NovelToon NovelToon

My Bastard Boss

Bab 1 Mencari Pekerjaan

Pagi ini seorang gadis tampak gontai berjalan ke luar dari rumahnya. Dia Anaya Disha, gadis cantik berumur 24 tahun. Disha teringat dengan perkataan kasar dari sang ayah barusan membuat hatinya berdenyut nyeri.

"Kau anak pembawa sial, aku menyesal membesarkanmu Disha. " ujar pria tua itu padanya. Disha menahan rasa nyeri dalam dadanya, mencoba menghapus ucapan sang ayah yang terus terngiang dalam kepalanya. Dengan penampilan rapinya gadis itu berniat ingin mencari pekerjaan. Disha mencoba melupakan ucapan ayahnya tadi, dia harus fokus mencari pekerjaan.

Pertama tama dia mencoba melamar di sebuah perusahaan, sampai di sana ternyata Disha harus merasakan kekecewaan. Dia tak menyerah begitu saja, dia mencoba lagi melamar pekerjaan di perusahaan lain.Kini gadis itu berhasil memasukkan berkas lamarannya di salah satu perusahaan terbesar.

"Hari ini Anda boleh pulang dulu nona, pihak kami akan segera menghubungi Anda nanti. " ujar sang HRD padanya. Disha mengangguk, dia ke luar dari perusahaan itu dengan raut cerianya.

Demi menghemat uangnya Disha memilih naik bus hingga menuju ke rumah kontrakannya. Ya dia memilih pergi dari rumah, dia sudah enggak sanggup lagi mendengar nada kasar dari sang ayah.

Setelah turun dari bis, gadis itu perlu berjalan hanya beberapa kilo hingga sampai di rumah kontrakannya.

Tiba di sana Disha langsung masuk ke dalam, menaruh tasnya ke atas meja.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya, tatapannya berubah sendu menatap foto mendiang sang ibu. Selama ini dia hidup di bawah tekanan dan kebencian dari ayah kandungnya, ayahnya terus menerus menyalahkan dirinya. Sang ayah merasa dirinya penyebab meninggalnya ibu karena kelahiran dirinya.

"Aku enggak pernah minta untuk di lahirkan Ayah, kenapa ayah selalu menyalahkan aku akan kepergian Ibu. " gumam Disha dengan lirih. dia menaruh ponselnya, segera menghapus cairan bening yang menetes di kedua pipi mulusnya.

Disha menghela nafas panjang, berusaha menyemangati dirinya sendiri agar mampu melewati ini semuanya. Dia bangkit, memilih ke dapur dan membuat minuman di sana. Setelah selesai membawanya ke ruang tamu dan bersantai di sana.

Sementara di perusahaan Davis Corp, seorang pria tengah memeriksa beberapa data calon karyawan baru di perusahaannya. Dia Aldric Rex Darvis, merupakan pewaris tunggal Davis Corp.

"Lian, siapkan berkas wawancara untuk besok, aku sendiri yang akan menguji calon karyawan baru kita!

"Baik Tuan. " Rillian segera ke luar dari ruangan bossnya itu. Aldric sendiri menarik dasi yang mencekik lehernya, dia bersandar di kursinya dengan santai.

Aldric POV

Ternyata calon karyawanku tidak ada yang bertubuh seksi dan berpenampilan menarik, lihat saja besok akan aku buat mereka tidak betah dengan sikapku. Ya siapa tahu diantara mereka semua ada yang membuatku tertarik untuk kujadikan sekertaris pribadi.

Sorenya Disha memilih ke luar sebentar, dia perlu membeli bahan bahan makanan untuk ke depannya nanti. Tak mungkin 'kan jika dirinya akan memakan mie instan terus terusan?

Setelah membeli bahan makanan Disha langsung pulang naik taksi. Tiba di rumah gadis itu segera menyimpan bahan makanannya di dapur. Dia memilih mengurung dirinya di kamar, Disha merasa kesepian semenjak ibunya telah tiada.

"Bu, apa benar Disha hanya anak pembawa sial. Ayah sangat membenci Disha Bu, ayah menganggap Disha penyebab kepergian ibu. " gumam Disha dengan lirih.

