Duuuaaarrrr....
Bunyi ledakan terdengar sangat nyaring membuat semua orang yang ada di sana terkejut. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam menabrak sebuah truk yang sedang melaju kencang di arah yang berbeda.
Seketika orang-orang berkerumun untuk menolong seorang wanita yang terlihat terjepit di dalam mobil. Butuh waktu yang cukup lama, akhirnya warga dan polisi berhasil mengeluarkan wanita itu.
Ponsel si wanita masih menyala dan petugas dari kepolisian pun langsung mengambil alih pembicaraan dan memberitahukan kalau pemilik ponsel itu mengalami kecelakaan.
Seorang pria tampan pemilik perusahaan ternama di kota itu terlihat buru-buru, dia sangat khawatir akan keadaan istrinya yang baru saja mengalami kecelakaan.
Kaisar Mahaprana, pria tampan yang merupakan suami dari Medina Slavina Mahaprana wanita yang baru saja mengalami kecelakaan.
“Kai...”
“Mark, kok kamu ada disini?” tanya Kaisar bingung.
“Iya, tadi aku di telepon oleh pihak kepolisian kalau Medina mengalami kecelakaan,” sahut Mark.
“Oh.”
Kaisar sama sekali tidak mempermasalahkan semua itu karena Kaisar berpikiran mungkin nama yang mudah di temukan namanya Mark.
“Bagaimana keadaan Medina?” tanya Kai.
“Belum tahu, soalnya dokter belum keluar juga.”
Tidak lama kemudian, kedua orangtua Kai dan Karin pun datang.
“Kai, bagaimana keadaan Medina?” tanya Mahaprana.
“Belum tahu Pa, masih diperiksa,” sahut Kai.
“Kenapa Medina sampai bisa mengalami kecelakaan? Memangnya kamu sedang dimana Kai!” bentak Marisa yang merupakan Mama Medina.
“Kai sedang di kantor Ma, Kai tidak tahu Medina mau ke mana? Soalnya Medina tidak bilang apa-apa pada Kai,” sahut Kaisar.
“Kamu memang suami tidak berguna, kamu tidak pernah memperhatikan istrimu sendiri, kamu selalu saja sibuk dengan pekerjaan!” bentak Marisa.
“Maaf Jeng, saya tidak terima anak saya dibilang tidak memperhatikan istrinya. Kai, sibuk karena Kai mencari uang untuk Medina juga jadi Jeng Marisa jangan selalu menyalahkan anak saya,” kesal Arini yang merupakan Mama dari Kaisar.
“Sudah Ma, ini rumah sakit jangan membuat kegaduhan disini,” seru Mahaprana menenangkan istrinya.
Sedangkan Marisa dan Kris yang merupakan orangtua Medina tampak kesal, mereka memang benci kepada Kai karena selama ini Kai selalu saja sibuk dengan pekerjaannya dan tidak ada waktu untuk Medina.
Ceklek....
Pintu ruangan pemeriksaan pun terbuka dan semuanya langsung menghampiri sang dokter.
“Dok, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Kai.
“Maaf Tuan, kecelakaan yang menimpa istri anda sangat fatal dan istri anda mengalami benturan yang sangat keras, maka dari itu istri anda mengalami koma,” sahut dokter.
“Apa?”
Semua orang yang ada disana merasa terkejut dengan ucapan dokter.
“Terus kapan anak saya akan sadar?” tanya Kris.
“Saya belum bisa memastikan Tuan, bisa beberapa hari, beberapa minggu, ataupun beberapa bulan ke depan tergantung dengan kondisi si pasien. Tapi kalian jangan khawatir, saya akan terus memantau kondisi pasien mudah-mudahan komanya tidak lama.”
“Amin.”
“Kalau begitu, saat ini pasien akan dipindahkan ke ruangan khusus jadi kalau ada yang mau menjenguk disarankan secara bergiliran.”
“Baik dokter.”
Dokter pun meninggalkan keluarga pasien, tidak lama kemudian dua orang perawat mendorong ranjang pasien dan dipindahkan ke ruangan khusus.
