🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Persahabatan yang sudah lebih dari 13 tahun membuat Shaka akhirnya semakin mantap meminang Violet meski kini usia mereka baru genap menginjak angka 20 tahun dan masih aktif menjadi mahasiswa dan mahasiwi sebuah universitas ternama ibu kota.
Tak ada yang bisa membuat Shaka nyaman senyaman ia bersama gadis itu, lagi pula ia tak pernah berniat menoleh pada siapapun karna memang tujuannya sejak awal sudah hanya untuk Violet seorang, meski bukan satu dua orang yang hadir menawarkan hati dan kasih sayang padanya, ternyata hati seorang Shaka tak pernah goyah sedikit pun.
Cinta serta perhatian sudah ia limpahkan pada teman masa kecilnya tersebut tak perduli jika Violet adalah...
"Nanti pas Ijab Qabul gak usah banyak saksi, aku gak mau banyak orang tahu kalau aku pakai nasab ibu," Pinta Violet saat mereka sedang makan malam usai pulang dari butik untuk fitting gaun pengantin yang akan di pakai saat resepsi pernikahan mereka yang di gelar malam harinya.
"Aku paham, Vi," jawab Shaka yang selalu berusaha tak ingin calon istrinya itu menoleh ke belakang.
Lahir sebagai anak di luar nikah memang terbilang sebuah aib padahal yang berdosa itu orang tuanya tapi keturunan mereka yang suci dan fitrah tak luput dari masalah dan malu, apalagi yang kini di alami oleh Violet termasuk cukup beban untuknya.
Shaka Baratha Rahardian Wijaya, calon suami dari keluarga konglomerat itu untungnya mau menerima Violet dengan tangan terbuka, tak pernah mengungkit masa lalu yang jelas bukan kesalahannya yang hanya jadi korban napsu sesaat orang tua nya di tengah hujan lebat di sebuah gubuk kecil.
Kadang, Violet berusaha untuk mundur karna cukup tahu diri jika ia tak pantas bersanding dengan keluarga yang sangat terpandang itu, meski terkenal dengan kebaikan dan ke tulisannya tetap saja membuat Viana minder dan tak percaya diri, tapi Shaka selalu meyakinkannya jika semua baik baik saja, ia akan selalu ada dan jadi pembelanya bagi sang pembenci.
"Nanti kita tinggal di Apartemenku, kamu tak perlu banyak bawa barang, semua keperluanmu sudah ada disana," ujar Shaka
"Terimakasih, kamu selalu memberikan apapun tanpa ku minta," jawab Violet sambil mengusap punggung tangan calon suaminya itu.
"Sudah tugasku, aku tak suka kode kodean," sahut Shaka.
Semua ia berikan untuk gadis itu bahkan kadang untuk hal yang tak pernah terpikirkan oleh Violet sekalipun, ia tak hanya menjadi tuan putri tapi langsung di Ratukan oleh Shaka yang mudah-mudahan sepanjang hidupnya.
Entah seperti apa hidup Violet jika tanpa Shaka, karna sejak umur 5 tahun saja mereka sudah bersama dan sudah saling ketergantungan satu sama lain.
Akan aneh memang bila mereka tak berjodoh karna dimana ada Shaka disana juga ada Violet.
Keduanya terus mengobrol sambil menikmati apa yang terhidang di atas piring mereka masing-masing hingga tak terasa semua tandas tak bersisa.
"Pulang sekarang?"
"Iya, Mama pasti menunggu dirumah, Kha."
Violet yang di adopsi sejak bayi oleh keluarga Hardinata tentu sangat menyayangi orangtua angkatnya tersebut meski kadang hanya sesekali berada di rumah karna mereka terlalu sibuk bekerja hingga ke luar kota atau negeri.
Violet tak pernah keberatan karna itu kesempatan baginya untuk bisa menghabiskan waktu bersama ibu kandungnya yang memang mengalami gangguan jiwa akibat hamil dari kesalahannya terdahulu.
