Malam hari, disebuah mansion mewah nan megah bak istana negeri dongeng. Tinggallah seorang pemuda tampan, bak pangeran Yunani disana. Pemuda itu bernama Hades Thanatos Lamia. Memiliki wajah tampan dan memikat, Hades sembunyikan dari para wanita liar diluar sana. Karena, hanya satu wanita yang mampu menggetarkan hati, Hades. Wanita itu merupakan primadona tercantik di kampusnya.
Hades merupakan mahasiswa jurusan Mathematics With Management di Universitas Edinburg. Di kampus, Hades selalu berpenampilan polos dan culun. Alasan lain, karena Hades tidak suka menjadi pusat perhatian para wanita. Wajah culun dan polos Hades, seringkali membuat Hades menjadi bahan ejekan teman-teman kampusnya. Hades tidak terlalu peduli dengan ejekan mereka, karena keesokan paginya, berita tragis akan tersebar di seluruh penjuru kampus.
Meskipun langit sudah terang, Hades masih asik bergelut dengan mimpi indahnya. Ia bermimpi diajak kencan oleh wanita pujaan hatinya. Suara kicau burung kenari terdengar merdu, langit biru cerah terlihat indah. Suara benda jatuh ke lantai tiba-tiba mengejutkan Hades.
Buk!
"Jam berapa ini?"seru Hades langsung terduduk.
Hades menyipitkan matanya menatap alarm kecil yang ada di atas nakas. Matanya tiba-tiba membesar melihat jarum jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Hades langsung beranjak dari atas tempat tidur dan melangkah cepat menuju kamar mandi.
"Sial! kenapa sampai pakek telat segala sih!" gerutu Hades. Tak seperti biasanya, entah apa alasan pemuda itu telat bangun hari ini. Hari ini merupakan moment yang dinanti-nantikan Hades setelah satu semester berlalu.
*
*
Edinburgh Scotland
Seorang pria berkacamata bulat besar melangkah tergesa-gesa menuju ruang kelas. Ia tidak mau melewatkan kesempatan satu kelas dengan gadis pujaannya. Pemuda itu menerobos kerumunan para mahasiswa dan mahasiswi semester dua yang masih berdiri di depan papan mading. Hades mencari-cari namanya di tiap daftar kelas pada selembar kertas yang ditempel di papan mading.
Pemuda itu belum sadar, kalau mahasiswa dan mahasiswi yang berkerumun tadi mulai menjauh dari papan mading. Mereka langsung menjauh, ketika melihat seorang pemuda melangkah bersama para gengnya mendekat kearah papan mading.
Mereka berbisik-bisik melihat Hades masih sibuk mencari-cari nama pujaan hatinya. "Cih!"seorang pemuda berdecih kesal, ketika sudah berdiri di belakang Hades.
"Kau menghalangi pandanganku! minggir!" ketus pemuda itu mendorong kasar bahu Hades, hingga bahu kirinya membentur mading. Hades terjatuh ke lantai, karena tidak siap dengan tindakan kasar pemuda itu.
Alih-alih marah atau membalas perbuatan pemuda itu. Hades malah mengambil kaca mata bulat hitam yang sudah diinjak oleh salah satu teman dari pemuda itu. Dengan kepala menunduk, Hades berdiri tanpa membersihkan debu yang menempel di celananya. Ia lalu meninggalkan tempat itu, tanpa menatap kearah pemuda itu.
Mereka tidak menyadari, senyum semirik tiba-tiba terbit di wajah polos Hades. Tatapan manik hitam gelap itu, terlihat seperti mata elang tajam dan dingin.
Hades berjalan tergesa-gesa menuju taman belakang gedung, namun tanpa sengaja Hades menyenggol bahu seorang gadis muda.
Buk!
Hades melihat beberapa buku jurusan mathematics sudah berserakan di atas lantai. Hades langsung berjongkok dan memungut buku-buku yang berserakan di atas lantai.
"Ma-maafkan, Saya." Hades merasa bersalah, karena berjalan dengan posis menunduk. Hingga tanpa sengaja menyenggol bahu seorang gadis muda.
Hades belum mengalihkan pandangannya menatap orang yang ia tabrakan barusan.
Alih-alih menyahuti permintaan maaf Hades, orang itu malah bertanya balek kepada Hades. "Apa kamu baik-baik saja? maafkan aku, karena terlalu asik mengobrol dan tidak memperhatikan jalan."
