Happy reading
Brak
Brak
Brak
Suara benda berjatuhan itu memenuhi gendang telinga laki laki yang masih bergelut dengan tidurnya yang nyenyak.
"Duh siapa apaan dah tu? Berisik banget?" tanya laki laki itu dengan gumamnya.
Sedangkan suara yang terjadi di luar adalah ulah ibu laki laki yang masih tertidur itu. Bayangkan saja jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Tapi anak semata wayangnya ini belum juga bangun.
"PIN KEPIN BANGON!!! ANAK SATU AJA, SUSAH BANGET BANGUNINNYA," teriak Ibu di depan pintu kamar Kevin.
Ibu Rahma terus-menerus menggedor pintu kamar sang putra dengan brutal. Hingga akhirnya Kevin keluar dengan muka bantalnya jangan lupakan sarung yang hanya menutupi sebagian badannya saja.
Ibu Rahma yang melihat itu langsung menjawer kuping Kevin dengan kencangnya.
"Dasar anak laki, pantes aja sampai sekarang gak pernah kawin. Orang kelakuan kamu aja kayak kebo gini," omel ibu Rahma dengan ketus. Sedangkan Kevin sudah merengek minta dilepaskan. Jujur saja telinganya ingin putus saat di jewer oleh sang ibu.
"MAK LEPASIN TELINGA KEVINN."
"TUNGGU MAK AMBIL PISAU DULU!"
Hampir setiap pagi rumah minimalis itu selalu diisi dengan teriakan ibu dan anak itu.
Mendengar hal itu Kevin langsung membulatkan matanya, masa iya ibunya ingin memotong telinganya.
"JANGAN."
"Makanya kalau dibangunin itu ya bangun jangan ngebo aja."
"Kevin udah bangun dari tadi Bu, kenapa sih masih pagi juga. Kevin capek kemarin banyak pasien," ucap Kevin seraya menguap.
Maksud pasien dari kata Kevin adalah motor-motor dan mobil yang datang ke bengkelnya. Yah Kevin memiliki sebuah bengkel peninggalan alm sang ayah.
"Aduh pin pin, lu itu sarjana lulusan manajemen kenapa sih malah milik kerja dibengkel? Mak udah sekolahin tinggi tinggi gak guna dong kalau kamu nerusin bengkel bapak."
"Ribet, Bu. Kevin gak suka keiket waktu kerja. Kalau di bengkel kan Kevin bisa kapan aja pulang ke rumah," jawab Kevin.
"Tapi mak mu ini pingin punya mantu, Pin. Lu udah tua, udah cocok buat dapat bini," ujar Ibu dengan kesal.
"Iya nanti Kevin cari mantu buat ibu," jawab Kevin seraya mengusap telinganya yang sangat sakit. Kevin yakin jika sekarang telinganya sudah memerah.
Ibu yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya. Sudah sering Kevin menjanjikan hal itu pada sang ibu tapi apa yang ibu dapat. Sampai usianya yang sudah 57 tahun tapi ia belum juga mendapat seorang mantu.
"Apa ibu perlu bawain anak teman ibu lagi?" tanya Ibu dengan pasrah.
Kevin yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya. Ia tak mau anak dari teman-teman ibunya. Karena anak perempuan yang selama ini dikenalkan dengannya tak sesuai dengan kriterianya.
Kalau ada yang tanya, "Gimana sih kriteria cewek idaman lu?"
Maka Kevin akan menjawab dengan tenang, "Tak perlu cantik yang penting bisa buat nyaman dan jantungku dag dag dug."
Dan selama 26 tahun Kevin belum menemukan perempuan yang membuat jantungnya dag dig dug.
"Gak mau, Kevin gak mau Bu. Kevin ini masih muda, masih 26 tahun. Lagian banyak kok yang belum nikah diusia segini," ujar Kevin duduk di sofa itu dan menarik sarungnya untuk menutupi seluruh tubuhnya yang duduk di sofa itu.
"Kamu udah 26 tahun, ibu mau kamu nikah dan punya anak sebelum ibu kamu ini meninggal nyusul ayah."
