NovelToon NovelToon

Mengandung Anak CEO

Hitam

Pov Alya

"Hai, kamu sangat cantik sekali. Sangat berbeda dengan di foto Me chat mu." Ujarnya dengan tatapan yang penuh bira hi.

"Iya om, makasih." Sahutku lembut, menampilkan ekspresi wajah tertarik padanya. Walau sebenarnya hatiku tak suka. Ku lempar senyuman manis. Walau ini pengalaman pertamaku menjual diri. Tapi, aku tak sebodoh itu, tak pandai merayu pria. Aku sudah belajar banyak dari mantan kekasihku, soal merayu pria. Dan soal berhubungan aku juga sudah mahir. Karena aku dan mantanku hampir melakukannya 3 x seminggu dulu. Tapi, itu tak berlangsung lama. Karena aku merasa diriku bodoh.

Namaku Alya Putri Nafisa. Usiaku sekarang 22 tahun. Karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Aku pun akhirnya memutuskan terjun ke pekerjaan haram ini.

Aku terlahir dari keluarga miskin, dengan ayahku yang meninggalkan ibuku ketika aku masih bayi. Dan sekarang, aku tak pernah lagi mendengar kabar ayahku.

Ibuku biasanya melakukan pekerjaan rumah tangga atau Asisten rumah tangga untuk memberi makan kami. Aku pandai belajar dan melakukan sebagian besar pendidikanku dengan beasiswa, memiliki impian besar untuk mengubah hidup ibu dan aku,, tetapi setelah aku mendapatkan gelar B.Com. Aku malah tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, Aku bekerja di toko fotokopi xerox dengan gaji 700.000 per bulan, saat masih kuliah.

Setelah masuk ke dalam kamar hotel. Dia memintaku untuk duduk.

"Siapa namamu sayang?" tanyanya dengan tatapan genitnya.

"Swethy om.” yang bukan nama asliku, dan dia tersenyum seakan ingin memberi tahu aku, kalau dia tahu itu bukan nama asliku.

"Aku suka gayamu. Kamu elegant dan tak terlihat murahan. Ini terimalah."

Kehidupanku berjalan dengan seperti biasa, tidak ada yang berubah. Semua mimpiku hancur, dan aku ingin sekali keluar dari kemiskinan ini, jadi aku mencari cara untuk menghasilkan uang. Aku tahu cara termudah adalah menjadi gadis panggilan, tetapi bagaimana caranya? Aku tidak tahu, jadi aku mencari banyak informasi di internet dan akhirnya menemukan beberapa situs web di mana aku bisa dapat menempatkan pengawalan individu.

Aku melihat iklan lain untuk mendapatkan ide tentang apa yang harus diisi, kata-kata untuk digunakan menggaet pelanggan.

Beberapa menit telepon berdering dan aku mulai gemetar ketakutan, aku tidak menjawab, orang itu menelepon lagi dan aku melepas baterai untuk mematikan ponsel.

Aku tidak tahu harus melakukan apa? Dan apa yang harus saya katakan. Untuk menutupi ketakutan berlebih ini, karena ini yang pertama buatku. Ku tarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk melanjutkan, menghidupkan telepon lagi.

Sekarang ada sekitar 10 pesan, beberapa kata “Hai.” beberapa mengatakan, Berapa, berapa , "Apakah anda bebas?"

Aku merasa lebih nyaman dengan kirim pesan, sehingga aku mulai merespons. Sebagian besar lelaki tidak memiliki tempat dan ingin datang ke tempatku dan jelas saya tolak.

Kemudian ku menemukan seorang pria yang mengatakan dia berusia 55 tahun dan memintaku untuk datang ke hotel bintang lima yang dia tinggali.

Dia memberiku nomor kamar dan memintaku untuk langsung ke lift dan datang ke kamarnya.

