NovelToon NovelToon

Diantara Dua Pilihan

Bab 1: Hanya Kakek yang ku punya

Bab 1: Hanya Kakek yang ku punya

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

Pagi hari yang cerah, Gita sudah rapi dengan dress cantik berwarna putih yang menjadi warna favorit nya.

Dia suka ke kampus menggenakan dress, entah kenapa dia merasa lebih nyaman dan percaya diri saja, namun hari ini dia bukan ke kampus melainkan ke tempat lain yang akan menjadi tempatnya tinggal selama dua bulan.

Hari ini adalah hari yang di tunggu untuk nya, karena hari ini dia akan ke sebuah desa untuk melaksanakan KKN.

"Kek, aku akan baik-baik saja, tidak perlu mengkhawatirkan ku. Aku sekelompok dengan Emir," ucap Gita menjelaskan, kakek Herdik begitu cemas memikirkan nya.

"Tetap saja, kau cucu satu-satunya Kakek, lalu bagaimana tidak khawatir? jaga dirimu baik-baik di sana, jangan lupa selalu hubungi Kakek," pesan Kakek perhatian.

"Oh Tuhan... Kek, aku bukan mau ke luar negeri, aku hanya ke luar kota. Ya, meski jarak nya lumayan jauh, tapi tidak sejauh di luar negeri," protes Gita menggeleng kepala.

"Jangan banyak ngebantah Gita. Kakek sudah putuskan jadi tidak boleh protes lagi."

"Baiklah Tuan besar, perkataan adalah perintah dan akan saya lakukan."

"Dasar cucu nakal."

"Cucu nakal gini cucu Kakek."

"Ya, kau cucu kesayangan Kakek, meski sedikit cerewet."

"Jadi kesayangan juga karena menggemaskan kalau tidak, tidak mungkin menjadi kesayangan bukan?" jahil Gita menaik turunkan alis menggoda.

Dia belum pergi karena masih menunggu jemputan seorang pria bernama Emir kekasihnya. Dan selama itu dia mendengar, menanggapi perkataan sang kakek yang cerewet.

Telinganya sebenarnya sakit, tapi apa boleh buat, dia tidak pernah membantah meski sedikit harus ada perdebatan tapi semua sudah biasa di alami.

"Kata siapa? kau sangat kepedean, dasar! sana buka pintu nya, seperti nya Emir sudah datang," usir Kakek mendengar suara bunyi bel dari luar pintu.

"Ya, aku akan membuka pintu nya sekarang," sahut Gita, lalu berjalan pergi.

Ceklek...

"Selamat pagi sayang," sapa Emir mesra, senyuman tak lepas dari wajah nya. Dia mencium kening Gita lembut.

"Pagi juga Em, jangan seperti ini atau Kakek akan melihat dan marah. Aku belum ingin menikah muda sekarang. Jangan melakukan ini di depan umum lagi," Gita memperingati Emir yang suka mengumbar kemesraan.

"Maaf sayang, habisnya aku sangat mencintai mu. Beberapa hari tidak bertemu dengan mu membuat ku rindu hingga tidak bisa menahan," ungkap Emir.

Kedua sudah menjalin hubungi sejak sama-sama duduk di bangku perkuliahan. Emir mengejar Gita saat pertama kali bertemu.

Namun Gita belum memiliki perasaan apapun, tapi Emir tak lelah, tak juga menyerah mengejar cinta Gita sampai di terima.

"Aku mengerti, sekarang kita sudah bertemu dan tidak akan berpisah selama dua bulan ini, jadi tidak akan ada kata rindu," ucap Gita tersenyum, dia menyayangi Emir begitu sebaliknya dengan Emir.

Sudah banyak hari, minggu, bulan dan tahun mereka berdua lalui bersama, dan itu sudah membuat cinta Gita semakin besar.

Ketulusan dan perhatian Emir sudah meluluskan perasaannya yang pertama membeku karena cinta masa lalu.

Dia bersyukur dengan adanya Emir sudah membantu nya kembali percaya akan cinta yang dulu pergi.

