NovelToon NovelToon

Cinta Rahasia Yang Membara Bersama Selingkuhan

Episode 1: Penghianatan (Revisi)

"Kana... Kanaya...."

Seorang Pria terlihat berguma menyebut nama itu, sambil memeluk seorang wanita. Mungkin karena dia masih setengah sadar, visinya masih buyar, masih seakan berada dalam sebuah mimpi indah.

Sampai, dia mulai menyadari jika wanita yang ada di pelukannya terasa nyata. Pria itu, Tirstan Norris, mulai membuka matanya dalam keadaan panik.

Apalagi setelah dirinya menatap ke arah wanita yang berada dipelukannya itu, bukanlah sosok yang familiar, bukan Kanaya Kekasihnya. Dengan panik, Tristan menjauh dan melepaskan pelukannya.

Sedang memikirkan sebenarnya apa yang terjadi. Dia mulai melihat kearah dirinya sendiri dan wanita disampaignya yang saat ini hampir tidak mengenakan apapun.

"Tidak.... Ini tidak bisa... Tidak mungkin...."

Pria itu mulai berguma pada dirinya sendiri, seolah merasa ketakutan tentang apa yang mungkin baru saja terjadi. Lalu, pikiran pertama yang terbesit dalam benaknya, adalah wajah Sang Kekasih, Kanaya Calestia.

Kekasih yang paling dirinya cintai dunia ini, wanita satu-satunya yang akan mengisi hidupnya...

Sebuah janji yang mereka buat...

Untuk bersama selamanya, dan akan menikah suatu hari nanti. Dimana dirinya selama ini, selalu berjuang, agar bisa bersama dengan wanita yang dicintainya itu, Kanayanya...

Pujaan hatinya, satu-satunya wanita yang ingin dirinya nikahi, satu-satunya belahan jiwanya. Jadi, ketika memikiran bahwa hari ini dirinya menghianati cinta mereka, Tristan merasa hancur.

Cinta yang selama ini dirinya jaga hanya untuk Kanaya...

Tidak...

Bagaimana ini bisa terjadi...

Tristan mulai mengigat tentang kejadian semalam di mana Dirinya tiba-tiba pusing dan kehilangan kesadaran, dan tidak begitu ingat apa yang terjadi, seolah-olah dirinya dibuat mabuk dan diberi obat.

"Tidak... Ini jebakan..."

Tristan mulai mencoba mencari situasi yang ada. Namun pada akhirnya, tidak ada pembenaran dalam tindakan yang baru saja dirinya lakukan. Dirinya menghianati cinta Kanaya dengan bersama dengan wanita lain.

Hanya memikirannya, bagaimana jika Kanaya tahu?

Tristan menjadi begitu takut hanya untuk memikirkannya bahwa wanita yang paling dirinya cintai itu mungkin akan pergi meninggalkan dirinya.

Rasanya tidak akan sanggup jika dirinya melihat, Kanaya pergi...

Ketika Tristan melamun, wanita yang ada di sampingnya mulai membuka matanya seolah juga baru saja memahami situasi yang terjadi. Wanita itu juga terlihat memiliki ekpersi syok, dan menatap kearah Tristan.

Tristan lalu mulai mengenali wajah wanita yang berada di sampingnya itu, kalau tidak salah itu adalah Elena Valentine, seorang wanita yang di perkenalkan oleh Ibunya sebelumnya, dan tadi malam juga dirinya kebetulan bertemu Elena, lalu setelahnya....

Tristan ingat dirinya hanya minum sedikit, itu harusnya tidak membuat dirinya mabuk?

Lalu kenapa?

"Kamu!! Apa yang telah kamu lakukan padaku?" Tanya Tristan dengan nada marah.

Elena, yang mendengar itu hanya menjadi gemetar.

"Aku... Aku...."

Tristan yang menatap wajah itu entah kenapa hatinya dipenuhi dengan rasa marah dan kekesalan. Saat ini, hatinya terasa begitu hancur, apalagi jika harus mengigat Kanaya.

Apa yang harus dirinya katakan pada Kanaya?

Apa?

Bagaimana jika Kanaya tahu?

Bagaimana jika dirinya ditinggalkan?

Kanaya adalah alasan, kenapa dirinya bisa berdiri pada tempatnya saat ini. Dulu, dirinya hanyalah Tuan Muda ketiga dari Keluarga Norris yang tidak bisa apapun, dan tidak diharapkan oleh siapapun.

Namun sejak dirinya bertemu Kanaya, hal-hal mulai berubah...

Dirinya yang selalu berusaha agar bisa berada di samping wanita yang dicintainya itu...

Bahkan walaupun, hubungan antara Keluarga mereka sulit, membuat hubungan mereka harus menjadi suatu hubungan rahasia yang mana hanya mereka berdua yang tahu.