Jelas ku bilang ok. Karena aku sudah sangat ingin dapatkan uang. Aku takut dan juga bersemangat. Aku berdandan dengan pakaian terbaik yang kumiliki, setelah selesai berdandan dan pergi ke hotel, berjalan ke lift berharap tidak ada yang akan bertanya apa-apa. Ternyata aku disergap ketakutan yang berlebihan. Karena tidak ada yang peduli dan tidak bertanya apa-apa padaku saat aku mencari kamar pelanggan pertamaku itu. Aku akhirnya merasa tenang.

Dan disaat aku mencapai pintu kamarnya. Aku berdiri di sana selama beberapa menit, sebelum mengetuk pintu, aku masih berfikir keras, apakah memutuskan masuk atau aku harus membatalkan? karena jujur, hati ini masih berat untuk melakukan pekerjaan haram ini.

Entah bagaimana, aku berhasil mengetuk pintu itu, dan pria itu membuka pintunya dengan senyum mengembang. Dan kini, aku mulai melayani pria ini. Ternyata pria yang akan ku puaskan malam ini, adalah pria berjanggut dan perutnya buncit.

Pria perut buncit di hadapanku menyodorkan satu ikat uang. Sesuai kesepakatan kami. Jumlah uang untuk 1 jam permainan.

"Eemmm... Om bisa membayarku setelah kita selesai." Ujarku tersenyum tipis. Lihatlah pria tua ini, sudah sangat percaya padaku. Ternyata begitu mudah cari uang haram.

"Apa ini pertama kalinya buatmu?" Dia langsung bertanya apakah ini pertama kalinya buatku dengan tersenyum puas.

"Ya om, tapi bagaimana anda tahu?" Tanyaku penuh selidik.

Hhuufftt.

"Kamu beda, biasanya gadis panggilan, hal pertama yang dilakukan mereka disaat mereka memasuki ruangan adalah meminta uang. Dan kamu tak melakukan itu."

"Iya om. Aku percaya pada om." Sahutku sopan.

"Baiklah, apa kamu mempunyai pengaman?" tanyanya serius.

Pertanyaannya itu lagi-lagi membuatku mulai gemetar ketakutan akan A I D S, Ketakutan yang hebat mengalir di benakku, bahwa aku tidak memiliki benda itu. Inilah resiko pekerjaan ini.

"Gak om, aku gak punya.” Jawabku lirih, penuh ketakutan.

"Its ok, Aku seorang dokter. Aku sangat bersih dari penyakit apa pun." Ujarnya dengan penuh percaya diri. "Kamu mandi yang bersih. lepaskan semua rias wajahmu dan kembali padaku dengan hanya handuk menutup tubuhmu. Dan pastikan bagian bawahmu itu wangi dan bulunya rapi."

Iihhh.. Siapa juga yang bauk.

Aku keluar dari kamar mandi, dengan terbungkus handuk.

"Ke marilah sayang!” ujarnya dengan penuh ga irah. Sebenarnya aku sedikit jijik pada pria tua ini. Mana perutnya buncit. Tapi, mau gimana lagi. Aku harus profesional.

Pria tua itu duduk di tempat tidur, begitu aku menghampirinya. Tangan nakalnya mulai menjulur menarik keluar handukku.

Blasshh..

Ia jila t bibirnya dengan lidahnya sendiri, saat melihat tubuh menggoda ini. Ya gunung kembarku tergolong besar. Faktor gen dari ibuku.

Aku malu, ku mencoba menutupi diriku dengan tanganku.

"Hehehe.. Rileks sayang. Tubuhmu ini sangat indah. Kau harus belajar menerima dan menghargai tubuh polosmu, jika kamu berencana untuk melakukan pekerjaan ini." Ujarnya penuh hasrat.

Aku hanya diam menunduk. Walau ini bukan pertama kali buatku polos di hadapan pria. Tapi, saat ini, aku benar benar malu.

"Ayo...!" Pria buncit itu kemudian menarik ku tempat tidur dan pekerjaanku pun dimulai. Memuaskan pria hidung belang ini, sesuai keinginannya.

