Selamat datang di karya baruku. Proses penulisan dan penguatan karakter dalam tokoh selalu ku pelajari dengan baik, Insha Allah setiap karya baru Puebi dan kosa kata akan ku perbaiki lagi dan lagi.
Happy Reading and Enjoy Guys.
Alisa Soebandono, gadis berusia 19 tahun yang kini bekerja sebagai penjaga toko jilbab di salah satu pasar swalayan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Alisa tinggal bersama ibu dan dan ayah tirinya, semenjak usaha percetakan ibunya bangkrut akibat judi togel yang sering di lakukan ayah tirinya.
Alisa tidak pernah tahu siapa ayah kandungnya, karena setiap kali gadis itu bertanya dan membahas tentang ayah kandungnya, ibunya akan langsung mengomel dan mencaci maki gadis itu.
Alisa hanya bisa gigit jari saat melihat satu persatu teman-teman sekolahnya melanjutkan study mereka ke jenjang perguruan yang lebih tinggi.
Alisa bisa saja melanjutkan kuliahnya dengan uang tabungan yang telah gadis itu kumpulkan selama bertahun-tahun di dalam sebuah celengan berbentuk babi. Akan tetapi, karena melihat orang tuanya yang sengsara akibat penagih hutang yang hampir tiap hari datang mengacak-acak rumah mereka. Alisa dengan berat hati harus mengikhlaskan tabungannya tersebut untuk membayar sebagian kecil hutang orang tuanya.
Walaupun gaji yang di dapatkannya dari bekerja di toko hanya pas-pasan namun gadis itu merasa sangat bersyukur bisa membantu menutupi kebutuhan hidup keluarganya di rumah. Tidak ada alasan bagi Alisa untuk tidak merasa bersyukur karena masih di berikan umur yang panjang dan kesehatan.
Apalagi saat ini Alisa sedang menjalin sebuah hubungan romantis dengan seorang laki-laki yang di kenalnya melalui sosial media, mereka sudah pernah bertemu sebanyak dua kali dan hari ini rencananya mereka akan bertemu lagi di sebuah taman kota.
Laki-laki bernama Agus Sucipto, berusia 22 tahun dan saat ini laki-laki itu sedang berkuliah di kota sebelah, itulah alasan utama mengapa selama tiga bulan hubungan mereka berjalan baru dua kali mereka sempat bertemu. Meskipun sebenarnya mereka tinggal di kota yang sama.
"Bu, saya permisi mau pulang duluan. " Ujar Alisha kepada pemilik toko karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.00.
"Udah jam empat yah nduk? Ya udah kamu hati-hati yah di jalan, ini uang buat jajan kamu. " Ujar Bu Hayati menyodorkan uang 10.000an sebanyak dua lembar.
"Ah Terima kasih banyak bu, kalau gitu saya pamit yah bu. " Balas Alisha, menerima uang tersebut dan bergegas meninggalkan toko.
Senyuman di wajah Alisha terus mengembang, memikirkan pertemuan ketiganya nanti dengan Agus.
Alisa sudah memikirkan, malam ini ia dan Agus harus memiliki poto bersama, untuk di unggah ke media sosialnya.
Sesampainya di taman kota, Alisha memperhatikan sekitarnya yang lumayan ramai di sore hari.
Hal yang biasa terjadi, karena sore ini langit tampak sangat cerah tentunya langit senja akan terlihat sangat cantik sebentar lagi. Para anak senja akan berlomba-lomba mengabadikan moment tersebut dengan smarthphone mereka.
Alisa memilih bangku yang berada di bawah salah satu pohon beringin, bangku tersebut baru saja di tinggalkan oleh sepasang kekasih, Alisa merasa sangat beruntung bisa langsung mendapatkan bangku tersebut.
Sembari menunggu Agus, Alisa sesekali memperbaiki penampilannya dan mengatur posisi duduknya agar terlihat cantik dan manis di mata Agus nanti.
Setengah jam akhirnya berlalu, Alisa menatap kembali layar ponselnya.
"Kenapa mas Agus belum sampai yah? Jangan-jangan dia ada apa-apa lagi di jalan?. " Lirihnya pelan.