Lima Tahun

Itu adalah waktu ketika mereka berdua bersama, itu bukan waktu yang singkat, namun juga tidak begitu lama.

5 tahun mereka berdua memperjuangkan cinta ini.

Dan sekarang, Tristan memikirkan, kesalahan yang dirinya buat hari ini mungkin menghancurkan usaha yang mereka berdua buat selama ini. Cinta yang dirinya jaga di hatinya selama ini hanya untuk Kanaya, terasa menjadi ternoda.

"Aku tidak ingin melihat wajah mu lagi! Lupakan semua ini!"

Tristan mulai bangkit dari tempat tidur, lalu mulai memakai pakaiannya, dan pergi dari Hotel itu, bahkan tanpa mendegarkan Elena yang hendak bicara.

Ya, Tristan mungkin terlalu hancur hanya memikirkan soal hubungannya di masa depan dengan Kanaya. Tristan, lalu mulai menaiki mobilnya, diam-diam dalam mobil itu dia mulai menangis.

"Kana... Bagaimana ini bisa terjadi... Maafkan Aku..."

Hatinya terasa hancur hanya memikirkannya, namun tanpa sadar mobil yang dinaikinya itu berhenti di depan sebuah apartemen tertentu.

Itu Apartemen Kanaya.

Tristan mulai keluar dari mobilnya menatap ke arah apartemen yang ada di depannya.

Hujan perlahan mulai turun, bersama dengan air mata yang tumpah. Perasaan melanggar sebuah janji yang terasa begitu berat.

Sampai kemudian, ada seorang gadis yang melewati tempat itu, begitu kaget ketika melihat ada Tirstan disana yang kehujanan.

Dengan payung yang dipakainya, dia menutupi Tristan agar tidak terkena hujan.

"Tristan? Kenapa kamu hujan-hujanan di sini? Kenapa tidak masuk kedalam?"

Itu adalah sebuah suara yang familiar, yaitu dari gadis yang paling dirinya cintai. Melihat wajah yang tidak tahu apa-apa itu, dan bersikap ramah kearahnya, Tristan hanya memeluk Kanaya.

"Huh? Ada apa denganmu Tristan?"

Tristan tidak menjawab hanya melanjutkan pelukan itu.

"Kana, Aku sangat mencintaimu..."

"Huh? Kenapa tiba-tiba? Tentu saja aku tahu Jika kamu mencintaiku,"

Kata-kata hangat dan begitu tulus itu entah kenapa membuat hati Tristan semakin hancur.

Bagaimana ini?

"Kita berdua akan selalu bersama bukan?" Kata Tristan lagi.

"Tentu saja, kita berdua akan selalu bersama tidak ada yang bisa menghalangi cinta kita, Kenapa denganmu seperti ini?"

Tristan yang ditanya itu, tidak menjawab.

Tiba-tiba Tristan ingat, jika tubuhnya begitu kotor, tidak layak menerima pelukan itu...

"Aku tidak ada apa-apa, emm bolehkah Aku masuk ke tempat mu?"

"Kamu begitu aneh, Kenapa meminta izin tiba-tiba? Mari masuk saja,"

Kanaya mulai mengandeng tangan Tristan dan masuk ke Apartemennya.

Tristan, menatap gadis yang ada di hadapannya, benar-benar merasa tidak tega untuk bercerita.

Benar, jika dirinya tidak cerita Bukankah ini tidak apa-apa?

Kanaya tidak perlu tahu bukan?

"Tristan? Ada apa denganmu? Kenapa kamu diam saja hari ini? Kamu benar-benar aneh tiba-tiba datang ke sini juga," tanya Kanaya setelah mereka berdua memasuki apartemen itu.

"Bolehkah Aku mandi disini? Bajuku basah dan ini tidak nyaman,"

"Itu karena kamu hujan-hujanan, sungguh kenapa kamu malah bersikap seperti anak kecil sekarang? Apakah ini hobi lamamu?"

Tristan mencoba untuk tetap tersenyum dan berkata,

"Yah, Bukankah hujan-hujanan sedikit menyenangkan?"

"Kamu itu, ada-ada saja,"

Hari itu, Tristan memutuskan untuk mencoba melupakan apa yang terjadi, dan menikmati hari itu bersama dengan wanita yang di cintainya. Namun tetap saja rasa bersalah menggerogoti hatinya ketika melihat senyuman dari wanita yang dicintainya itu.

Apakah ini tidak apa-apa untuk berbohong?

Tristan mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini baik-baik saja selama Kanaya tidak tahu. Hanya, memikiran Kanaya tahu dan meninggalkan dirinya, Tristan tidak sanggup.

