Hai my reader....I am coming back. happy reading.
Di sebuah taman belakang dari sebuah rumah mewah yang merupakan salah satu aset kerajaan yang masih tertinggal dari keturunan para bangsawan di ujung Sumatera itu.
dua orang bocah sedang melakukan sebuah permainan yang baru kali ini mereka mainkan lantaran mereka berdua baru saja melihat sebuah peristiwa yang membuat keduanya ingin melakukan perbuatan sakral untuk orang orang dewasa itu.
"saya telima nikahnya Quini dengan mahal sandal jepit di bayal tunai". ucap seorang anak laki laki berusia delapan tahun kepada seorang perempuan yang berusia lima tahun.
"kok sandal jepit sih. aku maunya kan sepatu kaca". protes seorang bocah cantik yang di panggil Quini.
"hayya.. owe ga punya sepatu kaca. owe cuma punya ini. hayya gimana sih ini dek quini". jawab bocah tampan bermata sipit yang di panggil kevin oleh ibunya.
quini kecil memanyunkan bibirnya lima centi seraya menatap kesal pada kevin. sementara Kevin mencoba membujuk quini kembali agar mau melanjutkan pernikahannya.
meskipun ini hanyalah sekedar permainan. akan tetapi bagi seorang Kevin seperti sudah keharusan untuk menuntaskan permainan nya. walau pun setelah ini mereka harus kembali ke keluarga nya masing masing.
"ahh jeyek. aku ga suka. yang lain aja". sahut quini sewot.
"hayya... tadi katanya mau sama sandal yang ini meskipun butut. Kan dek quini sendiri yang ajak ajak owe buat nikahin situ. Sekarang kenapa jadi begini terakhirnya?". Cetus Kevin kecewa sembari menatap sandal kecil yang lecek miliknya.
"ih kokoh ga acik. peyit. kacih candal pun candal butut. jeyek lagi. minimal kacih lah candal yang bagus lah. cebel kali lah. uhhhh" gerutu Quini dengan wajah yang sengaja di pasang cemberut.
sementara Kevin hanya bisa menggaruk garuk kan kepalanya yang sebenarnya tak gatal seraya berfikir bagaimana membujuk anak majikan nya yang sedang mengambek itu.
soalnya ia juga merasa takut jika akan di marahi oleh salah satu penjaga keamanan di sana jika melihat anak majikan mereka yang sedang mode mengambek. sudah pasti lah dirinya yang di omeli habis habisan lantaran tidak becus menjaga mood nya sang putri yang di kenal suka ngambek an itu jika ada sesuatu yang tak berkenan di hatinya.
"hayya deh Quin. udah dong dek Quin. jangan marah lagi lah. kokoh janji deh nanti kokoh bakalan kasih mahal yang cantik dan mantap untuk adek Quin seorang". bujuknya seraya menunjuk kan kelingking jari kecilnya ke arah bocah cantik itu.
si cantik Quini yang mendengar janjinya kevin akhirnya melirik ke arah jari kelingking dari anak laki laki yang sering nekat mengajaknya bermain keluar rumah lantaran sang putri sering mendapat larangan dari sang majikan, agar jangan bermain di luar rumah di karena kan takut mempengaruhi kecantikan kulit dari sang putri kecilnya yang harus di jaga dan di rawat dengan baik agar tetap terjaga dengan baik hingga sang putri dewasa dan bisa men dapat kan jodoh seorang bangsawan yang sama sama satu garis keturunan kerajaan juga.
Quini mendekat kan kelingking kecilnya untuk di kaitkan dengan anak laki laki yang bermata sipit itu. mereka berdua akhirnya saling melirik satu sama lain dengan kelingking yang terkait lalu tersenyum lebar satu sama lain dalam keadaan bahagia meskipun versi sangatlah biasa menurut orang dewasa.
"hayya jadi kita lanjut lagi ga permainan nya yang tadi. ?". tanya Kevin memastikan.