Deg
Kevin sangat tidak menyukai ucapan ibunya ini, baginya sekarang ibunya adalah wanita yang harus dijaga dan ia cintai selama hidupnya. Selama ini Ibu yang membesarkan dirinya dari dia berusia 15 tahun hingga sekarang. Tentu saja ia tak mau jika ibunya pergi menyusul sang ayah.
"Jangan bicara gitu Bu, Kevin gak suka," ujar Kevin dengan tegas.
"Ibu udah tua pin."
"Ibu akan terus sehat hingga Kevin punya istri, anak dan cucu buat ibu. Jangan ngomong yang enggak enggak gak baik Bu."
Ibu hanya bisa mengangguk kemudian duduk di samping sang putra.
"Ibu kasih waktu kamu 2 bulan buat bawa calon mantu buat ibu. Gak perlu cantik yang penting sopan dan bisa menghormati kamu dan ibu," ucap Ibu dengan tegasnya. Ia hanya mau anaknya membina rumah tangga seperti orang-orang pada umumnya.
"2 bulan, Bu ini cari bini Bu. Bukan cari anak ayam pake 2 bulan. Ya kurang lah Bu."
"Ibu nggak mau tahu pokoknya dalam 2 bulan kamu tidak membawa calon mantu buat ibu. Siap siap aja buat ibu jodohin sama anaknya teman ibu."
Akhirnya Kevin hanya bisa mengangguk pasrah, melawan ibunya pun rasanya tak bisa karena keinginan besar sang ibu.
"Dah sana mandi, terus makan. Kalau bisa langsung cari mantu buat ibu."
"Yaa."
Kevin bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya yang memang ada kamar mandi di dalamnya.
Ibunya melihat suaminya masih santai-santai itu langsung membanting tutup panci yang masih kredit itu ke lantai. Alhasil hal itu membuat Kevin langsung berlari menuju kamar.
****
Setelah selesai mandi dan berpakaian, Kevin keluar dari kamar menuju ruang makan. Disana sudah ada makanan sederhana yang memang menjadi kesukaan laki laki itu yaitu cah kangkung dengan udang krispi yang digoreng sang ibu.
Kevin mencari keberadaan sang istri yang tak terlihat sejak ia keluar dari kamar. Mungkin itunya sedang berada di rumah tetangga atau malah sedang ke pasar saat ini.
Tanpa berpikir panjang Kevin langsung memakan makanan yang ada di depannya. Makanan sederhana tapi mampu membuat ia kenyang. Jika dibilang miskin keluarga mereka tidak miskin tapi jika dibilang kaya keluarga mereka juga tidak kaya kaya banget.
Setelah makanan yang ada tadi habis berjalan menuju washtafel dan mencuci piring kotor 88 yang ada di meja tadi.
"Andai gue punya bini, enak makan ada yang nyiapin, mandi ada yang nemenin, tidur ada yang ngelonin. Ya Allah dekatkan jodoh hamba, hamba juga pingin punya bini."
Agak laen anak ini, kalau mau doa kan bisa di kamar bisa di masjid atau sehabis sholat tahajud. Lah ini malah di dapur di depan washtafel lagi. Duh ada yang laen memang.
Setelah selesai mencuci piring Kevin langsung mengambil kunci motor yang ada di depan televisi rumahnya kemudian keluar dari rumah itu tak lupa mengunci pintu agar sang kanjeng ratu tidak marah marah lagi pada dirinya.
Kevin mengeluarkan motornya dan menjalankannya menuju bengkel yang selama ini menghidupi dirinya dan sang ibu.
Bengkel yang tak bisa dikatakan kecil karena Kevin sudah memiliki 3 karyawan di bengkelnya.
Bersambung
Happy reading
Tak sampai 30 menit akhirnya Kevin sampai di bengkelnya. Terlihat sudah ada pelanggan yang memenuhi kursi yang memang disediakan di bengkel itu bahkan di sebelah bengkel itu ada warung yang membuat warung makin rame.