####

Hari-hari berlalu setelah itu dalam sekejap mata, Tirstan mencoba melupakan kenangan hari itu dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa di depan Kanaya. Hari-hari benar-benar berlalu dalam damai, sampai tiga minggu berlalu, sebuah tragedi di mulai.

"Tristan! Apa yang kamu lakukan? Kamu membuat Elena hamil! Kamu jelas harus bertanggung jawab!!"

Itu adalah kata-kata dari Ibunya, ketika Tristan baru saja pulang dari kantor. Tristan melihat kearah Keluarganya, dimana saat ini orang-orang sedang berkumpul di ruang tamu, dimana ada Elena yang menagis, juga ada kedua orang tua Elena.

Ada sebuah foto, juga tentang Tristan dan Elena memasuki kamar hotel.

"Tidak... Apa yang barusan kalian bicarakan? Hamil apa? Aku tidak pernah melakukan apapun!"

Tamparan mendarat di pipi, Tirstan.

Hari itu, ada pertengkaran hebat di Keluarga Tirstan.

Dan akhirnya, di putuskan jika Tirstan harus menikah dengan Elena minggu depan. Bahkan dalam satu minggu itu, Tirstan masih tidak bisa mengatakan apa-apa pada Kanaya.

"Tristan? Ada apa denganmu Kenapa kamu bersikap aneh?"

Ini adalah sesi makan malam mereka, dan besok adalah hari pernikahan Tristan. Tristan menatap kearah Kanaya, melihat senyuman itu.

Apa sekarang yang harus dirinya lakukan?

Tristan lalu mulai mengegam tangan Kanaya, dan mencium tangan itu.

"Kana... Aku benar-benar tidak ingin kehilangan kamu, aku begitu mencintaimu,"

Kanaya menatap pria yang ada di hadapannya dengan ekspresi heran dan segera berkata,

"Apa yang kamu katakan? Aku tidak akan kemana-mana dan aku akan selalu di sisimu,"

Kanaya merasa Kekasihnya, menjadi bersikap semakin aneh. Ini terjadi sejak satu bulan yang lalu.

Bagaimana mengatakannya?

Tristan Kekasihnya, selama sebulan ini, selalu ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya bahkan mereka sempat diam-diam pergi liburan ke luar kota. Tirstan, yang lebih sering meneleponnya bahkan walaupun dia begitu sibuk dengan pekerjaannya.

Dia yang lebih menempel dari biasanya. Dan semua kata-katanya terasa aneh. Pada akhirnya, Kanaya tahu semuanya ketika hari berlalu.

Pagi itu, dirinya mendapatkan surat undangan Pernikahan yang diberikan oleh Ayahnya. Bahkan, Kanaya masih tidak percaya dengan surat undangan yang diterimanya itu, sampai Kanaya tiba di Aula Hotel, tempat Pesta itu diadakan.

Disana, Tristan saat ini duduk di pelaminan sedang mengatakan ijab kabul dengan seorang wanita. Pertama, Ijab Kabul itu dilakukan dengan gugup, dan sempat salah sampai dua kali.

Hingga yang terakhir, berjalan lancar.

"Saksi Sah?"

"Sah!"

Kanaya melihat ketika Ijab Kabul itu berlangsung. Tristan yang menyebut nama wanita lain...

Seolah Kanaya masih tidak mempercayai hal-hal yang ada di hadapannya ini.

Apakah ini hanya sebuah mimpi?

Ini mungkin hanya sebuah mimpi buruk?

Episode 2: Kita Yang Tidak Bisa Bersama (Revisi)

Hal yang Kanaya pikirkan saat itu adalah sebuah kenangan indah yang dirinya habiskan dengan Kekasihnya, Tristan.

"Kana, kamu adalah satu-satunya wanita dalam hidupku, cinta pertama dan terakhirku, Aku selalu ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu, ini adalah sebuah janji,"

Kata-katanya, terdengar penuh cinta dan penuh kasih.

Kata-kata Cinta, yang selalu Kanaya dengar, dari Kekasihnya Tristan.

"Ya, aku juga sangat mencintaimu Aku harap kita benar-benar bisa menikah lalu bisa menghabiskan sisa waktu kita bersama selamanya,"

Sebuah senyuman manis muncul di wajah Pria yang Kanaya Cintai.

Saat, Pria itu mulai berlutut dan memberikan Kanaya sebuah cincin.

"Ini adalah ikatan dan komitmen yang Aku buat, bahwa Aku, Tristan Norris adalah selamanya milikmu baik sekarang ataupun nanti sampai ajal menjemput ku, Jadi tunggu sampai kita berdua benar-benar bisa meresmikan hari pernikahan kita?"

