Kedatangan Azam ke rumah orang tua Najwa membuat kaget abah dan uminya Najwa. Pasalnya Azam sudah mentalak tiga putrinya karena lama tidak mengandung anaknya sejak lima tahun pernikahan mereka. Azam adalah anak satu-satunya di keluarganya yang termasuk orang kaya.
Jadi wajar jika dalam pernikahannya dengan Najwa menginginkan adanya keturunan. Dan Najwa belum bisa di karunia anak selama menikah dengan Azam. Hingga kedua orang tua Azam meminta anaknya menceraikan Najwa.
Mau tidak mau akhirnya Azam menceraikan Najwa dengan menjatuhkan talak tiga langsung, tapi enam bulan kemudian Azam datang lagi. Dia meminta kepada abah dan umi Najwa, kalau dia ingin kembali lagi dengan Najwa.
"Bah, tolong aku. Izinkan aku menikahi kembali Najwa, aku masih mencintainya Bah." kata Azam pada abahnya Nahwa.
"Ayah bukannya tidak mengizinkan kamu rujuk kembali sama Najwa. Tapi kamu kan sudah menjatuhkan talak tiga, kalau dulu kamu menjatuhkan talak satu. Kemungkinan tidak sesulit ini kembali pada Najwa. Kamu bisa membujuk Najwa saja, lalu di bantu abah dan umi. Tapi kamu langsung menjatuhkan talak tiga, itu tidak bisa Azam." kata abah Najwa.
Najwa yang berada di ruang tengah dengan uminya hanya mendengarkan percakapan Azam dengan abahnya. Dia hanya bisa diam, meski dia masih ada sedikit cinta pada Azam. Tapi kenyataannya, mereka tidak bisa kembali rujuk. Umi Najwa melihat anaknya diam saja jadi ikut diam, dia juga bingung kenapa dulu Azam langsung memberi talak tiga pada Najwa.
"Tapi kan aku masih mencintai Najwa bah, dia cinta pertamaku dan akan jadi cinta terakhir bah. Aku berjanji akan menjaga Najwa dari apa pun." kata Azam lagi.
"Abah bukannya tidak percaya, tapi kalau kalian cerai talak tiga. Ya sudah, tunggu ada laki-laki yang menikahi Najwa lalu mereka bercerai. Kamu bisa menikahi Najwa lagi, tapi kan pernikahan itu tidak bisa di buat main-main Azam." kata abah lagi.
"Tapi aku masih mencintai Najwa, bah. Tolong aku, aku ingin bidup dengan Najwa lagi." kata Azam memohon pada mantan mertuanya itu.
Abah Najwa diam, dia bingung harus bagaimana. Sebenarnya ada cara agar Najwa bisa kembali dengan Azam, tapi dia memang harus menikah duli dengan laki-laki yang mau hanya di jadikan selingan saja. Tapi, itu rasanya tidak etis. Masa sudah menikah harus bercerai lagi. Itu yang membuat bingung abah Najwa itu.
"Bah, tolong aku bah. Bagaimana caranya aku bisa kembali dengan Najwa lagi." kata Azam memohon pada abahnya Najwa.
Abah Najwa menghela nafas panjang, dia bingung juga dengan permintaan mantan menantunya itu. Di samping dia kesal dan juga mengingat bagaimana tetangga-tetangga sekitar membicarakan Najwa yang di ceraikan oleh Azam karena tidak kunjung hamil juga. Dan sekarang Azam meminta lagi Najwa dan memohonnya.
Azam tahu abah Najwa itu gampang luluh, makanya dia mencoba untuk memohon pada mantan mertuanya itu. Agar keinginannya terpenuhi.
"Azam, setiap keinginan itu tidak harus di penuhi atau di turuti. Bisa saja abah menerimanya, tapi bagi Najwa kan belum tentu. Dia seorang janda, dia bebas menentukan jodoh selanjutnya. Abah hanya merestuinya saja. Ada baiknya kamu bicara dulu dengan Najwa, apakah dia mau kembali sama kamu atau tidak. Kalau Najwa mau, abah akan cari cara agar kalian bisa bersama lagi." kata abah Najwa.
