Di sebuah rumah sedang ada acara akad pernikahan antara dua orang yang saling mencintai satu sama lain.
Semua orang sudah berkumpul di sana, pihak mempelai laki-laki sudah berkumpul di rumah sang mempelai perempuan.
Penghulu dan para saksi pun sudah berkumpul dan sudah berada di tempatnya masing-masing.
"Bagaimana, sudah kumpul semua? Apa bisa kita mulai acaranya?" tanya Pak Penghulu pada keluarga.
"Bisa Pak, silahkan dimulai."
Mereka pun memulai acara itu dengan do'a.
"Baik, siap ya Mas Marcell," ucap Penghulu itu.
Marcell menganggukkan kepalanya dengan mantap, dirinya sudah yakin untuk menjalin rumah tangga dengan gadis pilihannya.
Penghulu itu meminta Ayah Chintya menjabat tangan Marcell lalu mulai menuntunnya mengucapkan kalimat ijab.
"Saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau saudara Marcell dengan anak saya Chintya bin Samuel dengan mas kawin perhiasan dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."
Samuel menghentakkan tangan Marcell setelah dirinya selesai mengucapkan kalimat ijab, kini tinggal Marcell menjawab kalimat ijab tersebut dengan kalimat kobul.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Chintya bin Samuel dengan mas kawinnya tersebut dibayar tunai," ucap Marcell dengan satu kali tarikan nafas.
"Bagaimana para saksi, sah?" ucap penghulu.
Beberapa saksi dari pihak laki-laki dan perempuan menganggukkan kepalanya seraya mengucapkan kata 'sah'.
Orang tua Marcell dan Chintya menarik nafas lega dan tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah," ucap mereka semua.
Chintya mencium punggung tangan Marcell dengan senyuman yang terus membingkai di wajahnya.
Terlihat kedua mempelai itu sangat bahagia di hari pernikahan mereka.
Setelah mencium punggung tangan suaminya, Chintya lanjut mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu kedua orang tua Marcell.
"Selamat ya sayang," ucap Arshinta ~ Ibunya Chintya.
Chintya tersenyum lalu memeluk Ibunya.
"Terimakasih, Bu."
"Sekarang kalian sudah menjadi suami istri. Marcell, Ayah titip Chintya ya tolong jaga dia dengan baik," ucap Samuel pada menantunya.
"Iya, Yah. Aku janji aku akan menjaga Chintya dengan baik dan aku akan membahagiakan dia semampuku," ucap Marcell.
"Sekarang kamu sudah menjadi suami, kamu harus lebih giat dan pandai membagi waktu kamu antara urusan pekerjaan dan istri kamu," ucap Daniel ~ Ayahnya Marcell.
"Iya Cekll, kamu harus menjadi suami yang bertanggungjawab pada istri kamu," sambung Merlyn ~ Ibunya Marcell.
"Iya Pa, Ma, aku akan menjadi suami yang baik untuk Chintya.
Setelah acara selesai mereka langsung pergi ke gedung tempat diadakannya acara resepsi pernikahan mereka!
Di hari bahagia itu waktu terasa berjalan begitu cepat hingga tak mereka sadari hari sudah mulai malam dan para tamu undangan pun sudah meninggalkan gedung itu.
"Akhirnya selesai sudah acara hari ini. Marcell, Chintya kalian istirahat di kamar yang sudah disiapkan ya. Kita semua akan tidur di hotel ini karena gak mungkin kita pulang se_larut ini," ucap Merlyn.
Tanpa penolakan, Marcell dan Chintya pun langsung pergi menuju kamar hotelnya.
"Kamu duluan ya sayang, aku terima telpon dulu," ucap Marcell setelah setengah perjalanan menuju kamar mereka.
Chintya tersenyum lalu mengangguk pelan. Chintya pun langsung melanjutkan langkahnya menuju kamarnya!
Baru Chintya akan membuka pintu kamarnya dia dihentikan oleh seseorang.
Chintya menatap orang yang mencegahnya membuka pintu itu dan betapa terkejutnya dia saat tahu orang itu adalah Kevin, mantan kekasihnya.
"Kevin!"
"Hai sayang, aku kangen banget sama kamu," ucap Kevin sembari membelai pipi Chintya.
Chintya menepis tangan Kevin lalu segera membuka pintu kamarnya namun sebelum Chintya berhasil masuk ke dalam kamarnya. Kevin membekap mulut dan hidung Chintya dengan saputangan yang sudah dibubuhi obat bius.