Setelah permainan selesai, pria itu kemudian menulis resep untukku. Ada dua obat, yang menurutnya harus ku minum dalam dua hari ke depan. Dan obat lain yang perlu saya gunakan secara teratur jika saya berencana untuk melakukan bisnis ini untuk waktu yang lama.

Dia mengatakan kepadaku bahwa dia akan memperkenalkan ku ke agen profil tinggi yang nantinya aku akan mendapatkan pelanggan yang baik. Aku tidak mempercayai ucapannya itu.

***

Dukung guys dengan memberi like komentar positif dan jangan lupa di subscribe ya serta hadiahnya pastinya 😍

Tawaran 2 milyar

"Kak, ibu sakit kak.." Suara sang adik dalam sambungan telepon terdengar perih dan menyayat hati.Apalagi adiknya itu mengarahkan camera depan sehingga Alya bisa melihat dengan jelas ibunya terbaring di atas ranjang dengan muka pucat nya. Ibunya itu sedang terlihat tertidur.

"Iya Dek, bawa ibu berobat ya, kakak kirimkan uang berobatnya. Besok kakak akan pulang ke kampung." Jawab Alya dengan menitikkan air mata. Ia angkat wajahnya, guna membendung air matanya yang mendesak untuk keluar itu. Kemudian tangan kirinya mengucek cepat kedua matanya. Ia tidak mau air matanya itu jatuh membasahi pipi di hadapan sang adik.

"Apa kakak sudah dapat pekerjaan?" tanya sang adik dengan semangatnya, menatap sang kakak. Kini kamera sudah ia putar balik ke arahnya.

"Sudah sayang! "

"Kapan kak? bukannya kemarin, kak bilang belum dapat kerja?"

Pertanyaan sang adik yang penuh selidik membuatnya tidak tenang. Apalagi ia teringat kejadian tadi malam, saat ia menjual dirinya.

"Semalam dek, Setelah kita telponan, kakak dipanggil wawancara dan langsung di terima kerja." Padahal, dia pergi jual diri.

"Kalau kak baru kerja, apa kak beneran bisa pulang ke kampung besok? kan tidak kak!" Ujar sang adik dengan bingungnya. "Kakak kerja apa sih?"

"Eemmm.... Kerjaan bagus dek, kamu rawat ibu dengan baik. Kalau kakak diizinkan bos libur sehari, kakak akan pulang ke kampung. Kakak akan bawa kalian ke kota." Jelas Alya dengan lembut.

Sang adik senang mendengarnya. Wajahnya memerah sudah. "Iya kak, sekalian aku mau kuliah di kota."

"Iya sayangku!" Alya tersenyum tulus menatap sang adik. "Cepat beres-beres, kak akan kirim uangnya."

"Iya kak." Terlihat adiknya ingin Membangunkan sang ibu.

"Hana. .. Ibu jangan bangunkan dulu. Kamu mandi dulu sana!" Alya tidak berani berkomunikasi dengan ibunya, ia takut dicercal banyak pertanyaan, soal ia yang Sudah dapat kerjaan. Ia belum siap menjelaskan semuanya, jika ditanyain sang ibu.

"Oohh iya kak"

"Baiklah, kakak matikan dulu telponnya!"

"Iya kak"

"Assalamualaikum. .!" ujar Alya lembut, tersenyum tipis menatap sang adik yang bernama Hana.

"Walaikumussalam....!" sahut Alya lembut. Ia pun mematikan panggilan video itu.

Huufftt. ..

Ia tarik napas berat, dan membuangnya kasar. Kalau teringat dengan dosa yang ia lakukan selama ini, dia sangat membenci dirinya. Karena ia merasa dirinya sangat kotor. Bermula dengan ia dan sang kekasih yang melewati batas saat pacaran, hingga mereka putus, karena Alya tidak ingin terus-terusan berbuat dosa dengan berzina. Dan sekarang, ia yang lemah iman malah terjerumus parah.