"Eh akang ganteng udah sampai di bengkel, tumben jam segini udah sampe sini. Biasanya jam segini masih molor, kang," tanya pemilik warung yang biasa dipanggil Mpok Ijah. Walau namanya terkesan kuno tapi Mpok Ijah ini adalah perempuan paling seksi di daerah ini. Umurnya juga masih 35 tahun, dengan suaminya yang bekerja sebagai tukang di bengkel Kevin.
"Iya Mpok, sama Ibu disuruh cari bini. Padahal usiaku aja masih 26 tahun. Masih muda banget," jawab Kevin duduk di meja kasir.
Tidak terima di kursi laki laki itu memilih untuk duduk di meja dan menatap anak buahnya yang sedang bekerja itu.
"Akang mau cari calon bini? Kenapa gak sama Nurmala aja. Dia seksi loh, kang. Saya mau nyalonin diri jadi bini, udah punya kang Sapri. Jadi ya gak jadi," ucap Mpok Ijah seraya melayani pembeli.
"Udah tua Mpok jangan ganjen, apalagi suaminya ada disini. Gak takut apa Mpok?" tanya salah satu pembeli dengan tangan yang sudah mencomot tempe goreng yang ada di wadah.
"Itu beda lagi, ayang Sapri udah yang tercinta," jawab Mpok Ijah dengan senyum manis melayangkan ciuman jarak jauh pada suaminya. Yang dengan kocak di balas oleh Kang Sapri dengan seolah olah mengambil ciuman yang diberikan istrinya.
"Nurmala bukan cewek idaman gue, Mpok. Orang centil dan gatel kayak dia bisa bisa tubuh Kevin gatel tiap hari," ujar Kevin menatap motor yang berjejer disana. Masih ada 4 motor, mungkin karena ini masih pagi.
"Anaknya pak RT loh, kang. Tapi semua tergantung akang sih, Ijah sama Kang Supri bantu doa yang terbaik buat akang," ujar Mpok Ijah dan diaamiin i mereka yang ada disana.
Kevin mengambil minuman yang ada di kulkas itu dan meminumnya sebelum ia ikut membantu karyawannya yang sibuk dengan masalah motor motor itu.
Setalah itu ia mengambil alih satu motor dengan keluhan jika di gas selalu mati. Sedangkan tiga karyawannya juga sibuk dengan motor masing masing.
***
Sedangkan di sebuah sekolah Negeri, ada seorang gadis cantik dengan keringat bercucuran kini sedang mendorong motor beat miliknya yang tiba tiba mati di tengah jalan.
"Sial bener gue, lagian tadi sok sokan nolak mau dianter bang Rendi. Lah ini lebih mengenaskan. Pake segala mogok udah fiks nih gue bakal telat."
Bagaimana tidak telat wong tadi ia bangun setengah delapan pagi, dan berangkatnya jam 8. Apalagi melihat kesialan ini, Sinta rasanya ingin menangis.
"Bengkel mana lagi dah, dari tadi gue dorong ni motor kagak nyampe nyampe," ujar Sinta menendang ban motornya hingga keseimbangan itu hampir saja motor itu terjatuh untung Sinta bisa jaga keseimbangan lagi.
Dengan berat hati anak dengan SMA abu abu putih itu berjalan dengan lambannya menuju bengkel yang dekat dengan jarak dirinya saat ini.
Akhirnya dengan perjalanan yang sudah menghabiskan waktu hampir setengah jam, Sinta sampai di depan "BENGKEL SETIA"
Berulang kali Sinta mengucapkan Alhamdulillah karena sudah sampai di bengkel.
"Abang abang bengkel," ucap Sinta yang membuat para karyawan menatap ke arah Sinta.
"Ya neng, bentar," jawab mereka dengan kompak.
Kevin yang sudah selesai dengan motor yang ia perbaiki itu langsung menatap Sinta. Entah kenapa saat melihat gadis itu, jantung Kevin jadi dag dig dug tak karuan. Apalagi melihat wajah berkeringat tapi tetap terlihat manis itu di matanya.
