NovelToon NovelToon

Boneka Tuan Debt Collector

Gadis Jaminan

..."Aku harus memastikan kesucianmu agar aku tau bahwa kamu bernilai atau tidak untukku jadikan jaminan!" - Noah...

...💸💸💸...

Senja itu entah kenapa udara begitu dingin hingga menusuk ke tulang. Apa karena hujan baru saja berhenti membasahi bumi? Entahlah, yang penting panasnya mentari tak lagi mengusik dan membakar kulit.

Ruby Eleanor. Seorang gadis muda yang berusia delapan belas tahun. Ia sebentar lagi akan menyelesaikan masa putih abu-abunya dengan coret-coret seragam, ia berjalan dengan gontai memasuki rumah. Kupingnya yang disumbat menggunakan headset membuatnya tak mendengarkan suara apapun yang ada di sekitar.

Langkah kakinya tiba-tiba saja terhenti saat ia mendapati ada sekitar lima orang pria bertubuh kekar dengan tato di sekujur tubuh sedang berdiri di ruang tamu.

Ruby memicingkan matanya mengamati siapa pria-pria itu. Apa itu tamu orangtuanya? Sepertinya tidak. Kemudian ia melepaskan headset yang menyumbat telinganya sambil berjalan mendekat. Mulutnya setengah terbuka karena penasaran ingin bertanya siapa mereka. Tapi ia mengurungkan niat itu. Entah kenapa, ada aura dingin yang membuat sekujur tubuhnya bergidik.

Dengan perasaan penasaran yang menyelimuti pikirannya, ia memberanikan diri untuk bertanya.

“C-cari siapa, Om?” tanya Ruby sambil mengernyitkan dahinya.

“Bapak Reno Saputra,” ucap salah seorang dari pria yang bertubuh kekar tadi.

“Oh … Ayah,” gumam Ruby pelan.

“Hubungi dia sekarang!” bentak salah seorang pria tadi tanpa basa-basi. Sepertinya mereka telah lelah berada di sana karena menunggu sosok yang mereka cari tak kunjung tiba.

Mendengarkan suara lantang tersebut, sekujur tubuh Ruby semakin bergidik ngeri. Namun matanya tiba-tiba teralihkan ke seorang pria berjas abu-abu yang sedang duduk menyilangkan kaki di sofa ruang tamu itu. Sepertinya, ia merupakan ketua dari kelompok mafia itu, pikirnya.

“Hah?! Mafia?!” gumamnya dalam hati sambil kedua alisnya tersentak kaget dengan sorot mata terbelalak ke arah keenam pria di depannya. Sejak tadi entah kenapa ia tak dapat mengerti dengan situasi yang ia hadapi itu. Padahal, di depannya saat ini merupakan orang-orang berwajah bengis yang sepertinya bukan orang baik.

Tanpa berfikir panjang, Ruby bergegas menghubungi ayahnya dengan tubuh yang bergetar. Dipikirannya saat ini, apa yang sedang terjadi? Kenapa ada orang yang menyeramkan seperti ini di dalam rumahnya?

Selang beberapa menit kemudian, Ruby dibuat gelisah saat kedua orangtuanya tak menjawab panggilan. Panggilan pertama yang sempat memberikan nada tersambung, kini menyisakan jawaban operator yang menyuruh meninggalkan pesan. Silih berganti ia mencoba menghubungi ayah dan ibunya. Tapi hasilnya tetap sama.

Ruby menatap gusar ke arah pria yang sedang duduk menyilangkan kaki di sofa. Baginya, pria bermata hazel berkulit putih itu lebih menyeramkan ketimbang pria-pria berotot dan bertato yang berdiri di sebelahnya. Terlebih lagi ada bekas luka di pelipisnya. Tatapan tajam pria itu seolah-olah sedang mengulitinya sejak tadi tanpa henti.

“Sebaiknya aku kabur,” pikir Ruby dalam hati. Perlahan, langkah kakinya bergerak mundur setapak demi setapak.

"Tangkap dia!" titah Noah yang merupakan ketua dari kelompok mafia tersebut. Ia adalah pria yang duduk bersilang kaki di sofa.

Belum sempat gadis itu berbalik badan menyelamatkan dirinya, salah seorang pria galak bertubuh kekar tadi langsung menyergap tubuh mungilnya hanya menggunakan satu tangan. Tubuh mungil gadis itu dipanggul ke atas bahu.