"Tentu sayang, aku tidak sabar untuk segera tiba di sana jadi dengan seperti itu kota bisa selalu bersama," sahut Emir menggandeng tangan Gita dan berjalan masuk ke dalam.

"Duduklah, apakah kalian akan langsung berangkat tidak ingin duduk dulu?" tanya Kakek Herdik memandang cucunya dan sepasang kekasih nya hanya berdiri saja.

"Maaf, Kek. Kalau kita duduk akan terlambat, karena kita harus segera ke kampus ada beberapa berkas yang harus di ambil untuk di serahkan ke desa tempat kita KKN, jadi mohon maaf sekali lagi aku dan Emir tidak bisa menemani Kakek," terang Gita tak enak hati, dia tidak pernah hidup berjauhan dengan Kakek nya.

Sejak kepergian kedua orang tuanya, dia tinggal bersama kakek nya berdua. Tidak ada seorang pun yang menemani nya lagi.

"Ya sudah sudah Kakek tidak akan memaksa kalian, tapi pesan kakek satu. Emir jaga Gita, jangan biarkan dia melakukan apapun sendiri. Kau tau bukan Gita sangat cerewet tapi sangat lemah fisik nya," pesan Kakek khawatir mengenai keadaan Gita yang rentan sakit.

"Pasti, Kek. Saya akan menjaga Gita semampu yang saya bisa. Jadi Kakek tidak perlu cemas," yakin Emir menenangkan Kakek terlihat begitu menyayangi Gita hingga begitu takut sesuatu menimpa cucu nya.

"Bagus, tapi kau harus tetap jaga batasan mu dengan Gita. Jangan melakukan hal di luar batas sebelum menikah," Kakek Herdik memperingati dengan suara tegas, matanya lekat memandang Emir.

"Hehehe... " Emir menggaruk rambut yang tidak gatal.

"Saya akan segera menikahi Gita setelah lulus."

"Buktikan tidak perlu mengobrol janji."

"Akan saya buktikan. Ini bukan sekedar janji tapi saya sangat mencintai Gita melebihi diri saya sendiri."

Gita mendengar manis nya perkataan Emir, bahagia. Hatinya tersentuh, Emir selalu bisa membuat nya tersipu malu.

...----------------...

"Ada apa?" tanya Gita bingung Emir terus menatap nya lekat.

"Kenapa? apa aku tidak boleh melihat wajah cantik kekasih ku?" tanya balik Emir tersenyum mendekatkan wajah nya pada Gita.

"Emir, ak--u... " gugup Gita terbata-bata. Kedekatan mereka saat ini membuat nya salah tingkah.

"Aku ingin melihat wajah mu lebih dekat sayang," ucap Emir mengelus pipi Gita lembut.

"Tapi ini terlalu dekat, aku tidak terbiasa Emir. Ak-"

"Jangan takut, aku mengingat pesan Kakek. Aku mencintaimu, tidak mungkin memaksa mu kecuali kau juga menginginkan," ucap Emir serius.

Gita terdiam bingung harus berkata apa. Wajah mereka begitu dekat, tarikan dan hembusan nafas kedua dapat di dengar masing-masing.

Cinta, tidak perlu di tanyakan kedua saling mencintai, tapi hubungan mereka tidak sejauh apa yang dilakukan pasangan diluar sana bebas bercinta sebelum terikat pernikahan.

"Menginginkan?" bingung Gita mengerutkan kening tidak mengerti.

"Aku benar-benar beruntung memiliki mu menjadi kekasih ku. Kau bukan hanya wanita cantik luar, dalam wajah nya tapi juga baik, lemah lembut meski bicara mu terdengar kasar, cerewet, tapi ternyata aslinya tidak seperti yang di rasakan," monolog Emir bahagia.

Dengan nekat entah dorongan dari mana dia memberanikan diri lebih dekat lagi pada wajah Gita.

Tanpa aba-aba, dia menempelkan bibir nya pada Gita. Sudah lama dia ingin melakukan ini tapi selalu tidak ada waktu.