Alisa mulai merasa khawatir, takut jika ada sesuatu yang terjadi kepada Agus di perjalanan.
Sesekali Alisa membuka aplikasi pesbuknya, mengecek apakah sosial media Agus telah aktif karena Alisa sudah mengirimkan laki-laki itu puluhan chat, mengabarkan bahwa dirinya sudah berada di taman, tempat mereka akan bertemu.
Langit sudah mulai gelap, satu persatu orang-orang yang berada di taman tersebut juga sudah pulang di gantikan dengan orang-orang baru yang datang.
Alisa masih berharap Agus datang, meskipun laki-laki itu terlambat. Alisa dengan senang hati akan memakluminya. Namun, satu jam telah berlalu Agus tak kunjung datang.
"Allahu Akbar... Allahu Akbar... " Suara Kumandang Adzan dari pengeras suara salah satu masjid yang berada tidak jauh dari taman tersebut.
"Alhamdulillah.. Masya Allah. " Gumam Alisa, mengucap syukur karena dirinya masih bisa mendengar suara Adzan yang memanggilnya untuk segera melaksanakan ibadah sholat maghrib.
Dua puluh menit berlalu, setelah kembali ke taman dengan perasaan deg-degan Alisa berjalan dengan tergesa-gesa berharap Agus sudah berada di taman dan menunggunya. Namun, nihil.
Alisa hari ini sepertinya harus menelan kekecewaan, karena Agus sama sekali tidak pernah datang.
Alisa memperhatikan sekitarnya dan mengecek kembali ponselnya. Sosial media Agus juga tidak pernah aktif. Dengan gontai gadis itu berjalan pulang dengan perasaan sedih, kecewa sekaligus bingung.
Dalam hatinya, Alisa bertanya-tanya.
"Apa salahku? Apakah aku membuat kesalahan kepada mas Agus?. ". Tanpa sadar air matanya mengalir.
Sesampainya di dalam rumahnya yang sederhana, sekali lagi Alisa mengecek ponselnya dan mendapati sosial medianya telah di blokir oleh Agus. Alisa langsung terdudik lemas di atas kasurnya sambil terisak.
" Hiksss, tega kamu mas Agus, apa salahku?. " Rintih gadis itu.
BRAK
GUBRAK
PRAK
Terdengar suara dari luar kamarnya, Alisa segera menghapus air matanya dan memasang kembali jilbabnya yang sempat ia lepas.
"Ada apa ini?. " Pekik Alisa, saat melihat tiga orang laki-laki bertubuh kekar masuk ke dalam rumahnya dan mengangkat beberapa barang elektronik.
"Heh, apa-apaan kalian? Itu punyaku, aku membelinya menggunakan uangku. " Pekik Alisha.
"Jangan mencoba menghalangi kami, ini sudah menjadi tugas kami, orang tua kamu belum membayar utangnya yang sudah menunggak anggap saja ini sebagai cicilan utang mereka, walaupun harganya tidak seberapa. " Balas salah satu preman bayaran tersebut.
"Jangan, TOLONG, TOLONG. " Alisha mencoba berteriak. Namun tidak lama kemudian muncul satu preman lagi membawa ayah dan ibunya, wajah mereka babak belur, lebam di sana sini.
Preman yang baru masuk itu langsung meloarkan orang tua Alihsa ke arah gadis itu.
"Ayah, ibu? Apa yang terjadi, kenapa kalian bisa seperti ini?. " Tanya Alisa khawatir menerima luka pada wajah ibunya.
"Orang tua kamu itu sudah menunggak bayar cicilan selama dua bulan. " Jelas salah satu preman.
"Hah?, saya sudah membayarnya satu bulan yang lalu tidak mungkin orang tua saya menunggak, kalian jangan coba menipu keluarga saya yah. "Pekik Alisa.
Salah satu preman kemudian melemparkan surat-surat kwitansi kepada Alisa.
Alisa kemudian membaca satu persatu kertas itu. Sedetik kemudian gadis itu tersentak kaget.
Bersambung.. .
