"Noru cepat beri aku ramuan penyembuh!" keluh seorang Hunter.
"Tunggu sebentar." Noru berkata sambil terengah-engah.
Setelah memberikan ramuan penyembuh. Noru meninggalkan area pertempuran Hunter melawan Monster. Dia menunggu dengan sabar dan terus memperhatikan Hunter yang membutuhkan bantuannya.
Hunter, Monster dan Pintu Dungeon. Ketiga hal itu terkait dengan zaman damai tepatnya tahun 2050. Manusia terbagi menjadi dua yaitu biasa dan istimewa. Manusia istimewa adalah mereka yang telah diberikan kekuatan oleh Pintu Dungeon dan pada zaman damai ini lebih dikenal sebagai Hunter.
Hunter bertugas membunuh Monster, mengambil Kristal Monster dan menyelesaikan Dungeon Raid demi uang dan ketenaran. Manusia biasa hidup nyaman dengan membayar pajak dan mendukung Hunter. Namun, bagi Hunter keselamatan manusia biasa tidak dianggap penting setidaknya itu hanya terjadi di zaman damai.
Zaman sebelum damai tepatnya tahun 2025. Seluruh dunia tiba-tiba diserang oleh Monster yang muncul dari sebuah pintu. Serangan Monster seperti tsunami yang menelan banyak korban dan merusak berbagai bangunan. Selama tiga tahun umat manusia belum mengurangi jumlah Monster, bahkan terus bertambah karena seminggu sekali akan ada pintu baru yang muncul.
Suatu hari ketika manusia hampir kehilangan harapan. Tiba seorang manusia dengan kekuatan yang sanggup menghadapi Monster. Penelitian dari seluruh dunia menafsirkan bahwa mereka membangkitkan kekuatan di dalam dirinya yang diberikan oleh Pintu Dungeon. Nyatanya di Zaman sebelum damai, mereka adalah manusia istimewa yang menggunakan kekuatannya untuk menyelamatkan dunia.
Mereka memusnahkan semua Monster di muka Bumi dan menghancurkan Pintu Dungeon agar Monster tidak muncul lagi. Mereka di seluruh dunia rela menyerahkan hidupnya untuk masa depan yang akan datang. Seiring berjalannya waktu dan teknologi berkembang pesat. Akhirnya, perdamaian terwujud dengan nama mereka menjadi sejarah tertulis.
"Aku ingin seperti mereka." kata Noru dengan tatapan kagum.
Pintu Dungeon Rank-D telah selesai. Seorang anak laki-laki berusia 17 tahun bernama Takayami Noru, delapan bulan lalu dia menjadi Hunter.
"Fisikmu lemah dan Skill tidak ada. Siapa yang memberimu Lisensi Hunter?" seorang Hunter bertanya dan menyindir Noru.
"Tentu saja dari Serikat Jepang!" bentak Noru.
Takayami Noru adalah Support Hunter yang bertugas memberikan ramuan penyembuh kepada timnya. Support Hunter sangat merugikannya karena timnya akan mengambil semua Kristal Monster, sedangkan Noru akan dibayar sesuai kesepakatan.
Noru membungkuk dan sedikit kesal sambil berkata, "Terima kasih telah mempekerjakan saya."
Noru menerima bayarannya sebanyak $100 lalu pergi ke rumah sakit untuk membayar administrasi rawat inap. Di sana ibunya terbaring lemas akibat penyakit langka yang harus dioperasi. Akan tetapi, biayanya sangat mahal. Sisa uang yang dia punya akan digunakan untuk membeli makan dan membayar sewa rumah.
"Bagaimana kabar ibu?" Noru bertanya sambil memegang telapak tangan ibunya.
Ibunya menatap kosong ke luar jendela dengan tubuh kurus dan wajah kuyu begitulah kondisinya. Noru tidak bisa menahan air mata setiap kali bertemu ibunya. Terdengar langkah kaki seseorang semakin dekat ke kamar seketika Noru menyeka air matanya.
Seorang perempuan membuka pintu sambil berkata, "Adikmu yang imut telah datang!"