Hiks

Gadis itu menangis sendirian di dalam kamar, tak ada seseorang yang menjadi tempatnya bersandar dan berkeluh kesah. Dia menyentuh kalung liontin yang berada di lehernya saat ini. Setelah beberapa menit Disha segera menghapus air matanya.

Tok

Tok

Mendengar suara ketukan pintu, Disha segera beranjak ke luar dari kamarnya dan pergi ke depan. Cklek gadis itu mendorong pintunya, terlihat seorang gadis berdiri di depan pintu rumahnya.

"Hai kamu baru ngontrak di sini ya? " tanya gadis itu.

"Iya ayo silakan masuk. " Disha membiarkan gadis itu masuk ke dalam, keduanya duduk di ruang tamu.

"Aku Anaya Disha, panggil aja

Disha. " sapa Disha memperkenalkan dirinya lebih dulu.

"Cantika Hazel, panggil aja HAzel. " ujarnya yang di angguki oleh Disha. Hazel datang membawakan buah, mereka makan bersama sama. Kedua gadis itu berbicara banyak hal terutama pekerjaan, Hazel menawarkan jika besok mereka berangkat bersama namun Disha menolaknya.

Gadis culun itu begitu senang memiliki teman dekat sekarang, dia bisa berbagi keluh kesahnya dengan Hazel. Canda dan Tawa mewarnai obrolan keduanya, keduanya memiliki kesamaan yang sama yaitu suka baca buku.

"Kalau butuh apapun, kamu bisa bicarakan dengan aku Sha. Aku nyaman berteman dengan kamu, setidaknya selain satu kontrakan, kita juga berada di perusahaan yang sama. " cetusnya dengan tawa riang.

"Terimakasih ya Zel, maaf kalau aku merepotkan kamu nantinya. " ujar Disha dengan senyuman canggungnya.

"Aku jitak kamu ya kalau kamu ngomong gitu lagi. " protes Hazel dengan gregetan. Disha sendiri justru menertawakan sahabatnya yang tampak kesal di sebabkan olehnya. Gadis rambut sebahu itu mendengus jengkel, melipat tangannya di dada menatap tajam Disha yang masih menertawakan dirinya.

Ups

Hehe

Disha menghentikan tawanya, dia kembali memakan potongan buah apel dengan santai. Dia hendak menanyakan perihal keluarga pada Hazel, raut wajah gadis berambut sebahu itu berubah muram. Disha pun mengkerutkan kening, merasa penasaran namun dia memilih urung bertanya.

"Oh ya semoga kita bisa menjadi teman baik ya. " ucap Disha mengalihkan pembicaraan.

"Pasti bisa. " jelas Hazel sambil tersenyum tipis. Disha memilih membuka obrolan lain agar suasana tak terasa canggung. untuk masalah pribadi Disha tak ingin bertanya lebih jauh karena ada batasannya.

Malam harinya keduanya kini memutuskan menonton drama korea favorit mereka. Mereka telah menyediakan cemilan untuk persediaan.

Setelah selesai keduanya segera berbaring, mengingat mereka besok pagi telah bersiap untuk bekerja. Ya malam ini Hazel menginap di rumahnya,lain kali dirinya yang akan menginap di rumah kontrakan Hazel.

Disha memperhatikan Hazel yang telah tidur duluan, ternyata dirinya memiliki nasib yang hampir sama dengan sahabatnya ini. Gadis itu mengusap wajahnya kasar, seharusnya dia bersyukur dengan apa yang dia punya sekarang bukannya malah terus terusan mengeluh.

Mungkin memang sangat sakit rasanya saat ayah kandung sendiri justru membencinya dari bayi. Disha yakin di balik kesedihan hari ini, kelak suatu saat nanti akan ada kebahagiaan yang menghampirinya.

"Doakan aku ya Bu, semoga aku sanggup menjalani jalan hidupku saat ini dan aku sangat senang memiliki sahabat sebaik Hazel. " batin Disha dalam hatinya. Dia kini mulai menerima garis takdir dari Tuhan, berharap besok dirinya mampu melewati lembaran baru dalam hidupnya.

Disha segera menarik selimutnya, Lalu memejamkan kedua matanya. Tak lama dia menyusul Hazel ke alam mimpi. Kedua gadis itu tampak nyenyak dalam tidur mereka yang lelap.

