Butiran-butiran salju yang berkilauan terlihat masih turun dengan ritme yang begitu teratur. Jatuh dan menyelimuti wilayah Tokyo dan sekitarnya saat ini. Hawa dingin menyelimuti seluruh kota Tokyo dan sekitar.
Sebenarnya hal ini cukup langka terjadi, karena salju sebenarnya cukup langka turun di wilayah ini. Hanya pada saat-saat tertentu saja salju akan turun di prefektur ini.
Seorang pria berusia sekitar 25 tahun dengan perawakan tinggi, tegap, berwajah datar dan berpenampilan sederhana yang baru saja menyelesaikan pekerjaan terakhirnya hari ini dengan mengantarkan pesanan makanan untuk pelanggannya, terlihat sedang memasuki sebuah mini market.
Dia adalah Kyo Shigeta, seorang pria berusia 25 tahun yang selama ini hanya bekerja sebagai buruh kurir pengantar makanan dari sebuah kafe kecil. Dia hidup bersama kakeknya yang sudah sangat tua renta.
Dia membeli sekaleng teh susu kaleng hangat dari mini market tersebut untuk menghangatkan tubuhnya, lalu segera meninggalkan mini market kembali.
Sebuah lorong gelap yang biasa dia lewati sebelum mencapai rumah kecilnya bersama sang kakek yang berada di ujung gang, malam ini terlihat begitu sunyi dan dingin. Tak terlihat satu orangpun berlalu lalang disini.
Namun tiba-tiba Kyo teringat sesuatu. Dia telah meninggalkan sesuatu di tempat kerjanya. Hingga akhirnya dia berbalik kembali dan memutuskan untuk mendatangi tempat kerjanya.
Namun tiba-tiba saja pria berperawakan tegap dan sederhana itu seakan mendengar seperti sayup-sayup samar suara seorang gadis yang sedang meminta tolong.
Kyo menghentikan langkah kakinya dan kembali lebih memfokuskan pendengarannya untuk mendengarkan suara tersebut yang rupanya berasal dari sebuah bangunan tua. Lebih tepatnya adalah sebuah bekas gudang pabrik yang kini sudah tak terpakai lagi.
Kyo berjalan mengendap-endap dan sangat hati-hati untuk mencari tau apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini.
Dari sebuah celah kecil, Kyo mengintip ruangan gudang yang memiliki pencahayaan yang sangat minim itu. Terlihat seorang gadis sedang terduduk terikat dengan sebuah kursi dengan mulut yang kini sudah dibungkam kembali dengan lakban hitam.
Kyo juga melihat beberapa pria berpakaian serba hitam dan memakai masker tengkorak berjaga di sekitar gadis itu. Salah satu dari mereka terlihat sedang melakukan sebuah panggilan dengan menggunakan ponselnya.
Kyo memfokuskan pendengarannya untuk mendengarkan perbincangan pria itu yang sepertinya sedang mengancam seseorang dengan menggunakan gadis itu.
"Jika kau tidak segera melakukan apa yang telah aku katakan padamu! Maka lihat saja! Kamu tak akan pernah bertemu dengan putrimu lagi!!" ancam pria itu penuh dengan ancaman.
"Cukup buka dan berikan jalur laut rahasia untuk kami!! Maka aku akan menjamin putrimu selamat!!" imbuh pria yang sudah menurunkan masker bercorak tengkorak itu hingga memperlihatkan wajah tegas dan seramnya.
"Itu tidak mungkin aku lakukan ..." terdengar suara pria paruh baya dari seberang line.
"Ckk ... dasar pak tua!! Bukankah kau adalah seorang Menteri Pertahanan Jepang? Hanya membuka dan memberikan akses jalur laut rahasia Yokohama untuk orang-orangku apa susahnya? Kamu bisa melakukannya, karena kamu memiliki wewenang yang besar untuk itu!" cibir pria itu kembali.
"Bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal itu? Bagaimana mungkin aku memberikan akses untuk kalian para penjahat memasuki Tokyo yang memiliki niat tidak baik?! Jangan macam-macam padaku!!" pria tua dari seberang berkata dengan penuh penekanan.
Berandalan itu mulai tertawa menakutkan setelah mendengarkan jawaban sang Menteri Pertahanan, "Baiklah jika kamu sudah menentukan pilihanmu! Maka kamu akan segera menemukan mayat dari putrimu."
Setelah beberapa detik hening.
"Segera siapkan upacara pemakaman untuk putri tercintamu, Tuan Zaraki Menteri Pertahanan Jepang yang terhormat!" ucap berandalan itu segera berniat untuk mengakhiri panggilan itu.
"Ja-jangan!! Jangan lakukan itu!" ucap pria paruh baya dari seberang yang sepertinya berubah pikiran. "Jangan sentuh putriku! Aku akan melakukannya sesuai permintaanmu. Aku akan membuka akses jalur laut khusus untuk kalian ..."
SSSRRRTTT ...
JLEBBB ...
DUAAKK ...
BUGHH ...
Belum sempat berandalan itu menjawab ucapan dari lawan bicaranya di seberang panggilan, tiba-tiba saja ada sebuah pisau melesat dan mengenai kening seorang pria yang bertugas menjaga sang sandera.
Dengan pergerakan yang cukup cepat dan gesit, sebuah siluet hitam menyerang beberapa brandalan lainnya dan berhasil melumpuhkannya.
Disaat sang bos yang masih memegegang ponsel itu ingin mengeluarkan senjata api laras pendeknya dan mengarahkan pada sosok siluet hitam itu, dengan cepat sosok siluet hitam itu mengambil sebuah pisau milik berandalan lainnya dan menghempaskannya ke arah sang bos.
Pisau itu mengenai tangan sang berandalan dan membuat tembakan itu melesat dengan sasaran yang salah. Disaat bersamaan sang siluet hitam melakukan tendangan putar dengan kuat dan cepat, membuat sang bos terhuyung terjatuh menabrak sebuah rak tua hingga rak tua itu terjatuh dan menimpa tubuh sang bos.
Sang siluet hitam segera mendekati sang gadis. Dia duduk bersimpuh di hadapannya dan segera membuka lakban penutup itu. Gadis itu membulatkan sepasang mata beningnya saat menatap pemuda dengan sepasang mata kebiruan itu.
Pandangan singkat itu berakhir, karena pemuda itu segera menunduk untuk melepaskan tali pengikat pada kaki dan tangan dari gadis itu.
"Ayo!! Kita harus segera pergi dari tempat ini!" pemuda bermata kebiruan itu mengulurkan tangannya.
Tanpa mau membuang waktu, gadis cantik itu segera menyambut uluran tangan dari pemuda itu. Lalu mereka mulai berlari bersama untuk meninggalkan tempat ini.
Setelah merasa cukup aman, mereka berhenti di suatu tempat untuk beristirahat dan mengatur nafas kembali.
"Nona, dimana kamu tinggal? Aku akan mengantarmu, karena khawatir mereka akan kembali mengejar nona." ucap pemuda itu yang kini wajahnya terekspos dengan lebih jelas.
Tampan dan cukup mempesona, tinggkatannya berada di atas rata-rata. Aksi heroiknya juga cukup memukau. Dan sepertinya gadis manis yang memiliki sepasang mata bening ini masih begitu terpana saat melihatnya.
"Nona? Apa nona mendengarku? Apa nona baik-baik saja?" Kyo mambaikan tangannya membuyarkan angan gadis itu.
"Ehh?? I-iya ... maaf. Aku tinggal di The State Of The Art Bungalow Eden." ucap gadis itu gugup dengan wajah yang sudah merona karena malu.
