Seorang wanita cantik berusia 25 tahun, saat ini sedang berada di ruangan dokter menunggu hasil pemeriksaan kesehatannya. Ia tampak cemas karena takut hasilnya itu tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Natasya Quella Smith, sudah lama mengeluh sering merasakan sakit pada kepalanya dan ia hanya menganggap jika itu adalah penyakit biasa. Tetapi kali ini ia memberanikan diri untuk memeriksanya di salah satu rumah sakit terbesar di kota tempat tinggalnya itu, karena ia merasakan sakit kepalanya semakin hari semakin menjadi. Dan tentu saja ini semua juga karena saran dari keluarga dan juga sahabatnya untuk segera memeriksa kondisinya itu di rumah sakit.
Akan tetapi wanita yang akrab dipanggil Tasya itu memilih untuk pergi sendiri, karena ia tidak mau jika kemungkinan buruk terjadi pada dirinya, keluarga maupun sahabatnya itu akan mengetahui dan ikut merasa sedih.
Di saat itu ponsel Tasya berdering, ada panggilan masuk dari Aksa Damian Winata, suami Tasya yang saat ini sedang bekerja di perusahaan milik keluarganya sendiri.
"Halo Sayang," ucap Tasya menjawab telepon tersebut.
"Halo Sayang, bagaimana, apa kamu masih berada di rumah sakit?" Tanya Aksa dari seberang telepon.
"Iya aku masih ada di rumah sakit Mas. Aku sedang menunggu hasil pemeriksaan dari dokter," jawab Tasya.
"Tapi Dokter tidak mengatakan ada hal yang serius tentang penyakit kamu 'kan?" Tanya Aksa yang begitu khawatir.
"Dokter belum mengatakan apapun, tapi kamu tenang aja ya Sayang, aku pasti baik-baik aja kok. Nanti aku pasti akan memberitahu kamu bagaimana hasilnya," ucap Tasya.
"Mudah-mudahan memang sepeti itu. Oh iya Sayang, aku benar-benar minta maaf ya nggak bisa mengantar kamu ke rumah sakit Karena aku benar-benar sedang banyak pekerjaan di kantor, tapi kamu diantar supir 'kan?" Tanya Aksa.
"Iya, nggak apa-apa Mas. Aku mengerti kok dan aku diantar Mang Tejo. Kalau kamu memang masih banyak pekerjaan, lebih baik kamu lanjutkan aja pekerjaannya Mas. Jangan lupa makan siang ya," ucap Tasya memperhatikan suaminya itu.
"Iya Sayang kamu hati-hati ya nanti pulangnya. Kamu mampir ke rumah Mama 'kan, jangan lupa makan juga ya di sana," kata Aksa.
"Iya Mas, kan Ciara aku titipkan di sana. Jadi nanti aku akan menjemput Ciara dulu baru pulang. Kalau soal makan kamu tenang aja, mana mungkin sih aku menyia-nyiakan masakan Mama, makanan favorit aku," kata Tasya.
"Ya deh aku tahu, jangan iri-iriin aku gitu dong. Salam untuk Mama ya Sayang dan kamu hati-hati nanti," ucap Aksa.
"Apaan sih Mas, aku nggak bermaksud membuat kamu iri kok. Iya Mas nanti aku sampaikan ya salamnya," kata Tasya.
"Aku bercanda aja kok Sayang. Ya sudah aku mau melanjutkan pekerjaan aku dulu ya, i love you. Bye … ," ucap Aksa.
"Iya Mas, i love you too. Bye … ," balas Tasya mengakhiri telepon tersebut.
Di saat itu pula, dokter pun telah kembali duduk di hadapan Tasya dengan membawa hasil pemeriksaannya.
"Maaf Nyonya Tasya jika saya terlalu lama membuat Anda menunggu. Jadi ini adalah laporan hasil pemeriksaan Nyonya dan sangat terpaksa saya harus menyampaikan hal ini, meskipun sangat disesali. Dan saya berharap Nyonya bisa menerimanya," ucap dokter sembari menyerahkan selembar kertas kepada Tasya.
"Memang ada apa Dokter? Saya sakit apa?" Tanya Tasya yang merasa takut. Ia juga enggan untuk membuka hasil pemeriksaan tersebut, ingin mendengarnya langsung dari dokter.