Pasangan yang sebentar lagi akan resmi menjadi suami istri itu pun akhirnya bangun bersama dari duduk, Shaka mengulurkan tangan pada gadis kesayangan nya agar mereka bisa saling menggenggam satu sama lain..
🍂🍂🍂🍂🍂
Di mobil, Violet kembali merinci apa saja yang masih mereka butuhkan, berhubung ini adalah pesta pernikahan impian sang calon istri tentu Shaka hanya menuruti saja semua yang di inginkan gadis di sebelahnya itu.
Biaya pernikahan yang tak sedikit tak jadi masalah bagi Shaka padahal hampir semuanya ia keluarkan dari isi tabungan pribadinya.
Sejak di dalam rahim Sang Mommy ia sudah banyak mewarisi harta kekayaan dari para orang tua termasuk kakek dan neneknya yang hanya punya satu putra yaitu Skala Baratha Rahardian Wijaya, ia tunggal dari keluarga kaya raya jadi tak salah jika Shaka pun mendapatkan bagiannya yang tak sedikit, ia punya penghasilan dari beberapa resto milik kakek yang sudah di warisi, di tambah ia juga adalah calon Direktur Utama perusahaan Rahardian Group, jadi nikmat mana yang harus di keluhkan oleh Violet.
Tuhan begitu adil padanya, ia di hancurkan oleh kenyataan dari status orang tua namun ia di angkat derajatnya oleh pasangan hidupnya.
"Besok pulang kuliah ke toko bunga kan?" tanya Shaka yang mendadak ingat hal itu.
"Iya, sama Mommy, nanti aku gak pulang bareng kamu," jawab Violet sambil menaruh lagi ponselnya ke dalam tas.
Jangan tanyakan bagaimana hubungan gadis itu dengan sang calon ibu mertua, karna Mommy Shaka jauh lebih menyayangi nya seperti anak kandung sendiri. Itu di karna kan Skala tak pernah mengizinkan sang istri untuk hamil lagi, ia tak bisa terima jika anak ketiganya nanti adalah perempuan sebab yang pria itu inginkan Sang pemilik hati menjadi satu-satunya yang paling cantik baginya. Terlalu besarnya rasa cinta Skala kadang membuat semua menjadi di luar nalar. Tapi yang kenal dan tahu bagaimana keluarga Rahardian bersikap pada Pasangannya tentu hal seperti ini tak aneh sama sekali, justru yang di takutkan adalah Skala menuruni sifat Ayahnya yang beristri kan dua.
"Aku kenapa gak di ajak sih?" Protes Shaka.
"Urusan perempuan, kamu tidur aja ya yang nyenyak ya ganteng," kekeh Violet sembari mengusap pipi calon suaminya.
Shaka yang kadang lebih memilih menghabiskan waktu di ranjang untuk bermimpi membuat Violet tenang jika sedang tak bersama, pemuda tampan itu memang jarang sekali nongkrong dengan teman temannya jika buka di waktu tertentu.
"Nanti kalau aku kangen tanggung jawab ya," bisik pelan Shaka saat mobil berhenti di lampu merah.
"Setiap hari ketemu masih nyebut kangen?" ledek Violet yang dijawab dengan anggukan kepala serta senyum manis. Meski trus bersama tapi tetap saja jantung gadis itu tak pernah aman jika di perlakukan seperti itu oleh orang yang tak pernah meninggalkannya dalam segala hal dan kondisi bahkan di titik terendah hidupnya sekalipun.
"Terus kalo gak kangen mau apa? Cinta sama sayang kan udah pasti, lagian tuh kangen gak hilang-hilang sama gak berenti berenti sama kamu, bingung aku, Vi." Shaka yang pura-pura mengeluh pun akhirnya tertawa saat Violet mencubit pipinya, padahal pipi gadis itu yang kini merah merona.
"Shaka! Ya ampun, berenti ngerayu aku," mohon Violet.
"Kenapa? Aku kan jujur sama kamu kalau aku akan selala kangen sama kamu, karena.... " Shaka menggoda dan sengaja memotong ucapannya.
"Karena apa?" tanya Violet.
.
.
.