"Kang motornya sudah selesai," ujar Kevin mengalihkan pandangannya pada Sinta. Kevin sendiri tak tahu apa yang terjadi pada jantungnya.
Bapak itu mengikuti Kevin ke meja kasir dan membayar biaya perbaikan motornya tadi. Sedangkan Sinta yang lelah itu langsung mendudukkan bokongnya di lantai bengkel itu tanpa risih. Mungkin karena terlalu capek mendorong motor dari jarak jauh tadi.
Kevin yang melihat apa yang dilakukan wanita yang datang ke bengkelnya itu terlihat kasihan. Ia mengambil air dingin yang ada di kulkas samping meja kasir dan memberikannya pada Sinta.
"Capek banget kayaknya neng," ucap Kevin memberikan air mineral itu pada Sinta.
"Banget banget banget Mas. Makasih Mas," jawab Sinta menerima air itu dengan senyum manisnya.
Mendengar panggilan Mas dari gadis yang masih SMA itu membuat ia tak tahan untuk tidak tersenyum.
Cuit cuitttt wiww wiww
Siulan dari para pelanggan dan juga pelanggan di warung Mpok Ijah itu pada kedua anak manusia itu.
"Kang ganteng, itu udah ada yang manggil Mas. Ayo kang ganteng, Mpok dukung sepenuhnya sama neng cantik." Keduanya hanya bisa tersenyum tipis.
"Keluhannya apa Neng?" tanya Kevin menghiraukan ucapan dari pada penggoda itu.
"Capek Mas," jawab Sinta dengan jujur setelah ia meminum air itu.
"Motornya capek?"
"Lah yang ditanya motornya? Bukan saya?" tanya Sinta dengan begonya dan langsung dianggukan oleh Kevin.
Sinta yang mendapat asupan dari Kevin itu hanya bisa menahan malunya karena ia sudah salah paham. Sinta pikir yang ditanyakan oleh Kevin adalah dirinya tapi ternyata malah motornya.
"Oalah motor saya tadi mati mendadak pas ditengah jalan, gak tahu apa yang jadi masalahnya," jawab Sinta menatap motornya.
Kevin bangun dari duduknya kemudian berjalan menuju motor beat yang terparkir sembarangan itu.
"Karburatornya kayaknya minum air deh, Neng."
"Emang sama kayak manusia apa Mas, pake minum segala," jawab Sinta dengan tatapan yang tak lepas dari laki laki yang sedang memperbaiki motornya itu.
"Hehehe neng bisa aja, lagian ini kayaknya motornya pernah kemasukan air hujan ya neng?" tanya Kevin.
"Gak tahu, itu motor ayah yang udah lama gak kepake. Ini pertama kali aku pake buat sekolah eh malah kena sial," jawab Sinta meletakkan tasnya di kursi sedangkan dia mengambil ponselnya untuk memberitahukan pada wali kelasnya jika ia tak sekolah alias izin karena motornya mati dan jarak ke sekolah masih jauh.
"Nengnya gak sekolah?"
"Udah izin, lagian pasti udah telat banget gara gara ini. Mana capek banget mau rebahan bentar boleh gak Mas?" tanya Sinta dengan tidak tahu malunya.
"Boleh aja kalau neng gak risih, lagian disini kotor. Pindah ke kursi aja," jawab Kevin dengan santainya.
Ia senang dengan adanya Sinta ia bisa berbincang seperti ini, karena jarang jarang ada wanita cantik ke bengkelnya. Apalagi sampai ada yang lesehan di lantai padahal kotor. Tapi lantai tadi sudah Sinta bersihkan dengan tisu.
Sinta pindah ke kursi dan duduk bersama dengan bapak bapak itu. Walau disana ada warung tetap saja, Sinta ingin menikmati wajah tampak sang montir tampan itu.
"Ahh ayah Sinta kayaknya jatuh cinta," batin Sinta dengan senyum manisnya menatap Kevin yang sedang memperbaiki motornya itu.
Bersambung
Happy reading
Tak terasa Kevin sudah menyelesaikan pekerjaannya memperbaiki motor beat milik Sinta. Sedangkan sang pemilik motor itu tampak nyaman tertidur di kursi itu dengan tas sekolah yang dijadikan bantal.