Gita mematung, kaget. Tapi tidak bisa menolak. Pengalaman pertama sudah membuat nya menikmati menyukai semua.

"Kau menikmati?" tanya Emir melepaskan ciumannya, dan menatap Gita yang terdiam seperti orang bodoh.

...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......

...✨____________ 🌼🌼_______________✨...

Bab 2: Dia kembali

Bab 2: Dia kembali

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

Gita tersenyum mengangguk mengiyakan. Pandangan mereka begitu dekat, apa yang di pikirkan sekarang benar-benar tidak benar saat ini.

Dia tidak menyangka akan merasakan sensasi gila.

"Aku senang jika kau menikmati," elus Emir pada pipi Gita.

"Apa kita akan melakukan lagi?" tanya Gita polos.

"Ini benaran pengalaman pertama mu ternyata. Tapi aku bukan pria breng*** yang akan memanfaatkan semua keluguan mu, aku mencintaimu dan akan menjaga mu bukan merusak mu," batin Emir tersenyum.

Dia memang menginginkan Gita tapi tidak dengan harus merusak nya sekarang. Dia akan melakukan jika Gita mengerti arti berhubungan dan apa konsekuensi yang bisa terjadi dari hubungan ini.

Emir tidak mau di kata pria mengambil keuntungan dalam kesempatan.

"Tidak sekarang sayang. Kita akan melakukan nanti di saat kau sudah terbiasa dengan semua ini. Maka dari itu kita akan lebih sering berciuman saja dulu," terang Emir.

"Hmmm, terimakasih sudah memberikan ku sesuatu yang tidak pernah ku rasakan selama ini," ucap Gita senang.

"Iya, tidak perlu terimakasih, itu sudah menjadi kewajiban ku sayang. Sekarang kita kembali ke kampus saja biar cepat segera ke desa," ajak Emir.

"Tapi bagaimana dengan Sena dan Vigo? kita tidak mungkin meninggalkan mereka dan pergi berdua saja kan?"

"Emangnya kenapa kalau pergi cuman berdua? apa kau tidak mau bersama ku?" tanya balik Emir.

"Bukan seperti itu, aku hanya mengingatkan mu."

"Sudah mengingatkan? sekarang katakan apa kau menginginkan perjalanan cukup kita berdua atau berempat dengan mereka?"

Gita diam, Emir selalu saja bisa membuat nya diam tak berkutik dalam memilih pilihan.

"Terserah mu saja, aku akan mengikuti mu. tapi tidak ke kamar hotel. Kakek tidak memperbolehkan ku ke sana berdua dengan mu, takut aku hamil," ungkap Gita tanpa dosa.

Emir mendengar itu mengerutkan kening, dan seketika tersenyum menyadari maksud perkataan sang kekasih.

"Kenapa takut? bukannya dengan hamil itu lebih baik? kita bisa lebih dekat bahkan tidak akan ada yang bisa memisahkan kita," ucap Emir menggenggam tangan Gita.

"Tapi aku tidak bisa hamil."

"Tidak bisa? apa kau tidak mau hamil anakku?"

"Emir, aku tidak pernah memikirkan itu sekarang. Aku ingin lulus kuliah terlebih dahulu."

Setelah obrolan kedua berakhir, mereka pun kembali melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Hingga tak membutuhkan waktu lama untuk tiba di kampus.

Saat hendak turun dari mobil Gita meminta ijin untuk ke toilet sebentar.

Dalam perjalanan ke toilet, tangan Gita di tarik seseorang, secara tidak langsung langkah kaki nya terhenti. Dia pun di seret masuk ke gudang di dekat toilet.

"Hei, siapa ka-" ucapan Gita tak lagi di lanjutkan melihat sosok pria di depan nya.

Dia tidak melupakan wajah dari orang yang berperan penting dalam masa lalu nya. Dan sekarang sosok itu berada di depan nya langsung, jantung nya mendadak berdebar kencang.

"Apa kabar?" tanya pria tersebut menarik dan melingkarkan kedua lengan tangan di pinggang Gita.

"Bagaimana kau bisa berada di sini?" tanya balik Gita masih terkejut, tidak memperdulikan pertanyaan pria di depan nya.