"Oh, baiklah. Aku akan memesan taxi dulu." sahut Kyo mulai menghadang sebuah taxi yang kebetulan melaju tak jauh mereka.
Lalu mereka berdua mulai memasuki taxi berwarna kuning lembut itu dan mengatakan tempat tujuan mereka kepada sang sopir.
Tetsuya Zaraki adalah seorang Menteri Pertahanan Jepang dan diakui sebagai orang terkaya kelima di Negeri Sakura ini.
Dia memiliki rumah mewah seluas 16600 kaki persegi yang terletak di jantung kota Tokyo yang merupakan rumah termahal kedua di dunia. Dia adalah juga termasuk orang terkaya ke 37 di dunia yang memiliki kekayaan yang sangat fantastis.
...🍁🍁🍁...
Kyo mengantarkan Kana ke kediamannya. Namun sesuatu yang sangat mengejutkan malam ini tiba-tiba saja terjadi. Karena tuan Tetsuya Zaraki tiba-tiba saja berniat akan menikahkan Kyo dengan putrinya.
"Apa kamu sudah memiliki seorang tunangan?" tanya pria paruh baya itu tiba-tiba.
Meskipun pertanyaan ini cukup mengejutkan, namun Kyo berusaha untuk segera menjawabnya dengan sopan, "Belum, Tuan. Aku tidak banyak mengenal gadis."
"Baguslah!" ucapnya semakin memperjelas senyumannya. "Karena kamu telah menolong putriku, maka aku akan menikahkanmu dengan putriku Kana." ucapnya kembali tak ada keraguan sedikitpun tergambar pada wajahnya yang sudah dipenuhi dengan guratan-guratan halus itu.
Bersambung ...
The State Of The Art Bungalow Eden, Tokyo, 10 PM.
"Terima kasih karena karena telah menyelamatkan dan mengantarkan putriku-Kana. Bukan hanya itu saja, namun kamu bisa mengalahkan para berandalan itu. Hingga akhirnya aku tak melakukan hal ilegal dengan membuka jalur laut rahasia untuk mereka, seperti yang telah mereka inginkan. Terima kasih, Anak muda! Siapa namamu, Anak muda? Dan dimana kamu tinggal?"
Ucap seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sebuah kursi sofa panjang menatap seorang pemuda tampan yang baru saja datang mengantarkan putrinya.
"Namaku Kyo Shigeta, Tuan. Dan aku tinggal di di kompleks perumahan Akiya." jawab pemuda bernama Kyo dengan nada rendah dan penuh kesopanan.
Pria paruh baya itu menatap Kyo dari ujung kaki hingga ujung kepala. Wajah datar namun penuh wibawa itu perlahan dihiasi dengan senyuman tipis, seakan memiliki sebuah maksud tertentu.
"Karena kamu sudah menyelamatkan putriku, maka sekarang katakan padaku apa permintaanmu?"
"Terima kasih atas kemurahan hati tuan besar Tetsuya Zaraki. Tapi, aku hanya melakukan sesuatu yang seharusnya aku lakukan saja, Tuan. Jadi tuan tidak perlu memberikan apapun untukku untuk membayarnya.." ucap Kyo menolak dengan ramah.
Pria paruh baya yang tak lain adalah seorang Menteri Pertahanan Jepang ini cukup terkejut ketika mendengar penolakan dari pemuda itu. Hingga akhirnya dia mulai menanyakan sesuatu kembali karena semakin tertarik dengan Kyo.
"Apa kamu sudah memiliki seorang tunangan?" tanya pria paruh baya itu tiba-tiba.
Meskipun pertanyaan ini cukup mengejutkan, namun Kyo berusaha untuk segera menjawabnya dengan sopan, "Belum, Tuan. Aku tidak banyak mengenal gadis."
