NovelToon NovelToon

HAIKAL MAU PULANG

Haikal

Haikal (15 thn)

Haikal sejak lahir telah didiagnosis menderita autisme meski begitu dia tetap anak yang periang. Hidup Haikal selalu bergantung pada obat karena tubuhnya yang lemah dia sering sakit dan harus keluar masuk rumah sakit.

Haikal terlahir dari keluarga sederhana dan punya seorang kakak perempuan bernama Winda. Ibu Haikal tidak bisa menerima keadaan putranya yang berbeda dari anak lain sehingga dia sangat membenci Haikal, ayah Haikal bekerja sebagai penjual ikan dipasar dan kakak Haikal saat ini sedang berkuliah dan perlu biaya besar.

Haikal memiliki wajah imut, senyuman manis, dan suara yang lembut membuat banyak orang gemas padanya. Hari ini tidak seperti biasanya Haikal tidak ikut dengan sang ayah berdagang dipasar karena dia sedang tidak enak badan.

''ibu Kala laper''. Haikal

''Ibu lagi gak ada lagi nyusulin bapak ke pasar". Sahut Winda sinis, dengan raut wajah murung Haikal duduk didepan pintu dapur dia memang belum makan sejak pagi, ibu dan kakaknya bahkan tidak membiarkan dia makan.

''kakak Kala laper". Haikal kembali berucap lirih sambil memegangi perutnya yang mulai sakit karena menahan lapar.

''Woy cacat udah berapa kali gue bilang jangan panggil gue kakak! gue jijik punya adek kayak lo udah cacat penyakitan lagi!" Winda membentak Haikal yang polos, Haikal tidak begitu mengerti apa maksud ucapan sang kakak tapi yang dia tau saat ini kakaknya sedang marah.

Haikal kemudian beranjak dan mengambil segelas air putih. "Kala minum aja deh nanti pasti kenyang, ntar kalo bapak udah pulang Kala minta bapak bikinin nasi goreng'' dengan polosnya anak itu tersenyum dan meminum segelas air putih yang dia pegang.

Setelah minum Haikal pergi ke dalam kamar dan memeluk boneka kesayangannya sambil menatap keluar jendela. "Uni (nama boneka kesayangan Haikal) kenapa ibu sama kakak gak sayang sama Kala? emangnya Kala salah apa? Kala yang nakal atau memang ibu sama kakak gak suka punya Kala?" Dalam keheningan itu Haikal hanya bisa duduk merenung.

Sementara itu dipasar dagangan ayah Haikal yaitu pak Niko tidak terjual banyak karrna pasar hari ini sangat sepi.

"Bu tadi Kala sudah makan kan?" tanya Niko kepada Dewi Istrinya.

''belum" sahut Dewi sinis.

''kok belum?! kamu tau kan Kala itu gak boleh telat makan dia bisa sakit, kalau dia sakit Bapak belum ada uang untuk bawa dia ke rumah sakit. Minggu lalu saja bapak harus jual cincin kawin kita demi membayar biaya pengobatan kala". Niko

''Ya salah bapak sendiri lah dari awal ibu sudah bilang kita taruh saja anak itu dipanti tapi bapak tidak mau! sekarang sudah begini bapak mau salahin siapa?! ibu?!''. Dewi

Niko diam dia bergegas pulang tanpa memperdulikan sang istri yang memanggilnya. saat sampai dirumah Niko langsung mencari keberadaan putra kecilnya tapi Haikal sudah tertidur sambil memeluk bonekanya.

''Ya allah maafin bapak ya nak... kamu pasti laper ya sayang'' Niko berucap sambil mengusap kepala putra kecilnya itu. Haikal terbangun dan menatap Niko, seketika senyuman terukir diwajah polos anak itu.

''Yeay bapak pulang... pak Kala laper perut kala sakit pak, kala udah minum banyak air tapi kala masih laper". Haikal

''Iya sayang maafin bapak ya nak, kala tunggu sebentar ya bapak masak buat kala". Niko

''Pak... Kala mau nasi goreng". Ucap Haikal dengan senyuman polosnya.

Teman

Niko memasak nasi goreng untuk Haikal dengan nanar Niko menatap putranya yang sedang makan dengan lahap.

''bapak nasi gorengnya enak hehehe". Haikal

''iya kalau enak Kala habisin ya makan yang banyak habis itu minum obat'' Niko menatap putranya dengan mata berkaca kaca.