Chintya mencoba berteriak tapi beberapa detik kemudian dia pingsan. Obat bius yang dihirupnya bekerja dengan cepat di tubuhnya.
Setelah Chintya tak sadarkan diri, Kevin memangku tubuh Chintya dan membawanya keluar lewat jalur belakang agar keluarga Chintya dan Marcell tidak mengetahuinya.
Kevin yang mengenakan pakaian cleaning servis pun tak mendapatkan kendala apa pun saat membawa Chintya yang pingsan. Semua orang yang melihatnya menganggap kalau petugas kebersihan itu sedang membantu pelanggan hotel yang sedang membutuhkan pertolongan.
Tubuh Chintya yang ditutupi selimut tak membuat mereka curiga karena pakaian pengantinnya tertutup oleh selimut itu.
––––– –––––
Setelah hampir setengah jam, Marcell baru selesai menerima telpon dari partner bisnisnya, dia pun segera berjalan menuju kamarnya dengan senyuman yang tak pernah pudar dari bibirnya!
Setibanya di dalam kamarnya, Marcell tak mendapati Chintya dia sana, dirinya berpikir bahwa istrinya itu sedang berada di dalam kamar mandi.
Marcell pun merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya untuk menunggu giliran. Setelah seharian melaksanakan resepsi pernikahannya, Marcell merasa gerah dan ingin mandi untuk menyegarkan dirinya lagi.
Setelah menunggu beberapa saat, Marcell tak mendengar suara deburan air ataupun tetesan air dari shower. Merasa penasaran, Marcell pun melangkah mendekati pintu kamar mandi lalu mengetuk nya!
"Chintya! Sayang, kamu didalam kan?" ucapnya sembari mengetuk pintu kamar mandi.
Tak ada jawaban dari dalam kamar mandi, Marcell pun membuka pintu kamar mandi dan dirinya terkejut karena tidak mendapati istrinya di dalam sana.
"Chintya! Chintya kamu dimana?" Marcell segera keluar dari kamarnya dan kembali ke tempat tadi mereka melangsungkan resepsi pernikahannya.
Mungkin Chintya ke sana lagi karena bosan terlalu lama menunggu dirinya!
**********
"Awh pusing banget," lirih Chintya sembari memegangi kepalanya.
Chintya baru tersadar dari pingsannya, dia membuka matanya dan mendapati dirinya sudah berada didalam suatu ruangan tertutup yang tak dikenalnya.
"Dimana aku?" gumam Chintya sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Kamu sudah sadar sayang," ucap Kevin yang sedang duduk di sofa yang letaknya dibelakang Chintya.
Chintya menoleh ke belakang dan langsung mendapati sosok Kevin di sana yang sedang duduk dan tersenyum manis padanya.
"Kevin, kamu ngapain di sini?" Chintya berdiri dan mundur beberapa langkah untuk menjauhi Kevin.
"Mau kemana sayang, sini dong kita kan pacaran. Oh ya semoga kamu betah di rumahku, rumah kita."
"Kevin, aku sudah menikah tolong biarkan aku pergi. Aku ingin kembali pada suamiku."
"Gak ada yang boleh memiliki kamu selain aku."
Chintya semakin ketakutan karena Kevin yang terus berjalan mendekatinya.
**********
"Ma, Pa, Chintya kemana?" tanya Marcell pada kedua orang tuanya yang masih ngobrol di sana.
Teman dekat Daniel dan Merlyn memang belum pulang dari sana, mereka sedang berbincang hangat setelah lama tidak bertemu.
"Gak ada sayang, bukannya tadi Chintya sudah ke kamar sama kamu?" ucap Merlyn.
"Iya tadi sama aku tapi berpisah karena aku harus menerima telpon dari teman bisnis."
"Mungkin ke kamar orang tuanya, coba kamu cari dia ke sana."
"Oh iya, kalau gitu aku pergi dulu ya Ma, Pa."
Marcell pun segera menuju kamar mertuanya untuk mencari istrinya!
Bersambung
"Chintya gak ada dimana-mana. Orang tuanya juga tidak tahu Chintya kemana," ucap Marcell pada orang tuanya.
"Astaga, cepat cari Chintya! Jangan sampai dia hilang."
Marcell segera menghubungi staf keamanan di sana agar mereka menutup pintu keluar dari sana mungkin saja Chintya masih berada di area hotel tersebut.