Semua terlihat kaget melihat kondisi Medina yang sangat mengenaskan itu, wajah yang penuh luka dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya.
Semua keluarga mengikuti perawat itu, Kai dan Mark terlihat sangat sedih melihat kondisi Medina.
“Kai, kamu duluan sana yang masuk!” seru Arini.
“Iya Ma.”
Kai pun masuk ke dalam ruangan rawat khusus untuk istrinya itu, perlahan Kai mendekati ranjang Karin tanpa terasa, airmata Kai menetes sungguh Kai tidak tega melihat keadaan istri yang sangat dia cintai terbaring dengan alat alat medis yang menempel di seluruh tubuhnya.
“Sayang, maafkan aku,” lirih Kai.
Kai menggenggam tangan istrinya itu dengan deraian airmata, pundak Kai bergetar hebat, hatinya begitu sakit melihat keadaan istrinya itu.
“Bangun sayang, aku janji setelah kamu bangun aku akan mengurangi jam kerjaku dan kita liburan bersama. Bukanya kamu ingin sekali pergi ke Itali tapi aku selalu sibuk, aku janji akan mengabulkan permintaanmu, asalkan kamu bangun aku ga sanggup harus melihat kamu seperti ini.”
Kai sangat mencintai istrinya, walaupun Kai terlihat dingin dan cuek tapi dalam hatinya sangat menyayangi dan mencintai istrinya sepenuh hatinya.
***
Malam pun tiba....
Dari siang sampai sekarang Kai sama sekali belum beranjak dari posisinya, dia masih duduk di samping istrinya menatap nanar istrinya yang masih terbaring tak sadarkan diri.
Sebuah tepukan terasa di pundak Kai...
“Kai, pulanglah dulu dan istirahat Medina biar aku yang jaga,” seru Mark.
“Tidak Mark, aku akan jaga Medina sampai dia sadar kembali,” tolak Kai.
“Wajah kamu sudah terlihat kelelahan seperti itu, mana kamu belum makan dari tadi siang. Jangan sampai kamu sakit saat Medina sadar, sudah jangan banyak membantah Medina biar aku yang jaga,” seru Mark.
“Ya sudah, aku pulang dulu untuk beristirahat besok pagi-pagi aku langsung kesini. Tolong jaga Medina.”
“Iya, tenang saja.”
Akhirnya Kai pun memutuskan untuk pulang. Mark duduk di samping Medina dan menggenggam tangan Medina.
“Maafkan aku Medina, seandainya tadi kita tidak bertengkar mungkin ini semua tidak akan terjadi,” gumam Mark.
Beberapa saat kemudian, Kai pun sudah sampai di rumah. Dengan langkah gontai, Kai pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Kai masuk ke dalam kamarnya dan mulai merebahkan tubuhnya, sungguh Kai sangat merasa bersalah kepada istrinya itu. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Kai pun memejamkan matanya.
***
Keesokan harinya...
Pagi ini Arini dan Mahaprana sedang sarapan bersama, Kai pun menuruni anak tangga dengan penampilan yang sudah rapi.
“Pagi Ma, Pa!”
“Loh Kai, kapan kamu pulang? Mama pikir kamu menginap di rumah sakit?” seru Arini.
“Tadi malam Kai pulang.”
“Terus, Medina dengan siapa di rumah sakit?” tanya Mahaprana.
“Ada Mark yang jagain.”
Ketiganya pun mulai melahap sarapan masing-masing, tiba-tiba Bi Sum yang merupakan ART di rumah Mahaprana datang dengan membawa seorang wanita cantik.
“Selamat pagi Tuan, Nyonya, maaf Bi Sum mengganggu sebentar.”
“Ada apa Bi?” tanya Arini.
“Begini Nyonya, Bibi meminta izin membawa anak Bibi bekerja disini kasihan di kampung tidak ada siapa-siapa.”