"Lepaskan!!!" pekik Ruby sambil meronta-ronta berusaha membebaskan diri. "Kalo nggak, aku akan berteriak!!!"

"Ck!" Noah berdecak sebal mendengarkan ucapan gadis kecil tersebut. Ia merasa kesal dengan ancaman tak berguna gadis kecil itu. Tak ingin membuang-buang waktu, pria berhidung mancung dan berwajah blasteran bule itu akhirnya bangkit dari sofa.

"Bawa dia ke kamar!" titah Noah dengan suara yang lantang dan mengerikan.

"Tolong!!! Tolong!!! Hiks... hikss..." pekik Ruby meronta-ronta sambil berteriak ingin melepaskan tubuhnya. Ia tak mampu menahan tangisnya akibat ketakutan yang teramat sangat mengerikan pada senja yang mencekam itu.

Di saat yang sama, pria bertubuh tegap tadi mengikuti perintah Noah, lalu mereka mencari kamar yang ada di lantai satu rumah tersebut. Sesaat setelah menemukan kamar yang ada, tanpa menghidupkan lampu, tubuh Ruby dibanting dengan kasar ke atas ranjang.

"Aakk!!!" pekik Ruby kesakitan.

Noah masuk ke dalam, sedangkan pria-pria bertubuh tegap tadi keluar sehingga menyisakan mereka di kamar.

"A-apa mau, Om?!" tanya Ruby sambil bangkit dari tidur dan bergegas duduk. Kemudian ia bergerak mundur menggunakan kedua tangannya ke belakang hingga ia tersandar mentok ke dinding.

"Buka bajumu!" tegas Noah gamblang.

Saat suara lantang pria itu memerintahkannya melepaskan pakaian, sekujur tubuh Ruby bergetar dengan hebat. Apa yang ingin dilakukan pria itu? Kenapa dengan seenaknya saja ia disuruh melakukan tindakan asusila tersebut?!

"Nggak!" protes Ruby tak kalah lantang. Ia berusaha menjaga kehormatan serta harga dirinya. Terlebih lagi di depan pria asing yang baru ia temui.

"Ck! Membuatku kesal saja!" rutuk Noah dengan wajah yang bengis. Sosok wajah tampannya terlihat begitu jelas di kamar yang gelap gulita itu saat dentuman petir menyambar sekilas dari luar rumah.

Kilat yang menggelegar disambut derasnya rintikan hujan pada senja yang mulai tenggelam digantikan malam itu membuat Ruby semakin bergidik ketakutan. Ia tak mengerti dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Kesalahan apa yang telah ia lakukan sampai-sampai ia harus menghadapi situasi menakutkan ini? Lalu, kenapa mereka mencari ayahnya?

Tanpa sepatah katapun, Noah memanjat ranjang yang di tempati oleh Ruby, kemudian ia menarik kedua kaki Ruby yang masih mengenakan sepatu sekolah.

"Aakk!!!" pekik Ruby saat tubuhnya ditarik mendekat ke arah pria tersebut. Posisinya yang semula duduk, kini terbaring saat tubuhnya ditarik paksa.

"Lepaskan!" teriak Ruby dengan lantang sembari berusaha meronta-ronta melepaskan kakinya dari genggaman erat tangan kekar pria yang ada di depannya saat ini.

"Apa yang ingin Om lakukan?!!!" kecamnya tak berdaya saat tangan kasar pria itu menyibak paksa rok abu-abunya ke atas. Kini kedua paha mulusnya terpampang dengan sangat indah di depan pria tersebut. Wajahnya memerah menahan malu akibat perbuatan cabul pria itu.

"Aku harus memastikan kesucianmu agar aku tau bahwa kamu bernilai atau tidak untukku jadikan jaminan!" suara lantang Noah terdengar begitu jelas meskipun kilat saling bersahutan dengan derasnya rintikan hujan di luar rumah.

"Salahkan orangtuamu!" bentak Noah sembari melepaskan segitiga milik Ruby dan melemparnya ke lantai.

"Siapa suruh minjam uang setelah itu kabur?!" sambungnya.