''pak kala mau minum". Haikal

''bapak ambilin ya nak" Niko mengambilkan segelas air untuk Haikal. setelah sang anak selesai makan Niko membuatkan dot untuk Haikal, karena autisme yang diderita Haikal dia memang berperilaku seperti anak berusia lima tahun tapi dia juga sangat cerdas dia sudah bisa membaca padahal dia tidak bersekolah.

Niko menemani Haikal kembali ke kamarnya Haikal menaruh kepalanya dipangkuan sang ayah sambil memegang botol dot berisi susu hangat buatan sang ayah.

"bapak Kala bingung kenapa ibu gak pernah sayang sama Kala?". Haikal

''ibu sayang kok sama Kala tapi ibu belum bisa aja mengungkapkan itu ke kala". Niko

"pak Kala pengen banget sekolah... kata kakak semua orang harus sekolah biar pinter, kala pengen pinter kaya kakak". Haikal

''Kala doa kan bapak punya banyak uang ya nak, kalau bapak punya banyak uang bapak janji akan sekolahin kala". Niko

"Pak kata kakak... kala cacat emangnya cacat itu apa sih pak?". Haikal dengan polosnya bertanya kepada sang ayah, Niko hanya diam dia tidak tau bagaimana cara untuk menjelaskan hal itu kepada Haikal.

"Udah sekarang Haikal bobo ya bapak mau ke pasar lagi nyusulin ibu". Niko

"kala ikut pak... dirumah kala kesepian gak ada teman, kala ikut bapak ya?" Haikal

''ya sudah ayo kita berangkat" Niko

Haikal ikut bersama ayahnya ke pasar dia membawa boneka kesayangannya dan tas berisi dot, botol air minum, dan bekal. saat sampai Haikal duduk dikursi yang disediakan sang ayah.

"Bapak ngapain sih bawa dia kesini bikin malu aja". Dewi

''Malu? dia anak kita bu kenapa harus malu? dia itu rezeky titipan dari Allah" Niko

"Rezeky buat bapak tapi musibah buat saya" Dewi marah dan pergi begitu saja, Haikal yang tidak tau apa apa bingung karena sang ibu tiba tiba pergi meninggalkan lapak dagangan mereka.

''Kala disini dulu ya nak bapak mau nyusulin ibu" Niko

Haikal hanya mengangguk pelan sambil memeluk bonekanya.

Saat sedang sibuk bermain tiba tiba ada pria yang menghampiri Haikal pria itu menggunakan setelan jas rapi dia juga dijaga oleh beberapa bodyguard.

Mahendra (30thn)

''Tuan kenapa tiba tiba ingin kepasar ini?" ucap salah seorang bodyguard itu.

"aku bosan saja" sahut Mahendra

"tuan mau beli ikan?" tanya Haikal dengan polosnya dan tatapan imutnya Mahendra terkekeh dia sangat gemas pada Haikal.

"memangnya kau jualan ikan apa adik kecil" tanya Mahendra dengan tersenyum.

"ikan nila, ikan kembung, ikan teri, ikan itu eum... kala tidak tau namanya" Haikal menunduk sedih dan malu karena tidak tau nama ikan itu.

''Hei jangan sedih... begini saja aku beli semua ikan ini bagaimana?" Mahendra berusaha menghibur Haikal yang bersedih.

"Tuan mau beli semuanya?" Haikal

''iya aku beli semuanya..." sahut pria itu lembut. Tak lama berselang Niko dan Dewi kembali mereka bingung melihat kehadiran pria itu.

"Maaf nama saya Mahendra... saya mau membeli semua ikan dagangan bapak dan ibu" ucap pria tadi yang ternyata bernama Mahendra.

"Tuan beli ikan sebanyak ini untuk apa?" Haikal.

*Plak!

tanpa banyak bicara Dewi menampar wajah Haikal dihadapan semua orang padahal anak itu hanya bertanya. Mahendra yang melihat itu refleks memeluk Haikal.

"Apa apaan anda?! menyakiti anak dibawah umur anda bisa saya penjarakan!" Mahendra.

"Kala salah ya bu?... maaf" Haikal memegangi pipinya yang terasa panas dan sakit.

"sakit ya? coba aku lihat hm" Mahendra memeriksa wajah Kala dan dia melihat dinding pipi bagian dalam Haikal terluka dan berdarah.

"tuan maaf istri saya sedang lelah dia hanya tidak sengaja melakukan itu pada putra kami" Niko

''Dek nama kamu siapa sayang?" Mahendra

"Haikal tapi lebih sering dipanggil Kala" sahut Haikal lirih.