"iya mau. ayok kita lanjut lagi". sahut Quini yakin seraya mengajak anak laki laki itu ke sebuah meja kecil yang sudah di hias oleh mereka berdua sebagai tempat proses permainan akad akad nikahan mereka barusan.
"hehehe..tapi jangan ngambek lagi ya gara gara mahalnya sandal butut punya aku. nanti ga jadi jadi nikahnya". sahut Kevin dengan kekehan.
"iya. asal kokoh janji kasih aku sandal yang cantik suatu hari nanti. kalau kokoh punya duit". pinta Quini.
"iya deh..iya.. aku janji sama kamu. nanti kalau ama sama apa owe gajian dan owe di kasih uang jajan. owe belikan deh kamu sandal di pasal. ". ucap bocah yang berusia tujuh tahun itu yakin.
Quini tersenyum manis saat mendengar penuturan dari laki laki yang menjadi calon pengantin nya saat ini
Yang dayi sepatu kaca kayak celitanya cindelella". tukas Quini.
"iya..iya..nanti kita cayi kalau nanti bundanya kamu ajak Ama dan kita berdua ke pacal".
Quini semakin melebarkan senyumnya tatkala teringat jika sang bunda selalu mengajak mereka berdua jika di minggu pertama setiap bulannya.
"ayok kita lanjut lagi mainnya". ajak Quini sumringah.
"iya". sahut Kevin.
lalu keduanya duduk berdampingan di depan sebuah meja kecil yang telah mereka hias dengan aneka bunga yang berada di taman tersebut.
Kevin meletakkan tangan kanannya di atas meja dan berpura pura menyalami seorang penghulu yang akan menikah kan mereka saat ini. meskipun tak kasat mata. akan tetapi keduanya mulai berimajinasi masuk dalam dunia hayalan mereka pada sebuah acara akad yang suci.
Kevin mengucapkan janjinya kembali pada calon istri kecilnya yang juga ikut larut dalam suasana permainan sakral yang mereka cipta kan.
"saya telima nikahnya cut Quinita Maharani dengan sebuah sandal jepit di bayal tunai". ucap bocah laki laki yang keturunan Tionghoa itu dalam sekali ucap.
"cah". celetuk sang putri yang telah resmi jadi istri dari seorang bocah yang berusia dua tahun di atasnya.
" salaman dulu sini", ucap Quini seraya mengambil telapak tangan kokohnya dan meletakkan di atas dahinya yang terdapat banyk anak rambut itu.
"hehehe" Kevin hanya bisa terkekeh geli.
"cium dong koh istrinya" pinta Quini pada bocah laki laki yang sudah di anggap segala baginya seraya memonyongkan bibirnya.
"hah??. kamu ngawul ya?"tanya Kevin seraya mendorong bibirnya bocah cantik itu agar tetap tersenyum apa pun yang terjadi.
"loh tadi kan kita liat kakak kakak sama kokoh kokoh nya saling ciuman. maca kokoh ga tau. ciumnya di cini koh". titah bocah cantik yang berusia lima tahun itu menunjukkan pipi chubbynya.
"jangan ya dek Quin. ga boleh. nanti owe bisa kena marah sama bunda dan ayah dek Quini" tolak Kevin halus.
Quini kembali memajukan bibirnya lima centi ke depan seraya menatap sinis ke arah Kevin yang merasa tak enakan pada gadis kecilnya. akhirnya ia pun menuruti apa yang di pinta oleh bocah tersebut untuk membuat bocah itu mau tersenyum dan ceria lagi.
"ya udah cini owe cium dek quini. tapi cuma sebentar aja ya dan itu pun di sini". ujar Kevin seraya menunjukkan kening bocah cantik itu.
Quini tersenyum manis lalu menunduk kan sedikit kepalanya untuk mendapatkan satu kecupan yang akan di darat kan di dahinya oleh suami main mainnya.