"Tapi, meski pun Najwa yang bebas menentukan jodohnya sendiri. Bukankah abah bisa memberikan pengertian padanya. Kalau aku mau kembali hidup dengannya dan memperbaiki semuanya. Sekarang mama dan papaku sudah tiada, jadi aku bebas menikah dengan siapa saja. Lagi pula aku masih mencintai Najwa bah. Dan kurasa Najwa juga, apa abah tega memisahkan cinta kami itu?" kata Azam pada abah Najwa.
Abah diam saja, meski Najwa tidak mengatakan padanya. Tapi dia tahu dari istrinya kalau Najwa masih ada cinta untuk Azam. Tapi masalahnya dia sudah di talak tiga waktu perceraian itu, bahkan sudah sampai ke pengadilan agama.
"Abah panggilkan Najwa saja ya, kalian bisa diskusi dan membicarakan baik dan buruknya itu. Jika ada kesepakatan antara kalian untuk menikah lagi, nanti abah akan cari cara agar kalian menikah lagi. Tapi itu butuh waktu." kata abah.
"Iya bah. Panggilkan saja Najwa kemari." kata Azam lagi.
Yang penting dia kembali dengan Najwa, dia akan membujuk Najwa dengan gigih agar Najwa mau menikah lagi dengannya. Abah pun bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam ruangan tengah. Di mana Najwa dan istrinya duduk di sana sambil menunggunya.
"Yah, bagaimana? Apakah benar Azam mau meminta Najwa lagi?" tanya umi Dila, istrinya.
Najwa menatap abahnya saja, sama hal dengan uminya dia juga menunggu jawaban dari abahnya mengenai pembicaraannya dengan Azam. Abah menatap anaknya itu, lalu menghela nafas panjang.
"Najwa, kamu bicara dulu saja dengan Azam. Sebaiknya diskusikan rencananya untuk kembali. Kamu pikirkan juga baiknya bagaimana." kata abah Ubaidillah abah Najwa itu.
Najwa masih diam, dia ragu bicara dengan mantan suaminya itu. Apakah dia mau kembali dengan Azam, meski masih ada rasa cinta di hatinya. Dulu dia mencoba melupakan perceraian yang menyakitkan itu, berbagai gunjingan tetangga karena Azam menceraikannya dengan alasan belum juga di karunia keturunan.
Dia takut nanti tetangga akan menggunjingkan lagi karena kembali lagi pada Azam. Atau akan lain lagi gunjingannya jika dia menolaknya, meski dia tidak mau ambil pusing dengan gunjingan tetangga. Tapi tetap saja jika sering mendengarnya akan menambah rasa malu dan tidak enak hati.
"Najwa, kamu bicara dulu sama Azam. Diskusikan keinginannya itu, karena abah tidak bisa memaksamu lagi." kata abah Najwa itu.
"Sekarang bah?" tanya Najwa.
"Azam menunggumu di depan. Dia ingin bicara denganmu, abah sudah bilang tidak bisa membujuk kamu untuk mau kembali sama Azam. Bukan hak abah untuk memaksa kamu menikah lagi, tapi kamu yang menentukan apakah akan kembali pada mantan suamimu atau tidak. Jika kamu mau kembali, abah akan pikirkan jalannya nanti bagaimana." kata abah Ubaidillah itu pada anaknya.
Najwa kembali diam, dia menghela nafas panjang. Umi Dila pun memegang pundaknya, menatap wajah putrinya lalu mengangguk pelan.
"Tergantung kamu Najwa, kamu bicara dengan Azam dulu. Bila kamu ragu kamu bisa pikirkan dulu, lagi pula jika kalian menikah juga kan harus di pikirkan bagaimana baiknya." kata umi Dila.