"Kala besok jualan lagi kan?" Mahendra

''iya..." Haikal

''besok saya datang lagi dan beli ikan sama kala lagi, kala mau dibawain apa?" Mahendra

''Kala gak mau apa apa...'' Haikal

''kok gitu sih? saya tidak ada niat jahat kok sama Kamu saya seneng aja bisa ketemu kamu'' Mahendra

''kenapa kak? om kesepian juga ya sama seperti kala?" Haikal

mendengar itu Mahendra tersenyum dan memegang tangan Haikal.

"Eum... saya sedikit kesepian kala kamu tidk jadi teman saya?" Mahendra

''eum... Kala mau hehehe ini pertama kalinya Kala punya temen" Haikal

Mahendra mengusap lembut tangan Haikal.

''saya akan sering kesini buat bertemu kamu... sekarang kala bilang mau hm?" Mahendra

''kala cuma mau om sering sering dateng ya buat ketemu sama Kala... kala gak suka kesepian tapi kala gak punya temen semuanya ngejauhin kala kata mereka kala anak cacat" Haikal berucap dengan menunduk sedih dan meneteskan air mata.

''tuan maaf anak kami autisme" Niko

"memangnya kenapa kalau dia autisme? apa karena dia berbeda dia bisa diperlakukan tidak manusiawi? dia hanya anak anak... apa salahnya?" Mahendra.

Mahendra menghapus air mata Haikal dengan lembut dan memberikan sebuah kartu nama pada Haikal.

"Kala sayang... ini pegang ya kalau ada apa apa Kala minta tolong sama orang untuk hubungi nomor ini, ini nomor saya..." Mahendra.

"om orang hebat ya? disini tulisannya CEO... CEO itu apa om?" Haikal

"eum Kalau Haikal penasaran nanti saya jelasin, sekarang Haikal simpan dulu ya" Mahendra.

"pak ini ada uang lima juta untuk membayar semua ikan ini, saya beli semua tapi tolong langsung bawa Haikal pulang dan obati pipi nya" Mahendra

Seketika Dewi langsung mengambil uang itu dari Mahendra. anak buah Mahendra mengangkut ikan ikan itu dan Mahendra beserta anak buahnya pamit pergi. Haikal sangat senang karena akhirnya memiliki teman dia tidak perduli tentang uang dia hanya ingin berteman dan dekat dengan Mahendra.

''bapak kala punya temen... temen kala baik banget kan pak sampai beli ikan ikan kita" Haikal

"iya nak sekarang ayo pulang ikan kita udah habis" Niko

selama diperjalanan Mahendra hanya terus terbayang senyuman manis Haikal. dia teringat kepada ayah dan juga adiknya yang meninggal lima tahun lalu karen kecelakaan, adik Mahendra juga seorang anak autisme seperti Haikal saat itu Mahendra sedang berada diluar negeri untuk urusan pekerjaan dan saat dia kembali dia melihat ayah dan adik kesayangannya sudah tiada.

Mahendra sangat terpukul dan depresi setelah kematian adiknya. Hari ini karena bosan dikantor dia pergi ke pasar dan melihat Haikal anak manis yang ternyata juga penderita autisme sama seperti mendiang adiknya.

Siksa

Sepulangnya mereka Haikal kembali sibuk bermain dikamarnya dia menyimpan kartu nama Mahendra dengan sangat baik didalam laci kamarnya. Haikal duduk dilantai sambil memegang Uni boneka kesayangannya.

''bu uangnya jangan dihabiskan sisihkan untuk jaga jaga kalau kala sakit" Niko

''pak uang ini itu untuk bayar biaya kuliah Winda dan beli kebutuhan Winda, lihat dong pak anak kita ini perempuan dia perlu skincare, dia perlu baju bagus, kalau si cacat itu mau mati pun aku tidak perduli!" Dewi

''cukup! tega kamu bicara begitu tentang Kala dia itu juga anak kita" Niko

''Dia anak mu! bukan anakku! aku tidak sudi punya anak cacat dan penyakitan seperti dia!" Dewi.

Haikal mendengar pertengkaran orang tuanya dia hanya bisa menangis dalam diam. Meski dia tidak bisa mengerti semua inti percakapan mereka tapi Haikal tau bahwa dia adalah anak yang tidak diharapkan dan ibunya sangat membenci dia. Haikal perlahan mengintip dari celah pintu kamarnya.