Kevin mencoba mendekatkan dirinya ke arah kepala yang menunduk itu. jantung nya berdegup kencang saat harus di hadapi pada situasi canggung seperti ini. iya merasa ragu sekaligus takut hingga akhirnya ...
"bruuuk"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
hai readers novel baruku baru saja di entaskan. mohon dukungannya ya dengan memberikan like, vote, komen, dan juga rate serta giftnya. terimakasih...
Hai para pembaca, saya kembali lagi. Selamat membaca.
"Bruck!" Seorang pria tampan jatuh dari ranjang yang berukuran size king. Dia tersentak bangun setelah merasakan nyeri di kepalanya karena kepalanya terantuk pada ujung nakas yang terletak di sampingnya.
"Aish, sialan!" umpatnya seraya menatap wanita yang tertidur lelap di sampingnya, tanpa memperdulikan ia terjatuh.
Ia bangkit dari lantai dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya sejenak. Di depan cermin, ia tersenyum miris sembari memikirkan tentang mimpinya tadi.
"Quin," desisnya yang terasa hangat di hati nya.
Ia menundukkan pandangannya ketika teringat pada gadis kecilnya. Gadis yang pernah dinikahinya meskipun hanya sebuah lelucon. Tapi siapa yang tahu jika kenangan masa kecilnya melekat erat di sanubarinya, selalu terbayang pada senyum lugu dari sang putri raja yang cantik jelita.
Dentang jam dari gereja tua yang tak jauh dari hotel tempatnya menginap malam ini baru saja berbunyi empat kali. Itu artinya tak lama lagi adzan subuh bergema di seluruh masjid di kota ini.
Ia segera membersihkan tubuhnya dengan air hangat lalu keluar setelah merasa bersih tanpa ada sisa-sisa keringat atau pun cairan kenikmatan yang melekat di tubuh atletisnya.
Nada pengingat ponselnya berbunyi, mengingatkannya tentang jadwal penerbangannya kembali ke Singapura pagi ini.
Pria itu melirik ke wanita yang masih terlelap dengan tubuh telanjangnya yang ditutupi selimut. Ia menuliskan sejumlah nominal uang pada sebuah cek lalu meletakkannya di atas nakas di samping ranjang.
Setelah berpakaian rapi, ia segera keluar dari kamar yang memberinya kenikmatan luar biasa meskipun hanya semalam. Lalu, ia mengirim pesan pada sahabatnya yang masih terlelap dengan wanitanya.
"Aku duluan, dan terima kasih untuk malam ini."
Setelah pria itu meninggalkan seorang perempuan di hotel sendirian, tanpa sepengetahuan siapa pun jika Perempuan yang di tiduri olehnya itu tersentak bangun dari tidurnya yang hanya terlelap sejenak. ia merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya karena aktivitas **** mereka semalam.
Pria itu benar-benar haus akan ****. tiga kali mereka melakukannya pun pria itu masih belum puas sehingga ia harus terpaksa melayani satu kali lagi untuk tempo yang lama.
perempuan itu segera bangun dari tidurnya lalu menelisik setiap ruangan kamar hotel, bukti dari perbuatan memalukan yang telah ia lakukan semalam. Adzan subuh bergema samar-samar di sudut-sudut kota yang memberinya banyak ujian dan kesedihan dalam hidupnya.
mata wanita itu menangkap selembar cek dengan nominal angka yang fantastis. Kelopak matanya melebar karena ia belum pernah melihat jumlah sebesar itu yang di tujukan untuk dirinya selama ini. Tetapi setelah ia menyadari nominal tersebut dari hasil perbuatannya yang haram, ia hanya bisa tersenyum miris.
Tidak ingin terlarut dalam kesedihan yang tidak berujung, akhirnya ia memilih untuk melupakan kejadian semalam. Meskipun ia tidak tahu apakah ia mampu atau tidak menghapus kenangan buruk yang baru saja diciptakan oleh dirinya sendiri.