"Selamat datang Syifa. Bagaimana sekolahmu?" Noru bertanya sambil tersenyum.
Syifa bisa mengetahui kalau kakaknya habis menangis. Kakaknya masih tidak bisa menahan air matanya ketika menjenguk ibu. Namun, itulah hal yang paling dibanggakan dari sosoknya.
"Aman terkendali, Kak!" Syifa menjawab sambil membalas senyum kakaknya.
Syifa tidak ingin memberitahu kalau dia habis ditegur sama wali kelasnya karena diminta untuk segera membayar uang sekolah. Noru mendekati adiknya sambil mengelus kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Adiknya adalah sosok yang bisa memberinya semangat untuk terus berusaha.
Noru menjadi Hunter dengan tujuan menyelamatkan semua orang mirip Hunter di zaman sebelum damai. Jadi, orang pertama yang harus diselamatkan adalah ibunya.
Noru memegang tangan adiknya sambil berkata, "Syifa nanti di rumah bantu kakak memasak makanan yang pernah ibu buat."
"Aku pasti membantumu, Kak!" Syifa menjawab dengan ekspresi tegas.
Noru dan Syifa berpamitan sama ibu walaupun tidak ada tanggapan. Saat hampir sampai di rumah dan selesai menaiki anak tangga terakhir tiba-tiba Noru berekspresi marah. Di depan pintu rumah sudah ada ayah mereka lagi bersandar.
Noru menatap benci ayahnya sambil berkata, "Apa yang kamu lakukan di sini?"
Ayah membalas, "Kalau bicara yang sopan!"
Syifa mundur dua langkah karena takut mengingat ayah pernah menyakitinya. Noru langsung memegang erat tangan adiknya lalu tetap pergi menuju pintu rumah.
"Minggir!" umpat Noru sambil mendorong ayahnya.
Ayah menahan tubuhnya sambil berkata, "Beri ayah uang!"
"Sampah sepertimu! Berapa lama lagi kamu akan mengganggu keluargaku?" umpat Noru sambil bertanya.
Mata Noru penuh dengan kebencian akan sosok ayahnya. Delapan bulan menjadi Hunter bukanlah hal yang mudah untuk dijalani, bahkan Noru harus mempertaruhkan nyawanya.
"Ayah akan pergi jika kamu memberiku uang!" ayah menjawabnya sambil menahan marah.
Noru mendorong ayahnya lagi agar tidak menghalangi pintu. Dia mengambil sejumlah uang di dalam saku celana lalu menjatuhkannya ke lantai seperti memberikan uang kepada seorang pengemis.
"Ambil uangnya dan pergi dari sini, dasar sampah!" umpat Noru dengan menatap rendah.
Noru dan Syifa masuk rumah lalu menguncinya. Ayah memungut uang sambil merasa terhina dan dipermalukan tapi masih menahan amarahnya karena harus segera melunasi utang judinya. Selama berada di dalam rumah seketika rasa takut Syifa mereda.
"Apa dia tahu tentang tabungan?" Noru bertanya sambil berekspresi marah.
Syifa menunduk takut sambil berkata, "Tabungannya aman, Kak!"
"Kakak mau istirahat sebentar. Syifa gantikan kakak masak dan panggil kalau sudah selesai!" kata Noru.
Di kamar ketika melihat cermin seketika Noru terkejut akan wajah marahnya. Dia langsung baringan di kasur sambil menutup mata. Noru teringat kisah pertemuan orang tuanya ketika masih kecil dan yang menceritakannya adalah mendiang neneknya. Ibu di usia mudanya adalah Mahasiswa Kampus asli Jepang lalu bertemu sama ayah yang merupakan seorang mahasiswa dari Indonesia. Keduanya mulai berdekatan dan saling menyukai lalu memilih untuk menikah.
Namun, selama pernikahan sampai punya anak hanya candaan tidak ada keseriusan karena sebenarnya itu tipuan laki-laki. Malam hari sebelum jatuh sakit, ibunya mengalami depresi berat. Ibu mengaku menyesal telah menikahinya, bahkan sangat malu pada dirinya sendiri.