Sesaat setelah itu, suara guruh yang menggelegar membuat Ruby yang menangis tadi mendadak terhenyak saat mendengarkan ucapan pria itu. Ia terkejut saat mengetahui bahwa orangtuanya meminjam uang, kemudian melarikan diri meninggalkannya sendiri. Rasanya tak masuk akal jika orangtuanya berbuat demikian.

Lamunannya tiba-tiba terusik saat ia merasakan jari kasar milik pria tadi menyibak paksa kedua lipatan daging tebal miliknya. Ia berusaha dengan sekuat tenaga menempik tangan kasar tersebut. Namun hanya dengan sekali tangkap, tangan kiri yang kekar milik pria itu dapat mengunci kedua tangan ringkihnya, lalu kedua tangannya ditekan ke atas.

Tak mampu melawan kuatnya tenaga kasar dari pria itu, Ruby hanya pasrah sembari menangis terisak-isak akibat pelecehan yang pria itu berikan padanya. Kesucian yang selama ini ia jaga, apa harus direnggut paksa malam ini oleh seorang pria yang tak ia tahu asal usulnya?

Dengan kasar, Noah melebarkan kedua paha Ruby menggunakan tangan kanannya, kemudian jari kasarnya kembali membuka lipatan tebal yang berbulu tipis milik gadis yang sedang terbaring tak berdaya tersebut. Matanya menelisik mengamati isi di balik lipatan daging tebal milik gadis itu.

Pria itu mendadak tersenyum sumringah saat melihat isi dari lipatan daging tebal tersebut. Selaput-selaput dara yang berwarna merah muda begitu indah terpampang di sana. Belum terusik dan belum pernah diterobos walau hanya sebuah jari pun. Benar-benar masih tersegel dengan rapi.

"Okay! Kamu cukup bernilai untuk menjadi jaminan!"

...****************...

BERSAMBUNG...

Awal Dari Kisah Ini

..."Aku akan menjadikanmu gadis panggilan sampai uangnya cukup untuk mengembalikan uang yang orangtuamu pinjam dariku." - Noah...

...💸💸💸...

"Hikss.. hikss... hiksss..."

Tangisan Ruby terdengar begitu menyayat hati. Hatinya begitu hancur saat pria yang ada di depannya saat itu dengan santai melebarkan pahanya lalu mengamati dengan lekat organ kewanitaannya.

"A-apa yang ingin Om lakukan?" tanya Ruby di sela isak tangis yang tak kunjung berhenti.

"Berapa usiamu sekarang?" tanya Noah tak mempedulikan pertanyaan Ruby sebelumnya.

"Bulan depan usiaku sembilan belas tahun," jawab Ruby polos. Pikirnya, pria itu bertanya karena ingin memberikannya pekerjaan untuk melunasi hutang orangtuanya.

"Good! Kamu sudah cukup umur," ucap Noah sembari memanjat tubuh Ruby.

Lalu pria bermata hazel kulit putih tersebut melepaskan tangan kirinya dari kedua tangan Ruby, ia malah mencengkeram dengan kasar dagu mungil milik gadis itu sehingga wajah gadis itu terangkat ke atas menatap ke arahnya.

"S-sakit..." ringis Ruby lirih.

Pria berusia dua puluh tujuh tahun itu mendekatkan bibirnya ke telinga gadis tersebut dan berbisik dengan nada yang cukup mengerikan hingga Ruby bisa mengingat dengan sangat detail kalimat tersebut.

"Aku akan menjadikanmu gadis panggilan sampai uangnya cukup untuk mengembalikan uang yang orangtuamu pinjam dariku," bisik Noah sambil menyeringai dengan sangat mengerikan.

Tangis Ruby seketika membuncah saat mendengarkan ucapan dari Noah. Tubuhnya tak henti-henti bergetar dengar hebat karena takut saat membayangkan hal kotor itu terjadi pada masa depannya yang malang.

Tak bisa ia pungkiri, keadaan yang sedang ia hadapi saat ini merupakan di luar nalarnya. Benar bahwa perusahaan orangtuanya sedang di ambang gulung tikar, tapi ia tak tahu bahwa orangtuanya meminjam dana lalu melarikan diri. Memangnya, sebanyak apa uang yang orangtuanya pinjam?

"Be-berapa?" tanya Ruby takut-takut. "Berapa ... hutang orangtuaku?"