"Iya mi." jawab Najwa.
"Cepatlah ke depan, bicara sama Azam. Dia sudah lama menunggu." kata abahnya.
Najwa bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ruang tamu. Di mana Azam sedang menunggunya. Pikiran Najwa bingung, namun benar apa yang di katakan oleh abahnya. Sebaiknya di bicarakan lebih dulu dengan Azam, kenapa dia mau kembali lagi setelah menceraikannya dengan talak tiga langsung.
Azam melihat Najwa berdiri di pintu ruang tengah, dia tersenyum pada Najwa. Najwa pun melangkah duduk di kursi yang agak jauh dari Azam. Azam maklum dengan sikap Najwa yang menjaga jarak dengannya.
"Apa kabar dek. Kamu sehat?" tanya Azam berbasa basi.
"Baik mas, Alhamdulillah." jawab Najwa.
Mereka diam lagi, ada kecanggungan setelah lama mereka tidak bertemu lagi. Najwa merasa getar di hatinya ketika bertemu dengan Azam lagi rasanya sudah berbeda. Meski dia masih punya rasa pada Azam, mantan suaminya itu.
_
_
********************
Najwa duduk diam. Azam juga masih diam, dia menatap mantan istrinya yang memang masih cantik meski tampak polesan make up. Najwa menunduk lama, membuat Azam pun akhirnya bicara lebih dulu.
"Kamu pasti tahu kedatanganku kemari dek?" tanya Azam pada Najwa.
"Ya, mas. Tapi ngga semuanya tahu sih." jawab Najwa.
"Tentunya tidak hanya ingin datang dan mengetahui kabar kamu saja dek. Aku menginginkan sesuatu terjadi lagi." kata Azam memberikan teka teki.
"Menginginkan sesuatu? Maksudnya apa mas?" tanya Najwa.
"Aku ingin kita kembali menjadi suami istri, dek. Aku ingin menikahimu lagi." kata Azam.
"Tapi mas, bukankah kita tidak bisa menikah begitu saja. Kamu sudah menalakku langsung tiga. Kenapa kamu mau menikahi lagi denganku dan mau berumah tangga lagi?" tanya Najwa merasa heran dengan permintaan mantan suaminya itu.
"Aku akui aku salah dek, waktu itu kamu tahu kan kalau aku di bawah tekanan mama dan papa. Sekarang mereka sudah tiada, dan aku ingin kembali denganmu dek." kata Azam lagi.
Najwa diam saja, dia menarik nafas panjang. Meski pun dulu Azam menceraikannya dengan tekanan kedua orang tuanya, seharusnya dia bisa membela Najwa istrinya waktu itu.
Mempertahankan pernikahannya dengan Najwa yang sudah lima tahun itu, tapi Azam malah menceraikannya dengan mudah dan langsung talak tiga.Tidak ada pertimbangan dirinya untuk mempertahankan pernikahannya dengan Najwa.
"Dek, aku masih mencintaimu. Aku ingin kembali sama kamu, tolonglah dek pertimbangkan keinginanku ini." kata Azam memohon pada Najwa.
"Aku masih bingung mas, bisakah aku pikirkan dulu?" tanya Najwa pada Azam.
"Iya dek, boleh saja. Tapi aku minta jangan lama-lama ya, kalau bisa hanya sehari kamu memikirkannya." kata Azam lagi.
"Lho, kok sebentar banget mas? Semua itu butuh waktu lama mas, tidak mudah untuk kembali seperti dulu. Apa lagi sudah habis talaknya, apa jadinya kalau aku kembali lagi. Dan alasanmu kembali, aku juga belum tahu mas." kata Najwa lagi.
"Kan aku sudah bilang, aku masih mencintaimu. Aku ingin kita hidup bersama seperti dulu lagi. Apa kamu sudah hilang rasa cintamu sama aku dek?" tanya Azam.