Bab 2 Wawancara Aneh

Hari ini Disha bersiap menuju ke perusahaan Davis corp. Setelah menempuh beberapa menit akhirnya diapun sampai, Disha langsung berkumpul dengan karyawan lainnya.

Asisten Rilian memberitahu mereka mengenai wawancara langsung yang akan di lakukan sang pemilik perusahaan. Disha tentu saja gugup, dia takut akan berbuat kesalahan nantinya.

Dan dua jam berlalu kini gilirannya masuk ke ruangan bosnya, Asisten Rilian mengantarnya hingga ke dalam setelah itu pergi. Penampilan Disha saat ini memang terbilang culun, gadis itu mengenakan kaca mata.

"Kau Anaya Disha nona? "

"Iya Tuan!

"Aku Aldric Rex Davis, ingat namaku dengan baik nona. " tegas pria itu dengan sorot mata tajamnya. Aldric menilai penampilan gadis di depannya dengan sorot tak terbaca. Disha sendiri merasa risih di perhatikan bosnya saat ini, ingin sekali dia menegurnya namun dia tak ingin kehilangan pekerjaan.

"Lepaskan kaca mata kamu!

Dishapun terpaksa menuruti permintaan bosnya yang arogan itu, Aldrich menatap dalam manik cokelat Disha. Pria itu terpesona melihat kecantikan karyawan barunya ini, dia mengerti jika Disha memang sengaja menyembunyikan kecantikannya.

"Berapa tinggi kamu? "

Dishapun menjawabnya dengan gugup, Aldrich terus memberikan pertanyaan yang awalnya normal berubah menjadi berbau mesum. Disha sendiri di buat heran akan kelakuan pria di depannya saat ini.

"Apa Anda kurang waras pak, bagaimana bisa Anda menanyakan berapa ukuran braa saya? " tanya Disha dengan ketus. Aldrick bukannya tersinggung justru tertawa melihat raut kesal Disha. Entah kenapa dia merasa suka membuat kesal gadis culun yang sebenarnya cantik ini.

Disha berusaha mengontrol emosinya agar tidak kelepasan bicara. Aldrich menyudahi permainannya, pria itu memberitahu apa saja tugas Disha sebagai sekertaris pribadinya. Gadis itu mengangguk setuju, memilih ke luar dari sana. Asisten Rillian segera menunjukkan ruangan Disha saat ini.

Gadis culun itu masuk ke dalam ruangannya, menghela nafas berat. Di hari pertama dia bekerja, sepertinya akan menjadi hari yang berat untuknya. Terlebih dia memiliki bos yang kurang waras menurutnya atau kelebihan hormon hingga menjadi gila.

Hazel masuk ke ruangan sang sahabat, gadis itu tampak penasaran. Disha langsung menjelaskan apa yang terjadi, bukannya iba namun Hazel menertawakan Disha.

"Tertawa in aja terus. " ketus Disha dengan muka betenya.

Hazel berdehem, dia menarik kursi kemudian duduk berhadapan dengan sahabatnya. Dia memberikan nasehat supaya Disha bisa sabar menghadapi tingkah bos mereka. Disha sendiri merasa pusing dan memilih mengerjakan tugas nya sebagai sekertaris Aldrich.

"Ya sudah aku kembali ke ruangan aku

ya. " Hazel langsung pamit ke luar dan kembali ke ruangannya. Disha menghela nafas panjang, memeriksa berkas yang ada di atas mejanya dengan sangat teliti.

Satu jam berlalu tepat pukul sembilan Disha ke luar dari ruangannya dan pergi ke ruangan Aldrich. Setelah mengetuk pintu, gadis itu masuk ke dalam dan terkejut melihat kelakuan sang bos. Disha menutup matanya, berjalan ke depan sambil menaruh berkas nya di atas meja.

"Awas pak, banyak kuman jika membuang benih sembarangan. " cetus Disha dengan nada datar nya. Aldrich segera membenahi penampilannya begitu juga dengan wanita yang dia sewa.

"Aku mempekerjakanmu bukan untuk mengomentari kegiatan 'ku Disha. " geram Aldrich dengan nada ketusnya.

"Ya saya tak akan mengomentari apa apa lagi. " ujar Disha yang langsung pamit ke luar dari sana. Gadis itu enggan menatap kearah Aldrich, Aldrich sendiri merasa geram dan tak suka akan sikap yang di tunjukkan Disha padanya.