Arini dan Mahaprana pun menoleh ke arah gadis cantik yang dari tadi terlihat menundukkan kepalanya, sedangkan Kai dia terlihat acuh dan tidak tertarik.
“Apa dia anak Bi Sum?” tanya Mahaprana.
“Iya Tuan, dia baru saja lulus SMA. Luna ayo perkenalkan nama kamu.”
“Selamat pagi Tuan, Nyonya, perkenalkan nama saya Luna saya bisa mengerjakan apa pun beres-beres dan juga memasak,” seru Luna gugup.
“Anak Bi Sum cantik sekali, ya sudah anak Bi Sum boleh bekerja disini. Kamu bagian beres-beres saja, tidak usah memasak.”
“Baik Nyonya terima kasih.”
Sejenak Luna melirik Kai yang dari tadi fokus dengan ponselnya.
“Terima kasih Nyonya, Tuan, kalau begitu kami pamit ke belakang dulu,” seru Bi Sum.
Arini pun menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.
“Luna cantik ya, Pa.”
“Iya, sopan pula.”
“Ma, Pa, Kai berangkat dulu mau ke rumah sakit.”
“Iya, hati-hati sayang.”
Kai pun segera mengambil kunci mobilnya dan langsung pergi menuju rumah sakit.
Satu bulan pun berlalu dan Medina sampai sekarang belum juga sadarkan diri membuat Kai frustasi.
Malam ini Kai pulang larut malam, Kai membawa satu botol minuman beralkohol dan membawanya ke kamarnya. Kai duduk di balkon kamarnya dan mulai meneguk minuman beralkohol itu.
Akhir-akhir ini Kai sangat frustasi dengan pekerjaan yang menumpuk serta kondisi istrinya yang sama sekali belum ada perubahan.
Sementara itu di kamar Luna...
“Ya ampun gerah banget malam ini, jadi haus,” gumam Luna.
Luna bangun dan keluar dari kamarnya, Luna membawa gelas karena Luna merasa haus.
Praaaannnggg....
Luna terkejut dengan suara benda terjauh dari dalam kamar Kai, awalnya Luna tidak berani masuk ke kamar Kai, tapi Luna juga takut terjadi kenapa-napa kepada majikannya itu.
Tok..tok..tok..
“Tuan, apa Tuan baik-baik saja?” seru Luna dari balik pintu.
Luna menempelkan daun telinganya ke pintu dan tidak terdengar apa-apa, Luna pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya tapi baru saja Luna membalikan tubuhnya, pintu kamar Kai pun terbuka.
Luna kembali membalikan tubuhnya dan terlihat penampilan Kai yang sangat berantakan, Luna juga mencium bau alkohol yang menyengat dari mulut Kai.
“Tu—tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” seru Luna gugup.
Kai bukanya menjawab, dia justru memperhatikan Luna dengan tatapan tajamnya. Kai yang sudah mabuk berat, berhalusinasi kalau Luna itu adalah Karin.
Kai mendekati Luna dan Luna mulai ketakutan.
“Sayang, kamu sudah pulang aku sangat merindukanmu,” seru Kai.
Kai langsung memeluk Luna membuat Luna berontak.
“Tuan, saya bukan istri anda sadar Tuan, saya Luna,” seru Luna dengan terus berusaha melepaskan pelukan Kai.
“Tidak, kamu Medina istriku. Sayang maafkan aku, aku sudah sangat merindukanmu.”
Kai melepaskan pelukannya dan menarik tangan Luna masuk ke dalam kamarnya, tentu saja Luna berontak dan berusaha kabur tapi tenaga Kai sangat kuat walaupun dia sedang mabuk.
Kai dengan cepat mengunci kamarnya dan mendorong Luna ke tempat tidurnya.
“Tuan sadar Tuan, saya Luna bukan istri Tuan,” seru Luna dengan deraian airmata.
Kai mulai membuka kancing kemejanya satu persatu membuat Luna semakin ketakutan, Luna berusaha lari tapi lagi-lagi Kai bisa menangkap Luna.
Kai langsung memerangkap tubuh Luna di atas tempat tidur.