Hades langsung mendongkrak kepalanya keatas, mengarahkan pandangannya kearah suara lembut familiar yang sangat dikenalnya. Ia tertegun melihat wanita idamannya sudah berdiri di depannya.
"Kim Nara Bianca...."Hades bergumam di dalam hati.
"Bian! mengapa kau menatap lama pria culun ini?apa kau tidak takut tertular penyakit culun pria ini?" tanya sahabat Bianca meneliti penampilan Hades.
"Jangan menilai tampilan seseorang dari luar, Talita!" tegur Bianca tersenyum tipis menatap sahabatnya.
"Perkataan sahabatku jangan dimasukkan ke dalam hati. Dia hanya becanda." timpal Bianca tersenyum tipis menatap Hades.
"Sahabat mu benar, Bianca. Aku dari dulu sudah sadar diri kok." sahut Hades meyerahkan buku mathematics milik Bianca.
"Hei---"
Hades langsung berlalu dari sana menghiraukan panggilan Bianca.
#
#
Kedua mata Bianca mengikuti kemana langkah kaki Hades melangkah hingga menghilang dari lorong kampus.
"Ehem!!! sepertinya pemuda itu menarik atensi sahabat baikku ini!" ucap Talita tiba-tiba menyenggol pelan lengan Bianca. Sifat Talita tiba-tiba berubah jahil, ketika sedang mengobrol berduaan dengan Bianca.
Bianca tersenyum tipis mendengar ucapan sahabatnya. Ia melangkah melewati Talita begitu saja.
"Hey! apa ucapanku benar?" tanya Talita mengejar langkah Bianca. Namun Bianca tidak merespon pertanyaan Gisella.
Sementara di balik tembok lorong kampus, Hades menyentuh dadanya. Entah mengapa, jantung pemuda itu tiba-tiba berdegup kencang ketika berada di dekat Bianca.
"Hah.... mengapa jantungku berdegup kencang sedari tadi? apa begini rasanya ketika kita jatuh cinta dengan seseorang?" gumam Hades menormalkan degup jantungnya.
Namun, ucapan hinaan dari seorang pemuda membuat Hades langsung menundukkan kepalanya.
"Cih! apa kau sedang menghayal? bermimpi menjadi kekasih seorang primadona kampus? dasar halu!!" ketus Pemuda itu mendorong tubuh Hades hingga tersungkur ke lantai.
"Kau hanya pria culun yang tidak berguna! jangan coba-coba mendekati wanita incaranku, kalau kau tidak mau mati di tanganku!" timpal pria itu menginjak jemari tangan sebelah kanan Hades.
Arghhhhhhhh!!!
Suara erangan kesakitan terdengar menggema di lorong koridor fakultas. Para mahasiswa dan mahasiswi berlomba-lomba mendekati asal suara.
Mereka melihat Travis Wolfe, ketua geng dari Dark Knight menginjak telapak tangan Hades. Tidak ada satu orangpun dari mereka berani membantu Hades. Karena mereka takut diperlukan sama seperti Hades.
"Berhenti!!" bentak seorang wanita tiba-tiba mendorong tubuh Travis.
"Apa kau gila! mengapa kau menyakiti pria yang tidak mengganggumu! dasar bajingan kecil!" maki wanita itu membantu Hades berdiri.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya wanita itu meneliti penampilan Hades.
"Aku baik-baik saja." sahut Hades dengan suara pelan. Namun raut wajah pemuda itu tidak bisa berbohong.
"Aku tahu keadaan mu tidak baik-baik saja. Ayo ikut aku!" celetuk wanita itu tidak mau dibantah. Ia lalu menarik tangan Hades pelan.
Dari kejauhan, Bianca mengepalkan tangannya melihat tangan Hades digenggam oleh wanita lain.
"Sialan! bajingan kecil!" gerutu Bianca berlalu melewati Talita.
"Sampai kapan kau seperti ini, Bian? apa kau tidak bosan menjadi stalker pria seperti itu? sudah lebih dari tiga tahun! apa kau tidak mau menyerah saja?" celetuk Talita tiba-tiba membuat Bianca menghentikan langkahnya.
"Apa dia juga akan tetap melakukan hal yang sama, mengungkapkan jati dirinya yang selama ini pria itu sembunyikan? jika aku mengakuinya?" sela Bianca menahan gerumuh dihatinya.