Aldrich POV

Sekarang memang kau begitu merasa jijik denganku Disha,tapi suatu saat akan ku pasti kan kamu bertekuk lutut di depanku. Aku akan membuat jatuh cinta padaku sejatuh jatuhnya setelah itu aku akan menghempaskanmu setelah ini. Aku benar benar penasaran dengan sikapmu yang cuek dan angkuh ini Disha.

Disha tampak segar setelah mencuci wajahnya, sepanjang jalan menuju ke ruangannya gadis itu tampak kesal akan matanya yang ternodai. Gadis itu segera masuk ke dalam ruangannya

Satu jam berlalu Disha ke luar, menemui Hazel dan mengajaknya ke kantin. Tiba di sana seorang pria menghampiri mereka dan mengajak keduanya berkenalan.

"Halo Ezra, kamu boleh gabung kok lagian ini tempat umum. " celetuk Hazel yang di tanggapi tawa oleh Disha.

"Thanks, lu bisa aja Zel. " balas Ezra sambil tersenyum tipis.

Nampak kedua gadis itu begitu akrab dengan Ezra, menurut mereka Ezra pria yang baik dan santun. Tanpa mereka sadari terutama Disha, ada sepasang mata yang menatapnya tajam. Ya dia adalah Aldrich, entah kenapa dia begitu panas melihat kedekatan Disha dengan Ezra.

Aldrich segera pergi dari sana dengan membawa kemarahan yang dia tahan. Rillian langsung menyusul sang bos ke ruangan Aldrich. Pria tampan itu meminta data Ezra pada Rillian, Lian segera mencarikannya.

Cklek

"Ini data mengenai Ezra. " ujar Rillian pada bosnya. Aldrich langsung mengambilnya. membacanya dengan teliti. Seringai tervit di sudut bibirnya, ternyata hanya seorang karyawan biasa yang tak ada apa apanya daripada dirinya. Dia merasa jauh lebih unggul daripada Ezra begitu pikirnya.

"Lian, pindahkan Ezra ke cabang di luar kota? " perintah Aldrich.

"Maaf Tuan,tapi Ezra karyawan yang berkompeten dan rajin, akan sangat di sayangkan jika Anda menyuruh lelaki itu pindah. " ujar Rillian memberikan pendapatnya. Dia juga sedikit memberikan nasehat agar tak mencampur adukkan masalah pribadi dengan pekerjaan.

Rillian langsung pamit ke luar sebelum sang bos memarahinya. Aldrich mendengus jengkel, terpaksa dia mempertahankan Ezra agar bekerja di perusahaannya.

"Aku tak akan membiarkan pemuda itu mendekati Disha. " gumam Aldrich dengan tangan terkepal kuat.

Sementara Disha dan Hazel kembali ke ruangan masing masing. Perempuan itu kini telah duduk di kursinya dengan santai. Jujur dia merasa tak nyaman menjadi sekertaris dari Aldrich namun dirinya tak punya pilihan lain. Dia berharap semoga kedepannya tak terjadi apapun nantinya, semuanya berjalan dengan lancar demi mencari pundi pundi uang.

"Bagaimana kabar Ayah sekarang ya, apa dia masih sangat membenci aku!

Disha ingin sekali bertemu ayahnya, namun dia takut jika sang ayah menghinanya dengan kata kata kasarnya. Dia bukan penyebab kepergian sang ibu tapi kenapa sang ayah tak mau mengerti sama sekali dengan kenyataan yang ada.

"Rasanya sangat sakit banget di benci oleh ayah, tapi Disha tetap sayang ayah apapun yang terjadi. " gumamnya lirih. Dia berharap kelak hati ayahnya akan segera luluh dan menerima dirinya. Gadis itu berusaha tegar dan kuat, dia sangat yakin bisa melewati ini semuanya.

Cklek

Asisten Rillian masuk dan menyerahkan berkas pada Disha untuk di periksa setelah itu dia pergi dari sana. Disha tak ambil pusing akan sikap datar asisten Rillian padanya.

Bab 3 Sikap Mesum Aldrich

Aldrich menarik Disha hingga gadis itu jatuh ke atas pangkuannya. Tentu saja gadis itu langsung panik dia berusaha Melepaskan diri namun Aldric justru menahannya dengan erat.