"Ya, Tristan aku menunggu hari itu di mana cinta kita bisa disatukan oleh sebuah ikatan Pernikahan,"

Sebuah Janji manis yang dibuat hari itu seolah masih menjadi kenangan hangat di hati Kanaya.

Mereka saling menyatakan cinta satu sama lainnya berpelukan hangat, berbagi kasih dan cinta yang mereka miliki.

Cinta Rahasia yang sudah mereka simpan lebih dari 5 tahun.

Berharap bahwa suatu hari cinta mereka akan direstui dan mereka akan ditakdirkan untuk bersama-sama.

Kenangan indah lain, perlahan-lahan muncul kembali.

Itu adalah salah satu sore di mana mereka berdua berkencan.

"Tristan, Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu seperti ini, Aku harap kita akan selalu bisa seperti ini di masa depan,"

"Ya, dan di masa depan kita masih akan terus bersama seperti ini,"

Tangan mereka terjalin satu sama lain seolah tidak ingin melepaskan satu sama lain ketika keduanya berada di sebuah pantai, sambil menatap matahari terbenam.

Dalam pandangan mereka bukanlah matahari terbenam yang dilihat namun bayangan dari wajah masing-masing.

Tristan mencium kening Kanaya dengan lembut.

Kanaya tersenyum dan sangat bahagia dengan perilaku romantis itu.

Kanaya selalu memiliki hidup yang sulit sejak kecil, hidup dalam sebuah keluarga yang berantakan dan mengabaikan dirinya.

Tristan, adalah satu-satunya cahaya yang bisa membimbingnya dari kegelapan.

Cinta yang awalnya, hanyalah sebuah cinta diam-diam dari tujuh tahun yang lalu, ternyata merupakan cinta yang mendapatkan balasan, kemudian mereka menghabiskan waktu bersama selama lima tahun ini.

Ketika bersama dengan Tristan, Kanaya merasa dirinya adalah wanita yang paling bahagia.

Di dunia ini, tidak ada hal lain yang dirinya butuhkan selain, Tristan, Kekasihnya yang paling dirinya cintai.

Dirinya ingin saat-saat seperti ini berlangsung selamanya...

Saat-saat mereka bersama-sama seperti 5 tahun ini...

Namun sayangnya takdir berkata lain.

Saat ini di sebuah hotel, terlihat sedang diadakan sebuah pesta.

Itu adalah sebuah pesta pernikahan.

Sebuah Pesta, yang tidak akan pernah Kanaya bayangkan untuk hadiri.

Yaitu Pesta Pernikahan Tristan dengan wanita lain.

Dimana, Ijab Kabul baru saja berlangsung.

Pandangan Kanaya seolah menjadi gelap, merasakan bahwa itu hanya sebuah mimpi buruk sampai sebuah suara datang memasuki telinganya,

"Kanaya, ada apa denganmu mari masuk saja, lihatlah Tuan Muda Keluarga Norris yang tidak tahu malu itu, aku dengar dari gosip pernikahan ini terjadi karena dia menghamili seorang wanita," kata seorang wanita yang ada disamping Kanaya.

Hati Kanaya, terasa remuk dan hancur karena hal-hal ini ternyata bukan mimpi.

Ini adalah sebuah kenyataan bahwa pria yang paling dicintainya itu saat ini bersama dengan orang lain, menikah dengan orang lain.

Lalu, gosip apa yang barusan dirinya dengar?

Kanaya, yang mendengar itu hanya bisa tetap menjaga ekspresinya menahan rasa sakit hati yang dirinya miliki, dan berkata,

"Benarkah? Aku tidak tahu jika ada gosip gosip semacam itu,"

"Memang, ini sulit dipercaya bukan? Gayanya saja, seperti seorang Pria Suci, yang tidak pernah berkencan dengan wanita manapun dan menjaga jarak dengan wanita manapun namun lihatlah ternyata kelakuannya belakang begitu busuk semacam itu, cih benar-benar kadang tidak bisa menilai orang dari penampilannya, bukankah begitu Kanaya?"

"Entahlah aku juga tidak tahu,"

Kanaya, saat ini hatinya dipenuhi dengan kesedihan dan rasa sakit.

Namun kanaya tahu dirinya tidak boleh menangis di tempat seperti ini.

Yang semua orang tahu, hubungan Keluarga dirinya dan Keluarganya Tristan buruk, di mata orang-orang mereka bermusuhan.

Jadi tidak ada alasan yang membuat dirinya bisa menangis di tempat ini.

Sebuah pesta yang juga merupakan kejutan untuknya.

Hal pertama yang dirinya lihat ketika tahu siapa yang menikah hari itu adalah sebuah mati rasa.

Mungkin karena hatinya begitu sakit terlalu dalam dan dirinya harus menahan nya.

Saat ini penyayang dirinya cintai tengah berada di pelaminan bersama dengan wanita lain.