Ibunya adalah wanita yang baik hati dan lugu tapi mudah dimanfaatkan perasaannya. Noru mulai menanamkan benih kebencian pada ayahnya karena telah membuat ibu jatuh sakit. Keesokan harinya, ibu mendadak pingsan dan segera di bawa ke rumah sakit.
"Di mana ayahmu, Nak? Kami membutuhkan tanda tangannya untuk melanjutkan perawatan ibumu," kata perawat.
Benih kebencian mulai tumbuh. Noru segera pulang dan mencari ayahnya di setiap sudut rumah tapi sama sekali tidak ada, bahkan semua yang menjadi milik ayahnya sudah menghilang.
"Di mana? Dia ada di mana?" tanya Noru.
Noru ingat kata-kata yang pernah diucapkan ayahnya, "Kita adalah keluarga."
Benih kebencian tumbuh menjadi pohon. Kata yang diucapkan ayahnya seketika terhapus dari hatinya. Noru kembali ke rumah sakit dan mengambil semua tanggung jawab, bahkan bertekad melindungi seluruh keluarga yang dia sayangi kecuali ayahnya.
"Aku pasti akan menyelamatkanmu ..." ucap Noru pelan sambil memeluk foto ibunya.
Beberapa menit berlalu. Syifa sudah selesai memasak ketika mereka berdua makan bersama hanya ada keheningan. Syifa perlu mengatakan sesuatu yang bisa membuat kakaknya cepat melupakan kejadian tadi.
"Semangat, Kak! Maaf. Syifa hanya bisa mendukungmu," kata Syifa.
Noru menghentikan sendok tepat di mulutnya. Dia lanjut makan sambil menangis untuk memberinya perasaan lega.
"Aku tahu kakak mempunyai mimpi menyelamatkan banyak orang dan Kakak sudah menyelamatkanku yang tidak bisa berbuat apa-apa!" kata Syifa dalam hati.
Bersambung...
Kamp Hunter di depan Pintu Dungeon Rank-D. Noru membuat lembaran kertas yang berisi datanya dan membagikannya ke masing-masing Tim Hunter.
"Permisi. Saya Support Hunter jika butuh bantuan, tolong pekerjakan saya!" kata Noru sambil menyerahkan lembar datanya.
Noru mendengar orang lain menghina dan menjelek-jelekkannya setiap kali membagikan lembar datanya, tetapi dia tidak peduli sedikit pun. Noru terus membagikan lembar datanya dan mengabaikan isu buruk mengenainya selama beberapa hari.
Noru tidak pernah menyerah walaupun terus-menerus dihina. Pada akhirnya ada tim yang ingin menyewa jasanya untuk menghadapi Dungeon Raid dengan tingkatan Rank-C. Noru akan mendapatkan bayaran tinggi jika menerimanya.
Noru membungkuk sambil berkata, "Terima kasih banyak telah mempekerjakan saya!"
"Dengar! Pekerjaanmu di Pintu Dungeon Rank-C akan sangat sulit. Kamu harus tetap di belakang sambil membantu yang terluka. Tim ini beranggotakan 20 Hunter dan aku adalah ketuanya. Ambil tas ini! Di dalamnya ada ramuan pemulih. Jadi, apa kamu mau menerima pekerjaan ini atau tidak?" Samil bertanya dengan sedikit ragu akan isu buruk mengenai Noru.
Noru memikirkannya dengan hati-hati sambil membalas, "Beri saya waktu!"
Samil adalah Hunter Rank-C yang spesialis pertarungan jarak dekat, sedangkan rata-rata anggota timnya berada di tingkatan Rank-D. Kesulitan yang harus dipahami adalah pergerakan musuh dan timnya. Noru telah menjadi Support Hunter selama delapan bulan sehingga mengerti apa yang harus dia lakukan.
Namun, masih ada lagi kendala Noru yang terletak pada fisiknya. Tindakan yang dapat menutupi kelemahan fisiknya adalah berpikir dan fokus. Beberapa Ilmuwan Hunter memperingatkan tim yang diketuai Samil untuk segera bersiap karena Pintu Dungeon Rank-C akan terbuka.