Alisha kemudian membaca satu persatu kertas itu. Sedetik kemudian gadis itu tersentak kaget.
###
"Apa ini?. " Tanya Alisa memastikan angka-angka yang baru saja di lihatnya.
Alisa tidak akan pernah menyangka kertas-kertas itu akan menjadi awal Mula babak baru kehidupannya.
"Itu nominal hutang-hutang orang tua kamu, kami sama sekali belum pernah menerima pembayaran cicilannya dua bulan terakhir!. " Jelas salah satu preman.
"Hah?. " Alisa kembali terkejut, memastikan sekali lagi angka-angka pada nota tersebut yang jika di total orang tua Alisa hampir mencapai 300.000.000 Rupiah.
Alisha sontak terduduk lesu di samping ibunya, kemudian gadis itu menatap ayah tiri dan ibunya tersebut.
"Kalian tidak membayarkan uang yang sudah Alisha kasih?. " Tanya Alisa kepada orang tuanya. Alisha ingat betul, ia memberikan uang tabunganya senilai 19.000.000 Rupiah untuk orang tuanya satu bulan yang lalu.
"Maaf Alisa, uang tersebut sudah ayahmu pakai untuk membeli beberapa nomor togel dan sebagiannya untuk membeli makanan, kami pikir uang tersebut akan bertambah pada awalnya namun, pada saat detik-detik terakhir ternyata kami kalah dan... " Ibu Alisa tidak melanjutkan kata-kata nya setelah melihat ekspresi kecewa sekaligus ekspresi shock Alisa.
"Kalian..." Alisa kehabisan kata-kata. Sementara ayah tiri Alisa mencoba bernegosiasi dengan preman yang membawa mereka tadi masuk.
"Tolong pak, beri saya kesempatan, saya pasti akan mendapatkan cicilannya bulan ini, tolong berikan saya kesempatan. " Pinta Ayah Tiri Alisa, memeluk lutut preman tersebut.
"Jangan sentuh saya dengan tangan kotormu itu, tidak ada kesempatan lagi, Tuan Cipto telah memberikan kasian kesempatan selama berbukan-bulan, namun kalian telah ingkar janji kepada Tuan kami, tidak ada pilihan lain kalian harus membayarnya hari ini!. " Tegas preman itu.
"Tuan tolong kami sama sekali tidak memiliki apa-aoa untuk kami berikan kepada tuan-tuan hati ini, ambil saja seluruh barang berharga di rumah ini untuk membayar cicilan kami, saya dan suami saya akan berusaha minggu ini mencari pembayaran cicilannya lagi. " Timpal Ibu Alisa ikut berlutut di depan para preman itu.
Alisa yang melihat itu hanya bisa menghela nafas, uangnya sudah tidak ada. Dirinya hanya bisa pasrah menyaksikan orang tuanya bagaikan pengemis.
"Bagaimana, apa kalian mendapatkan barang berharga lainnya?. " Tanya preman yang membawa orang tua Alisha masuk tadi kepada ketiga bawahannya.
"Tidak ada bos, hanya televisi tua ini dan kipas angin baru itu. " Jelas salah satu preman.
Bruk
Brak
Brak
Bos preman tersbut mengobrak abrik isi rumah Alisa. Orang tua Alisa sontak melindungi diri mereka sambil terus memohon ampun dan keringanan.
"Kalau kalian miskin, harusnya kalian sadar diri jangan coba-coba berjumpa dan mengambil pinjaman, dasar orang-orang miskin bodoh, di rumah kalian sama sekali tidak ada barang berharga, CUIH. " Pekik bos preman tersebut.
"Ampun, ampuni kami. " Pinta ayah tiri Alisa.
"Ampun tuan, tolong beri kami kesempatan satu minggu saja. " Timpal Ibu Alisa.
"Tidak ada ampun untuk kalian, heh apa yang kalian tunggu hajar mereka lagi sampai mampus!. " Perintah bos preman itu kepada para bawahannya.
Ketiga preman tadi bersiap-siap untuk menghajar orang tua Alisa. Untungnya Alisa segera menahan para preman tersebut.