"Karena dimana pun kamu berada, seharusnya disitu jugalah aku berada"
********
Violet yang sudah membereskan semua barangnya langsung menerima uluran tangan Shaka, keduanya keluar dari kelas dan langsung menuju depan kampus dimana sudah ada sebuah mobil sedang menunggu Violet dan itu tak lain dan tak bukan adalah supir pribadi dari kediaman Rahardian. Semua orang yang tahu jika mereka sudah bersama dari jaman taman kanak-kanak mungkin akan kaget dan tak percaya apalagi jika tahu juga semua itu akan berakhir di pelaminan dalam hitungan waktu kurang dari sebulan.
Tak selalu indah, dan tak selalu manis itulah yang di rasakan pasangan menuju halal tersebut karna ada banyak yang membuat mereka sering berselisih paham termasuk rasa cemburu yang tak pernah bisa di tahan oleh Violet. Ia yang menjadi satu-satunya yang dekat dengannya selama ini cukup di buat ketakutan akan perginya Shaka.
Ia tak yakin ada yang bisa menerimanya secara terbuka seperti pria itu dan keluarga Rahardian, karna mereka tak melihat Violet dari sisi masa lalu yang pernah di buat orang tuanya di masa lalu.
Seperti hari ini, ia pergi bersama calon ibu mertuanya ke beberapa toko termasuk toko bunga untuk memilih Hand Bouquet wedding dan juga hiasan dekor lainnya. Wanita yang belum genap setengah abad itu tak pernah menyinggung apapun tentangnya karna yang Mommy fokuskan hanya kebahagiaan putra sulungnya.
Ratu pemegang tahta tertinggi di hati Shaka itu memang menerima apapun keputusan sang buah hati, asal yakin bisa bahagia tentu tugasnya hanya memberi restu dan doa. Begitu pun yang ia harapkan dari Violet, bisa mencintai dan setia pada Shaka saja ia sudah cukup banyak berterima kasih.
"Mom, bagus yang mana?" tanya Violet yang sudah terbiasa bermanja pada Mommy Qia.
"Dua-duanya bagus, ambil saja semua," jawab Mommy sambil terkekeh dan itu malah membuat Violet merengut.
"Kenapa jadi mirip Shaka?!"
"Hey, memang yang ada di depanmu ini siapa, Vio?"
Violet tertawa dan langsung berhambur lari ke pelukan Mommy, bodoh sekali rasanya karna seakan ia lupa jika wanita itulah sudah melahirkan calon suaminya.
"Buah tak jauh jatuh dari pohonnya ya, Mom." Violet yang ikut terkekeh hanya di usap punggungnya.
Mommy yang sangat ingin punya anak perempuan seolah terbayar dengan hadirnya Violet selama 13 tahun ini, ia begitu sayang dan selalu melimpahi Violet dengan perhatian.
"Ini acara pernikahanmu, yang kita semua harapkan tentu sekali dalam seumur hidup kalian, jadi tak perlu ragu untuk menciptakan Dream Weddingmu sendiri. Lakukan semua yang ingin kamu lakukan, Vi," ucap Mommy Qia yang tak pernah di sangka oleh Violet atau calon menantu manapun di belahan dunia nyata.
"Mom, Mommy serius?"
"Tentu, Mommy tak masalah dengan itu," jawabnya santai dan tak terlihat ada keraguan sedikit pun di mata wanita paruh baya tersebut.
Seperti mendapat angin segar, Violet tak ragu mengekspresikan dirinya sendiri maunya apa dan bagaimana karna akan ada Mommy yang jadi jaminan jika Shaka sampai tahu tabungannya akan di kuras habis.
Ya, mereka shoping dan membeli segalanya memang menggunakan kartu ajaib pria itu.
"Mom, kalau habis gimana?" bisik Violet saat ia menggabungkan semua struk dan menjumlah totalnya.
.
.
.
"Daddy sama kakeknya masih gede, tenang aja," jawab Mommy dengan entengnya, ia juga sambil membayangkan suaminya akan mengoceh panjang kali lebar lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!