"Mungkin saja...." gumam Talita tiba-tiba.
"Apa kau tidak kasihan dengan Maikel? Ia menantinya!" timpal Talita merangkul bahu Bianca.
"Tapi, dia melupakan kami."seru Bianca dengan suara bergetar.
Talita langsung mendekap tubuh bergetar Bianca. Ia tahu bagaimana keadaan Bianca di masa lalu.
"Ada aku yang akan mendukung apapun keputusan mu." hanya kalimat itu yang bisa menenangkan hati Bianca.
...***Bersambung***...
Di taman kampus
Seorang pemuda dan seorang wanita duduk termenung di bangku taman kampus. Mereka masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Apa kamu masih belum menyerah juga?" tanya wanita itu memberanikan diri menatap Hades.
"Aku tidak akan menyerah sampai aku mendapatkannya. Menjauhlah dari hidupku! karena aku tidak ingin dia salah paham seperti di masa lalu." ujar Hades penuh penekanan. Tak ada nada suara ataupun aura Hades culun yang dikeluarkan pemuda itu. Hanya terdengar nada suara tegas dan penuh penekanan di suara bas pemuda itu.
"Kau masih Hades yang dulu...."Wanita itu menatap kepergian Hades, hingga menghilang dari penglihatannya.
Hades langsung melangkah menuju ruangan kelas, karena sebentar lagi mata kuliah matematika akan segera dimulai. Ia melihat banyak pasangan mata yang mengikuti langkahnya. Kecuali sepasang mata sayu dari seorang wanita. Wanita itu terlihat menatap kosong ke depan. Tidak ada raut wajah ceria ataupun bahagia seperti biasanya di wajah cantik itu.
Tak beberapa lama seorang dosen berjenis kelamin wanita menggunakan kacamata bulat, masuk ke dalam ruangan kelas. Dosen itu mulai mengabsen satu persatu mahasiswa dan mahasiswi yang masuk di mata kuliahnya.
"Bianca...."
"Bianca...." ulang dosen itu memanggil nama Bianca.
"Bianca!!" ulang dosen itu untuk ketiga kalinya.
Brak!!
"Iya, Bu?" tanya Bianca cukup terkejut mendengar suara pukulan meja.
"Keluar dari kelas saya sekarang juga!!" ketus dosen itu mengusir Bianca dari kelas mata kuliahnya. Ia benar-benar tidak suka dengan mahasiswa pemalas dan suka melamun di dalam kelas.
Bianca langsung keluar dari dalam kelas, ketika mendengar instruksi dari dosen itu. Ia tidak mungkin membantah perkataan dosen yang terkenal memiliki sifat judes dan bermulut pedes.
Tak beberapa lama setelah Bianca keluar Hades tiba-tiba mengangkat tangannya.
"Bu.... saya tiba-tiba memiliki urusan yang urgent dari kedua orang tua saya. Bolehkah saya izin satu hari ini menemani orang tua saya pergi ke rumah sakit.?" tanya Hades dengan suara lembut.
Wajah dosen itu langsung sumringah mendengar perkataan murid kesayangannya. Karena Hades merupakan murid paling pinter di kelasnya. Ia tidak segan-segan memuji prestasi Hades kepada dosen yang lain.
"Ibu ijinkan kamu melewatkan mata kuliah Ibu hari ini. Tapi dengan satu syarat.... Minggu depan akan ada olimpiade matematika. Ibu ingin kamu bergabung dengan tim yang akan ibu pilih." seru dosen wanita itu menatap Hades.
"Baik, Bu." sahut Hades dengan singkat. Di kampus pemuda itu bukanlah tipikal pria yang banyak bicara.
#
#
Tak beberapa lama, Hades tiba di depan pintu toilet kampus. Pemuda itu terkejut mendengar suara tangisan seseorang dari dalam toilet. Suara itu terdengar cukup familiar di telinganya.
Cklek
Bianca tiba-tiba keluar dari dalam toilet wanita setelah membasuh wajahnya. Ia keluar dari toilet, karena ingin cepat-cepat sampai di kediamannya. Bianca melewati Hades begitu saja, tanpa ada niat menyapanya seperti sebelumnya. Namun pertanyaan Hades menghentikan langkah Bianca.
"A-pa kamu baik-baik saja?" celetuk Hades memberanikan diri.
"Pertanyaan mu terlalu pribadi bagiku." seru Bianca dengan wajah datar. Bianca langsung meninggalkan Hades begitu saja.