“Lepaskan saya Tuan, saya mohon,” seru Luna dengan deraian airmata.
“Kenapa kamu tidak mau melayaniku Medina? Apa kamu sudah tidak cinta lagi kepadaku?” kesal Kai.
“Tuan saya Luna, bukan istri Tuan.”
Kai yang memang sudah terpengaruh minuman beralkohol, sudah tidak mendengarkan lagi rintihan Luna dengan sekali tarikan, Kai merobek baju tidur yang Luna pakai membuat Luna membelalakkan matanya.
“Jangan Tuan, saya mohon saya bukan istri anda.”
Melihat baju Luna terlepas membuat Kai semakin berhasrat, Kai pun mulai menc*mbu Luna. Luna terus saja berontak dengan menangis histeris, tapi sayang Kai tidak melepaskan Luna.
Akhirnya Kai pun berhasil mengambil kesucian Luna dengan paksa, setelah puas Kai pun menjatuhkan tubuhnya di samping Luna dan langsung tertidur. Sedangkan Luna, terlihat sangat hancur. Perlahan Luna bangkit dari tempat tidur Kai dan memungut bajunya yang berserakan di lantai itu.
Dengan deraian airmata, Luna pun memakai kembali bajunya dan mulai keluar dari kamar Kai. Disaat Luna hendak membuka pintu, Luna menoleh ke arah Kai yang saat ini sudah tertidur lelap.
Luna memang mengagumi sosok Kai, tapi Luna berusaha untuk tidak mencintai Kai karena Luna sadar kalau Kai sudah mempunyai istri dan Luna harus membuang jauh-jauh perasaan itu tapi sekarang apa yang dilakukan Kai membuat Luna merasa sangat hancur.
Luna masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadi-jadinya di dalam kamarnya.
“Kenapa semua ini terjadi kepadaku, bagaimana kalau Nyonya dan Tuan besar tahu,” batin Luna.
***
Keesokan harinya....
Kai pun menggerakan tubuhnya, Kai memegang kepalanya yang masih terasa sangat pusing.
“Astaga, aku minum terlalu banyak,” gumam Kai.
Kai tersentak kala mengingat kejadian tadi malam, Kai langsung bangun dan memperhatikan kamarnya yang terlihat berantakan bahkan Kai sangat terkejut kala melihat dirinya yang tidak memakai sehelai benang pun.
“A-apa yang sudah aku lakukan?”
Kai kembali mengingat-ngingat kejadian itu, kemudian Kai melihat sepreinya yang terdapat bercak darah disana.
Kai menjambak rambutnya frustasi, dia ingat betul apa yang sudah dia lakukan tadi malam kepada wanita yang berstatus anak pembantunya itu. Kai segera bangkit dari tempat tidur dan segera masuk ke kamar mandi.
Kai benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dia sudah melakukan kesalahan yang sangat besar.
“Bagaimana mungkin aku melakukan hal yang menjijikan di saat istriku terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit, aaarrrggghhhh....”
Kai berteriak dan memukul dinding kamar mandinya dengan sangat kencang membuat tangannya berdarah. Sungguh Kai sangat menyesal sudah mabuk-mabukan yang berakhir dengan melakukan hal yang sangat menjijikan.
Setelah cukup lama berpikir di kamarnya, dan membalut tangannya dengan perban, Kai pun keluar dari kamar dan mulai menuruni anak tangga. Dilihatnya kedua orangtuanya sudah berada di meja makan dan tatapannya tertuju kepada gadis cantik yang tadi malam sudah dia renggut kesuciannya.
“Kai, kenapa kamu lama sekali bangunnya? Apa kamu tidak ke kantor hari ini?” tanya Mahaprana.
“Maaf Pa, sebelum Medina sadar Kai tidak mungkin masuk kantor karena Kai harus jaga Medina,” sahut Kai.
Luna yang tahu Kai sudah turun langsung menundukkan kepalanya, sungguh Luna sangat sakit jika mengingat kejadian tadi malam.