"Hubungan kita belum berakhir, bagaimana aku tidak kembali," jawab nya tersenyum bahagia bisa bertemu dengan pujaan hati setelah dua tahun berpisah.

Mendengar itu Gita tersenyum kecut, dia tidak tau harus mengatakan apa. Dia bingung dengan perasaannya sekarang pada pria masa lalu nya.

"Aku kemari untuk menikahi mu Gita. Aku tidak bisa kehilangan mu lagi. Papa dan Mama ingin menemui mu," ucap nya lagi menyampaikan niatnya.

"Menikah? apa kau tidak salah bicara?" kaget Gita tidak percaya akan perkataan pria yang masih berstatus kekasih nya.

Dua tahun lalu, kedua sama-sama hilang kabar, tidak ada di antara mereka saling menghubungi entah kenapa, hanya mereka yang tau alasannya itu sendiri.

Gita harus pindah negara karena Kakek nya ingin berada di dekat makam keluarga nya. Dan saat itu dia masih berada di bangku SMA kelas 12, sedangkan Austin pria masa lalu nya itu duduk di bangku perkuliahan akhir s2.

"Tidak, aku mengatakan benar. Aku sudah mengetahui kau memiliki kekasih yang berada di bangku sama dengan mu, bahkan hari ini kalian akan pergi ke desa untuk KKN selama dua bulan," terang Austin, sebelum menemui Gita. Dia sudah menyelidiki semua mengenai wanita tercinta nya.

"Lalu kalau sudah mengetahui semua, kenapa masih berada di sini? aku sudah punya kehidupan sendiri bersama kekasih baru ku, Kak," ujar Gita pada Austin.

"Tapi hubungan kita belum berakhir Gita. Kau pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan ku."

"Maaf, aku tau aku salah untuk itu, tapi kenapa tidak kau cari tau di mana aku berada? kenapa baru sekarang mencari ku? kenapa baru sekarang menemui ku? apa mau mu sebenarnya Kak? aku tidak tau apa yang kau rencanakan sebenarnya. Aku bingung," pusing Gita tidak tau, posisi sekarang benar-benar berada di dalam di lema.

"Kau marah karena aku tidak datang menemui mu saat itu? aku terima, tapi semua ku lakukan agar kau fokus dengan ujian akhir mu begitu juga dengan ku baby. Aku tidak bermaksud lain," jelas Austin jujur.

Penjelasan itu membuat Gita mendengar jadi bimbang dalam memutuskan. Dia tidak tau harus mengatakan apa. Jujur saat ini berdekatan dengan Austin jantung nya berdebar tak karuan.

"Aku mencintaimu baby, aku tak pernah mencari wanita lain karena hati ini hanya punya mu, hanya terisi nama mu," lanjut nya lagi.

Dengan berani dia mendekat kan wajah nya dan mencium bibir Gita dengan lembut.

Ciuman yang lembut, sudah lama ingin di berikan dulu saat pacaran tidak pernah bisa di berikan karena saat itu Gita masih sangat SMA dia tidak mau merusak Gita, dia melawan semua keinginan nya itu.

Tapi sekarang rasanya sudah tidak masalah pikirnya. Apalagi dia sudah berniat menikahi Gita secepatnya.

Gita tak menolak dia hanyut dalam ciuman itu seperti terhipnotis. Dia malah mengalungkan kedua lengan di leher Austin.

Tidak mendapat penolakan, Austin tersenyum dan bahagia dalam hati. Dia menekan tengkuk Gita kuat memperdalam ciuman nya. Tangan nya bahkan sudah turun membuka resleting dress yang di kenakan Gita.

Austin semakin liar, ciuman turun ke bawah, di dekat mereka ada sofa besar yang memang tak lagi di gunakan hingga di letakkan di gudang. Dia membawa Gita ke sana.

"Aku terlambat kembali padamu hingga kau mencari yang lain, tapi tidak seharusnya kau melakukan itu, kita tidak pernah putus," batin Austin.

...Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ......