Saat ini keduanya berada di penthouse pribadi Aldrich. "Kita hanya berdua di sini baby, panggil namaku saja kau mengerti. " ujar Aldrich yang di angguki Disha.

Dering ponsel milik Aldrich menyita perhatian mereka, melihat kesempatan Disha langsung turun dari pangkuan sang bos.

"Sayang, kau di mana sekarang? " cecar suara seorang wanita.

"Aku lagi sibuk dan jangan menghubungi ku saat ini. " Aldrich memutus sambungannya, menaruh kembali ke dalam saku celana. Disha mendelik, ternyata sang bos memiliki kekasih dan pria di depannya ini ternyata bastard.

"Maaf tuan saya harus pulang sekarang. " Disha langsung bangkit dan bergegas pergi, Aldrich mengejarnya lalu menggendongnya ala karung beras.

Gadis culun itu tak bisa kabur,dia berada di pangkuan Aldrich lagi. Disha membulatkan mata, Aldrich memagut bibirnya dengan brutal dan liar. Tak lama ciuman itu terlepas, Disha begitu terkejut dengan tindakan bosnya.

Plak

"Aku bukan wanita murahan yang bisa anda cium sesukanya. " teriak Disha. Gadis itu lantas bangun, bangkit dan pergi begitu saja sambil menangis.

Aldrich langsung bangkit, berusaha mengejar Disha namun terlambat gadis itu tampaknya berlari menjauh. Hujan tiba tiba turun dengan derasnya, pria itu tentu khawatir dan segera mengejar m.

"Lepaskan aku. " dia kembali sambil menggendong Disha, membawanya ke dalam dan menuju ke kamar.

Cklek di dalam kamar

Disha tampak panik melihat Aldrich yang melepaskan pakaiannya hingga polos. Aldrich sendiri segera membuka pakaian gadisnya hingga terkoyak lalu melemparnya ke lantai.

"Tuan lepaskan aku.. " Aldrich mendorongnya ke ranjang, memagut liar bibir gadis pujaannya.

Hasratnya kian melambung tinggi dan perlu di tuntasnya, setelah melakukan pemanasan. Pria itu berusaha melakukan penyatuan, jerit tangisan Disha membuat Aldrich terbelalak.

"Kau masih perawan? "

"Hiks sakit. " keluh Disha menangis sambil mencengkeram bahu Aldrich. Aldrich memilih diam, membiarkan wanitanya nyaman lebih dulu. Setelah itu pria tampan itu menggerakkan pinggulnya perlahan dan berubah cepat. Aldrich tampak senang menjadi pria pertama memiliki Disha seutuhnya.

Dia terus menggempur wanitanya hingga Disha tertidur lebih dulu. Aldrich mengakhiri permainan panasnya, menarik selimut menutupi tubuh mereka.

Pukul tujuh malam Disha terbangun, wanita itu merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit. Dia begitu membenci Aldrich yang begitu tega merenggut harta berharganya, Disha hanya mampu menangis terisak. Mendengar suara tangisan membuat tidur pria itu terusik, Aldrich langsung bangun dan mendekapnya dari belakang.

"Lepaskan aku Tuan, aku ingin pulang. " Disha berusaha melepaskan diri dari pelukan sang bos. Aldrich tak membiarkan wanitanya lepas dan melarikan diri darinya.

"Harta ini hanya akan menjadi milik suamiku kelak, kenapa kamu tega merenggutnya hiks. "

"Aku tak suka kamu mengobrol dengan pria lain Al, kau hanya milikku. " tegas Aldrich. Disha tentu saja tak menerima alasan itu, lagipula wanita itu justru mengumpati Aldrich.

"Kau punya uang dan segalanya, dengan uang kau bisa menyewa wanita malam Al tapi bukan aku. "

Aldrich menghela nafas kasar, membawa Disha ke pangkuannya, menyatukan kening mereka. "Aku akan bertanggung jawab padamu Sha, tadi aku mengeluarkan benihku di dalam. "

Pria seksi itu berusaha menenangkan wanitanya yang tampak masih syok. Setelah tenang Disha membenamkan wajahnya di dada bidang Aldrich, menikmati pelukan prianya. Dia kembali membaringkan wanitanya, lalu mengulang kegiatan panas itu hingga esok hari.