"Sepuluh miliar dengan bunga berjalan satu miliar," jawab Noah sembari menatap tajam ke arah Ruby. "Totalnya sebelas miliar."

Ruby terbelalak kaget. Ia tak mampu menahan rasa terkejutnya saat mendengarkan jumlah dari pinjaman yang orangtuanya ambil. Itu jumlah yang sangat besar! Bahkan baginya yang sebentar lagi tamat SMA pun harus kerja apa untuk mendapatkan uang sebesar sebelas miliar rupiah itu?! Kupu-kupu Malam? Jangan harap ia mau melakukannya!

Noah melepaskan cengkeraman tangannya di dagu mungil gadis itu dengan kasar. Ia melempar wajah gadis itu ke kiri dengan kuat, lalu ia menuruni ranjang dan membetulkan jas dengan sorot mata elangnya yang tak ia alihkan dari paha Ruby yang masih melebar.

"Tutup pahamu!" perintah Noah dengan tegas. "Jika kamu tak ingin di santap pria-pria lapar di luar itu."

Sesaat setelah mendengarkan ucapan Noah, Ruby bergegas merapatkan pahanya, lalu ia menurunkan rok abu-abunya yang masih tersibak ke atas tadi.

"Sepuluh menit! Kemaskan barang-barangmu!" ucap Noah sambil membuka pintu kamar dan keluar, lalu ia menyuruh pengawalnya tadi memantau Ruby agar tidak kabur.

...****************...

Sepuluh menit telah berlalu. Ruby hanya mengambil pakaian secukupnya dan skincare yang ia butuhkan dengan terburu-buru tanpa sempat ia bereskan di dalam koper. Jangankan berfikir untuk melarikan diri, memikirkan apa saja yang seharusnya ia bawa tak sempat ia lakukan.

"Ayo!" bentak seorang pria bertubuh kekar sambil menenteng dua koper besar milik Ruby. Sedangkan dua pria lagi menghampirinya. Sepertinya ingin memaksanya berjalan.

"A-aku bisa jalan sendiri," kata Ruby dengan nada yang pelan sambil berjalan ke depan mengikuti pria yang tadinya membawa kopernya.

Saat ingin melangkahkan kaki meninggalkan rumah tersebut, Ruby menoleh ke belakang, ia memperhatikan dengan seksama seluruh isi rumah. Ke mana ayah? Ke mana ibu? Lalu, ke mana supir dan pembantu rumah tangga di rumah itu? Kenapa semuanya pergi tanpa memberikan kabar? Kenapa semuanya begitu tega membiarkan dia yang masih begitu muda menghadapi pria-pria jahat itu?

"Cepat!" bentak pria bertubuh kekar tadi sembari mendorong tubuh Ruby ke depan hingga tubuhnya sempat oleng dan hampir jatuh.

Ruby menatap lurus ke arah luar pagar rumahnya. Ada sebuah mobil Pajero Sport hitam yang sedang terparkir di sana dan di belakangnya ada sebuah mobil Jeep. Sepertinya, itu mobil para debt collector ini. Ia berjalan dengan langkah yang berat menuju mobil tersebut. Kemudian, ia dipaksa masuk ke dalam mobil Pajero Sport dan duduk bersebelahan dengan pria blasteran yang menyeramkan tadi.

Mobil melaju dengan sangat cepat di susuli Jeep hitam di belakang Pajero Sport yang ia tumpangi. Sepertinya tiga orang pria bertubuh kekar tadi berada di mobil belakang untuk mengawasi. Sedangkan dua pria lagi sedang duduk di depan. Satunya mengendarai dan satunya mengawasi jalan.

"Apa tak ada harapan untukku kabur?" gumam Ruby di dalam hati. Ia tertunduk sambil memainkan kukunya. Tak terasa, airmata menetes satu persatu membasahi tangannya.

Noah yang sedari tadi tatapannya fokus menikmati padatnya perjalanan sembari memegang dagu, ia dibuat terusik saat sudut mata kirinya melihat gadis yang di sebelahnya menangis sesenggukan. Sejak dulu ia sangat membenci suara tangisan dari seorang gadis.

"Berhenti menangis!" bentak Noah di saat suasana mobil tersebut hening dan mencekam tanpa ada suara radio yang terputar.

Ruby dibuat kaget oleh bentakan kasar pria di sebelahnya. Bukannya berhenti menangis, tangisnya semakin kencang akibat terkejut dan semakin takut.