'Ya Tuhan.... Lindungi aku dalam pekerjaan haram ini. Jangan tunjukkan aibku Ini pada semua orang. Aku sebenarnya tidak ingin seperti ini, tapi.. Hadeuhh....!' lya sering bicara sendiri, curhat sendiri, akan dirinya yang perjalanan hidupnya tidak pernah mulus.

Alya bangkit dari duduknya, ia seret kakinya menuju kamar mandi. Ia harus beres-beres pagi ini. Ia akan bertemu dengan orang yang ingin membokingnya dalam kurung waktu 1 tahun, dengan bayaran 2 milyar. Alya belum tahu, seperti apa ia akan diperlakukan dalam kurun waktu satu tahun itu. Apakah ia akan jadi isteri simpanan, atau hanya jadi budak nafsu. Ia belum tahu, tapi kata si Pria yang menghubungi nya barusan, ia diminta datang saja dulu ke alamat yang diberikan padanya. Dan semuanya akan dibahas saat mereka bertemu.

***

Alya terpukau dengan rumah nuansa eropa yang menjulang tinggi dibhadapannya. Ia merasa sedang tidak berada di Indonesia. Sungguh rumah yang megah sekali. Pantas ia diberi bayaran 2 milyar, yang membokingnya seorang sultan.

Astaga...

Alya masih berdecak kagum, menyoroti taman rumah itu. Sudah seperti perkebunan saja luas tamannya.

"Ayo nona, lewat sini!" ucapan pelayan membuyarkan ke tercengangnya.

"Oohh.. Iya pak!" jawabnya sopan.

Alya mengikuti langkah pelayan yang usianya kira-kira 50 tahunan itu. Sepanjang melewati beranda rumah, perasaan Alya tidaklah tenang. Ia penasaran dengan orang yang akan ia jumpai seperti apakah? dan Alya juga takut, ia gagal dalam mendapatkan pekerjaan ini. Dari mana kita dapat uang sebanyak dua milyar dalam jangka dua tahun.

"Aauuwwhh...! Sakit....!" keluh Alya tanpa sadar. Dirinya yang melamun saat berjalan, tidak melihat tiang besar di hadapannya. Jadilah kepalanya membentur tiang besar di teras rumah bernuansa eropa itu

"Anda tidak apa-apa nona?" si pelayan menghampiri Alya yang meringis kesakitan.

"Sakit pak!" keluhnya memegang jidatnya yang sudah bengkak.

"Astaga... Keningmu sudah benjol!" ujar Si pelayan dengan muka herannya. Ia tatap malas Alya yang masih terlihat kesakitan itu. "Tiang sebesar ini gak nampak matamu kah?" si pelayan menepuk pelan tiang beton di hadapan mereka

"Iya pak maaf, tadi gak lihat. Tapi, sekarang sudah lihat koq. Bahkan bisa ku peluk!" Alya belitkan tangannya di tiang besar itu. "Lah, gak bisa aku peluk. Hadeuhh..Tiang sebesar ini lolos dari pandanganku!" celotehnya dengan nyengir, ia masih memeluk tiang besar itu dengan ceriahnya. Entahlah, Alya memang tipe wanita yang ramai.

Si pelayan menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Ia tidak menyangka gadis yang datang ke rumah bos nya kali ini berbeda. Nampak sederhana dan apa adanya. Lain dari wanita-wanita sebelum nya. Yang terlhat sangat terobsesi dan sombong.

"Tuan datang, tuan datang..!" ujar pelayan lain.

"Lepaskan tiang itu nona, itu tuan datang." Titah si pelayan cepat. Kemudian bersikap sopan dengan sedikit menundukkan badannya.