"Baguslah!" ucapnya semakin memperjelas senyumannya. "Karena kamu menolak untuk menerima hadiah dariku, maka aku akan menikahkanmu dengan putriku Kana." ucapnya kembali tak ada keraguan sedikitpun tergambar pada wajahnya yang sudah dipenuhi dengan guratan-guratan halus itu.
Bukan hanya Kyo yang terkejut saat mendengarkan ucapan dari pria paruh baya yang memiliki kharismatik tinggi ini, namun Kana yang duduk di dekat sang ayah seketika juga membulatkan sepasang matanya.
"Tapi tuan. Aku hanyalah seorang pemuda biasa yang bekerja sebagai seorang kurir pengantar makanan di salah satu restoran kecil saja. Aku merasa tidak pantas untuk menikah dengan nona Kana. Bahkan aku tidak memiliki apapun yang bisa dibanggakan. Aku bukanlah berasal dari keluarga terpandang ..." ucap Kyo merendah, namun memang itulah kenyataannya.
"Aku tidak mencari seorang menantu yang kaya, memiliki pekerjaan hebat, ataupun dia yang memiliki segalanya. Tapi aku hanya meminta padamu, untuk selalu menjaga putriku Kana dengan baik. Itu saja! Karena jika malam ini kamu tidak hadir untuk menyelamatkannya ... mungkin saja aku akan kehilangan Kana ... dan aku akan kehilangan harta terbesarku ..."
Ucap Tetsuya kembali menatap Kyo dengan penuh harap, "Apa kamu bisa melakukannya, Anak muda?"
Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Kyo mulai menjawabnya meskipun sebenarnya dia masih terlihat sangat ragu-ragu.
"Baik, Tuan Besar Tetsuya Zaraki. Aku akan selalu menjaga dan melindungi nona Kana dengan baik. Aku berjanji." ucap Kyo akhirnya.
Kana dan Kyo tak memiliki kuasa untuk menolak kembali perencanaan pernikahan ini. Keduanya hanya bisa saling bertatapan bingung selama beberapa saat, namun mulai menunduk karena merasa sangat canggung.
Namun meskipun begitu, wajah ayu Kana terlihat merona karena malu. Dia sungguh tidak menyangka, dia akan segera menikah dengan pemuda yang telah mencuri hatinya saat pertama kali mereka bertemu. Kasih dan cintanya akan bersambut karena sang ayah malah secara tiba-tiba akan menikahkan mereka berdua.
...🍁🍁🍁...
Sebuah pernikahan di gelar di kediaman The State Of The Art Bungalow Eden dengan cukup mewah dan dihadiri oleh cukup banyak tamu undangan berkelas yang datang dengan membawakan hadiah-hadiah fantastis.
Segala aksesoris dan pakaian yang mereka kenakan malam ini juga barang-barang branded yang memiliki harga fantastis.
Meskipun pernikahan ini terjadi karena kehendak dari Tetsuya, namun sepertinya Kana juga begitu berbahagia. Karena gadis cantik ini sepertinya sudah mengagumi sosok Kyo saat mereka pertama kali bertemu malam itu.
Nampaknya Tetsuya begitu menyukai Kyo, pemuda sederhana yang baik dan memiliki jiwa penolong yang besar. Bahkan dia bisa mengalahkan beberapa orang yang telah menculik putrinya saat itu.
Namun rupanya keluarga besat Zaraki tidak seluruhnya bisa menerima kehadiran Kyo di dalam keluarga besar mereka. Paman dan bibi Kana begitu tak menyukai Kyo dan hanya memandangnya rendah, miskin dan tidak memiliki asal usul yang jelas. Karena selama ini Kyo hanya tinggal bersama seorang kakek yang sudah sangat tua renta.
Hari silih berganti, namun Kyo masih saja sering mendengarkan hinaan dan cacian dari paman dan bibi Kana. Mereka seakan tak pernah merelakan keponakan mereka untuk menikah dengan dirinya.