Berada di dekat pria itu membuat luka di hatinya di masa lalu semakin terbuka lebar.
"Apa aku pernah berbuat salah? mengapa raut wajahnya tiba-tiba berubah datar seperti itu?" gumam Hades mengikuti langkah Bianca dari belakang.
Bianca melangkah menuju parkiran khusus untuk para anak donatur kampus. Ayah Bianca merupakan salah satu donatur tetap di kampus itu.
Tiba-tiba Hades sudah duduk di samping kursi pengemudi.
Bianca tentu saja terkejut melihat keberadaan
Hades.
"Kita tidak saling mengenal! turun dari mobilku! teruslah berpura-pura amnesia, sampai kau lelah!" ketus Bianca menatap lurus ke depan.
Hades tentu saja terkejut mendengar perkataan Bianca. Ia pura-pura tidak mengerti mendengar ucapan Bianca.
"Amnesia? sepertinya aku tidak hilang ingatan sama sekali. Mengapa kau berkata seperti itu?" tukas Hades pura-pura lugu.
Bianca mencengkram kuat setir kemudi melampiaskan rasa amarahnya.
"Turunlah dari mobilku!" ulang Bianca dengan tegas, sekaligus datar.
"Bianca.... aku--"
"Turun! aku bilang turun dari mobilku!!" sela Bianca menatap Hades dengan ekspresi marah.
Hades melepaskan kacamata bulat yang menghiasi kedua matanya. Ia memposisikan duduknya menghadap kearah Bianca, agar lebih leluasa mengobrol berdua.
"Syukurlah kau masih mengenaliku dengan penampilan seperti ini."
"Apa aku sudah berbuat salah?"
Hades benar-benar tidak tahu mengapa Bianca tiba-tiba berubah marah seperti itu.
Alih-alih menjawab pertanyaan Hades, Bianca malah mendorong tubuh Hades agar turun dari mobilnya.
"Turun! aku bilang turun!!"
Bianca berusaha mendorong Hades keluar dari mobil namun tidak bisa. Karena tubuh Hades benar-benar tinggi dan besar.
Hades langsung mengenggam kedua tangan Bianca.
"Hey! kau kenapa Bianca? apa aku sudah berbuat salah kepadamu? atau kau sedang datang bulan? dan mood mu sedang tidak baik?"tanya Hades beruntun. Entah mengapa, saat berada di dekat Bianca, sikap Hades tiba-tiba berubah menjadi cerewet seperti itu.
"Salahkan kepalamu itu kenapa tidak terbentur kuat sekali saja hingga kau amnesia!!"bentak Bianca dengan suara bergetar.
Entah mengapa tiba-tiba Hades membenturkan kepalanya ke atas dasbor mobil dengan kuat. Hingga darah segar mengalir dari dahi pemuda itu.
Bianca terkejut melihat darah segar mengalir dari dahi Hades. Ia tidak menyangka Hades akan menyakiti dirinya sendiri seperti dulu.
"Apa kau gila! mengapa kau melukai dirimu sendiri!!" bentak Bianca mencari P3-K di bawah dasbor mobilnya. Namun, raut cemas di wajah cantik itu tidak bisa berbohong. Terlihat jelas Bianca menghawatirkan keadaan Hades.
Hades tersenyum kecil melihat raut wajah khawatir Bianca. Hades juga tidak merasa sakit, saat pemuda itu melukai tubuhnya.
"Melihat raut wajah khawatir di wajah cantikmu membuat energi di tubuhku kembali penuh menjadi seratus persen."
Bianca tertegun mendengar perkataan Hades. Karena perkataan itu mengingatkannya dengan ucapan yang sama di masa lalu.
"Darah semakin mengalir deras dari dahimu. Kau bisa mengelapnya dengan kapas ini."
Bianca menyerahkan kotak P3-K kecil yang biasanya Bianca simpan di mobilnya untuk berjaga-jaga.
"Setelah itu, turunlah dari mobilku." tambah Bianca mengalihkan pandangannya keluar jendela.
Bukannya turun dari mobil Hades malah menurunkan jok mobil. Ia lalu menarik tangan Bianca dan mendudukkan Bianca di samping bangku pengemudi. Hades kemudian duduk di bangku pengemudi.
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat." ujar Hades menghidupkan mobil Bianca. Mobil Ferarri warna merah itu melaju meninggalkan parkiran kampus.