"Oouuww. Iya pak!" dengan gugup dan bingungnya Alya menjauhkan dirinya dari tiang pembawa musibah itu. Ia pun kini di buat takjub dengan sosok pria yang kini sedang berjalan ke arah mereka. Pria bertubuh kekar, yang sangat tampan. Tubuh kekar itu dibalut dengan setelan jas hitam dan kini tampak tersenyum puas, dan sialnya, mata mereka saling beradu ketika Alya tak sengaja melirik tuan itu. Dan seketika ia kembali menunduk, karena kode dari si pelayan.

Syurr..

Wangi parfum mahal menyeruak memenuhi hidungnya Alya. Wanginya enak dan buat candu.

Astaga... Mimpi apa aku Ya Allah, koq bisa kerja sama dengan pria tampan ini.

Alya membathin sambil senyum senyum. Ia sangat senang, dapat kenalan kaya dan tampan. Jangankan jadi simpanan, jadi kacung selamanya juga dia mau di rumah ini. Asal bisa lihat wajah tampan itu.

"Siapa dia Pak Hamid?"

"Ini dia wanita yang akan bertemu dengan nyonya besar Tuan!"

'Nyonya? apakah nyonya itu, ibunya pria tampan ini? apakah aku akan dinikahi pria ini. Kan, kata pelangganku tadi malam, ia akan kenalkan aku ke Pria dengan profit tinggi. Nah, ini dia. Astaga.. Ya Allah...'

Alya membathin, ia yang masih menunduk, sesekali melirik pria tampan di hadapannya. Senyum tipis dan bahagia terletak Jelas di wajah Alya saat ini.

"Oouuww...!"

Deg

Saat Alya mengangkat sedikit wajahnya. Tak sengaja mata kedua saling beradu pandang. Alya yang nervouse dengan cepat menunduk. Sedangkan pria Itu masih menilai dirinya dari atas hingga ke bawah. Alya bisa rasakan, Kalau pria itu sedang ditatap lama saat ini. Semoga, tatapannya adalah tatapan suka, bukan benci atau muak. Maklumlah dia gadis kampung. Takut tidak sesuai dengan selera orang kaya dihadapannya.

Hamil?

"Silahkan duduk Nona, aku akan panggilkan nyonya dulu!" ujar pelayan sopan.

Alya sudah duduk di sofa empuk dan sangat mewah. "Iya pak, terima kasih." Jawab Alya sopan.

Pelayan meninggalkan ruang tamu yang mewah itu. Sedangkan Alya yang norak, menyoroti setiap sudut rumah yang busa dijangkau oleh matanya.

Huufftt..

Ia tarik napas panjang dan berat. Sungguh jangkungnya tidak aman saat ini. Desakannya sungguh kacau tidak berirama. Ia diterpa gugup yang parah. Belum pernah ia menginjakkan kaki di atas lantai marmer yang mengkilap seperti ia pijak saat ini, saking mengkilapnya, ia bisa melihat wajahnya di lantai yang ia pijak. Tidak hanya itu, ia bahkan tadi berapa kali hendak terjatuh, karena terpleset saat berjalan di rumah gedong ini.

'Ya Allah... Mimpi Apa Aku semalam. Aku akan bekerja di sini. Ini rumah mewah sekali. Apa orang kaya, membuat wanita sebagai pemuas nafsunya saja. Aahhkkk.... Aku tidak boleh banyak berfikir dan menduga-duga, sebelum aku tahu dengan pasti, kenapa orang kaya Ini menyewa ku selama setahun.'

Alya terus saja membathin, memikirkan apa yang akan terjadi padanya. Dalam keadaan gugup itu, ia terus saja mere mas tangannya yang sudah mulai berkeringat. Sungguh, ia sangat gugup saat ini.

Tak

Tak

Tak

Terdengar suara hels beradu dengan lantai. Suara itu menyita perhatian Alya. Ia yang sedari tadi celingak-celinguk di ruang tamu, akhirnya fokus menatap ke arah seorang Wanita muda nan cantik bak boneka hidup berjalan ke arahnya.

Astaga..