"Berhenti, tolong berikan kami kesempatan saya akan bekerja lebih keras untuk membantu melunasi orang tua saya, tolong ampuni kami, berikan kami kesempatan setidaknya satu minggu lagi. " Pinta Alisa.
"Heh gadis kecil, tidak usah ikut campur. " Ujar salah satu preman mendorong tubuh Alisha agar gadis itu menjauh dari orang tuanya.
"Tolong Tuan, apapun akan saya lakukan untuk membantu orang tua saya, jangan pukuli mereka lagi, berikan kami kesempatan, kasihilah kami Tuan. " Pinta Alisa deraian air matanya sepertinya berhasil membuat ketiga preman itu mundur satu langkah, namun tidak dengan sang bos preman.
Bos preman tersebut melangkah ke arah Alisa, kemudian ikut berjongkok di depan gadis itu. sedetik kemudian preman itu mendekati wajah Alisa lalu menariknyamenariknya.
Deg.
Mata mereka saling bertatapan sepersekian detik, hingga Alisa sontak menutup rapat matanya karena takut.
Tubuh Alisa bergetar, jantungnya seperti akan meledak sebentar lagi. Saking dekatnya jarak di antara mereka, bau busuk nafas preman tersebut memenuhi indera penciuman Alisa.
Bos preman tersebut memperhatikan seluruh wajah Alisa, hingga ke bagian tubuh gadis itu. Tidak lama, bos preman kembali berdiri dan berbisik-bisik kepada para bahawannya, entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Alisha kembali membuka matanya, air liurnya bahkan terasa sangat sulit untuk dirinya telan.
"Tolong pak, tolong berikan kami kesempatan satu minggu lagi. " Ujar Ayah tiri Alisha lagi, mencoba bernegosiasi.
"Iya Pak kasihanilah kami, kami pastikan satu minggu lagi akan membayar cicilannya. " Timpal Ibu Alisa.
"Kalian harus membayarnys hari ini, saya akan memberikan dua pilihan kalian harus membayar lunas utang kalian hari ini, bagaimanapun caranya kami tidak peduli atau kalian akan kami pukuli sampai mati dan mayat kalian akan kami kremasi dan abu kalian akan kami sebar ke berbagai kota dan tidak akan ada yang akan mencari kalian atau. " Ancam bos preman tersebut.
"Tapi, kami sungguh tidak punya apa-apa untuk di berikan kepada tuan hari ini. " Balas ibu Alisa.
"ADA." Tegas preman tersebut.
Orang tua Alisa sontak mengangkat kepalanya, tidak mengerti.
"Dia." Tunjuk preman tersebut ke arah Alisa.
Alisha sontak menganga, shock.
"Maksud tuan?. " Tanya Ibu Alisa.
"Serahkan gadis itu kepada Tuan Cipto, maka kami anggap utang kalian lunas. " Jelas bos preman tersebut.
Orang tua Alisa sontak bertatapan, sedetik kemudian mereka menatap Alisa dengan ekoresi penuh harap.
Alisa yang langsung menangkap sinyal kurang menyenangkan tersebut kemudian langsung menggelengkan kepalanya.
"Tidak aku tidak mau. " Pekik Alisa.
Bug
Bug
Dua kali hantaman mengenai kepala ibu Alisha yang langsung terkapar tidak sadarkan diri.
"Berhenti, Ya Allah jahat sekali kalian. " Teriak Alisa mencoba melindungi Ibunya.
"Kalau kamu ingin kami berhenti, maka pilihannya saat ini ada di tanganmu. "
Bersambung...
Sementara Alisa terus mencoba berteteriak memanggil ibunya yang belum sadarkan diri. Namun, nihil.
###
"DIAM!. " Bentak bos preman yang baru saja ikut masuk ke dalam mobil.
Alisa yang terkejut dengan suara kasar bos preman itupun sontak terdiam.
"Kemana kita bos?. " Tanya salah satu preman yang kini duduk di kursi kemudi.
"Langsung ke rumah Tuan Cipto, bawa gadis itu, Tuan mau liat langsung. " Balas bos Preman.
"Oke siap Bos. "
Mobil itupun berangkat.