Kai mulai duduk, dan Luna pun mulai mengambilkan roti buat majikannya itu. Kai memperhatikan Luna, dan setelah satu bulan Luna bekerja di sini, Kai baru tahu kalau anak pembantunya itu begitu sangat cantik.
Selama ini Kai memang selalu cuek dan tidak pernah memperhatikan Luna.
“Tuan, Nyonya, kalau begitu saya permisi pamit ke belakang,” seru Luna.
“Iya, terima kasih Luna,” seru Arini.
“Sama-sama Nyonya.”
Luna pun segera meninggalkan meja makan dan masuk ke dalam kamarnya, Luna sudah tidak kuat lagi menahan airmatanya dan akhirnya Luna kembali menangis.
Sedangkan Kai merasa sangat bersalah, apalagi melihat mata Luna yang terlihat sembab.
Setelah selesai sarapan, Kai pun langsung menuju rumah sakit. Kai duduk di samping Medina dan menggenggam tangan Medina dengan sangat erat.
“Maafkan aku sayang, aku sudah melakukan kesalahan besar, aku sudah mengkhianatimu, tapi aku berani bersumpah aku tidak berniat melakukan itu karena semuanya karena aku mabuk dan mengira wanita itu adalah kamu, maaf-maafkan aku,” batin Kai.
Tidak terasa airmata Kai menetes, Kai merasa sudah menjadi pria paling brengsek di dunia ini karena sudah melukai dua wanita sekaligus.
Author akan bagi-bagi buku bagi anda yang beruntung, tapi ada syaratnya. Orang itu harus pembaca setia dan selalu mengikuti karyaku dari dulu sampai sekarang, dan rajin memberikan gift dan votenya.
Hari demi hari Kai lalui dengan perasaan bersalah, sudah hampir dua Minggu ini Kai sering memimpikan peristiwa menjijikan itu. Saat ini Kai sedang berada di rumah sakit menemani istri yang sangat dia cintai itu.
Kedua orangtua Kai dan Medina sampai di rumah sakit secara bersamaan.
"Kai, apa kamu tidak ada niat untuk membawa Medina berobat ke luar negeri?" seru Mama Marisa.
"Kalau kamu tidak mau, biar Papa yang bawa Medina ke luar negeri,” sambung Papa Kris.
“Maaf Ma, Pa, bukannya Kai tidak mau membawa Medina berobat ke luar negeri, tapi kalau Medina dibawa ke luar negeri, Kai tidak akan bisa menjaga Medina setiap hari karena Kai harus mengurus perusahaan juga,” sahut Kai.
“Kamu memang seperti itu, lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan istri kamu sendiri!” bentak Mama Marisa.
“Jeng Marisa, kenapa Jeng Marisa selalu saja menyalahkan anak saya? Kai bekerja juga untuk kepentingan Medina, kalau Kai tidak bekerja, mana bisa dia membelikan barang-barang mewah yang diinginkan Medina,” kesal Mama Arini.
“Oh, jadi Jeng Arini menyalahkan Medina!” bentak Mama Marisa.
Kai merangkul Mamanya. “Sudah Ma, jangan bertengkar ini rumah sakit,” seru Kai menenangkan.
“Begini saja, kalau kalian ingin membawa Medina ke luar negeri, silakan bawa ke negara yang kalian mau biar semua biayanya kami yang urus, tapi maaf Kai tidak bisa mendampingi dan ikut bersama kalian karena Kai harus mengurus perusahaan,” seru Papa Mahaprana.
“Baiklah, kalau begitu kami akan mengurus keberangkatan Medina,” sahut Papa Kris.
Kai hanya bisa pasrah dengan keputusan mertuanya itu.
***
Keesokan harinya...
Mama Marisa dan Papa Kris pun memutuskan untuk membawa Medina ke Amerika, Kai tidak bisa ikut mengantarkan sang istri ke Amerika dan lagi-lagi Mark yang ikut ke Amerika.