"Mengapa kakak bisa dengan mudahnya menikahkan Kana dengan pemuda biasa-biasa saja seperti ini?! Dia bahkan terlihat seperti seorang sampah yang tidak berguna! Dia juga tidak memiliki apapun untuk dibanggakan! Miskin, tidak memiliki garis keturunan bangsawan, dan dia juga tidak memiliki asal usul yang jelas. Bahkan pekerjaan dia hanyalah sebagai seorang kurir di sebuah restoran kecil saja!! Berani sekali dia menikahi keponakanku yang cantik dan cerdas?! Cihh!! Dasar tak dasar tau diri!!"
Cibir bibi Kana sangat kasar dan nenusuk. Bahkan dia sengaja mengeraskan suaranya agar Kyo mendengarkan semua itu.
"Entahlah, aku juga tidak tau mengapa kakak ipar bisa melakukan hal itu. Padahal selama ini cukup banyak pemuda yang berusaha mendekati Kana. Dari seorang model, polisi, pengacara, pengusaha muda, dan bahkan putra seorang bangsawan. Tapi mengapa malah memilih pemuda yang seperti ini untuk keponakanku?!" imbuh paman Kana yang juga sangat tidak menyukai Kyo.
"Kakak hanya melihat kebaikan dan ketulusannya saja. Memang hanya dengan kebaikan dan ketulusan saja kita bisa kenyang dan bisa bertahan hidup?!! Ini sungguh sangat konyol sekali!! Cihh!! Menantu laki-laki seharusnya bekerja untuk mencari uang dan menghidupi seluruh keluarganya, bukan malah seperti wanita seperti ini yang malah sering berada di rumah memasak dan bersih-bersih rumah!!"
Wanita paruh baya itu melewati Kyo yang masih membersihkan ruang tengah dengan alat pel. Dan wanita paruh baya itu sengaja menyenggol dan menumpahkan jus jeruk yang ada di atas meja.
PRANG ...
"Bersihkan semua itu dengan baik! Jangan sampai ada yang masih kotor!!" titahnya menandaskan dengan sangat tegas lalu segera berlalu bersama suaminya.
Kyo menghela nafas menatap kepergian sang bibi dan paman Kana yang hampir setiap hari selalu mencemooh, menghina, dan meremehkannya. Lalu pemuda itu mulai melakukan pekerjaan rumahnya kembali, karena hari ini dia libur bekerja di restoran.
...🍁🍁🍁...
Suatu ketika Kyo harus mengunjungi dan menemani sang kakek, karena sang kakek sedang sakit. Namun tiba-tiba sang kakek memberikan sebuah kalung berliontin biru yang sangat indah.
"Kakek, kalung apa ini?" tanya Kyo dengan raut wajah rumit.
"It-tu ad-dalah kalung yang kakek tem-kukan saatt menyelamatkanmu, Kyo. Dua pu-luh lima tahun yang lal-luu ... sa-at itu ... kakek men-nemukan kalian yang sed-dang mengalami seb-buah kecelakaan. Kamulah yang kakek selamatkan pertama kali saat it-tu. Namun ... disaat kakek mau menye-lamatkan ked-dua orang tuamu, mob-bil itu ... tiba-tiba mel-ledak begitu saja. Hing-ga menyebabkan sem-muanya terbakar tak tersisa."
Bersambung ...
Kyo berusaha untuk melamar beberapa pekerjaan yang lebih baik agar bisa sedikit membantu keuangan keluarganya. Setidaknya agar dia bisa memberikan sejumlah uang yang layak untuk sang istri.
Meskipun sebenarnya sang istri tak pernah mengharapkan semua itu, namun Kyo sebagai seorang suami merasa tak berguna jika dia tak bisa sedikit saja melakukan sesuatu yang berguna untuk keluarganya.
Hingga pada akhirnya Kyo diterima sebagai seorang keamanan di salah satu perusahaan yang cukup besar di kota Tokyo. Dan tentunya gajinya akan jauh lebih besar jika dibandingkan dengan gajinya saat menjadi seorang kurir sebuah restoran kecil saat itu.