"Bukan begitu mas, untuk menikah lagi itu aku harus menikah dulu dengan orang lain. Kamu juga harus menikah lagi dengan perempuan lain, baru kita bisa menikah lagi. Tapi masalahnya itu kan tidak ada yang mau menikah lagi dengan janda sepertiku. Makanya aku dan abah itu bingung dengan permintaanmu itu." kata Najwa lagi.
Azam menarik nafas panjang, ternyata untuk menikah lagi dengan Najwa sangat rumit. Harus menikah lagi dengan orang lain, itu sangat sulit sekali. Najwa juga memikirkan bagaimana nantinya kedepannya jika hidup lagi dengan Azam.
"Kita pikirkan sama-sama dek, dan aku harap kamu bisa mempertimbangkan keinginanku ini. Aku sudah bicara sama abah, dan abah bilang terserah kamu dek. Sekarang aku memohon sama kamu untuk mau menikah lagi denganku." kata Azam lagi.
Najwa masih diam, dia tidak menjawab ucapan Azam. Bingung dengan semuanya yang secara tiba-tiba. Azam datang ke rumah abah dan uminya, langsung meminta kembali. Setelah enam bulan dia dan Azam bercerai dan tidak pernah bertemu lagi setelah perceraian itu.
"Dek ..."
"Iya mas, nanti aku pikirkan dan bicara lagi dengan abah dan umi. Karena meskipun terserah aku, tapi aku harus memikirkan keduanya dan juga baik serta buruknya ke depannya mas." kata Najwa.
"Sekarang sudah tidak ada lagi yang akan menghalangi kita, dulu karena mama dan papa ingin cucu dari kamu. Tapi kan mereka sudah tiada, dan aku tidak akan menuntut apa-apa sama kamu kok dek." kata Azam lagi.
Najwa masih diam, dia menarik nafas panjang. Azam menatapnya penuh harapan kalau Najwa akan menerimanya lagi. Meskipun harus melewati banyak tahapan pernikahan selanjutnya.
_
Sejak seminggu yang lalu Azam datang ke rumah untuk kembali berumah tangga, Najwa sering sekali melamun. Dia memikirkan baik dan buruknya menikah lagi dengan Azam. Mengingat lagi sikap Azam yang pemaksa dan juga terkadang tidak meminta pendapatnya lebih dulu jika bertindak pada hal yang penting.
Seperti dulu ketika dia mengatakan ingin mengontrak saja dari pada tinggal dengan mertuanya dulu. Tapi Azam langsung membawa Najwa ke rumah orang tuanya, dan tinggal di sana selama tiga tahun itu.
Dia juga sering mengeluh pada Azam mengenai sikap ibunya, tetapi Azam justru menganggapnya Najwa terlalu berlebihan. Akibatnya dia dan almarhum mertua perempuannya dulu sering berselisih pendapat. Dan herannya, Azam lebih memilih pendapat ibunya di banding Najwa istrinya pada saat itu.
Namun, demikian. Azam sangat menyayanginya, dia sering sekali keluar makan malam dari pada makan malam dengan mertuanya dulu.
Tok tok tok.
Pintu kamar Najwa di ketuk dari luar, dia menoleh dan melangkah menuju pintu lalu membukanya. Nampak berdiri umi Dila, sang ibu yang jadi tempat cerita tentang masalah-masalahnya itu.
"Kamu sedang apa Najwa?" tanya umi Dila.
"Ngga apa-apa umi, lagi beres-beres rak buku aja." jawab Najwa.
"Umi boleh masukkan?" tanya uminya.
"Tentu saja boleh umi. Umi itu kenapa sih." kata Najwa.
"Ya kan umi takut ganggu kamu dalam melamun." kata umi Dila.
"Umi bisa aja, kalau pun aku melamun juga pasti masalah mas Azam mi. Permintaan mas Azam itu yang bikin aku bingung dan bimbang." kata Najwa lagi.