"Hikss.. hikss.. hikss..." Ruby semakin tertunduk sehingga rambut coklat panjangnya menutupi wajah.

"Ayah, ibu, aku takut," lirihnya pelan dalam hati.

"Hei!" sergah Noah sembari menjambak rambut Ruby sehingga kepala gadis itu terangkat ke atas. "Jangan berisik!"

...****************...

Kurang lebih tiga puluh menit berlalu, mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di depan sebuah bar dan club malam yang cukup terkenal di pusat kota Jakarta. Black Moon!

"Kalian ingin aku masuk melalui pintu depan?!" sergah Noah dengan suara yang kasar kepada kedua pengawalnya.

"M-maaf, Pak." Ucap pria botak yang mengemudi. Ia bergegas menancapkan gas memasuki basement bawah club malam tersebut dan berhenti di sebuah lift yang terkesan cukup mewah dan private. Sepertinya tak sembarangan orang bisa menaiki lift tersebut.

Kedua pengawal tadi bergegas turun dari mobil. Satu membukakan pintu untuk Ruby dan satu lagi membukakan pintu untuk Noah turun dari mobil. Noah berjalan menuju lift tersebut namun tidak dengan kedua pengawalnya. Ruby hanya mematung saat melihat Noah berada di dalam lift karena ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu.

"Masuk!" bentak Noah dengan sorot mata yang tajam ke arah Ruby.

Karena takut akan sorot mata yang mengerikan tersebut, Ruby berjalan menuju lift dan masuk ke dalamnya.

Pintu lift pun tertutup. Noah menekan tombol 37 yang ada pada lift tersebut. Tombol terakhir yang ada di sana.

TING!!!

Pintu lift terbuka. Tak ada yang menarik saat Ruby keluar dari lift tersebut. Karena hanya ada ruangan kecil yang sepertinya ruangan sendal dan sepatu. Tapi tak tahu jika pintu yang ada di ruangan kecil itu di buka.

Noah membuka sepatunya dan membuka pintu yang sejajar dengan pintu lift tadi.

Ruby terperangah. Matanya yang sembab akibat menangis, kini terbelalak kaget akibat melihat seluruh isi dari ruangan yang ada di lantai 37 tersebut. Seperti penthouse-penthouse yang ada di film-film Korea. Apa jangan-jangan ini benar-benar penthouse di dunia nyata? Pikir Ruby saat itu.

...****************...

BERSAMBUNG...

Black Moon

..."Dengan tubuh seperti ini, nilai jualmu pasti tinggi di Black Moon! Ck!" - Noah...

...💸💸💸...

"Ngapain di sana?!" sergah Noah mengejutkan Ruby yang masih terperangah dengan seluruh isi di rumah tersebut.

Meskipun selama ini Ruby hidup bergelimang harta, tapi dia bukanlah orang yang sangat kaya. Batas kekayaan orangtuanya terbilang masih standar rata-rata, jadi tak cukup untuk dijadikan harta warisan tujuh turunan.

"Mau kabur?!" kecamnya sengit.

"Ng-nggak, Om," ucap Ruby sambil menelan salivanya dan memberanikan langkah untuk masuk ke dalam penthouse tersebut. Pasalnya, penthouse yang akan ia injaki itu adalah penthouse milik pria yang sepertinya masih lajang dan belum menikah. Apalagi, pria tadi sempat melecehkannya. Ia semakin dibuat gusar jika harus seatap dengan pria itu.

"Sini!" panggil Noah ketus. Ia membawa Ruby ke sebuah kamar yang berada di dekat dapur. Kamar itu lebih tepatnya kamar untuk pembantu, sempit, kecil dan pengap karena hanya menggunakan kipas.

"Ini kamarku?" tanya Ruby sambil menelisik seisi ruangan yang luasnya kurang lebih 3x3 meter.

"Argh!" keluh Noah sembari mendengus sebal. Entah kenapa, meskipun sifatnya kasar, ia juga tak tega membiarkan anak yang tak tau apa-apa itu tinggal di ruangan sempit itu.

"Sini!" panggilnya lagi sambil berjalan ke arah kamar yang berada di dekat ruang tamu. Kemudian ia membuka pintu kamar tersebut sehingga terpampanglah isi kamar yang cukup mewah dan cukup luas.