''Udah ya pak pokoknya aku gak mau tau anak itu gak boleh sekolah!" Dewi

''kasihan dia bu dia juga ingin sekolah seperti anak lain" Niko

''Bapak lihat dong dia aja gak seperti anak lain! pokoknya aku gak setuju kalau dia sekolah, apa nanti kata orang pak anak cacat itu gak keluar rumah saja sudah jadi aib apa lagi kalau dia sekolah!" Dewi

''Dewi dia itu anak kita kenapa kamu tidak bisa terima itu?!" Niko

"karena dia cacat!"

*PYAR!

Dewi membanting gelas diatas meja sejetika Haikal ketakutan dan menutup telinga dengan kedua tangannya.

''hiks hiks hiks ibu sama bapak bertengkar lagi karena kala hiks hiks maaf kala minta maaf" Haikal terisak didalam kamar menyadari hal itu Niko langsung menghampiri sang anak.

''kala kenapa sayang? kala gak papa kan nak?" Niko

''bapak maafin kala hiks hiks kala minta maaf gara gara kala ibu marah hiks hiks" Haikal

"Kala sayang... kala anak baik kok nak" Niko membawa sang putra ke dalam pelukannya.

"ini bukan salah kamu nak... ini salah bapak yang gagal menjadi ayah yang baik untuk kala, kala jangan sedih sayang bapak akan berjuang untuk kala" Niko

"Maafin kala pak karena kala cacat hiks hiks maaf kala tidak sempurna seperti kakak hiks hiks maafin kala" Haikal

''suht... ini bukan salah kala, kala gak salah sayang" Niko menangis saat mendengar sang putra meminta maaf atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.

"bukan salah kala terlahir begini sayang kala itu anak istimewa, kala anak hebat" Niko

Niko membawa sang anak ke tempat tidurnya dan mengusap lembut wajah putra kecilnya. Haikal masih terisak tapi perlahan dia mulai terlelap.

Mahendra masih terus memikirkan Haikal entah kenapa tapi hatinya seakan terpaku kepada anak yang baru dia temui itu.

''Arif'' Mahendra

"iya tuan" Arif

"cari tau dimana rumah Haikal dan dimana dia sekolah, aku mau bertemu dia lagi" Mahendra

"baik tuan" Arif

Mahendra berjalan ke kamar kosong yang ada disamping kamarnya.

"pelayan... bersihkan kamar ini dan isi dengan perlengkapan tidur baru, taruh juga boneka, mainan baru, dan buku cerita disini" Mahendra

"baik tuan" pelayan.

Pagi ini seperti biasa Haikal membantu sang ayah untuk menyiapkan dagangan mereka didalam gerobak untuk dibawa ke pasar. Haikal tidak terlihat ceria seperti biasanya kejadian tadi malam masih melekat didalam ingatan anak polos itu. Haikal hanya diam pagi ini dia juga hanya makan sedikit dan lebih banyak melamun.

"kal mau ikut bapak ke pasar?" Niko

"enggak pak kala dirumah saja... kala tunggu bapak dirumah" Haikal

"Kala mau bapak bawakan apa nanti?" Niko

"gak usah pak..." Haikal

"kamu kenapa nak? kala sakit?" Niko

"enggak kok pak kala masuk dulu ya... bapak hati hati dijalan" Haikal masuk dan mencuci tangannya setelah membantu sang ayah menyusun ikan tadi.

"Bu aku titip kala" Niko

"Alah pak bentar lagi tu anak juga mati kenapa sih bapak pusingin?! mendingan bapak tu cari duit yang banyak buat kuliah winda" Dewi masuk ke dalam rumah. Niko sebenarnya khawatir pada anaknya tapi dia harus tetap pergi untuk mencari uang karena tuntutan kebutuhan.

"Eh cacat cuci piring! jangan males malesan doang!" Dewi

"iya bu" Haikal

Haikal mulai mencuci piring padahal Dewi juga tau Haikal tidak bisa melakukan pekerjaan tanpa pengawasan. Haikal menangis saat mencuci piring bukan karena dia tidak mau melakukan pekerjaan itu tapi hatinya sakit karena ibunya sendiri tidak pernah menyayangi dirinya.

*PYAR!

Haikal tidak sengaja menjatuhkan piring yang dia pegang hingga pecah. Dewi yang melihat itu sangat marah dia menarik tangan Haikal kasar.

''ibu ampun hiks hiks ampun bu" Haikal

"dasar cacat penyakitan! pembawa sial!" Dewi

*Bugh!