"Astaghfirullah, dimana anakku? Tolong temukan dia," ucap Arshinta ~ Ibunya Chintya.
Tak lama ponsel Samuel berdering.
Samuel langsung melihat layar ponselnya dan nomor tak dikenal yang menelponnya.
[Halo, siapa ini?] tanya Samuel setelah menerima telponnya.
[Besok datang ke alamat xxx dan bawa penghulu untuk menikahkan aku dengan anak Anda. Jangan coba lapor polisi, jangan membawa orang lain selain Anda dan pak penghulu jika Anda berani membawa orang lain atau polisi maka Chintya tidak akan selamat.] ucap si penelpon.
[Tapi anak saya sudah menikah. Halo! Halo!]
Belum sempat Samuel menyelesaikan perkataannya, penelpon misterius itu menutup telponnya.
Samuel dan keluarganya tak bisa menghubungi orang itu lagi karena dia menelpon dengan nomor privat.
"Ada apa Pak?" tanya Daniel ~ Ayahnya Marcell.
"Ada yang sengaja menculik Chintya. Dia ingin menikahi Chintya besok."
"Apa! Tapi bagaimana bisa? Ayah ayo kita lapor polisi." Arshinta mulai panik saat tanu putrinya diculik.
"Tidak bisa Bu, dia mengancam akan membunuh Chintya jika kita melaporkan ini pada polisi."
"Ada apa ini?" tanya Marcell yang baru tiba setelah menemui petugas keamanan di hotel tersebut.
"Ada orang yang menculik Chintya dan ingin menikahinya besok," ucap Samuel.
"Apa! Tapi Chintya sudah menjadi istriku."
"Semua belum terlambat, kita pikirkan dulu cara untuk merebut Chintya kembali," ucap Daniel.
**********
Di kamar Kevin.
Kevin masih duduk di sifa yang ada di samping tempat tidurnya dengan mata yang terus menatap Chintya yang dari tadi terus saja menangis.
"Tolong lepaskan aku, Vin. Kasihanilah aku, orang tuaku pasti sedih saat ini," lirih Chintya.
"Chintya sayang, aku harap kamu mengerti dengan perasaan ku ini. Aku cinta sama kamu, aku sangat mencintai kamu."
"Tapi aku sudah menikah Vin, kamu tidak bisa memiliki aku lagi seperti dulu lagipula kalau kamu memang cinta sama aku, kenapa dulu kamu meninggalkan aku demi wanita lain."
"Karena aku gak tahu kalau wanita itu ternyata hanya mengincar hartaku saja. Aku sadar kalau kamu adalah wanita yang paling tepat untuk menjadi istriku."
"Gila kamu Vin, gila. Aku sudah menikah dengan Marcell."
"Marcell, Marcell, Marcell terus. Bisa gak kamu jangan sebut nama dia didepan aku! Aku gak suka kamu menyebutkan nama laki-laki lain dihadapan aku."
Kevin berteriak sehingga Chintya terperanjat dan ketakutan.
Chintya benar-benar tak menyangka, Kevin yang dulunya sangat lembut dan penyayang bisa melakukan hal kejahatan itu padanya.
Selama berpacaran dengannya, Kevin memang tak pernah berbuat kasar padanya, adanya orang ketiga yang membuat hubungan percintaan mereka kandas ditengah jalan.
Seiring berjalannya waktu, Chintya bertemu dengan Marcell dan Marcell berhasil menyembuhkan luka hati yang ditorehkan oleh Kevin hingga akhirnya Chintya bisa menjalin hubungan percintaan lagi dengan Marcell dan akhirnya mereka berhasil membawa hubungan itu ke jenjang pernikahan.
Namun, tak disangka pernikahan mereka harus diwarnai dengan tragedi mengerikan yang mengharuskan mereka berpisah karena ulah Kevin yang tiba-tiba datang dan menculiknya.
**********
"Asash! Kurangajar kamu Kevin. Aku tahu pasti kamu yang menculik Chintya." Marcell memukul tembok sempat mengumpat kesal.
"Kak Marcell sabar sedikit, kita pasti menemukan kak Chintya," ucap Julius ~ adiknya Marcell.
"Kamu bersedia membantu kakak?"
"Tentu saja. Ayo kita lakukan sesuatu yang membuat laki-laki kurangajar itu menyesal."