Sebuah tempat yang selalu dirinya mimpikan dan inginkan.

Dimana, dirinya bisa bersanding dengan Tristan disana.

Tentu saja bukan hari ini dirinya tahu bahwa pria yang dicintainya itu akan menikah dengan orang lain.

Padahal, tadi malam dirinya dan Tristan masih menghabiskan makan malam romantis bersama-sama seolah tidak terjadi apapun.

Kanaya tidak tahu tragedi ini dimulai dari mana.

Apakah itu dari satu bulan yang lalu, ketika Tristan bersikap cukup aneh?

Kanaya pikir, Tristan hanya sedikit lebih posesif dari biasanya, tidak pernah mengira jika pria yang dicintainya itu malah membuat sebuah kebohongan padanya.

Kanaya terlalu tenggelam dalam pikirannya sampai-sampai segera tidak menyadari jika sekarang dirinya sudah di seret sampai ke dekat pasangan pengantin.

Tatapan Kanaya sekarang bertemu dengan tatapan Tristan yang begitu kaget, karena tidak pernah mengira akan melihat wajah gadis yang dicintainya itu.

Kanaya, mencoba untuk tersenyum dan menyembunyikan emosinya.

Sebuah senyuman palsu, yang hanya Tristan yang tahu.

"Selamat tentang Pernikahanmu," kata Kanaya sambil tersenyum.

Tristan yang melihat senyuman palsu itu juga merasa bahwa hatinya hancur, dari semua hal Tristan tidak pernah mengira jika Kanaya akan hadir di Pernikahan ini.

Namun, dalam hati Tristan juga tahu, dirinya tidak bisa menyembunyikan semua ini terlalu lama dari Kanaya.

Namun, Tristan juga merasa tidak sanggup untuk mengatakannya lebih awal bahkan sampai detik terakhir.

Sebuah kesalahan yang membuat mereka pada takdir seperti ini.

Seolah-olah dunia tidak ingin mereka berdua bersatu.

"Kana...."

Mendengar Pria itu, menyebut namanya, Kanaya segera merubah ekspresinya sedikit namun itu hanya berlangsung beberapa detik mungkin tidak begitu disadari oleh orang-orang disana.

Kanaya berkata pelan,

"Cukup, Tristan. Ini bukan tempat kita bisa berbicara, tetap bersikap lah seperti biasa seolah kita adalah orang asing,"

Lalu tatapan Kanaya menatap kearah seorang wanita yang berada disamping Tristan.

Rasa iri, dan kebencian segera memasuki hati Kanaya.

Tristan, tentu saja menyadari perubahan ekspresi itu.

Ya, pada akhirnya, tidak terjadi apa-apa di sana, Kanaya hanya segera pergi dari atas panggung itu.

Melihat Kanaya pergi, Tristan yang merasa tidak tahan itu akhirnya meminta izin untuk pergi ke kamar mandi.

Tepat ketika Kanaya sepertinya berada di lorong sepi sendirian, Tristan menatap gadis itu, yang saat ini akhirnya mulai mengeluarkan emosinya dan mulai menangis.

Ya, Kanaya mungkin akhirnya merasa tidak tahan dan segera mencari tempat yang sepi untuk setidaknya bisa meluapkan rasa sedih dan kemarahan yang ada di hatinya.

Tristan...

Orang yang paling dirinya cintai sekarang menikah dengan orang lain...

Bukankah pria itu berjanji padanya bahwa dia hanyalah miliknya?

Kenapa semuanya menjadi seperti ini?

Ketika Kanaya menagis, tiba-tiba sebuah pelukan datang dari belakang.

Kanaya menyadari siapa itu, lalu segera mendorongnya.

"Tristan!! Kamu... Jangan menyentuhku!! Kamu seorang pembohong! Pria Brengsek!!"

"Kana... Maaf... Maafkan Aku..."

"Apakah hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutmu?"

Kanaya merasa marah dan tidak tahan melihat wajah pria itu.

Namun hatinya tidak bisa berbohong bahwa dirinya masih sangat mencintai pria yang ada di hadapannya itu.

Air mata, mulai kembali tumpah di wajah gadis itu.

"Kenapa Tristan... Kenapa semuanya menjadi seperti ini... padahal tinggal satu langkah lagi kita bisa meresmikan hubungan kita..."

Episode 3: Menjadi Selingkuhmu (Revisi)

Hati Kanaya masih merasa sangat sakit melihat Pria yang dicintainya yang ada didepannya ini, memikirkan bahwa pria yang ada di depannya ini sekarang adalah milik orang lain membuat hatinya semakin tidak tahan.

"Kana... Aku mencitaimu..."

Tristan segera mencoba menarik gadis yang marah di hadapannya itu ke dalam pelukannya untuk mencoba menenangkannya.