*Bugh

"Ibu ampun sakit hiks hiks sakit" Haikal

Dewi memukuli Haikal dengan kayu bakar berulang kali sampai Haikal terbaring lemas dilantai dapur. Haikal sudah lemas dan penuh luka tapi seakan tidak puas Dewi memaksa Haikal untuk bangun dan membawanya ke belakang rumah.

*Byur!

*Byur!

''ibu ampun hiks hiks sakit bu hiks hiks ampun ibu maaf!" Haikal menangis dan menjerit kesakitan saat dewi mengikat Haikal dibatang pohon belakang rumah dan menyiram Haikal dengan air menggunakan gayung.

Haikal yang sudah banyak terluka karena dipukul dengan kayu sebelumnya hanya bisa menjerit. Sakit dan perih itulah yang dirasakan Haikal saat ini.

"Ampun?! Kamu pikir dengan ampun dan maaf mu itu bisa membeli piring?! dasar sampah!" Dewi

*Dugh!

Dewi memukul kepala Haikal dengan kayu hingga kepala anak itu berdarah. Haikal pun diam dia tidak lagi menjerit ataupun menangis dia hanya diam bahkan tidak bergerak.

"Mati?! baguslah jadi gak ada lagi beban keluarga" Dewi

"HAIKAL!"

Dewi terkejut bukan main dan langsung melihat ke sumber suara ternyata itu adalah Mahendra yang datang bersama anak buahnya. Mahendra datang untuk menepati janjinya kepada Haikal untuk bertemu kembali.

Mahendra langsung melepaskan tali yang mengikat Haikal dan membawa anak itu dalam pelukannya.

"Haikal bangun nak... buka mata mu Haikal" Mahendra panik karena Haikal sangat pucat dan tubuhnya penuh dengan luka dan darah.

perlahan Haikal membuka matanya dan dia melihat Mahendra yang sedang memeluknya.

"om... kala salah" Haikal

"Kala kita ke rumah sakit ya... kala akan baik baik saja nak" Mahendra

"Om kala sakit..." Haikal

tanpa berpikir panjang Mahendra mengangkat tubuh mungil Haikal dengan hati hati dan membawanya ke rumah sakit. anak buah Mahendra mengabari Niko segera Niko menyusul ke rumah sakit disana sudah ada Dewi istrinya.

"Apa yang terjadi pada anak saya pak?" Niko

"istri anda ini sudah tidak waras dia menyiksa Haikal sampai membuat Haikal terluka parah! kalau kalian tidak mampu menjaganya berikan dia pada saya, dengan senang hati saya akan menjaga dan merawatnya tapi jangan sakiti dia seperti ini" Mahendra

Niko terdiam dia sadar jika istrinya ini memang tidak menyayangi anak Mereka. Niko hanya bisa menunduk penuh penyesalan.

*Ceklek

''dokter bagaimana keadaannya?" Mahendra

''luka luka ditubuh pasien sangat parah... saat ini pasien kritis jika malam ini pasien tidak bisa melewati masa kritisnya maaf kami tidak bisa berbuat apa apa lagi" Dokter

setelah Dokter pergi Niko sangat marah dia menampar wajah Dewi dan memaki istrinya itu. sedangkan Mahendra tidak bisa berkata apa apa lagi dia bingung harus berkata apa ini pertama kali dalam hidupnya dia menemui sosok ibu yang bahkan tega ingin membunuh anaknya sendiri.

"Pak Niko bisa kita bicara?" Mahendra

"iya pak" Niko

"apa sejak Kala kecil istri anda selalu memperlakukan dia dengan buruk?" Mahendra

"benar" Niko

Mahendra mengehela nafas berat.

"Saya ingin mengadopsi Haikal... apapun syarat yang bapak dan ibu ajukan saya setuju" tanpa basa basi Mahendra mengutarakan niatnya. Dewi tersenyum licik baginya ini kesempatan bagus untuk mendapatkan uang.

"Kamu boleh mengadopsi Haikal tapi kamu harus bayar lima miliar!" Dewi

"setuju tapi kalian harus menandatangani surat perjanjian yang isinya kalian menyerahkan hak asuh Haikal sepenuhnya kepada saya tanpa paksaan dan kalian tidak boleh menemui Haikal lagi" Mahendra.

"Aku tidak setuju!" Niko

"Kalau kamu gak setuju kita cerai!" Dewi

seketika Niko terdiam dia memang sangat mencintai istrinya itu sampai di takut jika diajak berpisah oleh sang istri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!