Perempuan itu keluar dari kamar hotel setelah memberitahu temannya bahwa ia akan pulang lebih awal. Ia berjalan kaki dan duduk di sebuah halte bus sambil memikir kan dosa yang baru saja dilakukannya ketika ia melihat cek yang dipegangnya.
Sebuah bus kota berhenti tepat di hadapan nya. Ia memilih duduk di dekat jendela, hanya ingin melihat suasana kota di pagi hari.
Saat bus berhenti di sebuah halte lain, dia melihat beberapa remaja sekolah dan juga anak-anak sekolah dasar naik ke bus yang sama. "Vin," panggil seorang siswa kepada seorang laki-laki yang berdiri tepat di depan nya.
Seketika itu juga perempuan yang berwajah cantik itu berusaha mencari nama yang disebutkan oleh siswa SMP tadi dan melihat wajah anak laki-laki berkulit oriental yang persis seperti pria yang telah menidurinya semalam. Ia melirik nama di seragam siswa tersebut.
Bukanlah wajah itu yang membuatnya teringat seseorang, melainkan nama yang selalu terbayang di benaknya. Sejenak ia teringat akan kisah masa kecilnya yang bahagia dengan seseorang yang selalu membuat hari-harinya menyenangkan, seseorang yang selalu ia ajak melakukan akad nikah di setiap momennya, seseorang yang selalu berusaha menetralisir mood-nya kala ia suka mengambek, dan seseorang yang memiliki rasa takut di dalam dirinya jika akan dimarahi oleh salah satu penjaga keamanan dan diomeli habis-habisan. Meski nantinya ia sendiri yang akan membela dan memarahi balik penjaga yang memarahi seseorang itu.
Ia suka mendengar janji seseorang itu dengan berakhirnya tautan jari kelingking di antara mereka, lalu melanjutkan kembali permainan mereka dengan ceria: berbenah bersama, menghias sebuah tempat bersama. Permainan yang paling ia sukai adalah impian semua perempuan ketika dewasa, sama seperti dirinya saat ini; ingin melepaskan kesuciannya dengan sukacita pada yang berhak memilikinya dengan cara yang sah melalui akad yang suci pastinya, bukan malah sebaliknya, seperti yang terjadi pada dirinya sekarang.
Sungguh sangat berbeda perlakuan para pria dewasa dengan seseorang yang pernah ia jumpai di masa lalunya. Kini ia hanya bisa tersenyum kecil dengan netra yang mulai mengkristal kala teringat bagaimana lugunya seseorang itu saat ia sendiri yang meminta untuk mencium dirinya setelah melakukan permainan akad nikahan mereka. Entah mengapa saat itu ia merasa tak keberatan jika seseorang itulah yang pertama mencium dirinya, meskipun hanya sebatas pipi atau pun keningnya.
Meskipun seseorang itu telah berulang kali menolak lantaran tak enak hati dan juga takut ketahuan, tetap saja dirinya ini selalu memaksa seseorang itu dengan kembali memajukan bibirnya lima centimeter ke depan, seraya menatap sinis ke arah seseorang yang merasa tak enakan pada dirinya.
Hingga akhirnya orang tersebut menuruti permintaannya untuk membuatnya agar tersenyum dan ceria lagi. Ia pun tersenyum manis lalu menundukkan sedikit kepalanya untuk menerima kecupan yang akan diberikan oleh suami main-mainnya di dahinya.
Ia tersenyum geli, membayangkan kembali kisah lucu dan lugu di masa lalunya. Lalu ia teringat bagaimana ia menunggu untuk dicium oleh orang tersebut. Ketika ia sedang menunggu kecupan hangat di dahinya, tiba-tiba...
"Hei, mau ngapain itu, hah?!"
...
Hai, pembaca. Novel baru saya baru saja selesai ditulis. Mohon dukungannya dengan memberikan like, vote, komentar, dan juga rating serta gift. Terima kasih.
Hai my reader....I am coming back. happy
reading.