...🍁🍁🍁...
Suatu ketika Kyo mendapatkan kabar dari temannya, jika sang kakek saat ini sedang sakit hingga tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Bahkan dia tak bisa melakukan apapun dan hanya bisa berbaring di atas tempt tidur.
Kyo memutuskan untuk segera menjenguknya dan berniat untuk membawanya ke rumah sakit berobat. Namun sang kakek menolak semua itu. Dia menolak untuk diajak ke rumah sakit dan malah memberikan sesuatu serta mengatakan sesuatu yang cukup membuat Kyo terkejut bukan main.
Tangan kiri sang kakek meraih tangan Kyo. Dan menggenggamnya dengan hangat. Lalu sang kakek mengulurkan tangan kanannya yang terlihat masih menggenggam sesuatu. Lalu memberikannya pada jemari Kyo.
Terlihat sebuah kalung indah dengan liontin hati berwarna okavango blue diamond dengan tepian kristal-kristal kecil yang indah.
Kyo menatap kalung indah yang sudah berada pada jemarinya dengan tatapan rumit.
"Kakek, kalung apa ini?" tanya Kyo akhirnya.
"It-tu ad-dalah kalung yang kakek tem-kukan saatt menyelamatkanmu, Kyo. Dua pu-luh lima tahun yang lal-luu ... sa-at itu ... kakek men-nemukan kalian yang sed-dang mengalami seb-buah kecelakaan. Kamulah yang kakek selamatkan pertama kali saat it-tu. Namun ... disaat kakek mau menye-lamatkan ked-dua orang tuamu, mob-bil itu ... tiba-tiba mel-ledak begitu saja. Hing-ga menyebabkan sem-muanya terbakar tak tersisa."
Ucap sang kakek terengah-engah dan terlihat sangat kesulitan untuk mengatakan semua itu.
Tubuh Kyo seketika menjadi lemas tak bertenaga setelah mendengarkan semua kebenaran itu. Dia sungguh tidak menyangka, rupanya dia bukanlah cucu kandung dari kakek yang selama ini sudah merawatnya selama 25 tahun ini.
Karena selama ini sang kakek selalu menyayanginya dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Dia begitu tulus dan selalu memperlakukan Kyo seperti cucunya sendiri.
"Pergi dan carilah keluargamu, Kyo. Maafkan kakek karena baru memberitahukan semua ini kepadamu. Kakek takut ... selama ini kakek khawatir jika kamu akan meninggalkan kakek setelah mengetahui siapa keluargamu yang sebenarnya. Hingga kakek malah menyimpan rapat semua ini dan dengan egois malah menjadikanmu sebagai cucuku. Karena kehadiranmu saat itu sungguh membuat kehidupan kakek lebih hangat, kakek merasa sangat bahagia, hingga kakek tak ingin kehilangan kamu ... maafkan kakek, Kyo. Kini saatnya kamu mengetahui kebenaran ... saatnya kamu mengetahui semuanya ... kembalilah pada keluargamu yang selama ini selalu mencarinu ..."
Rau wajah sang kakek terlihat begitu meneduhkan, dan selesai mengatakan semua itu dia mulai memejamkan sepasang matanya dan menghembuskan nafas terakhirnya.
"Ti-tidak ... kakek!! KAKEKKKKK!!!" Kyo memekik penuh sesak dan segera memeluk tubuh sang kakek yang sudah berbaring tak bernyawa lagi.
Selama ini hanya sang kakeklah yang dia miliki, namun kini sang kakek telah pergi untuk selama-lamanya. Dia sungguh merasa terpuruk dan kehilangan. Satu-satunya orang yang selalu menemaninya selama 25 tahun, kini telah pergi dan meninggalkan sebuah teka-teki untuknya.