Umi Dila masuk ke dalam kamar Najwa, dia duduk di ranjang anaknya itu. Di susul Najwa duduk di samping uminya, dia lalu membaringkan kepalanya di pangkuan umi Dila.
Tangan umi Dila pun mengelus kepala anak satu-satunya itu. Memang dia juga bingung dengan permintaan Azam itu, ingin kembali pada Najwa. Seharusnya dulu jangan langsung memberi talak tiga, tapi talak sudah jatuh pada Najwa.
Mau bagaimana pun Najwa dan Azam tidak bisa bersama lagi. Kecuali keduanya sudah sama-sama menikah dan bercerai lagi. Dalam islam, bercerai itu di perbolehkan. Tapi perbuatan itu yang sangat di benci, entah karena Azam saat itu khilaf atau bagaimana. Dia justru memberi talak langsung tiga pada Najwa.
"Kamu bingung dengan permintaan Azam itu?" tanya uminya.
"Iya mi, aku bingung dengan permintaan mas Azam." jawab Najwa.
"Kamu istikharah saja, Najwa. Allah yang akan memberikan petunjuk untukmu." kata umi Dila lagi.
"Iya mi, rencananya juga begitu. Lalu, menurut abah bagaimana mi? Apakah beliau mau menuruti kemauan mas Azam?" tanya Najwa.
"Sebenarnya abahmu itu juga ragu dan bingung juga. Tapi abah tahu kamu masih mencintai Azam, makanya abah tidak banyak memberi nasehat sama kamu. Itu tergantung pilihan kamu. Makanya kamu sholat malam untuk minta petunjuk sama Allah, agar di beri kemudahan semuanya dalam memilih pilihan dengan benar. Karena Allah itu tahu hambaNya yang sedang bingung dan ragu." kata umi Dila.
"Iya mi, aku juga minta sama mas Azam untuk memikirkan semuanya. Dia memberiku waktu satu minggu, apa itu cukup mi untuk memutuskan sesuatu yang penting?" tanya Najwa.
"Umi rasa itu sangat cukup. Satu minggu jangan sampai bolong, minta petunjuk padaNya dengan sungguh-sungguh." kata umi Dila.
"Iya mi. Terima kasih ya umi mau mendengarkan keluh kesahku." kata Najwa.
"Kamu itu kayak sama siapa saja. Umi itu ibumu, jadi kalau bukan sama umi. Kamu mau cerita sama siapa?" tanya umi Dila.
"Sama pohon. Heheh."
"Ada-ada saja kamu. Ya sudah, kamu cepat sana bersiap untuk sholat. Minta petunjuk sama Allah, semua di berikan yang terbaik." kata umi Dila.
"Iya mi."
Setelah berkata seperti itu, umi Dila pun keluar dari kamar Najwa. Najwa menghela nafas panjang, rasanya dia akan hidup tenang tapi kenapa harus ada masalah seperti ini.
_
_
*****************
Pukul tiga dini hari, Najwa bangun dari tidurnya. Duduk lebih dulu, dia ingin sholat istikharah lebih dulu sebelum dia memutuskan apakah mau kembali pada Azam atau tidak. Karena semuanya dia dia gantungkan pada Sang Pencipta.
Najwa bangun dari duduknya dan segera keluar kamar menuju kamar mandi, suasana sangat sepi dan lengang. Najwa mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat sunah tahajud dan istikharah. Setelah selesai, dia pun masuk lagi ke dalam kamarnya. Mengambil mukenah dan segera memanjatkan doa setelah menunaikan sholat malam.
Lama dia berzikir untuk memantapkan hatinya, lalu kemudian dia pun mulai sholat istikharah dua rokaat. Dengan penuh penyerahan diri pada Sang Khalik.
Semakin menjelang subuh, Najwa semakin khusyuk berdoa. Agar dia mendapatkan petunjuk dari apa yang sedang dia hadapi. Meskipun memang tidak langsung mendapat petunjuk, tapi dia akan terus berdoa di sepertiga malam untuk benar-benar yakin akan permintaan Azam di terima itu.