"Kau mau membawaku kemana?"
"Kau akan tahu setibanya disana."
Hades melirik sekilas kearah Bianca, lalu mengalihkan pandangannya menatap lurus ke depan.
Tak beberapa lama, mereka tiba di halaman mansion megah. Bianca tentu saja tidak asing dengan tempat itu.
"Mengapa kau membawaku kemari?" tanya Bianca dengan suara dingin.
...***Bersambung***...
"Aku hanya ingin membawa mu kesini dan bernostalgia! bukankah selama ini kau sudah mengetahui penyamaran ku."
Hades melepaskan penampilan culun yang menutupi wajah tampannya.
"Apa ini salah satu dari rencanamu?" tanya Bianca dengan suara dingin.
"Apa kau pikir aku tidak tahu, kalau kau melihatku bersamanya?"
Hades berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Apa kau sedang berusaha mengalihkan topik pembicaraan kita?"
"Bukankah kau yang sedang berusaha mengalihkan topik pembicaraan kita.... aku bertanya kepadamu.... apa kau cemburu melihat wanita itu mendekatiku? bukankah kau yang memilih pergi meninggalkan ku, setelah mengetahui jati dirimu."
Hades menatap dalam raut wajah Bianca.
"Aku--"
"Aku tidak ingin mendengar kalimat apapun yang terucap dari bibirmu." sela Hades tidak mau mendengar alasan Bianca.
"Mengapa kau kembali setelah empat tahun berlalu." tanya Bianca menatap lurus ke depan.
"Ini negara kelahiranku, apa salahnya aku kembali kesini. Lagian aku merupakan salah satu putra donatur tetap di kampus itu. Aku bebas melakukan apapun yang ku inginkan."
"Bagaimana dengannya? apa dia tumbuh dengan baik?" tanya Hades mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Bianca pura-pura tidak tahu arah pembicaraan Hades.
"Siapa maksud mu?" tanya Bianca menaikkan sebelah alisnya.
"Hah..... apa kau sedang berakting Bianca? apa kau sedang berpura-pura tidak tahu arah pembicaraan ku kemana? apa kau mau kita menambahnya lagi?"ucap Hades penuh peringatan. Ia benar-benar tidak suka dengan sikap arogan dan acuh Bianca.
"Apa tidak cukup apa yang kau lakukan empat tahun lalu padaku? apa tidak cukup kesakitan yang kau berikan kepadaku empat tahun lalu, Hades?"
Mata gadis itu berkaca-kaca menatap wajah Hades. Ia tidak menyangka kalau Tuhan akan mempertemukan mereka dalam keadaan yang berbeda.
"Bianca? Aku--"
"Hentikan, Hades! apa kau akan memberikan alasan yang sama?"
"Apa karena kau membenci keluargaku hingga kau menyakiti ku?"
"Apa karena aku anak selingkuh ayah mantan pacarmu dan menjebak ku sampai hamil.... lalu.... kau meninggalkanku sendiri?" tanya Bianca dengan suara bergetar.
"Apa dosa Papa ku harus ku tanggung juga?"
"Bianca.... aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya--"
"Hanya apa? hanya ingin melihatku menderita?" tanya Bianca tersenyum miris.
"Aku hanya minta satu Hades.... please leave me alone! Go away! tolong menghilang lah dari pandangan ku." pinta Bianca melangkah meninggalkan kediaman Hades.
Bianca tiba-tiba menghentikan langkahnya. Kedua tangannya tiba-tiba mengepal dan juga mata gadis itu terlihat terpejam. Terjatuh setetes air mata dari sudut matanya. Ia juga terlihat mengigit pelan sudut bibir merahnya sebelum mengucapkan sesuatu.
"Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang terjadi di hidupku. Terima kasih sudah menitipkan hal berharga yang kau miliki untukku. Aku akan merawatnya dengan baik. Dan aku juga akan menjaganya dengan nyawaku sendiri. Cukup dengan satu syarat.... menjauhlah dari hidup kami."
"Karena meskipun kau melakukan penyamaran yang sempurna. Tapi, hatiku akan tetap mengenali mu sebagai cinta pertamaku." sambung Bianca dalam hati menahan tangisnya.
Bianca menatap kosong jalan sepi yang Bianca lalui. Tak ada rasa takut dalam harinya melewati tempat itu. Yang ada di pikirannya saat itu hanya ingin segera bertemu dengan malaikat kecilnya.