“Kamu tenang saja Kai, aku akan jaga Medina untukmu dan aku akan selalu memberi kabar kepadamu tentang kondisi Medina,” seru Mark.
“Aku percayakan semuanya padamu, Mark.”
Kai pun menghampiri Medina dan menciumi seluruh wajah Medina.
“Semoga kamu cepat sadar sayang, maaf aku tidak bisa mengantarkanmu tapi aku akan sering-sering jenguk kamu ke sana,” seru Kai.
Medina akhirnya dibawa masuk ke dalam jet pribadi milik keluarga Mahaprana, Kai hanya bisa memperhatikan kepergian istrinya dengan perasaan yang sangat sedih.
“Sudah, Mama yakin Medina akan baik-baik saja dan mudah-mudahan Medina akan segera sadar,” seru Mama Arini.
“Amin.”
Setelah jet pribadi milik keluarga Mahaprana lepas landas, Kai dan kedua orangtuanya memutuskan untuk pulang.
Sementara itu di kediaman Mahaprana, Luna tampak muntah-muntah Bi Sum sampai khawatir dengan keadaan anaknya itu karena pasalnya, Luna sudah muntah-muntah dari tadi malam.
Bi Sum memberikan teh manis hangat kepada anaknya itu. “Sebenarnya kamu kenapa sih Nak? Padahal kamu tidak makan yang aneh-aneh kan?” tanya Bi Sum.
“Luna juga tidak tahu Bu, perut Luna sangat mual dan Luna tidak tahan mencium bau masakan Ibu dan bawaannya pengen muntah,” sahut Luna lemas.
“Apa?”
Bi Sum sangat kaget mendengar jawaban Luna, tapi Bi Sum berusaha menghilangkan prasangka-prasangka buruk tentang anaknya.
“Kita periksa ke klinik tapi nanti setelah Tuan dan Nyonya kembali,” seru Bi Sum.
Aluna hanya menganggukkan kepalanya lemah, sungguh Aluna sangat tidak berdaya, tenaganya terkuras akibat muntah-muntah yang dia alami.
Beberapa saat kemudian, mobil Kai pun sampai dan Bi Sum memapah Aluna ke teras rumah.
“Loh, Luna kamu kenapa? Wajah kamu pucat seperti itu?” tanya Mama Arini cemas.
“Luna muntah-muntah Nyonya, dan Bibi mau minta izin untuk membawa Luna ke klinik,” sahut Bi Sum.
“Tapi Luna kasihan kalau harus dibawa ke klinik, biar aku telepon dokter keluarga,” seru Mama Arini.
“Tidak usah Nyonya, itu terlalu berlebihan biar Bibi bawa ke klinik saja.”
“Sudah kasihan Luna, ayo Bibi bawa masuk Luna,” seru Mama Arini dengan mengusap kepala Luna.
Luna dibawa ke kamarnya, dan tidak membutuhkan waktu lama Dr.Yoga yang merupakan dokter pribadi keluarga Mahaprana pun datang dan langsung memeriksa Luna.
Bi Sum dan Arini menunggu Luna diperiksa.
“Bagaimana dokter dengan keadaan anak saya?” tanya Bi Sum.
“Anak Ibu sedang mengandung dan saat ini usia kandungannya baru saja dua minggu.”
“Apa?”
Bi Sum dan Arini membelalakkan matanya, mereka merasa sangat terkejut dengan pernyataan Dr.Yoga karena pasalnya Luna belum menikah dan tidak terlihat bepergian dengan pria mana pun.
Begitu pun dengan Luna yang langsung meneteskan airmata, dia tidak menyangka kalau kejadian waktu itu akan membuat dia hamil.
“Saya berikan resep untuk anda, dan untuk lebih meyakinkan lagi, anda bisa periksakan kandungan anda ke dokter kandungan. Nyonya, kalau begitu saya pamit.”
“Ah, iya terima kasih dokter.”
Dr.Yoga pun pamit pergi, Bi Sum duduk di samping Luna dan menangis begitu pun Mama Arini yang ikut duduk di samping Luna.