"Ya Allah, ampunilah hambaMu ini. Berilah petunjukMu dengan permasalahan yang hamba hadapi ini. Hamba bingung harus bagaimana dengan semuanya. Berilah petunjukMu pada hambaMu ini, amiin."
Doa-doa Najwa terus di lantunkan seiring zikir yang dia ucapkan sepanjang waktunya selama menghadap Sang Pencipta. Hingga, waktu subuh tiba Najwa pun segera menunaikan sholat subuh sebagai pamungkas doa yang dia panjatkan. Setelah itu, dia pun kembali berzikir lalu menyelesaikan semuanya.
Untuk melanjutkan tidur, dia tidak bisa. Akhirnya dia pun pergi ke dapur untuk bersih-bersih dan bersiap memasak makanan sarapan pagi nanti.
"Kamu sudah bangun, Najwa?" tanya uminya ketika melihat Najwa sedang mencuci piring.
"Iya umi, dari jam setengah tiga tadi belum tidur lagi. Jadi aku ke dapur aja. Sarapannya apa umi? Biar aku yang buatkan." kata Najwa.
"Nasi goreng aja, soalnya abah pengen sarapan nasi goreng. Katanya enak di kasib terasi, ada terasinya kemarin umi beli di warung. Sengaja buat nasi goreng permintaan abah." kata umi Dila.
"Ooh, baiklah umi. Nanti aku yang buat nasi gorengnya." kata Najwa menyelesaikan mencuci piringnya.
"Jangan lupa nanti bikin bakwan jagung juga, umi suka bakwan jagung buatan kamu." kata umi Dila lagi.
"Iya umi, bakwan jagung buatanku juga di sukai maaas Aazam dulu." kata Najwa ragu.
Entah kenapa dia ingat makanan kesukaan mantan suaminya dulu. Najwa pun diam, lalu menatap uminya dan tersenyum malu.
"Bilang aja kamu masih ingat mantan suamimu." cibir umi Dila.
Najwa hanya tersenyum, dia hanya ingat kalau Azam menyukai bakwan jagung buatannya. Bahkan sering memujinya, dan sampai habis beberapa biji.
"Kamu sudah dapat petunjuk dari Allah, Najwa?" tanya umi Dila lagi.
"Belum umi, kan baru satu kali ini aku sholat istikharah. Minmal kan tiga hari, atau tujuh hari." jawab Najwa.
"Kalau umi pikir ya, sebenarnya Azam itu baik dan dia juga sangat santun. Tapi memang karena kedua orang tuanya saja yang begitu. Tapi entah kenapa ya, umi pikir kamu itu ngga berjodoh lagi deh sama Azam." kata umi Dila.
"Kok umi ngomong begitu?" tanya Najwa heran.
"Ya, soalnya takdir itu tidak ada yang tahu Najwa. Kamu dan Azam bersatu lagi itu harus melewati tantangan lain, kamu harus menikah dulu dengan laki-laki lain. Dan Azam juga begitu, menikah lagi dengan perempuan lain. Jadi, di antara itu siapa yang tahu kalau nantinya kamu akan susah untuk berpisah dengan suami barumu. Ingat ya Najwa, pernikahan itu bukan untuk main-main. Jadi pikirkan baik buruknya lebih dulu, di samping kamu juga meminta petunjuk pada Allah swt." kata umi Dila.
Najwa kembali diam, meski ucapan uminya itu ada benarnya. Tapi dia juga ingin mencoba lagi hidup berumah tangga dengan Azam. Meski ada sifat Azam yang kurang di sukai olehnya, seperti suka memaksa. Tapi jika hal yang baik, menurutnya itu tidak masalah.
"Sudah, jangan di pikirkan ucapan umi. Itu hanya sebuah pikiran umi saja kok, dan abah juga nanti mencari solusi yang terbaik untuk kamu dan Azam agar bisa bersatu." kata umi Dila lagi.