Ruby sempat terkagum-kagum sejenak. Namun ia kembali menyadarkan dirinya bahwa ini bukan saatnya bagi dia untuk terkagum dengan situasi seperti ini. Permasalahannya sekarang adalah, apa benar ia akan dijadikan gadis pelayan? Jangan-jangan ia akan dijadikan gadis pelayan di club yang ada di bawah? Tidak bukan?

"Punya hp, 'kan?" tanya Noah dengan wajah yang tanpa ekspresi.

Ruby hanya mengangguk.

"Sering-sering nonton film por.no dan belajar dari film itu," ucap Noah tanpa sedikit pun rasa bersalah kemudian membalikkan tubuhnya.

Ruby terbelalak mendengarkan ucapan dari pria itu. Ia sungguh tak mengerti tujuan dari disuruh menonton video adegan dewasa dan panas itu untuk apa.

"U-un-untuk apa?!!!" tanya Ruby dengan lantang dan penuh emosi. Wajahnya memerah menahan malu dan amarah.

Noah berbalik badan dan kembali menoleh ke arahnya. Ia mencengkeram dengan kuat dagu gadis yang tingginya sebatas bahu kekarnya sehingga wajah gadis itu terangkat ke atas.

"Jangan lupa tujuanmu ke sini untuk apa?!" bentak Noah dengan bengisnya. Matanya seolah-olah ingin mencongkel kedua bola mata gadis yang ada di depannya saat itu. "Aku tak suka dengan orang yang ingkar janji seperti orangtuamu!"

"Manis mulut saat meminjam, tapi melarikan diri saat tak bisa membayar!" sambungnya lagi dengan lantang dan penuh penekanan.

"B-bagaimana dengan sekolahku?" isak Ruby yang tiba-tiba terdengar. Ia menangis karena dagunya yang sakit dan secara refleks kedua tangannya tadi memegang tangan kasar Noah yang cukup berotot itu karena mencengkeram dagunya.

"Heh!" Noah melotot. "Hari ini kamu baru selesai ujian akhir 'kan?!"

"T-tapi ... aku 'kan harus perpisahan da-"

"Masih ada hati ingin hidup enak?!" potong Noah tanpa rasa iba.

"Sadar! Bentar lagi kamu bakalan jadi gadis penghibur di Black Moon! Nggak usah pinter, cantik aja udah bagus!" sambungnya lagi sambil melepaskan cengkeramannya dengan kasar.

Noah membalikkan tubuhnya sembari perlahan berjalan meninggalkan Ruby yang sedang menangis tersedu-sedu. "Ganti pakaianmu! Aku akan memperkenalkan Black Moon padamu."

"Di lemari ada banyak pilihan dress, tinggal pilih."

Selang beberapa menit kemudian, Ruby akhirnya memutuskan mengambil dress hitam ketat, lengan yang panjang dengan belahan dada yang sedikit terekspos dan panjang dress tersebut hanya sejengkal di atas paha. Cukup minim. Ia juga mengenakan heels hitam yang ada berbagai ukuran di sana, entah punya siapa tapi ia tak penasaran sedikitpun. Karena ia berniat untuk melarikan diri nanti.

TOK TOK TOK!

"Hei! Cepat!" teriak Noah tak sabaran dari luar kamar.

"Ck! Percuma ganteng tapi nggak beretika!" gerutu Ruby lirih sambil memutar tubuhnya menghadap pintu kemudian bergegas membuka pintu.

CEKLEK!

Noah tak mampu menahan rasa kagumnya saat melihat keindahan yang terpatri pada tubuh gadis kecil itu. Usianya memang dalam hitungan hari lagi akan genap 19 tahun. Tapi tetap saja, kenapa bisa bentuk tubuhnya proporsional begitu? Dada sintal yang cukup menggiurkan dengan bo.kong padat serta pinggul yang indah bagaikan gitar spanyol.

Lalu, bukankah gadis itu tak mengenakan sedikitpun sentuhan makeup? Kenapa wajahnya tetap merona? Kulit putih mulus tanpa sedikitpun noda, ditambah pipi yang merona tanpa blush on dan bibir sensual yang merekah memerah tanpa sentuhan lipstick. Memangnya masih ada gadis yang cantik natural begitu?!