...✨____________ 🌼🌼_______________✨...

Bab 3: Diantara kedua

Bab 3: Diantara kedua

🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻

🌹✨💞✨🌹

"Ahhk..." desaahh Gita tidak bisa menahan getaran pada tubuh nya akibat sentuhan Austin membuat nya panas dingin.

Tangan Austin begitu tak terkontrol, dia menyentuh sesuatu yang berharga di bawa, di elus dengan lembut. Gita menyadari milik di usap, memandang wajah Austin terlihat semangat.

Tubuh Gita tak bisa menolak, tubuh nya sangat menginginkan. Tidak ada yang di pikirkan sekarang selain menikmati.

"Aku akan melakukan pelan," ucap Austin tersenyum, tidak ada keraguan untuk nya bertindak sejauh ini.

"Auw... sakit, Kak... " ringis Gita kesakitan.

"Maafkan aku harus melakukan ini padamu sekarang. Aku janji akan bertanggung-jawab, tidak akan ku biarkan kau sendiri menanggung semua tindakan ini," batin Austin berjanji tidak mau kehilangan wanita yang di cinta kedua kalinya.

Di sisi lain, Emir mencari Gita. Sudah 30 menit kepergian Gita ke toilet tapi belum juga kembali sampai sekarang.

"Bagaimana? apa kalian sudah menemukan Gita?" tanya Emir pada kedua sahabat nya.

"Belum, coba kau hubungi Gita saja," saran Sena sudah mencari Gita di sekitar area toilet wanita tapi tidak menemukan apapun jejak pergi nya kemana.

"Tidak bisa," ucap Emir menggeleng kepala.

"Kenapa? apa nomor nya tak aktif? atau tidak di angkat?" tanya Sena.

"Ponsel Gita padaku, sebelum pergi dia menitipkan tas nya padaku," jelas Emir dan Sena mendengar itu mengangguk mengerti tersenyum kecil.

"Lalu di mana kita harus mencari Gita sekarang, kalau ponsel nya bersama mu? tidak mungkin kita memeriksa setiap ruangan kampus yang ada sebelum selesai kita sudah di rumah sakit, tulang kaki sudah encok semua," timpal Vigo ikut nimbrung.

"Kalau kalian tidak mau mencari Gita tidak apa-apa, biar aku saja yang mencarinya," putus Emir tetap kekeh mencari Gita sang kekasih.

Hatinya tidak tenang belum menemui Gita, entah kenapa perasaan nya gelisah tak karuan, seperti dia merasakan ada yang sesuatu menimpa nya.

Berdiri nya seperti cacing kepanasan, kedua sahabat yang melihat itu dapat ikut merasakan apa yang di rasakan.

"Tidak, kita akan ikut mu mencari Gita. Lebih baik kita bagi tugas saja," saran Sena tidak bisa bisa membiarkan Emir mencari Gita seorang diri.

Bagaimana juga Gita sahabat mereka, jadi bukan hanya Emir yang mencari tapi juga dirinya dan Vigo.

Mereka bertiga mulai berpencar membagi tugas agar lebih mudah menemukan Gita yang entah keberadaan nya sekarang di mana.

"Terimakasih baby kau sudah membuat ku menjadi yang pertama menyentuh mu," ucap Austin bahagia, senyuman tak lepas dari wajahnya.

"Kak, apa aku akan hamil setelah ini?" tanya Gita takut, dia sudah begitu cemas memikirkan permainan panas yang baru mereka lakukan bersama.

"Iya, tapi kau jangan khawatir baby. Aku bersama mu, aku akan bertanggung jawab apapun yang terjadi padamu nanti," jawab Austin menyakinkan Gita terlihat takut.

Namun perkataan itu tidak di sahut Gita lagi, dia diam di dalam pelukan Austin yang erat memeluk nya.

"Kenapa harus seperti ini? aku mencintai Emir, tapi juga mencintai Austin," batin Gita sedih tidak bisa mengungkapkan perasaan nya sekarang, dia bimbang.

"Aku akan ikut bersama kalian ke desa. Ku harap kau tidak keberatan," ucap nya lagi mengelus pipi lembut Gita.