"Umi tidak suka mas Azam kembali ya mi?" tanya Najwa.
"Ngga juga, tapi lebih pada memikirkan takdir saja. Jangan pikirkan ucapan umi, kan tadi umi sudah bilang. Jika kamu yang mengatakan mau bersama lagi dengan Azam, ya kami hanya mendukungmu saja Nahwa." kata umi Dila lagi.
Najwa diam lagi, sejenak dia ragu dengan ucapan uminya itu. Memang ke depan tidak ada yang tahu takdir apa yang akan dia terima nantinya. Dia juga belum tahu apa yang akan di lakukan abahnya, tapi yang jelas jika dia menyetujui kembali lagi dengan Azam. Dia harus menikah, dan abahnya yang akan mencarikan jodoh lain sebelum kembali pada Azam.
Tapi masalahnya, dia berpikir. Siapa nantu jodoh singkatnya itu? Apakah dia mau berjodoh dengannya meski singkat?
Entahlah, Najwa pusing memikirkan itu. Dia kini hanya fokus untuk berupaya meminta petunjuk pada Yang Maha Kuasa. Tidak mau memikirkan lebib jauh siapa nanti jodoh singkatnya. Atau suami selingannya nanti.
_
Lima hari berlalu, Najwa belum mendapat petunjuk apa pun dalam menentukan pilihan apakah dia mau menerima Azam lagi sebagai suaminya nanti. Tapi dia berpikir, masih ada dua hari lagi.
Namun, dia mulai gelisah ketika sudah lima hari ini belum ada petunjuk dari Sang Maha Kuasa. Umi Dila membiarkan Najwa melakukan ritual istikharahnya setiap malam. Dia juga belum membicarakan apakah Najwa sudah dapat petunjuk atau belum. Dia hanya nembicarakannya saja dengab suaminya.
"Bah, gimana menurut abah?" tanya umi Dila.
"Gimana bagaimana umi?" tanya abah.
"Ya, itu Najwa. Dia belum membicarakan tentang hasil istikharahnya sama umi. Apa dia belum mendapat petunjuk?" tanya umi Dila lagi.
"Biarkan saja umi. Kan masih ada dua hari lagi, jika belum dapat petunjuk juga. Berarti itu tinggal keputusan Najwa saja bagaimana. Abah juga akan meminta petunjuk juga sama Allah, biar tidak salah memberikan keputusan. Karena bagaimana pun, abah pasti yang akan memberi keputusan. Najwa pasti akan menyerahkannya sama abah, meski dia yang berhak dengan hidupnya sendiri." kata abah lagi.
"Iya sih, tapi umi sih agak kurang setuju lho bah. Kalau Najwa kembali lagi sama Azam." ucap umi Dila.
"Kenapa?" tanya abah heran.
"Ya, umi sih lebih berpikir takdir bah. Kita tidak tahu kan bagaimana takdir Najwa sebenarnya, tidak bisa juga di paksakan untuk mau menikah lagi dengan Azam." kata umi Dila lagi memberi pendapatnya.
"Tapi kan itu menurut umi, lain lagi mungkin menurut anakmu. Najwa memang belum lama menjanda, pasti akan terasa aneh juga kalau nanti menikah dan harus bercerai lagi. Tetangga pasti akan menggunjingkan Najwa. Jadi, biarkan Najwa sendiri yang membuat keputusan. Abah yang akan mengarahkan keduanya nanti, biar takdir itu bisa berjalan sesuai jalannya." ucap abah.
Umi Dila diam, memang itu urusan Najwa. Abahnya sendiri menyerahkan semua urusan ikhtiar pada Najwa, agar Najwa tidak diam dan sedih. Jadi abah dan umi Najwa hanya menunggu keputusan Najwa nanti setelah selesai melakukan istikharah dan mendapat petunjuk dari Yang Di Atas.
_
_
**********************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!