Hei...mau ngapain itu hah!!!?.teriak seorang pria yang bekerja sebagai penjaga keamanan dalam rumah mewah tersebut.
penjaga keamanan dalam rumah mewah itu sengaja meneriaki Kevin yang nota bene adalah hanya anak dari seorang salah satu pembantu di rumah yang di jadikan istana kedua setelah istana pertamanya di jadikan sebagai gedung pertemuan untuk para pejabat penting di negara ini.
ia menghampiri Kevin dan bertanya pada bocah itu tentang kelakuan nya yang telah lancang mendekati tuan putri mereka.
"kamu barusan ngapain hah?!".tanyanya dengan nada mengintimidasi bocah laki laki itu.
"ga ada lakuin apa apa pak". sahut Kevin
"bohong". hardik penjaga keamanan tersebut.
"beneran pak". sahut Kevin.
"kamu mau cium dia kan?!". tuduh penjaga tersebut.
"hayya enggak pak enggak. owe mana belani cium cium adek Quini". jawabnya jujur yang memang pun belum sempat melakukan apa pun terhadap apa yang di minta oleh majikan nya tersebut.
"bohong kamu ya. saya liat sendiri kok kamu mau deketin dia. mau cium cium dia gitu". tuduh sang penjaga tersebut.
"saya adukan kamu sama ibu ya?!". ancam nya seraya pergi dari situ untuk mencari keberadaan sang nyonya.
"pak pak jangan pak. saya mohon. nanti saya di marahi oleh Ama dan apa saya pak". ucap Kevin memohon pada penjaga yang tak pernah sekalipun bersikap ramah padanya dan keluarga semenjak mereka masuk ke rumah mewah ini.
"pak Arman!!". pekik Quini lantang yang sedari tadi berdiam diri seraya memperhatikan sikap penjaga keamanan rumah nya pada teman dekat satu satunya di istana ini.
"iya nyak Quini". sahut pria paruh baya yang di panggil Arman itu.
"jangan ngadu ngadu sama bunda ya. Quini cuma main main sama koh Kevin. jadi jangan bilang bilang sama siapa pun". ucap Quini.
"aku sama koh Kevin cuma main-main. ganggu aja bapak ini lah. ayok koh kita main nya ke tempat yang lain aja". ajak Quini seraya menggandeng tangannya Kevin.
akhirnya kedua bocah itu meninggalkan Arman sendirian dalam kebimbangan. meski pun Quini tau jika pengawal yang satu itu akan tetap mengikuti mereka kemana pun mereka pergi.
karena pengawal istana yang bernama Arman itu telah di amanah kan untuk menjaga keamanan rumah dan juga di tugaskan untuk mengawasi dirinya agar tidak terlalu dekat dekat dengan anak pembantu yang masih terhitung baru meskipun sudah lebih dari setahun bekerja dan mengabdi di keluarga kerajaan.
Quini tau jika pak Arman tak ingin di salahkan atas kelalaian dalam bertugas pria paruh baya itu selalu melaporkan atas setiap kejadian dan tindakan serta polah tingkah dari mereka berdua kepada kedua orangtuanya khususnya sang ayah.
begitulah sehari harinya dan juga seterusnya bahkan tahun berganti pun tugas yang di berikan oleh keluarga kerajaan pada pak Arman tetap di embannya dengan tanggung jawab bahkan seiring waktu berlalu. mereka yang dulunya dua bocah telah menjelma menjadi sepasang remaja belia di usianya yang baru saja memasuki belasan tahun itu.
semakin mereka beranjak dewasa maka semakin besar juga tanggung jawabnya pak Arman dalam mengawasi mereka walaupun terkadang Quini merasa kesal pada orang tua itu karena sampai harus mengawasi mereka berdua hingga ke sekolah.
padahal Quini pribadi sengaja memilih satu sekolah dengan Kevin agar bisa bersama sama dengan anak lelaki itu. tapi kenyataan nya sama saja seperti berada di istana.