"Kalau gitu ayo kita cari mereka."
Julius mengangguk lalu meraih kunci mobilnya yang terletak di atas meja!
Mereka berjalan cepat keluar dari hotel itu!
"Marcell, Julius kalian mau kemana?" tanya Merlyne.
"Kita mau cari Chintya."
Marcell dan Julius terus berjalan tanpa menghentikan langkahnya.
"Tunggu dulu Nak," ucap Samuel.
Mereka berdua menghentikan langkahnya lalu menatap Samuel.
"Ada apa Pa?" tanya Marcell.
"Tadi si penelepon itu menyuruh Papa datang ke alamat xxx bersama dengan seorang penghulu. Mungkin saja sekarang dia berada di sana."
"Ayo kak, kita ke sana sekarang."
"Kalian hati-hati ya," ucap Arshinta.
"Doakan semoga kami berhasil."
Marcell dan Julius pun kembali melanjutkan langkahnya. Mereka akan mendatangi alamat yang diberikan oleh Samuel!
Arshinta dan keluarganya begitu terpukul dengan kejadian yang menimpa putrinya.
*******
"Kayaknya ini alamat yang benar sesuai yang diberitahu oleh Ayahnya kak Chintya," ucap Julius.
"Coba parkir deh. Kita coba masuk dengan diam-diam, semoga saja Chintya benar-benar ada di dalam," ucap Marcell.
Julius memarkirkan mobilnya di tempat yang sedikit jauh dari rumah itu agar tak menimbulkan kecurigaan.
Mereka pun segera turun dari mobilnya lalu berjalan menghampiri rumah itu!
"Lampu depannya mati, apa mungkin rumah ini ada penghuninya?" ucap Julius.
"Kakak gak yakin. Coba kamu ke sebelah sana dan kakak akan mencari jalan masuk lewat sini."
"Oke kak. Hati-hati kak."
"Iya, kamu juga."
Ditengah kegelapan, Marcell dan Julius mencari jalan masuk ke dalam rumah itu untuk mencari Chintya!
Setelah berusaha mencari jalan masuk akhirnya Marcell menemukan sebuah jendela yang kebetulan tidak dikunci, dia pun langsung masuk ke dalam rumah itu dengan mengendap-endap.
Di sisi lain, Julius belum menemukan jalan masuk hingga sampai saat ini dirinya masih berada di luar rumah itu.
Didalam rumah.
Marcell memeriksa satu-persatu ruangan yang ada di dalam sana namun tak menemukan Chintya ataupun orang lain yang menghuni rumah itu.
"Rumah ini kosong, sepertinya dia sudah membohongi ayahnya Chintya," ucap Marcell didalam hatinya.
Marcell langsung keluar lagi dari rumah itu karena tak mendapati apa yang dia cari!
"Dimana kamu Chintya? Aku gak rela jika kamu gak kembali sama aku."
"Kakak udah dari dalam?"
"Rumah ini kosong. Chintya gak ada di dalam dan gak ada orang yang menghuni rumah ini."
"Sepertinya ada yang sedang mempermainkan kita."
*******
"Pergi-pergi kamu Vin, jangan dekati aku!" teriak Chintya.
"Aku hanya ingin memandang calon istriku dari dekat. Kenapa kamu ketakutan seperti ini sayang? Tenang saja aku tidak akan menyakiti kamu justru setelah kita menikah besok, aku akan memberimu kenikmatan yang tidak pernah kamu temukan sebelumnya," ucap Kevin.
"Kamu benar-benar gila Vin, aku sudah menikah!"
"Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus menjadi milikku."
Kevin terus menatap Chintya yang belum berhenti menangis itu.
"Sayang jangan nangis terus. Oke, aku pergi asalkan kamu istirahat ya. Aku keluar nih!" Kevin berjalan mundur untuk sampai pada pintu kamar itu.
Rasanya sedetikpun Kevin tak ingin berhenti mengawasi Chintya meski dirinya tahu Chintya tidak akan bisa kabur dari rumahnya itu.
Bersambung
Saat orang tua Chintya sedang sibuk menyusun rencana untuk membebaskan Chintya dari Kevin tiba-tiba ponsel Samuel berdering, Samuel pun langsung menerima telpon dari nomor tak dikenal itu.
[Cepat datang bersama seorang penghulu kalau Ayah masih mau putri Ayah hidup.] seseorang yang menelpon itu pun langsung mengancam Samuel.