"Om?!" Ruby merasa tak nyaman saat tatapan pria tersebut mengamati tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia merasa risih sekaligus takut dengan tatapan pria itu.

Noah menyeringai dengan buas. "Dengan tubuh seperti ini, nilai jualmu pasti tinggi di Black Moon! Ck!"

...****************...

Alunan musik yang memekakkan telinga terdengar saling berdentuman dan memberikan sebuah kesenangan tersendiri bagi mereka yang berada di dalamnya. Sang DJ terlihat sedang asik dengan turntable dan headphone yang berada di kepala, sesekali DJ yang ada di atas pentas tersebut mengangkat kedua tangannya ke atas dan menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan musik yang ia ciptakan.

"Ladies and gentleman! Put your hands up!" teriak DJ laki-laki tersebut sambil kembali menggerakkan piringan hitam yang ada di turntable.

Ruby yang saat itu masuk ke dalam ruangan gelap bercahaya kedap-kedip, terlihat canggung dan tak biasa. Ini merupakan pertama kali baginya menginjakkan kaki ke tempat seperti itu. Matanya berkeliling penasaran menikmati sekeliling. Terdapat banyak pasangan muda mudi yang sedang bercengkrama di kursi, ada juga yang sedang menenggak minuman dari botol yang merupakan bir dan wine, lalu ada juga yang sedang on the floor dengan menggoyangkan tubuhnya.

Saat ia berjalan berdampingan dengan Noah, di belakang ada yang menjaga mereka, pakaiannya serba hitam dengan tubuh yang tegap. Sepertinya itu pengawal di Black Moon ini.

"Hallo, Sayang," sapa seorang wanita cantik yang datang mendekat dan menggoda Noah. Ia menempelkan dadanya ke lengan Noah, tak peduli saat itu ada Ruby di samping pria itu.

Noah tak membalas ucapan tersebut, namun ia membiarkan godaan yang diberikan wanita tadi padanya. Jika diingat-ingat kembali, sejak pertama kali Ruby bertemu dengan pria itu, ekspresi wajahnya hanya ada dua. Datar dan bengis, apapun situasi yang ia hadapi.

"Hai," sapa seorang pria yang sepertinya berusia 30-an ke arah Ruby. Tangannya meraba punggung Ruby dengan sentuhan yang sangat ero.tis.

"Hei," sergah Noah dengan tatapan yang mengerikan sembari tangan kekarnya menahan tangan pria tadi. "Ia belum ku jual."

"Aku akan memberikanmu penawaran harganya jika sudah deal," sambungnya sambil menyeringai.

"Om," panggil Ruby sambil menjinjitkan kakinya dan berbisik ke arah Noah. "Aku mau ke toilet, dari tadi kebelet pipis."

Noah mengarahkan wajahnya ke arah jalan menuju kamar mandi.

Kemudian Ruby berjalan perlahan-lahan menyatu dengan keramaian di Black Moon tersebut. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu melihat ke depan dan belakang, tak ia temukan seorang pun pengawal yang sedang mengawasinya. Tak ingin menyia-nyiakan waktu tersebut, Ruby bergegas membaur dengan keramaian dan kebisingan tersebut sembari mencari arah jalan keluar. Cukup mudah untuknya menemukan jalan keluar. Dengan wajah yang girang, ia merasa senang karena dapat meninggalkan tempat yang sangat menakutkan itu. Bergegas berlari sekuat tenaga yang ia bisa menuju pintu keluar yang hanya tersisa beberapa langkah lagi. Hingga akhirnya tiba di dua langkah terakhir ....

"Aakk!!!" pekiknya kaget saat sebuah tangan kekar menahan perutnya dari belakang.

Dengan tubuh yang bergetar, Ruby memberanikan diri menoleh ke arah belakang secara perlahan. Samar-samar terlihat wajah seseorang namun tak begitu jelas karena matanya tertutup oleh rambutnya yang tergerai.

Namun ada sebuah tangan kasar lagi yang menyibak rambutnya secara perlahan sehingga ia dapat melihat dengan jelas siapa pria yang menahan tubuhnya itu.

"O-Om ...." gumam Ruby lirih dengan kedua alisnya tersentak secara bersamaan matanya melotot karena terkejut.

"Noah. Namaku," gumam Noah mengerikan sambil menyeringai.

...****************...

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!