"Nak, jawabanmu?" tanya Samil.
"Saya menerima pekerjaan itu!" jawab Noru berekspresi serius.
"Kalau begitu cepat bersiap-siap. Kita akan segera berangkat!" teriak Samil sambil memberikan semangat kepada timnya.
Pintu Dungeon mulai terbuka dan di dalamnya terisi ribuan Monster. Tim yang diketuai Samil segera masuk untuk membasmi Monster. Sambutan pertama yang mereka temukan adalah Dark Wolves dan Goblin Rider.
"Kalian semua bunuh mereka!" Samil berteriak dengan penuh semangat.
Saat pertempuran berlangsung. Samil yang berada di garis depan telah membuka jalan dan memeriksa alur pertempuran anggota timnya. Setelah melihat-lihat medan perang ternyata dibuat khusus untuk dua Monster yang kini mereka hadapi.
"Di mana bocah itu?" tanya Samil tidak melihat Hunter yang disewanya.
Samil memeriksa keadaan setiap bagian pertempuran dan tidak menemukan kendala sama sekali. Dia melihat ramuan penyembuh dilemparkan dari atas dengan mengarah ke Hunter yang terluka. Samil memahami tindakan Noru yang sudah lebih awal memahami medan perang.
"Dari atas sini, aku bisa melihat semuanya. Siapa pun yang terluka akan kuberi ramuan penyembuh ini," kata Noru sambil konsentrasi menemukan Hunter yang terluka.
Noru tidak lupa menggunakan alat bantu karena daya lemparnya tidak kuat. Dia memakai Stiker Boost merupakan alat pendukung yang apabila ditempelkan pada suatu benda kemudian dilempar akan memberikan tambahan dorongan. Setiap kali ada Hunter yang terluka akan dilempar ramuan penyembuh, tetapi mereka tidak bisa menangkapnya. Akibatnya, ramuan penyembuh hancur di tubuh tapi masih memberikan efek menyembuhkan luka.
"Ramuan penyembuh akan tetap berfungsi, bahkan saat kalian tidak meminumnya. Jadi, jangan khawatir tentang itu dan teruslah berjuang!" ungkap Noru.
Samil terkejut dengan cara Noru menjalankan tugas sebagai Support Hunter. Dia lanjut membasmi Monster sampai gelombang pertama selesai. Goblin Rider melarikan diri sementara itu, Dark Wolves sudah dikalahkan. Mereka beristirahat sejenak sambil menunggu gelombang kedua muncul.
Noru mempersiapkan diri karena gelombang kedua bisa saja harus berlari untuk memberikan ramuan penyembuh. Dia sudah menghitung jumlah Stiker Boost yang tersisa sedikit. Gelombang kedua telah muncul dengan memperlihatkan Goblin Rider berjumlah melebihi anggota tim.
"Kenapa jumlah mereka bertambah? Apa jangan-jangan di antara mereka ada jenis Goblin Summon?" tanya Noru berekspresi terkejut.
Pertempuran berlangsung sengit. Noru terus melempar ramuan penyembuh lalu daya lemparnya berkurang karena Stiker Boost sudah habis. Samil sebagai Hunter Rank-C segera menunjukkan kekuatannya agar memberikan waktu bagi Noru untuk mencari Goblin Summon.
"Di mana Monsternya?" tanya Noru sambil melihat ke sana kemari.
Noru tiba-tiba terjatuh karena di dorong dari belakang dan ternyata itu ulah Goblin Summon. Dia baru ingat mengenai identitas Goblin Summon selain bisa memanggil sesamanya. Monster itu cukup cerdik untuk mengetahui hal paling penting dalam pertempuran. Namun, keberadaan Goblin Summon sudah ditemukan.
"Samil!" Noru berteriak dengan sangat lantang.
Teriakannya menyebar ke seluruh medan tempur seketika Samil merespons sumber suara dan melihat Goblin Summon. Samil melempar pedang besarnya dari jarak jauh dan berhasil menembus perut targetnya. Selanjutnya, dia menggunakan Kemampuan Mega Cry untuk menarik perhatian Monster.