“Nak, jawab yang jujur siapa Ayah dari anak yang kamu kandung?” tanya Bi Sum.
Luna tidak bisa menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya sembari menangis sesenggukan.
“Luna, coba bilang sama saya siapa Ayah dari anak itu? Saya tidak akan marah,” seru Mama Arini lembut dengan membelai rambut Luna.
“Jawab Luna!” bentak Bi Sum.
“Tu-tuan, Kaisar.”
“Apa?”
Mama Arini dan Bi Sum sangat terkejut dengan jawaban Luna, bahkan Bi Sum sangat marah dengan pengakuan anaknya itu.
Plaaakkkk....
Bi Sum menampar Luna membuat Mama Arini kaget.
“Dasar anak tidak tahu di untung, berani sekali kamu menggoda Tuan Kaisar. Kamu tahu kalau Tuan Kaisar sudah mempunyai istri, bahkan sekarang istrinya sedang dirawat, kamu mau menjadi seorang pelakor, Luna?” bentak Bi Sum.
Luna menggelengkan kepalanya. “Tidak Bu, Luna buka seorang pelakor,” sahut Luna dengan deraian airmata.
“Terus, ini apa namanya? Menggoda suami orang kalau bukan pelakor. Maafkan saya Nyonya, karena saya tidak bisa mendidik anak saya dengan benar,” seru Bi Sum.
Luna bangkit dari tempat tidurnya dan bersujud di kaki Ibunya itu.
“Bu, sumpah demi Allah, Luna tidak menggoda Tuan Kaisar.”
Mama Arini hanya bisa diam, dia tidak tahu harus berkata apa. Hingga akhirnya Kaisar dan Papa Mahaprana pun datang dan terkejut dengan apa yang mereka lihat.
“Ini ada apa?” tanya Papa Mahaprana.
“Tuan, maafkan saya, saya sudah gagal mendidik anak saya,” seru Bi Sum dengan deraian airmata.
“Bi, ada apa ini sebenarnya? Dan Luna sakit apa?”
“Luna hamil, Pa,” sahut Mama Arini.
“Apa? Hamil?”
Papa Mahaprana terkejut, bahkan Kaisar jauh lebih terkejut dengan apa yang dia dengar.
“Siapa yang sudah menghamili Luna?” tanya Papa Mahaprana.
“Kata Luna, Luna hamil anak Kai.”
“Apa?”
“Maafkan Luna Tuan, karena sudah lancang menggoda Tuan Kaisar.”
“Tidak Bu, Luna tidak menggoda Tuan Kaisar,” seru Luna dengan deraian airmata.
“Diam kamu Luna, kamu sudah mencoreng nama baik Ibu dan mempermalukan Ibu!” bentak Bi Sum.
“Kai, apa yang sebenarnya terjadi? Apa benar anak yang di kandung Luna adalah anak kamu?” geram Papa Mahaprana.
Kai tampak terdiam dan menundukkan kepalanya, hingga akhirnya Kai pun mengangkat kepalanya dan menatap Papa dan Mamanya secara bergantian.
“Maafkan Kai, Ma, Pa.”
“Jadi benar anak yang dikandung Luna adalah anak kamu?” tanya Mama Arini kaget.
“Kai tidak sadar Ma, waktu itu Kai sedang mabuk.”
Plaaakkkk...
Papa Mahaprana menampar Kai membuat semuanya terkejut.
“Kurang ajar, memalukan, pokoknya Papa tidak mau tahu kamu harus tanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan!” bentak Papa Mahaprana.
“Kai akan tanggung jawab atas anak itu, Kai akan membiayai semuanya sampai anak itu dewasa.”
“Dasar pria bodoh, apa kamu tidak memikirkan nasib Luna? Bagaimana Luna menanggung malu atas apa yang sudah kamu lakukan.”
“Jadi apa yang harus Kai lakukan?” tanya Kai.
“Nikahi Luna.”
Semua orang tampak membelalakkan matanya, apalagi Kai yang tidak habis pikir dengan ucapan Papanya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!