[I_iya, saya akan segera ke sana. Ini saya sedang menunggu penghulunya datang.] Dengan penuh ketakutan dan kekhawatiran, Samuel mencoba bicara dengan orang yang menculik Chintya.
[Saya tunggu Ayah mertua, ingat jangan sampai Anda membawa siapa pun bersama Anda terkecuali penghulu.]
[Iya, iya saya mengerti.]
[Jangan macam-macam jika Anda ingin Chintya tetap hidup. Datang ke alamat baru xxx.] Kevin memberi alamat baru karena alamat yang kemarin dia berikut adalah alamat palsu.
Semua dia lakukan semata untuk menipu mereka yang ingin menyelamatkan Chintya dan merebut Chintya darinya.
[Baik. Baik saya akan datang tolong jangan apa-apakan anak saya.]
Kevin langsung mematikan telponnya secara sepihak tanpa mendengarkan pendapat Samuel terlebih dahulu.
"Bagaimana ini Yah?" tanya Arshinta yang sedari tadi merasa khawatir.
"Ibu tenang saja, Ayah akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan anak kita," ucap Samuel mencoba menenangkan sang istri.
Semua orang tua pastinya mengkhawatirkan anaknya apalagi tahu bahwa anak mereka sedang dalam bahaya. Seperti yang kini dirasakan oleh Arshinta dan Samuel, mereka kini tengah merasakan ketakutan dan kekhawatiran yang teramat besar pada sang anak.
*******
"Kakak siap?" tanya Julius yang sedari kemarin bersemangat untuk membantu menyelamatkan Chintya.
"Oke, ayo kita selamatkan istriku."
Julius mengangguk lalu masuk ke mobilnya!
"Ayahnya Chintya pasti sudah siap untuk berangkat ke sana."
"Aku tahu kak, kita akan mengikutinya dari kejauhan. Aku sudah memasang GPS di mobilnya jadi kita akan tahu kemana mereka pergi meski kita tidak mengikutinya dari dekat," jelas Julius.
"Kamu memang bisa diandalkan. Terimakasih."
"Aku ini salah satu murid di sekolah militer, aku harus cepat tanggap dan tepat sasaran."
Marcell tersenyum kecil lalu kembali fokus pada jalan yang sedang mereka lewati.
"Mobil Ayahnya kak Chintya sudah bergerak ke arah barat kak. Kita akan mulai mengikutinya dari sini."
"Lakukan apa yang menurutmu benar, Kakak tahu kamu pasti melakukan yang terbaik."
Kakak beradik itu bekerja sama untuk menyelamatkan Chintya dari Kevin.
Mereka terus mengikuti mobil Samuel dari kejauhan!
*******
Di rumah Kevin.
Chintya sudah duduk di kursi yang sudah Kevin siapkan.
Saat itu Chintya masih menggunakan pakaian pengantinnya, meski Kevin sudah menyekapnya selama semalaman tapi rupanya laki-laki itu belum berani menyentuh Chintya.
Chintya menangis sembari terus berusaha melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya.
"Kevin lepaskan aku. Kevin! Kevin lepaskan aku, aku mohon," ucap Chintya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Kevin tersenyum devil dan hanya menatap Chintya yang terus menangis sambil memohon untuk dilepaskan olehnya.
"Vin aku mohon lepaskan aku."
"Aku pasti akan melepaskan kamu Chintya sayang tapi itu nanti setelah kita resmi menikah," ucap Kevin.
Tok!
Tok!
Tok!
Baru Kevin akan membelai pipi Chintya tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu rumahnya.
"Itu pasti ayahmu dan penghulunya. Sebentar lagi aku akan memiliki kamu seutuhnya." Kevin pun berjalan menghampiri pintu depan rumahnya dan benar saja apa yang dikatakan oleh Kevin. Orang yang mengetuk pintu itu adalah Samuel ~ Ayahnya Chintya.
"Ayah mertua," ucap Kevin.
Kevin melihat ke kiri dan ke kanan sekitaran rumahnya, memastikan bahwa mereka datang hanya berdua saja.
"Ayah mertua hanya datang berdua kan tidak ada orang lain lagi kan?" lanjut Kevin.
"Kami hanya datang berdua, Nak tapi Chintya itu sudah menikah kenapa kamu ingin sekali menikahi dia?"
"Karena aku mencintai Chintya. Silahkan masuk Ayah mertua."