Gumam Alya dengan mulut menganga dan kedua mata membola. Ia bangkit dari duduknya dengan tercengang menatap wanita cantik yang kini berdiri di hadapannya.

Mata wanita itu berwarna biru kehijauan, hidung kecil dan mancung, bentuk bibir sangat sensual, mata indah, rambut sepunggung bergelombang dan kulit Wanita dihadapannya putih bersih, dengan tubuh yang sangat proporsional. Sudah Seperti bidadari hidup

"Ayo, silahkan duduk Alya! "

Alya yang takjub dengan kecantikan Wanita di hadapannya, tidak mendengar ucapan si wanita, ia malah bengong di tempat .

"Alya, nona Alya. Silahkan duduk!"

"Aapp.. Oh, iya Nyonya princess! " ujarnya spontan ia duduk dengan gugupnya. Menatap takjub Wanita cantik di hadapannya. Ia baru sadar dari ketercengangannya.

Wanita cantik itu mengibaskan kedua tangannya, sehingga para pelayan meninggalkan tempat itu.

Alya yabg gugup, berusaha tenang. Ia lempar senyum tipis pada wanita cantik di hadapannya. Saat ini, Alya mengira, wanita cantik di hadapannya ini adalah saudarinya cowok tampan tadi, mungkin ingin menilainya juga. Jadi, Alya harus bersikap manis dan sopan. Good attitude.

"Eemmm.. Kita langsung saja ya Dek Alya." Wanita cantik itu mengubah posisi duduknya dengan menyilangkan kakinya yang putih, sehingga menimpa satu sama lain.

"I, iya kak, eehh.. Dek.. Aduuhh..!" ujar Alya gugup, ia pukul pelan mulutnya, yang ikut grogi.

"Panggil aku nyonya Clarisa." Ujar wanita cantik itu menahan tawa, ya tingkahnya Alya memang nampak lucu dan polos. Bukan dibuat-buat lucu.

"Oohh.. Iya Nyonya Clarisa!" kini raut wajahnya Alya mendadak berubah.

'Berarti wanita cantik ini, nyonya di rumah ini, dan pria tampan tadi?' lagi-lagi Alya membathin, perasaannya mulai tidak enak. Tadinya, ia beranggapan akan jadi istri kontrak pria tampan tadi selama setahun. Sepertinya tidak.

"Eemm.. Langsung saja ya Alya. Kamu mungkin sudah diberi tahu pak Pieter soal kerjaan yang akan Kami lakukan selama satu tahun ini."

"Be, belum nyonya. Aku belum tahu kerjaku apa. Aku hanya dikasih tahu, akan kerja selama satu tahun di rumah ini." Jawab Alya cepat, ia memang tidak diberi tahu dengan detail kerjaan yang ditawarkan, makanya ia dari tadi menduga-duganya.

"Oouuww.. Belum dikasih tahu ya? Baiklah, ikuti aku, aku akan jelaskan semuanya. Dan kamu boleh menolaknya jika tidak setuju!" Wanita cantik bernama Clarisa itu bangkit dari duduknya. Ia beri kode dengan tangannya agar Alya mengikuti langkahnya

Alya mengekori Wanita itu, setiap kakinya melangkah, Alya sesekali memperhatikan rumah mewah itu. Sepertinya ada lemari emas di depannya saat ini. Ia pun dibuat takjub.

"Kesini!" teriak Clarisa, agar Alya mendengarnya. Karena saat ini, Alya nampak bengong di tempat, sementara Clarisa sudah masuk ke dalam lift.

'Astaga... Ada lift di rumahnya!' Alya berdecak kagum. Walau ia terkagum-kagum di dalam rumah megah ini, ia tetap bisa bersikap tidak terlalu norak. Padahal di dalam hatinya sudah mencak-mencak, heran dan kagum dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Ikuti aku!"

"Iya Nyonya!" Sahutnya ramah dan sopan.

Kini mereka melewati lorong menuju sebuah ruangan.