Alisa lemas, tubuhnya sudah tidak berdaya, suaranya juga sudah habis setelah ia gunakan untuk berteriak tadi, Alisa menyadari bahwa percuma saja dirinya berteriak dan meronta tidak akan ada orang yang mendengarnya.
Kumandang suara Adzan Isya, seakan-akan mengantarkan kepergian Alisa untuk memulai hidup barunya.
Entah kemana para preman-preman bayaran itu akan membawa dirinya.
"Rumah Tuan Cipto?." Batin Alisa.
Alisa sama sekali tidak tahu dimana rumah orang itu. Alisha hanya tahu, para preman tersebut adalah suruhan Tuan Cipto, salah satu pedagang minyak kaya raya di kota ini.
Alisa tidak tidak terlalu mengenal Tuan Cipto, namun namanya sering di sebut-sebut oleh orang-orang di sekitarnya.
Orang-orang tersebut sering mengambil pinjaman uang kepadanya, dengan bunga yang sangat besar.
Satu jam berlalu, karena kelelahan seharian bekerja dan tenaganya seakan terkuras habis oleh kejadian yang baru saja menimpanya, tanpa sadar Alisa ketiduran di atas mobil para preman tersebut.
"Heh, bangun sudah sampai. " Ujar salah seorang preman mengguncang tubuh Alisha, gadis itu sontak terbangun dan memeriksa seluruh tubuhnya.
Beruntung para preman tersebut tidak berbuat sesuatu hal yang tidak senonoh padanya.
Pakaiannya masih seperti semula, Jilbabnya juga masih menempel di kepala Alisa, meskipun sedikit berantakan.
"Ayo turun!. " Perintah bos preman tersebut.
Dua preman yang mengapit tubuh Alisa turun duluan dari dalam mobil, Alisha turun dari pintu sisi kanan dan tangannya lansung di pegang oleh salah satu preman, berjaga-jaga apabila gadis itu kabur.
"Ayo masuk. " Perintah bos preman.
Alisa yang belum sepenuhnya tersadar dari kantuknya hanya pasrah saat preman yang memegang tangannya menariknya.
Alisa memperhatikan sekelilingnya, di depannya ada sebuah rumah besar dan terlihat sangat mewah yang di kelilingi tembok-tembok tinggi.
Alisa terpana untuk sesaat, karena baru kali ini dirinya melihat rumah sebesar dan semewah itu.
"Aw." Kaki Alisa tersandung saat tanpa sadar di depannya ada anak tangga.
"Heh, fokus!. " Bentak bos preman yang berjalan lebih dulu di depan Alisa.
Alisa kemudian berdiri di bantu salah satu preman.
Sedetik kemudian pintu rumah mewah itu terbuka lebar, menampilkan seorang laki-laki bertubuh kekar dan tinggi besar dengan janggut tebal serta kumis tebal yang menghiasi wajahnya.
"Tuan Cipto, maaf kami terlambat.. " Ujar Bos Preman.
Alisa sempat terpana untuk sesaat karena tidak menyangka laki-laki yang baru saja dilihatnya adalah Tuan Cipto. Alisa pikir Tuan Cipto adalah kakek-kakek berusia lanjut dengan wajah keriput dan rambut yang memutih.
Alisa juga menyangka jika orang yang di sebutTuan Cipto ini memiliki wajah yang sangat, namun entah mengapa Alisa justru tidak merasa ada tanda-tanda kejahatan dari wajah orang itu. Alisa memperkirakan usia Tuan Cipto saat ini di akhir 40an.
"Ini anak gadisnya?. " Tanya Tuan Cipto memecah lamunan Alisa.
"Iya Tuan, orang tuanya sudah tidak mampu membayar hutang, mereka menyerahkan gadis ini sebagai gantinya. " Jelas Bos preman tersebut.
Alisa kemudian hanya bisa tertunduk lesu, nasibnya kini sudah berada di ujung tanduk.
Tuan Cipto melangkah ke arah Alisa.
"Siapa namamu gadis muda?. " Tanya Tuan Cipto.
"Ah, A-Alisha, Tuan. " Jawab Alisha gugup.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!