keyla? Yang suka nyomblangin Lo sama cowok-cowok sialan itu?"

Zianna mengangguk asal. Biarlah Aryanaka tahu yang mana Keylara itu. Dijamin, Aryanaka pasti akan menjadikan Keylara ancaman karena telah membuat Zianna tertekan didekati cowok-cowok sialan nan kurang ajar di SMA CI.

Selama ini, Aryanaka hanya tahu Keylara lewat cerita Zianna saja tanpa tahu yang mana Keylara. Baru mendengar ceritanya saja ia sudah kelihatan dendam setengah mati pada gadis itu. Entahlah bagaimana nasib keylara setelah ini.

"By the way, image Lo disini keren juga. Cewek judes, anti cowok?" Aryanaka lantas terkekeh setelahnya membuat para siswi yang melihatnya memekik terpesona.

Zianna melirik sinis, "Kenapa? Keren 'kan gue, gak kaya Lo yang kerjaannya caper mulu ke orang-orang."

"Cemburunya Lo tuh lucu, gue suka." Tutur Aryanaka santai kelewat jujur.

Zianna berdecih, tapi juga tak menyangkal karena kenyataannya memang begitu.

"Lo gak mau nyomot makanan gue? Biasanya juga iya. Gak usah jaim, Gak mempan di gue." Ujaran Aryanaka membuat Zianna meliriknya malas. Tapi, boleh juga. Batagor yang Aryanaka bawa terlihat enak.

Melihat itu Aryanaka terkekeh, lantas mengambil batagor itu dan menyuapinya pada Zianna.

"Oh my God!" Pekikan Keylara yang baru saja datang bersama Kevandra yang membawa makanan membuat keduanya terkejut. Bahkan, Zianna sampai tersedak batagor dibuatnya. Membuat Aryanaka panik dan langsung menyodorkan minumannya pada Zianna. Matanya menatap Keylara tajam, siap membunuh gadis itu. Namun, rematan tangan di lengannya dari Zianna membuat niatnya urung.

"Aduh, sorry-sorry, Zi. Gue kaget soalnya." Keylara juga ikutan panik melihat Zianna yang sudah seperti orang sekarat, matanya memerah dengan air mata yang terus menetes, batuknya tak berhenti-berhenti.

Setelah batuknya reda, Zianna segera mengambil tindakan, melempar kotak tissue pada Keylara, "Sialan Lo!"

***

"Sorry, Zi. Gue kaget ngelihat Lo... sama Dia, lagi... Suap-suapan." Cicit Keylara setelah amukan Zianna reda disamping Aryanaka. Aryanaka dan Kevandra dari tadi hanya diam menyaksikan Amukan Zianna pada Keylara. Bagi Aryanaka, biar saja Keyla sialan ini mendapat pelajaran. Bagi Kevandra, ini sudah biasa terjadi bung!

"Makanya, Ay, lihat situasi dan kondisi kalau mau teriak." Tutur Kevandra membuat Keylara menoleh.

"Ya 'kan gue kaget!"

"Ck, mana makanan gue!" Tagih Zianna ketus.

Keylara menyengir, membawa mangkuk berisi pesanan Zianna dan mendekat ke arah gadis itu, "Nih!" Keylara menyerahkan pesanan Zianna dengan penuh kelembutan.

"Lo sama anak baru ini ada hubungan apa?" Bisik Keylara sembari meletakkan makanan Zianna.

"Gak ada hubungan apa-apa! Udah sana minggir ah!" Sahut Zianna sambil mendorong pelan tubuh keylara agar kembali ke tempat duduknya.

"Ehem, hei anak baru, kenalan yuk!" Tukas Keylara dengan suara yang dibuat sekeren mungkin. Menarik perhatian orang ganteng dan sekeren ini harus diimbangi dong!

Aryanaka melirik tak minat, "Naka." Sahutnya singkat.

"Nama Lo keren! Gue Keyla, sahabatnya Zia!" Ujar Keylara antusias dalam memperkenankan diri.

Zianna menahan tawa melihat ekspresi Aryanaka yang terlihat ogah-ogahan berkenalan dengan Keylara. Sedangkan Kevandra... Entahlah, mukanya sudah kusut seperti baju yang tak pernah diseterika.

"Kalian berdua kelihatan akrab banget, udah kenal dari lama, ya?" Oke, Keylara tak bisa menahan kekepoannya saat ini. Daripada bertanya pada Zianna yang ogah menjawab, mending langsung saja bertanya pada oknum yang bersangkutan!

Aryanaka tak berniat menjawab, ia melirik Zianna dan menyerahkan pertanyaan itu agar Zianna saja yang menjawab. Lebih tepatnya, sih, dia takut salah menjawab. Percayalah bung! Diamuk Zianna itu sama sekali tidak enak!

Zianna menjawab malas, "Kita baru aja kenalan tadi pagi, pikun Lo?"

Jawaban itu membuat netra Aryanaka menoleh cepat ke arah Zianna terkejut. Aryanaka terkesiap, apa tadi katanya? Baru saja kenalan?

"Anna..." Desisan itu berasal dari suara Aryanaka yang wajahnya sudah mengeras.

Gawat!

–to be continue–

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!