Selagi perhatian tertuju pada Samil tiba-tiba Noru bangkit walaupun habis jatuh dari ketinggian. Dia berlari ke sana kemari untuk menyelamatkan Hunter yang terluka. Noru sudah membantu 10 Hunter sehingga membuatnya kesulitan bernapas.
Samil tidak ingin pertempuran terus berlanjut karena tumbangnya Support Hunter. Dia akan menyelesaikan semua memakai Skill Pedangnya. Pada akhirnya, semua Monster terbunuh dengan kebrutalan Skill Pedangnya Samil.
Noru seketika pingsan saking lelahnya.
20 menit berlalu. Noru terbangun di sebuah tenda ketika keluar untuk memeriksa keadaan ternyata Dungeon Raid telah selesai. Ilmuwan Hunter berdatangan sebagai bantuan untuk mengumpulkan Kristal Monster. Noru yang sudah sadar langsung berhadapan dua orang dan salah satunya adalah Samil.
"Dasar tidak berguna. Kamu sudah membunuh rekanku!" teriak salah satu Hunter dalam timnya Samil berekspresi marah.
Noru melihat dua mayat sudah terbungkus kain sambil bertanya, "Membunuh?"
Hunter itu memukul wajah Noru untuk melampiaskan kemarahannya. Noru terjatuh dan hidungnya berdarah karena pukulan tadi. Saat Hunter itu mau lanjut menghajar Noru seketika Samil menghentikan pergerakannya.
"Hentikan. Dia tidak membunuh rekanmu, tetapi Monster yang melakukannya!" bentak Samil berusaha membela Noru.
"Apa maksudmu ketua? Tugasnya adalah Support Hunter dengan memastikan rekannya selamat lalu lihat dua di sana! Aku yakin sekali kalau bocah ini sengaja pingsan untuk balas dendam!" ucapnya dengan ekspresi marah.
"Saya tidak melakukannya! Pada saat itu memang kemampuan fisik saya sudah mencapai batas," bantah Noru sambil menutup hidungnya yang berdarah.
Akan tetapi, apa yang Noru ucapkan tadi tidak dianggap serius. Hunter yang memiliki hubungan dekat dengan korban langsung menganggap Noru sebagai beban yang tidak diinginkan setiap Hunter. Setelahnya, Pintu Dungeon Rank C tertutup rapat dan menunggu untuk terbuka kembali. Noru mendapatkan bayarannya, tetapi di pandang rendah. Noru sangat yakin bahwa dia tidak akan mendapatkan pekerjaan lagi sebagai Support Hunter.
Noru memilih pulang ke rumah, tetapi di sambut dengan adiknya mengalami kekerasan fisik. Dia bergegas memeriksa tabungan yang di simpannya ternyata sudah kosong. Adiknya menangis karena sudah memberitahu tabungan kepada ayah lantaran dipaksa.
"Syifa sembuhkan lukamu," ucap Noru sambil memberikan ramuan pemulih pada adiknya
Noru berekspresi marah besar lalu mendatangi tempat ayahnya sering bermain judi dan minum-minuman keras seketika mereka bertengkar hebat. Namun, beberapa kali Noru memukul wajah ayahnya tidak berdampak apa pun. Dia kalah telak, bahkan menyesal dan menangis karena fisiknya yang lemah itu tidak bisa menandingi ayahnya.
"Maaf Syifa," ucap Noru sambil menangis dan menganggap dirinya tidak berguna.
Bersambung...
Tabungannya sudah habis dan tidak ada siapa pun yang mau menerima Noru sebagai Support Hunter. Dia masih pantang menyerah karena memiliki tanggung jawab. Kamp Hunter di depan Pintu Dungeon Rank-D sudah penuh isu buruk mengenai Noru sebagai beban.
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Noru.
Noru yang tengah kebingungan tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Saat melihat ke belakang ternyata Samil yang pernah itu menyewa jasanya Noru.