Upacara pemakaman segera dilakukan, nanum hanya didatangi oleh Kana sang istri dari pihak sang istri. Karena ayah mertuanya saat ini sedang bertugas dan berada di luan kota. Sementara paman dan bibi Kana sudah bisa dipastikan jika mereka tak akan pernah sudi untuk datang di kompleks perumahan yang kecil dan kumuh itu.
Kyo masih terlihat sedang duduk bersimpuh di hadapan sebuah meja yang dimana di atas meja itu ada foto sang kakek, makanan, minuman, uang akhirat dan abu milik sang kakek. Raut wajahnya masih kentara dan dipenuhi dengan kesedihan.
Dia menautkan kedua tangannya menghadap ke atas dengan sepasang mata yang terpejam untuk mendoakan sang kakek. Sementara Kana juga melakukan hal yang sama dan duduk di sebelahnya.
...🍁🍁🍁...
Kana selalu menamani Kyo selama beberapa hari ini, karena dia tau suaminya pasti sedang merasakan keterpurukan saat ini. Bahkan Kana juga rela untuk mengambil cuti kuliah hanya untuk menemani sang suami.
"Kakak Kyo, aku membawakan sup untukmu. Makanlah selagi masih hangat ..." Kana sengaja membawakan sup yang masih hangat itu untuk Kyo yang masih duduk berdiam diri di balkon kamarnya.
"Aku juga membawakan teh ocha hangat untukmu." imbuhnya dengan ramah sambil meletakkan sebuah nampan yang berisi dengan sebuah mangkok yang berisi sup hangat dan secangkir teh ocha hangat itu.
Kyo beralih menatap Kana dan tersenyum tipis.
"Terima kasih, Kana. Lain kali tolong jangan seperti ini. Aku tidak mau merepotkan kamu." ucap Kyo karena dia tak ingin merepotkan Kana.
Tentu saja Kyo merasa sangat sungkan, karena selama ini dia belum sepenuhnya bisa menjadi suami yang baik dan berguna. Ditambah lagi selama ini mereka masih tinggal di rumah besar Zaraki. Bahkan hampir kebutuhan hidupnya ditanggung di rumah besar ini.
"Maaf ... jika aku masih belum mengetahui makanan dan minuman kesukaanmu, Kak " ucap Kana malah terlihat murung karena mengira Kyo tidak menyukai apa yang telah dia bawakan untuknya.
"Bukan seperti itu, Kana. Uhm ... sebenarnya aku bukan pemilih soal makanan kok. Aku hanya tidak ingin merepotkanmu."
"Aku tidak pernah merasa direpotkan kok. Aku malah senang jika bisa melayanimu dengan baik. Bukankah sebagai istrimu, aku harus melakukan semua itu?" ucap Kana dengan sangat hati-hati, namun wajah ayu putihnya kini sudah terlihat merona.
Apa yang diucapkan Kana adalah benar, namun tetap saja Kyo masih merasa menjadi suami yang tidak baik untuk Kana. Ingin rasanya Kyo mengajak Kana untuk tinggal di luar berdua saja dan meninggalkan rumah besar Zaraki.
Namun Kyo juga masih merasa ragu, jika saat mereka tinggal di luar nanti, Kyo tak akan bisa memberikan kemewahan dan tak bisa membahagiakan sang istri seperti saat Kana sedang berada di dalam lingkungan keluarga besarnya yang selalu saja dipenuhi dengan kemewahan.
"Kana, apakah tidak sebaiknya kita tinggal di luar bersama saja?" ucap Kyo pada akhinya memberanikan diri mengatakannya.
"Hmm? Sebenarnya mau tinggal dimanapun tidak masalah. Mau kakak Kyo membawaku kemana aku juga tidak akan keberatan. Namun pastinya papa tidak akan mengijinkan kita, Kak. Lagipula rumah ini akan sangat sepi jika kita meninggalkannya." ucap Kana seadanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!