Arman yang di tugaskan sebagai pengawas khusus bagi keduanya dan di minta oleh keluarga kerajaan agar menjaga jarak antara Quini dan Kevin meskipun hubungan yang terjalin masih di lihat sebagai hubungan persahabatan.
bahkan Quini sendiri pun merasa tak enak hati pada kedua orang tua Kevin yang pernah membicarakan hal ini saat dirinya berkunjung ke rumah Kevin. tanpa sengaja ia pun mendengar keluhan orang tuanya Kevin.
Meylin sang ibunya Kevin yang merasa ter - singgung atas apa yang di lakukan keluarga kerajaan pada anak semata wayangnya hanya bisa pasrah dan berserah pada sang maha kuasa atas nasib yang di terima nya. ia hanya bisa berkeluh pada suaminya mengenai hal ini.
"sabarlah Amma. ini Appa juga lagi berusaha mencari informasi mengenai saudara saudara kita yang lainnya. mana tau Appa bisa minta tolong sama mereka untuk pinjami Appa modal lagi untuk kita bisa buka usaha kembali Amma??". ujarnya untuk menenang kan sang istri.
"kasian Kevin Appa. kayak buronan aja di ikuti kemana mana saja oleh si penjaga itu. dari mereka kecil sampai mereka remaja. owe ga sukak lah Appa. kayak anak kita ini mau merawanin anak gadisnya aja". keluh Meylin pelan bernada kesal.
"huss..Amma jangan ngomong begitu. di dengar yang lain nanti. bisa gawat". tegur suaminya.
"ngenes Appa. bertahun tahun kita melayani mereka dengan baik. tapi mereka masih menganggap kita orang lain. apa segitu hina nya kita di mata mereka hanya karena dulu nya kita memohon pekerjaan dan tempat tinggal sama mereka". keluh Meylin.
"huss Amma. cukup. jangan lagi Amma berucap begitu. bersyukur Amma. mungkin memang seperti itu tabiat nya keluarga kerajaan. mereka bersikap hati hati dan juga waspada". sang suami mengingat kan sang istri.
"seandainya dulu perkampungan kita tidak terbakar. pastilah kita menjadi orang yang di pandang oleh keluarga kerajaan karena kita memiliki kekayaan yang hampir sama dengan teman-teman nya keluarga kerajaan ini kan ?". ucap Meylin bernada sendu.
seketika ia mengenang beberapa tahun silam saat mereka memiliki rumah dan beberapa toko sebelum musibah kebakaran terjadi di perkampungan itu.
"Amma jangan begitu ya. Appa lagi berusaha untuk bangkit kembali. kita kumpulkan uang bersama sama di sini. agar kelak kita bisa keluar dari sini". tutur si Appa.
Meylin bergeming menanggapi pernyataan sang suami yang selalu di lontarkan dengan pengharapan yang sama. meskipun entah sampai kapan ia harus mendengar kan kalimat yang itu itu lagi setiap waktu ke waktu.
tak ingin di katakan menguping pembicaraan orang tua akhirnya gadis itu lebih memilih memutari rumah dinas tersebut menuju jendela kamarnya Kevin dan kembali ia mendapati Kevin tengah menguping di balik pintu. dan ia pun hanya menatap serta mendengar semua keluhan keluarga itu.
ia melihat Kevin hanya tertunduk sendu memikirkan nasib kehidupan keluarganya yang tak pernah di anggap oleh keluarganya. sungguh Quini merasa tak enak hati pada temannya itu. ia pernah meminta pada bunda nya agar Kevin saja yang menjadi pengawal pribadinya. bundanya tak keberatan soal itu.
akan tetapi tetap saja pengawalan dan pengawasan terbesar bahkan terketat ada pada pengawal dari titahnya keluarga kerajaan terhadap mereka berdua.
***
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
hai readers novel baruku baru saja di entaskan. mohon dukungannya ya dengan memberikan like, vote, komen, dan juga rate serta giftnya. terimakasih ya readers...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!