"Chintya." Samuel berlari menghampiri Chintya yang tangan dan kakinya terikat dengan tali!
"Ayah, kenapa Ayah ke sini?"
"Maaf Nak, Ayah harus datang. Semua ini Ayah lakukan demi keselamatan kamu." Samuel berusaha membuka tali yang mengikat tangan Chintya namun, Kevin menodongkan sebuah pisau tepat pada leher Chintya.
"Jangan coba lepaskan tali itu atau kalau tidak, Chintya akan aku bun"h."
Chintya dan Samuel terkejut, wajah mereka seketika berubah menjadi ketakutan.
"B_baik, t_tolong jauhkan pisau itu," ucap Samuel dengan nada terbata.
Kevin tersenyum lalu menarik pisau itu dan menyimpannya di balik jasnya.
"Pak penghulu cepat nikahkan saya dengan orang yang saya cintai ini."
"Saya tidak mau menikahkan kalian karena mempelai wanita sudah menikah dan belum resmi bercerai dengan suaminya dan lagi saya tidak bisa menikahkan orang yang merasa terpaksa."
"Cepat nikahkan kami!" Kevin berteriak kepada penghulu itu sembari mengambil pisau itu kembali.
"Pak, Pak tolong lakukan saja apa yang dia minta," ucap Samuel.
"Baik, baik saya akan menikahkan mereka."
"Nah, gitu dong. Kenapa gak dari tadi aja."
Mereka semua pun duduk dan Samuel mulai menjabat tangan Kevin.
Pak penghulu itu pun langsung menuntun Samuel untuk mengucapkan kalimat ijab.
"Saya nikahkan engkau–"
Brak!
Pintu rumah itu terbuka dengan paksa hingga menyebabkan suara yang kerasa hingga membuat orang yang ada di dalamnya terkejut.
Marcell dan Julius datang sebelum akad pernikahan itu selesai. Untunglah mereka datang tepat waktu hingga Chintya tidak jadi dinikahi oleh Kevin.
Mereka berdua berlari menghampiri Chintya dan yang lainnya!
"Kurangajar kamu!"
Bugh!
Marcell melayangkan bogem tepat di wajah Kevin.
Laki-laki yang memiliki obsesi yang tinggi terhadap Chintya itu pun tak mau kalah, dia melawan Marcell dan balik memukulnya.
Perkelahian pun terjadi di sana sementara mereka berduel satu lawan satu, Julius membuka tali yang mengikat tangan dan kaki Chintya!
Chintya yang terus menangis, langsung memeluk Ayahnya setelah Julius berhasil membuka tali itu dari tangan dan kakinya!
Setelah itu Julius membantu Marcell untuk menangkap Kevin untuk selanjutnya dimasukkan ke penjara.
Merasa mulai kalah, Kevin mengambil pisau dari balik jasnya lalu langsung menus*uk perut Marcell.
Jleb!
Seketika Marcell menghentikan pergerakan tangannya sesaat setelah merasakan pisau itu masuk dan merobek perutnya.
Semua orang yang berada di sana terkejut sekaligus panik melihat darah yang langsung mengalir dari luka tusuk itu.
"Marcell!" teriak Chintya.
"Kakak!" Julius menghampiri Marcell yang masih berdiri namun sudah mulai terhuyung ke belakang sedangkan Kevin langsung mematikan diri setelah melukai Marcell.
Julius langsung mengejar Kevin berharap bisa menangkapnya!
"Marcell." Chintya menangis sembari menopang kepala Marcell di pahanya.
"Chintya, syukurlah kamu selamat," ucap Marcell.
"Tahan ya Nak, kami akan membawa kamu ke rumah sakit."
"Bertahan ya, tolong bertahan demi aku." Tangisan Chintya semakin deras kala mendapati sang suami yang mulai melemah.
"Kak Marcell!" Julius kembali menghampiri Marcell, baginya saat ini menyelamatkan sang kakak adalah prioritas utama.
"Pak tolong masukkan ke mobil saya aja," ucap Julius pada Samuel dan penghulu itu yang sudah menggotong tubuh Marcell.
"Kak Chintya jaga kakak di belakang ya. Cepat kak, kita harus tiba di rumah sakit secepat mungkin."
Setelah Marcell dan Chintya masuk ke dalam mobilnya, Julius langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sedangkan Samuel dan penghulu itu mengikuti mereka dari belakang.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!