Namun Kanaya masih menagis.

"Pembohong...."

"Kanaya, aku bisa menjelaskan semua ini padamu, Aku sungguh mencintaimu..."

Kanaya tidak lagi mengatakan apa-apa hanya segera menerima pelukan itu.

Ya, Kanaya merasa sangat nyaman setelah mendengar kata-kata itu.

Kata-kata cinta dari pemuda yang ada dihadapannya itu.

Mungkin, itu karena dirinya merasa tidak pernah dicintai selama hidupnya.

Ayahnya selalu membenci dirinya sejak kematian Ibunya dulu.

Menyalahkan jika ini karena melahirkan dirinya, Ibunya bisa meninggal.

Sebagai seorang anak yang lahir tanpa cinta dari kedua orang tuanya, Kanaya selalu hidup dalam kesepian.

Dia selalu mencoba, untuk selalu menyenangkan Ayahnya, untuk mendapatkan kasih sayangnya.

Namun bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, dirinya tetap di abaikan.

'Dasar anak pembawa sial! Jika bukan karena kamu, Aku tidak akan kehilangan begitu banyak!'

Kata-kata, yang sering Kanaya dengar dari Ayahnya.

Untuk bisa mendapatkan kasih sayang Ayahnya, Kanaya melakukan apa saja...

Namun perasaannya tidak pernah sampai.

Orang-orang, selalu menuduh dirinya bukan anak kandung Ayahnya.

Dirinya selalu menerima banyak sindiran dari orang-orang karena hubungan buruk ini.

Tidak ada yang mencintai dirinya.

Yang ada hanya orang-orang yang selalu mencoba mengambil keuntungan dan mencoba memanfaatkan dirinya.

Seolah dirinya merasa semakin tidak tahan dengan hidupnya, dan merasa muak.

Sangat lelah untuk mengejar seseorang yang tidak pernah membalas perasaannya.

Yang dirinya inginkan hanya beberapa perhatian, namun tidak pernah ada.

Di titik terberatnya, dirinya bertemu dengan Tristan.

Itu adalah cinta masa muda ketika mereka masih ada di bangku sekolah menengah.

Ketika seluruh hidupmu selalu menjadi buruk dan mendapatkan kebaikan dari seseorang hal-hal itu jelas adalah sesuatu yang berharga.

Mungkin itu hanya cinta pada pandangan pertama...

Namun lambat laut cinta itu tumbuh menjadi semakin besar dan semakin besar.

Hingga, mungkin tidak bisa di bendung lagi.

Bahkan sampai saat ini, Kanaya masih sangat mencintai Tristan.

"Kenapa... Kenapa kamu menikah dengannya?"

"Kanaya, percayalah aku terpaksa melakukan ini. Keluargaku yang memaksaku, ini adalah sebuah kecelakaan, Aku yakin Aku di jebak seseorang,"

"Apakah menurutmu aku akan percaya dengan kata-katamu?"

"Lalu apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya?"

Kanaya terdiam, seolah sedang memikirkan apa yang sebaiknya dirinya lakukan.

"Lalu buktikan jika kamu mencintaiku,"

"Aku akan membuktikannya! Aku adalah milikmu, kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cintai,"

"Lalu, ceraikan Istri mu!"

Tristan menjadi diam.

Kanaya yang melihat respon itu segera menjadi marah, lalu melepaskan pelukan itu dan menatap pria yang ada di hadapannya itu.

"Apa? Kamu tidak bisa melakukannya?"

"Aku akan melakukannya, setelah bayi itu lahir,"

Kanaya yang mendengar itu lalu segera tertawa seolah itu benar-benar sesuatu yang ironi.

"Jadi benar kamu memiliki anak dengan wanita itu?"

Tristan menjadi diam.

"Kenapa? Kenapa sekarang kamu diam? Sejak kapan kamu selalu berbohong padaku? Bukankah kamu tahu aku paling tidak suka dibohongi? Kamu dari semua orang malah berbohong padaku!"

Tristan lalu segera berlutut di depan Kanaya, sambil memegang tangannya.

"Kana... Maafkan Aku... Malam itu Aku..."

Kanaya merasa tidak tahan untuk mendengar ceritanya.

"Cukup!! Aku tidak ingin mendengar lagi kata-katamu!"

"Kana... Sungguh aku dijebak malam itu...."

"Lalu, kamu hanya menerima jebakan itu hah?"

"Kana... Bukankah kamu selama ini yang paling tahu tentang aku? Menurutmu, ketika aku sadar aku akan melakukannya?"

Kanaya yang mendengar itu segera terdiam.

Ya, mungkin karena Kanaya yang sudah lama mengenal Tristan.