"Neng udah selesai."
Mendengar tak ada sahutan Kevin menatap Sinta yang ada di kursi dan betapa terkejutnya ia melihat sang pemilik motor malah tertidur disana.
"Udah dari tadi tidur kang. Mungkin dia capek, sepertinya dia dorong motornya jauh," ucap pelanggan yang sedang mengisi udara pada ban motornya itu.
Yah di bengkel itu, jika untuk mengisi udara saja tidak perlu membayar itung itung amal. Kata bapak Kevin dulu gitu.
"Oalah, kasihan banget apalagi ini udah mendung kayaknya mau hujan," ujar Kevin menatap jalan yang sudah sedikit basah karena gerimis.
"Bukan mau lagi, pas saya di perempatan jalan tadi udah deres banget. Makanya saya jadi basah kuyup gini," ucapnya dengan jujur.
Kevin menatap bapak itu, memang benar jas yang dipakainya basah.
Setalah bapak itu mengisi gas di mobilnya dan berterima kasih pada Kevin, bapak itu pergi meninggalkan area bengkel.
"Bangunin gih Kang, Si neng cantik kasihan," ucap Sapri pada Kevin.
"Memangnya gak apa apa?" tanya Kevin dan dianggukkan oleh mereka.
"Kalau cuma bangunin gak apa apa kang, tapi jangan yang lain," sahut Dani dengan jahilnya.
Kevin menanggapinya dengan senyum tipis, setelah ia mencuci tangannya yang penuh dengan oli. Laki laki itu langsung berjalan menuju kursi yang digunakan untuk tidur gadis itu.
Puk puk puk
"Neng bangun neng."
Kevin menepuk pipi lembut Sinta dengan tenaga pelan. Tak mungkinkan Kevin menampar pipi Sinta. Kan gak ada dendam.
"Lembut banget kek pantat bayi," batin Kevin mengusap pipi Sinta dengan pelan.
Eughh
"Bangun neng cantik, motornya udah selesai diperbaiki."
"Bentar Bu, Sinta masih ngantuk banget," jawab Sinta yang sudah biasa menjawab jika dibangunkan.
Sinta meraih lengan Kevin dan memeluknya, karena mungkin ia pikir itu adalah guling empuk miliknya. Kevin yang was-was saat lengannya bersentuhan langsung dengan dua gunung kembar itu. Sedangkan para montir yang melihat itu hanya bisa menahan senyumnya jangan sampai bos mereka malu karena mereka soraki.
Kevin duduk di samping kepala Sinta kemudian membangunkan Sinta seraya menarik tangannya yang semakin di peluk erat oleh Sinta.
"Gue gak dosa kan ya, wong dia yang beginiin gue. Gak gue gak salah," gumam Kevin yang kini mulai menikmati empuknya gunung kembar itu.
Tik! Tik! Tik! Tik! Tik! Tik!
Suara gerimis semakin besar besar hingga disusul air yang sangat deras. Hujan turun dengan derasnya hingga membuat kaki Sinta yang terjuntai ke bawah itu terkena air sedikit.
"Neng bangun hujan deresss," ucap Kevin sedikit menaikkan oktaf suaranya.
Cinta yang terkejut itu langsung membuka matanya dan terduduk dengan mata yang masih sayu. Gadis itu lelah hingga tertidur bahkan nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
Pelukan tangan Kevin tadi juga terlepas begitu saja hingga membuat Kevin menghela nafasnya lega.
"Hujan?" tanya Sinta dengan ling lung.
"Iya Eneng cantik, udah puas boboknya?" tanya Kevin dengan senyum manisnya.
Cinta yang baru bangun itu langsung disuguhkan oleh pemandangan yang sangat membuat moodnya tiba-tiba membaik. Biasanya jika tidurnya belum puas dan diganggu Sinta biasanya akan langsung mencak-mencak entah itu pada orang tua ataupun sang kakak.
Sontak saja Sinta mengangguk yang membuat Kevin terkekeh gemas melihat Sinta.