"Untuk apa Kak? ku mohon jangan membuat masalah apapun," pinta Gita dengan suara pelan. Dia masih lemah.

"Aku tidak janji Baby, karena kau masih kekasih ku, kita tidak pernah putus hingga sekarang. Apalagi kita baru melakukan hubungan suami istri, bisa saja kau mengandung anak ku nanti," kata Austin apa adanya tanpa menunjukkan ketakutan seperti yang di tunjukkan Gita.

"Kak, hubungan kita sudah lama tidak terjalin, kita tidak pernah saling kontak, bagaimana masih bisa di kata menjalin hubungan? ku mohon mengerti situasi saat ini. Kita tidak bisa seperti dulu, aku sekarang memiliki pacar, mau di lempar kemana pacar ku, Kak?" tidak terima Gita, dia protes.

"Ya sudah kalau kau mengkhawatirkan masalah itu gampang. Kita jalani hubungan kita tanpa ada yang mengetahui selain aku dan kau. Jika kau tidak menyetujui saran ku, aku akan memberitahu pada pria itu bahwa kita memiliki hubungan," ancam Austin serius, tidak terdengar sedang becanda.

Gita mendengar itu takut jika Austin benar-benar melakukan seperti yang di katakan.

Menolak rasanya percuma tidak akan berhasil. Dia mengenal Austin pria seperti apa, dia pria yang keras kepala.

"Baiklah. Aku ikut mau mu. Tapi ku mohon jangan tunjukkan ini depan siapapun, aku tidak mau menyakiti Emir, Kak," mohon Gita takut.

"Hmmm, aku tidak akan menunjukkan hubungan kita di depan siapapun, tapi bukan berarti aku tidak bisa perhatian padamu Baby. Kau kekasih ku juga. Sekarang yang ku minta padamu, putusan semua hubungan mu dengan pria itu secepatnya, karena cepat atau lambat dia akan tau saat kau hamil Baby. Jadi pikirkan semua dengan baik," jelas Austin panjang lebar. Dia tidak mau wanita nya pusing dengan hubungan seperti ini.

"Tidak, jangan meminta ku memikirkan itu sekarang. Aku tidak bisa melakukannya," kata Gita terus terang tanpa berbelit dalam kebohongan.

"Jika kau tidak bisa, tidak apa-apa aku tidak memaksa, tapi kau tidak boleh menolak keinginan ku ini lagi. Papa dan Mama ingin menemui anaknya, aku sudah berjanji akan membawa mu nanti setelah KKN selesai. Jadi persiapkan dirimu baby, kau tau Mama seperti apa sejak dulu," Austin mengingatkan Gita agar tidak melupakan kelakuan Mama nya.

Dan hal itu mana mungkin bisa di lupakan Gita, ingatan nya masih kuat, dia mengingat jelas semua nya.

"Kak, jangan membuat ku takut. Aku tidak bisa melakukan keinginan Mama. Aku menerima Kakak kembali, bukan berarti aku mau menikah dengan mu, Kak. Aku tidak bisa," ucap Gita dengan suara tegas meski terdengar pelan.

"Terserah mu saja, Baby. Sekarang bangun dan pakai pakaian mu, aku akan membantu mu tidak perlu mengatakan apapun, dan kau akan naik dengan mobil ku," putus Austin tidak mau di bantah.

"Mana ada seperti itu Kak? aku sudah berjanji pada teman-teman ku yang lain akan bersama mereka. Kau tidak bisa melakukan ini padaku," protes Gita.

"Keputusan ada padamu, jika tidak ya tidak masalah, tapi jangan salahkan aku jika ku katakan pada pria itu mengenai hubungan kita, karena dia hanya orang kedua, aku pertama."

"Ya Tuhan apa ini? kenapa harus ku hadapi masalah seperti ini? aku mencintai kedua nya, bagaimana aku bisa memilih di antara mereka," pusing Gita dalam benak memikirkan semua.

...**Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ**......

...**✨\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_ 🌼🌼\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_✨**...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!