"Masuk!" Clarisa membuka pintu lebar-lebar pada Alya.

"Iya Nyonya!" Alya masuk dengan bahasa tubuh yang sopan.

Dan

Deg

Baru juga masuk dua langkah, ia kejutkan dengan penampakan pria tampan yang ia ketemu tadi di beranda rumah. Sejenak, ia tatap Pria itu. Tapi, si pria tampan terlihat tidak menganggapnya ada di tempat itu, malah tatapan pria itu kini tertuju hangat pada Clarisa

"Honey....!"

"Sweety..!"

Graapp..

Di hadapan Alya, sepasang insan berpelukan erat dan mesra.

Cup

Cup

Cup

Juga saling kecup, terlihat si pria menghujani wajah si Wanita dengan kecupan bertubi-tubi. Dan Kemudian Si wanita melakukan Hal yang sama.

Kening Alya mengkerut melihat adegan romantis di hadapannya. Berarti kedua insan beda jenis kelamin itu adalah pasangan suami istri. Lalu, untuk apa ia datang ke tempat ini, toh pasangan dihadapannya sangat hot. Tidak malu ciuman panas di hadapannya. Ia sudah jadi obat nyamuk sudah saat ini. Alya memutar tubuhnya, tak sanggup ia melihat kedua insan yang bermesraan itu. Ia saja kalau bertemu dengan pacarnya dulu, tak se hot itu saat bertemu.

"Sweety, apa kamu serius dengan keinginanmu itu lagi?"

Alya menajamkan pendengarannya. Saat ini, pasangan suami istri itu nampak sedang diskusi. Dan Alya sejak tadi belum diajak bicara.

"Iya Honey..!" Sahut Clarisa, membelai lembut wajah sang suami yang ditumbuhi jambang itu.

"Jangan gara-gara ini, nantinya ada masalah dalam hubungan kita. Aku mau kog kita angkat anak saja."

Kini Alya mulai melirik ke arah pasangan suami istri itu. Sepertinya, suami istri ini belum mendapatkan kesepakatan.

"Kamu sudah dengarkan kata dokter. Sel telur ku bagis, hanya wanita-wanita itu yang bermasalah. Aku yakin nantinya akan berhasil sayang!"

Alya Masih belum mengerti dengan arah pembicaraan pasangan suami istri itu. Tapi, ia tetap saja menguping.

"Aku inginkan anakku tumbuh di rahimmu sayang. Kenapa kita harus cari ibu pengganti!"

Deg

Jantungnya Alya rasanya mau copot dari tempatnya saat ini. Ternyata ia ditawari kerjaan menjadi ibu pengganti.

"Kenapa bahas itu lagi sih Honey. Dari dulu, sudah ku katakan, aku tidak mau hamil dan melahirkan!" Sahut Clarisa merajuk. Ia turun dari pangkuan suaminya. Kemudian berbalik badan, Clarisa pun akhirnya tersadar, jika di ruang itu ada Alya.

"Oouuww. Maaf Alya. Kamu akhirnya melihat semuanya. Tapi, baguslah." Ujar Clarisa tegas. Ia kucek kedua matanya yang nampak berkaca-kaca, Sepertinya Wanita itu menahan tangisnya.

"I, iya Nyonya." Sahut Alya sopan dan sedikit gugup.

"Langsung saja, aku panggil kamu kesini. Karena, aku dan suamiku, inginkan kamu untuk mengandung dan melahirkan anak kami!"

"A.. Appaa. ?" tanya Alya dengan terkejut. Rasanya dunia berhenti berputar saat ini.

Hamil..? melahirkan? saat menstruasi saja, rasanya sangat sakit. Boro-boro mau hamil dan melahirkan. Alya membathin, sambil menatap sedih Clarisa.

"Gimana? kamu gak mau? benar dokter pieter gak cerita kan diawal, soal kamu yang akan ditawari kerja itu?"

Alya menggelengkan kepalanya lemah.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!