Tak lama datanglah kilat yang diikuti oleh petir yang sangat keras hingga membuat Sinta takut.
Duarrrr
"Ibu, Ayah help," pekik Sinta langsung naik ke pangkuan Kevin kemudian memeluk erat Kevin yang kini hanya bisa pasrah. Ajaib betul anak ini, tapi entah kenapa Kevin tak bisa marah pada Sinta.
"Huaaa Ayahh Sinta takutt hiks hiks hiks huaaaa."
Tangis Sinta pecah saat itu juga, Sinta paling takut dengan petir. Karena dulu pernah ada kejadian dimana Sinta hampir tersambar petir saat main hujan di halaman rumah yang dekat dengan tiang listrik. Mungkin itu salah Sinta yang main hujan hujan.
Kevin yang merasa kasihan itu langsung memeluk pinggang Sinta yang bergetar karena tangis itu.
"Sudah jangan menangis, disini ada aku," bisiknya yang membuat Sinta seketika tersadar.
Deg deg deg
Sinta yang niatnya langsung bangun itu langsung di tahan oleh Kevin.
"Udah selesaiin aja kamu nangisnya, lagipula lagi hujan jadi gak begitu kedengarannya," ucapnya yang membuat Sinta malu. Sedangkan Kevin hanya tersenyum itung itung PDKT tipis tipis.
"Maaf Mas, Sinta takut petir. Takut kalau disambar petir gimana?" tanya Sinta dengan kasar menghapus air matanya. Sinta malu karena sudah berani beraninya duduk dipangkuan montir tampan itu. Tanpa tahu jika Kevin adalah pemilik bengkel.
"Udah Mas, Sinta gak enak sama teman temannya Mas sama bosnya Mas. Apalagi Mas malah enak enak duduk gini," ujar Sinta yang berniat untuk bangun.
"Gak apa apa, bos aku gak akan marah kok. Lagian ini lagi hujan, dan katanya kamu takut petir."
"Lagian motor yang perlu diperbaiki cuma tinggal dua udah di garap noh teman teman Mas," jawab Kevin lagi menunjuk teman temannya.
Mereka yang ada disana hanya bisa tersenyum senang saja, semoga bosnya itu bisa mendapatkan pasangan yang baik. Mereka mendukung sepenuhnya jika bosnya itu sama anak SMA itu, karena sepertinya gadis SMA itu juga baik.
Para karyawan disana hanya bisa pura pura tak melihat mereka karena membiarkan sang bos PDKT.
"Oh ya kita belum kenalan secara resmi kan? Aku Kevin," ucap Kevin memperkenalkan diri sebagai seorang Kevin sang montir.
"Aku Sinta, salam kenal ya Mas Kevin," jawabnya dengan senyum manis yang mampu membuat Kevin ikut tersenyum.
"Salam kenal."
Mereka sama sama diam, apalagi hujan yang makin deras membuat suasana makin mesra dengan posisi Sinta di pangkuan Kevin.
Krucuk krucuk krucuk
Suara dari perut Sinta malah membuat suasana jadi kacau. Kevin tak bisa untuk tidak tertawa, apalagi wajah Sinta sangat merah karena tak bisa menahan suara di perutnya.
"Dasar perut gak ada adab, bikin malu aja sih kamu," batin Sinta menatap perutnya.
"Lapar hmm?" tanya Kevin pada Sinta.
"Heem, laper gara gara capek tadi. Mana pagi tadi sarapan dikit banget," jawab Sinta yang malah curhat pada Kevin.
"Mi goreng mau?" tanya Kevin pada Sinta.
"Emang ada?"
"Aku tanya kamu mau mi goreng apa enggak, Sinta."
"Mau sih kalau ada, tapi mana ada disini mi goreng. Lagipula sebentar lagi pasti hujannya reda," jawab Sinta dengan santainya.
"MPOK MI GORENG 2, KOMPLIT!!"
"OKE SIAP."
Entah sejak kapan Mpok Ijah ada di belakang mereka yang hanya ditutupi oleh spanduk saja.
"Loh."
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!