Tristan bukan Pria semacam itu, mereka menjalin hubungan sangat lama, namun Tristan tidak pernah menyentuh dirinya.

Tristan yang paham betul, untuk menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita.

Tristannya bukan orang seperti itu...

Kanaya ingin percaya dengan penilaiannya.

Namun, hatinya masih sakit hanya dengan memikirkannya.

Kanaya sekali lagi mulai meneteskan air matanya mungkin hanya merasa tidak tahan lagi.

"Cukup! Aku tidak ingin dengar!"

"Kana... Jangan menagis, Ini memang salahku, namun Aku tidak bisa hidup tanpamu... Ku mohon jangan tinggalkan Aku... Kana..."

"Kamu begitu egois!"

"Kana... Percayalah padaku..."

"Lalu bisakah kamu membuktikannya?"

"Aku sudah bilang padamu Aku akan melakukan segalanya yang kamu mau,"

Kanaya lalu sedang berpikir sebentar memikirkan tindakan apa yang harus dirinya lakukan.

Jika ditanya apakah dirinya rela melihat Pria yang ada di hadapannya ini bersama dengan wanita lain...

Jawabannya sangat tidak rela...

Karena dirinya juga sangat mencintai Tristan, mungkin rasa cinta yang ada di hatinya ini lebih daripada yang dirinya kira.

Dirinya tidak bisa melihat pria itu bersama dengan orang lain.

Karena Tristan hanyalah miliknya...

Bahkan sekarang, Kana masih sangat tidak rela.

Namun Apa yang bisa dilakukan?

Sekarang Tristan sudah menikah.

Menikah dengan wanita lain.

"Kamu benar-benar akan bercerai?"

"Ya, Kana! Aku berjanji padamu, aku bahkan tidak akan menyentuhnya, Aku akan segera bercerai setelah anak itu lahir,"

"Tristan, Bagaimana jika nanti kamu berubah pikiran?"

"Aku tidak akan berubah pikiran,"

"Hati seseorang, kita tidak pernah tahu,"

"Kamu tahu sendiri, berapa banyak hal yang kita lalui selama ini? Apakah kamu pernah melihat hatiku pernah berpaling sekalipun?"

Kanaya terdiam.

"Tapi bagaimana Aku bisa yakin?"

"Apakah kamu masih mencintaiku?"

Ketika di tanya, Kanya segera menarik Tristan berdiri, lalu menamparnya.

"Apakah kamu perlu bahkan bertanya?"

Mendengar itu, Tristan lalu tersenyum.

Kanaya yang melihat senyum bodoh itu hanya segera berkata dengan kesal.

"Berhenti memasang wajah itu, benar-benar membuatku muak,"

"Kana, kamu memanfaatkanku?"

"Apalagi yang bisa aku lakukan? Bukankah memang biasanya selalu seperti ini? Hah, hubungan kita selalu berantakan bukan? Hubungan kita bahkan harus dirahasiakan dari semua orang, jadi hanya merahasiakannya dari satu orang lagi bukan masalah besar,"

Setelah mengatakan itu, kedua orang itu kembali terdiam, sampai Tristan mulai bertanya,

"Lalu sekarang Apa yang kamu ingin lakukan?"

Kanaya menatap Tristan dengan kesal.

"Apakah harus aku yang merencanakan segalanya?"

"Aku tidak sepintar Kana,"

Terlihat wajah cemberut ketika mengatakan itu.

"Datang ke Hotel Y, Malam ini,"

"Kenapa?"

"Kenapa kamu harus bertanya? Aku tidak bisa membiarkan kamu menghabiskan malam pertama dengan Istrimu!"

Mendengar kata-kata Kanaya, Tristan terdiam sebentar, lalu segera membelai rambut Kanaya.

"Tentu saja, Aku bersumpah tidak akan melakukannya, sebelumnya adalah sebuah kecelakaan,"

Namun, Kanaya merasa tidak puas dengan jawaban itu.

"Kecelakaan katamu? Sampai dia hamil?"

"Kana... Aku tahu ini salahku, Aku ceroboh karena tidak bisa menjaga diriku,"

Kanaya jelas masih merasa sangat kesal, jelas karena mereka sudah berjanji sebelumnya.

Akan menjaga diri masing-masing sampai mereka menikah nantinya.

Namun kapan mereka menikah?

Ini sudah menjadi topik hangat selama dua tahun belakangan.

"Lalu bagaimana jika Aku yang tidur dengan Pria lain?"

Tristan yang mendengar itu wajahnya segera menunjukkan kemarahan dan kekesalan,

"Kana, kamu jangan mengatakan hal-hal semacam itu, apakah kamu memang ingin membuat aku sakit hati? Aku tidak rela kamu disentuh siapapun,"

Kanaya yang mendengar itu segera merasa semakin kesal.