Setelah mandi dan beres beres, Disha telah mengenakan dress panjang berwarna putih. Gadis itu tampak berada di balkon, dia diam diam menghapus air matanya. Sepasang lengan kekar memeluk pinggang rampingnya. Wajah gadis itu tampak muram pagi ini, Aldrich membalikkannya dan menyadari hal itu.

"Al, bisakah kamu melupakan kejadian kemarin dan membiarkan aku pergi. " pinta Disha sambil memohon.

"Aku tak akan melepaskan kamu Sha, kamu calon istriku sekarang. " tegasnya tak terbantah.

Disha lagi lagi menangis, dia meluapkan isi hatinya membuat Aldrick diam mematung. Pria itu mengepalkan tangannya, tak suka akan penolakan yang di lontarkan Disha padanya. Tubuh wanita itu luruh hampir jatuh ke tanah namun Aldrich menopangnya dari belakang.

Pria tampan itu membawanya duduk di atas ranjang. Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi Rillian atas ketidak hadiran Disha. Aldrich memilih ke luar dan membiarkan wanitanya tenang lebih dahulu.

Disha POV

Hidupku telah hancur sekarang, tak akan ada pria yang mau denganku. Aku harus apa sekarang Ya Tuhan, aku begitu membenci Aldrich pria sialan itu. Jika menerima Aldrich, hidupku akan jauh lebih hancur mengingat pria itu seorang pemain wanita.

Wanita cantik itu langsung bangkit dan mengambil tasnya, menghapus kedua matanya yang sembab. Dia ke luar dari kamarnya dan menuruni tangga. Aldrich yang melihatnya segera mengejar calon istrinya. Dia segera memesan taksi untuk datang, Disha mengabaikan teriakan Aldrich padanya.

Dia masuk ke dalam taksi, Aldrich yang melihatnya mengumpat pelan dan kembali. Dia mengikuti wanitanya mengenakan mobilnya dengan kencang. Satu jam berlalu Disha turun dari taksi,dia pergi menuju ke sebuah jembatan.

"Mau ke mana dia? " tanya Aldrich penasaran. Pria itu segera membulatkan matanya, setelah tahu tujuan Disha pergi ke jembatan. Dia langsung berlari saat melihat wnaitanya hendak loncat.

Grep

Sret

Aldrich membawanya menjauh, jantungnya hampir berhenti berdetak seketika melihat aksi nekat Disha. Disha langsung menepis tangan Aldrich, lalu mendorongnya agar menjauh.

"Kenapa kamu menghentikan aku hah, kenapa. " teriak Disha dengan keras.

"Aku sudah bilang aku akan bertanggung jawab padamu Disha, apa itu kurang. " bentak Aldrich lepas kendali.

"Aku tidak ingin bersama dengan pria sepertimu Al, tolong mengertilah hiks. " Disha kembali menangis, dia merasa Tuhan tak adil padanya. Aldrich sendiri tampak frustrasi melihat kebencian di kedua mata Disha saat ini.

Aldrich menggeram rendah, dia menarik Disha ke dekapannya lalu mencium bibir wanitanya dengan liar. Dia tak mempedulikan aksi berontak yang di lakukan calon istrinya saat ini. Setelah tenang dia mengakhiri ciumannya, membawa wanitanya menuju ke mobil dan melesat pergi dari sana.

Tiba di Mansion, pria itu segera turun dan membawa Disha menuju ke kamar mereka. Aldrich memperhatikan kekasih hatinya yang tertidur lelap saat ini. "Apa aku begitu menjijikkan hingga kamu terus menerus menolakku Sha? "

"Tapi aku benar benar ingin bertanggung jawab dan menjadi suami kamu. "

Teringat sesuatu Aldrich langsung bangkit dan ke luar. Tak lama pria itu kembali membawa makanan lalu menaruhnya di atas ranjang. Pria tampan itu langsung membangunkan Disha, lalu menyuapinya makanan hingga habis.

Selesai sarapan, Aldrich menyingkirkan piringnya lalu membawa wanitanya bersandar di dada. Disha menghela nafas panjang, menyentuh tangan kiri Aldrich yang berada di atas perutnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!