"Yo, bocah. Aku mau mempekerjakanmu!" ucap Samil.
"Anda yakin?" tanya Noru tidak enak melibatkan seseorang dalam masalahnya.
Beberapa Hunter langsung membicarakan mereka berdua dari belakang.
Samil tertawa sambil berkata, "Aku bukan tipe manusia yang mempercayai isu buruk seseorang lagi pula aku sudah melihat perjuanganmu. Perkenalkan lima Hunter ini adalah mereka yang kamu tolong kemarin!"
Mereka berlima berterima kasih kepada Noru ternyata masih ada kebaikan yang datang padanya.
"Tugas seperti apa yang akan anda berikan?" tanya Noru sambil jalan bareng dengan Tim Samil.
"Kita akan berburu Kristal Monster untuk membeli perlengkapan. Tugasmu mengumpulkannya dan memberikan ramuan penyembuh jika ada yang terluka!" jawab Samil sambil menulis nama anggota tim ke Ilmuwan Hunter yang menjaga Pintu Dungeon Rank-D.
"Baik, saya akan berusaha sekuat tenaga," balas Noru dengan penuh semangat.
Saat Tim Samil sudah memulai perburuan Kristal Monster. Ilmuwan Hunter merasa ada keanehan ketika melihat bentuk pintu dan ternyata berubah bentuk menjadi Pintu Dungeon Rank-A. Tim Samil yang masih berada di dalam mulai merasakan keanehan tersebut.
Hutan bergemuruh dan mengeluarkan aura tidak mengenakkan. Noru mencoba memahami apa yang terjadi, tetapi tidak mendapatkan jawaban mengenai keanehan tersebut. Dia menyuruh semuanya untuk berlindung. Akan tetapi, mereka sudah terlambat. Hutan seketika sunyi lalu muncul dua bola mata berwarna merah darah dan berbagai jenis senjata dipegang oleh Monster.
"Semuanya cepat lari!" teriak Samil dengan ekspresi pucat pasi.
Mereka berlari sekuat tenaga, tetapi sekumpulan Monster di belakang mampu mengejarnya. Noru sekilas melihat ke belakang dan paham apa yang sedang terjadi. Keanehan yang memberikan suara gemuruh lalu berubah menjadi sunyi tidak lain adalah perubahan tingkatan Pintu Dungeon.
"Change Dungeon Rank," ucap Noru berekspresi takut.
"Apa? Maksudmu Pintu Dungeon Rank-D berubah tingkatan?" tanya Samil berekspresi terkejut.
"Benar, bahkan mereka itu bukan Monster biasa melainkan Red Ogre yang ahli memakai senjata seharusnya mereka hanya ada di Pintu Dungeon Rank-A!" Noru menjawab sambil berlari
Noru kebingungan dengan apa yang harus dilakukannya untuk bertahan hidup sehingga tidak mendengarkan siapa pun. Red Ogre semakin dekat dan salah satunya melompat sambil melayangkan balok besinya. Samil memegang tubuhnya Noru lalu melemparnya sejauh mungkin. Noru dalam kondisi terlempar telah menyaksikan mereka tewas dibunuh secara sadis oleh Red Ogre.
"Samil!" teriak Noru dengan mata terbuka lebar.
Red Ogre tidak pintar melainkan sadis sehinnga tidak akan membiarkan mangsanya selamat. Noru mengetahui pasti mengenai identitasnya Red Ogre sehingga dia masih dalam bahaya. Noru berlari sekuat tenaga sambil mengingat kematian rekan timnya. Namun, apa daya dirinya yang lemah itu hanya menjadi sasaran empuk untuk mereka.
Salah satu Red Ogre mengentak kakinya dengan sangat kuat ke permukaan tanah seketika Noru terjatuh. Selanjutnya, Red Ogre melayangkan kapak besar tepat di hadapan Noru yang sudah diam membeku. Dia dalam keadaan menangis mengingat senyuman ibu dan adiknya. Di depan kapak yang mau membelah tubuhnya tidak membuang tekadnya untuk hidup.