"Lalu bagaimana menurutmu perasaanku? Apakah kamu tidak mengerti?" Kata Kanaya lalu tangannya, segera menunjuk ke tubuh Tristan, dari atas sampai bawah.

"Tristan, kamu itu harusnya milikku, keperjakaanmu, tubuhmu, itu semua harusnya kamu serahkan padaku, saat kita menikah nanti, namun apa ini? Kamu benar-benar sampah,"

Tristan lalu segera memeluk Kanaya lagi, mencoba menenangkan amarah Kekasihnya itu.

"Itu benar aku telah melanggar janjiku, kamu bisa menghukumku dengan apa saja, tapi jangan pernah tinggalkan Aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu,"

"Aku pikir semua pria hanya mengatakan itu, sebagai basa basi, rayuan omong kosong,"

"Pria mana yang berani mengatakan itu di depanmu hah?"

"Itu kamu yang suka berbicara omong kosong didepan ku,"

"Tapi itu bukan omong kosong, Kana kamu juga tahu kan? Aku selalu ingin menikah denganmu,"

"Ini sudah menjadi topik selama 2 tahun ini, namun kita belum juga menikah, Aku bertanya-tanya kapan sebenanya kita akan benar-benar menikah?"

Tristan terdiam.

"Kita bisa melakukan dari awal jika kita nekat?"

"Hah, kamu tahu posisiku, Tristan? Aku setidaknya tidak bisa membuat Kakekku kecewa, sebelum Aku mendapatkan warisan,"

"Ya, Kau tahu, uang dan kekuasaan selalu menjadi sangat penting untukmu, Kana,"

"Mau bagaimana? Bahkan jika kita nekat, bagaimana Aku juga bisa menghadapi Keluargamu yang memusuhi ku? Jika kita lari, kita jadi miskin, Aku tidak tahan memikiran hidup tanpa uang,"

Ini adalah salah satu perdebatan yang di bahas dalam dua tahun terakhir ini.

Tapi tidak ada yang merasa marah dengan kesimpulan itu.

"Kamu benar, Aku jatuh cinta padamu, hal-hal menjadi sulit,"

"Kamu jatuh cinta pada wanita serakah sepertiku apakah kamu tidak menyesal?"

"Kamu selalu tahu jawabannya tanpa perlu bertanya,"

Setelah itu keduanya mulai terdiam dan saling menatap satu sama lain.

Mungkin karena keduanya sama-sama sadar saat ini bukan tempat yang tepat untuk berbicara terlalu banyak.

Namun ada beberapa hal yang perlu dipastikan lagi.

"Lalu, apa hubungan kita sekarang Tristan?"

Tristan yang di tanya itu segera diam, menjadi bingung bagaimana cara menjawabnya.

"Sial, kenapa kamu diam?"

"Aku tahu jawabannya namun sejujurnya aku tidak ingin mengatakannya dengan mulutku sendiri,"

"Sialan, tentu kamu masih Kekasihku, tapi sekarang Aku hanya bisa menjadi Selingkuhan mu, Aku cukup sedih hanya mengatakan ini,"

"Ini hanya status? Hanya kamu satu-satunya yang ada di hatiku,"

Setelah beberapa percakapan, keduanya lalu segera berpisah.

Kanaya, merasa tidak tahan melihat Tristan pergi dari sana, kembali ke Istri Syahnya.

Hah, apakah sekarang dirinya menjadi wanita jahat?

Namun dirinya tidak ingin kehilangan Trisna.

Hanya dia Pria satu-satunya yang dirinya cintai.

Namun apakah ini tidak apa-apa?

Kanaya memiliki perasaan rumit ketika memikirkan semua ini.

Kenapa hubungannya dengan Tristan bisa menjadi serumit ini?

Kenapa hanya jatuh cinta pada seseorang harus begitu sulit?

Kanaya segera mencoba menghapus air matanya, dan segera kembali ke Ruangan Pesta, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Dan di Ruang Pesta, ada Tristan bersama dengan Istrinya.

Hah..

Tempat di samping Tristan itu harusnya hanya menjadi miliknya.

Hanya memikirkan melihat wanita itu membuat Kanaya tidak tahan.

Apalagi, wanita itu terlihat cukup cantik dan memiliki wajah lembut.

Apakah itu masih Tipe Tristan?

Bagaimana jika Tristan jatuh cinta padanya?

Kanaya yang melihat dua orang itu tiba-tiba dihantui ketakutan.

Walaupun, saat ini Tristan miliknya...

Namun bagaimana jika hubungan dua orang itu berlanjut?

Setelah semua dirinya saat ini hanyalah Selingkuhan.

Sial.

Memikirannya saja, membuat Kanaya pusing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!