Sementara Hades masih terpaku mendengar perkataan Bianca. Ia benar-benar tidak menyangka jika Bianca mengetahui segalanya.
"Hades!" panggil seorang wanita baru saja keluar dari dalam rumah.
Hades tentu saja terkejut mendengar suara familiar tersebut. Pemuda itu langsung membalikkan tubuhnya dan melihat siapa yang memanggilnya.
"Mama...." hanya kata itu yang terucap dari bibir seksinya.
"Hades! sayang...." panggil wanita itu mendekap tubuh putranya.
Hades dengan cepat melepaskan pelukan wanita itu.
"Untuk apa Anda datang ke sini?" tanya Hades dengan suara datar dan raut wajah dingin.
"Apa Mama salah datang mengunjungi putra Mama?" ujar wanita itu tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Apa urat malu Anda sudah putus nyonya? Setelah menelantarkan putra Anda dan pergi dengan pria yang lebih muda dari suami Anda!" ucap Hades dengan pedas.
Tentu saja muka wanita itu berubah menjadi merah padam. Ia benar-benar malu mendengar perkataan putranya. Apa lagi ada beberapa pelayan yang berlalu lalang di sekitar area mansion yang di tempati Hades.
"Apa kau lupa, kalau kau lahir dari rahim Mama? Mama yang sudah berjuang mati-matian melahirkan mu!" sarkas Mama Hades kepada Hades.
Hades tersenyum menyeringai mendengar perkataan Mama kandungnya. Namun tak beberapa lama senyum itu menghilang.
"Jika boleh memutar waktu.... aku tidak mau dilahirkan dari rahim wanita tak tahu malu seperti mu!" ketus Hades membalikkan tubuhnya masuk ke dalam mobil.
Sebelum masuk ke dalam mobil, Hades memperingatkan Mama nya agar segera pergi dari kediamannya.
"Jangan sampai aku melihat keberadaan mu di mansion ku saat aku pulang! kalau tidak.... kau akan tahu sendiri akibatnya!" ancam Hades melajukan mobilnya menjauh dari mansion miliknya.
"Andai kau tahu yang sebenarnya! kau tidak akan memperlakukan Mama seperti ini!" gumam wanita itu menitihkan air mata. Ia lalu pergi meninggalkan kediaman putranya.
#
#
Sementara di sisi lain
Bianca menangis sesenggukan di tengah jalan. Keringat dingin sebiji jagung terlihat membasahi pelipisnya. Hari semakin lama semakin gelap. Sudah lebih dua jam Bianca berjalan melalui jalan beraspal itu, namun gadis itu tak kunjung tiba di tempat keramaian. Mungkin karena wanita itu berjalan sangat pelan.
Bianca terlihat mulai putus asa dengan keadaan sekitarnya dan juga kondisinya. Ia benar-benar kesal dengan Hades yang membawanya tanpa mengantarnya kembali ke parkiran mobil kampus.
"Hades sialan! bajingan! pria buaya!" maki Bianca berteriak kencang.
"Apa kau tidak capek jalan kaki sejauh ini? sudah dua jam lebih kau berjalan kaki. Apa kau tidak membutuhkan tumpangan?"
Seorang pemuda tiba-tiba turun dari dalam mobil hitam yang dikemudikannya.
Bianca melengos begitu saja melewati pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Hades.
"Bianca! kau sekarang sudah menjadi seorang ibu! apa kau akan tetap bertingkat kekanakan-kanakan seperti ini?" celetuk Hades tiba-tiba membuat Bianca menghentikan langkahnya.
Bianca berusaha menahan gerumuh dihatinya.
"Aku tidak mau memiliki hutang budi kepada orang lain. Apa lagi memiliki hutang budi kepada pria brengsek seperti mu." ketus Bianca melanjutkan langkahnya.
"Jika bisa di putar waktu.... kira-kira apa yang kau harapkan Bianca?" tanya Hades tersenyum tulus.
"Aku berharap tidak pernah bertemu ataupun mengenalmu!" ujar Bianca tanpa membalikkan tubuhnya.
"Bagaimana jika harapanmu itu aku kabulkan? apa kau akan senang?"
Hades terlihat menarik napas dalam-dalam sebelum melakukan tindakan berbahaya yang bisa saja merenggut nyawa nya. Pemuda itu menatap lama punggung bergetar Bianca.
...***Bersambung***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!