"Berhenti!" teriak Noru dengan penuh amarah.
Teriakan Noru berubah menjadi aliran listrik langsung menyambar kepala Red Ogre seketika menghentikan kapak besar tepat di wajahnya. Bukan hanya itu, aliran listrik terus menyebar ke Red Ogre lainnya seketika diam seakan-akan mengikuti perkataan Noru tadi.
"Mereka berhenti?" tanya Noru dalam hati dengan ekspresi bingung.
Selamat wahai Hunter! Tekad anda telah diakui Pintu Dungeon. Anda telah membangkitkan Kekuatan Dungeon kini siapa pun Monster akan mengikuti perintah anda. Saya bertugas untuk mendukung anda dalam mengembangkan Kemampuan Spesial tersebut.
"Pengumuman ini dan suara ini? Aku terpilih!" ucap Noru berekspresi terkejut
Red Ogre mencoba membantah perintah dengan memaksa tubuhnya untuk bergerak sambil menjerit.
Untuk saat ini Kemampuan Spesial anda yaitu The Order belum cukup kuat! Segera selamatkan diri anda!
Noru berlari sekuat tenaga dengan memaksa batasnya, sedangkan Red Ogre yang membawa kapak itu merasa terhina karena melepaskan mangsanya. Monster itu memakai Skill Kapak langsung menghancurkan permukaan tanah. Noru kehilangan pijakannya lalu Red Ogre yang membawa kapak besar kembali menyerangnya.
Noru sekali lagi merasa nyawanya berada di ujung tanduk.
"Sudah kubilang padamu untuk berhenti dasar sialan, mati kau sana!" teriak Noru dengan sangat marah.
Teriakan Noru kembali lagi menjadi aliran listrik yang langsung menggerakkan Red Ogre lainnya untuk membunuh Red Ogre bersenjata kapak besar. Noru menyaksikan Monster saling membunuh secara sadis sehingga memberikannya waktu untuk kabur menuju Pintu Dungeon Rank-A.
"Ha ... ha ... haa, aku berhasil selamat," ucap Noru sambil ketakutan.
Seketika kepalanya Noru mendadak sakit.
"Apa ini?" tanya Noru sambil menahan sakit.
Anda tadi memakai dua kali The Order sehingga memberikan beban luar biasa pada otak!
Ilmuwan Hunter berdatangan sambil menutup Pintu Dungeon Rank-A secara paksa dan membawa Noru ke perawatan. Noru mulai perlahan merasakan sakit pada kepalanya kian menghilang. Saat lagi istirahat tiba-tiba seorang Hunter mendatanginya untuk bertanya tentang apa yang terjadi di dalam.
"Itu semua yang terjadi, Tuan Yuma," ungkap Noru sudah menjelaskan semuanya, tetapi merahasiakan Kemampuan Spesialnya.
Yuma adalah Hunter Lisensi Rank-A.
"Anda sungguh beruntung bisa selamat dari kejaran Red Ogre. Monster itu biasanya tidak akan melepaskan target mangsanya karena memiliki harga diri tinggi," ucap Yuma sambil tersenyum.
"Aku sangat beruntung karena mereka menyelamatkanku ... " ucap Noru pelan sambil mengingat Samil dan lainnya yang menolongnya untuk kabur
"Tidak perlu khawatir. Aku akan membasmi mereka semua sampai tidak ada yang tersisa," ucap Yuma tidak sengaja mengeluarkan aura sebagai Hunter Rank-A ke seluruh ruangan
Seketika semua yang ada di ruangan merasa tertekan lalu Yuma pergi untuk membereskan Pintu Dungeon Rank-A. Saat Noru keluar ruang perawatan tiba-tiba di Kamp Hunter mendapatkan sambutan dengan dianggap pembunuh.
Noru tidak peduli dengan ucapan mereka yang menghinanya sebagai pembunuh. Dia lebih ingin mengunjungi makam Samil dan lainnya untuk mengucapkan terima kasih karena sudah diselamatkan. Selesai itu, Noru kembali pulang dan namanya tidak pernah lagi muncul di Kamp Hunter.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!