"Jadi dari hasil pemeriksaan, Nyonya Tasya terkena penyakit kanker otak stadium lanjut." Dokter menjelaskan tentang kondisi pasien saat ini
Duar …
Bagai disambar petir di siang bolong, Tasya merasakan tubuhnya tiba-tiba saja bergetar hebat. Air matanya pun mengalir begitu saja menahan rasa sakit di dada setelah mengetahui sebuah fakta yang begitu mengerikan. Tasya tak menyangka jika apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Rasanya ia tidak sanggup menerima kenyataan sangat menyakitkan di dalam dirinya.
"Jadi ini penyakit yang saya derita selama ini Dok?" Tanya Tasya untuk memastikan lagi.
"Iya Nyonya. Saya tahu pasti ini sangat berat untuk Nyonya menerimanya, tetapi inilah kenyataannya. Karena selama ini Nyonya selalu mengeluh sakit kepala tetapi tidak pernah mau memeriksa ke dokter, Nyonya hanya menganggap itu adalah sakit kepala biasa. Sehingga saat ini Nyonya terlambat mengetahui semuanya, kemungkinan penyakit ini juga sudah sangat sulit untuk diobati," kata dokter mengatakan hal buruknya, ia tidak mau memberi harapan palsu kepada pasien tetapi dengan tetap berusaha untuk mengobatinya.
"Jadi saya benar-benar tidak ada harapan untuk sembuh Dokter?" Tanya Tasya.
"Kita hanya berharap keajaiban dari Tuhan Nyonya, yang terpenting kita harus berusaha dulu. Anda harus segera memberitahu keluarga agar bisa segera melakukan kemoterapi," ucap Dokter.
"Tidak Dokter, saya minta tolong tolong jangan beritahu masalah penyakit saya ini ke keluarga saya. Saya tidak mau mereka khawatir, pinta Tasya. Ia tidak mau jika keluarganya nanti akan merasa sedih dan kepikiran dengan penyakit yang diderita olehnya.
"Tetapi Nyonya, jika Anda menyimpan masalah ini sendirian, Anda akan merasa semakin terpuruk, sementara Anda harus segera melakukan pengobatan. Setidaknya suami Anda harus tahu. Mungkin saja dengan dukungan dari suami, Nyonya Tasya akan lebih bersemangat lagi untuk sembuh," kata dokter memperingatkan.
"Untuk saat ini saya benar-benar belum siap Dokter. Nanti akan ada saatnya saya memberitahu keluarga saya, tapi untuk sekarang saya mohon tolong rahasiakan ini dulu. Dan boleh 'kan jika saya hanya meminta obat-obatan saja untuk mengurangi rasa nyeri jika tiba-tiba sakit kepala saya ini kambuh," pinta Tasya.
Dokter tampak menghembuskan nafas secara kasar, ia benar-benar tak habis pikir dengan permintaan Tasya meskipun ini bukanlah pertama kalinya ada pasien yang meminta akan hal ini kepadanya. Hingga pada akhirnya dokter pun menyetujui dan memberikannya resep obat untuk mengurangi rasa sakit yang diderita oleh Tasya.
Setelah urusannya hari ini di rumah sakit selesai, Tasya pun memutuskan langsung pulang ke rumah ibunya untuk menjemput sang anak.
****
Aksa melangkahkan kakinya menghampiri sang istri yang di saat itu sedang duduk termenung sendiri bersandar di atas tempat tidur. Ia yang baru saja selesai mandi dan memakai pakaiannya itu merasa heran, karena tidak seperti biasa istrinya itu tampak murung.
"Sayang, kamu baik-baik aja 'kan?" Tanya Aksa yang kini pun telah duduk di samping Tasya.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu Mas?" Tanya Tasya pula.
"Ya karena nggak seperti biasanya kamu diam, biasanya kamu selalu terlihat ceria. Atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku?" ujar Aksa yang membuat Tasya pun kebingungan harus menjawab apa.
Karena sesungguhnya Tasya sangat tidak bisa untuk menyimpan rahasia dari suaminya itu. Ia yang selalu bersikap jujur, membuatnya pun menjadi kesulitan. Tetapi bagaimanapun juga, Tasya harus tetap menyembunyikan masalah ini dari suami maupun keluarganya, sesuai dengan niatnya dari awal.
Bersambung …
Natasya Quella Smith.
Aksa Damian Winata.
Tasya tak menjawabnya, tetapi ia langsung saja memeluk tubuh suaminya itu sehingga membuat Aksa pun merasa kebingungan.
"Sayang, ada apa?" Tanya Aksa sembari mengusap lembut rambut sang istri.
"Sayang, aku baik-baik aja kok. Tidak ada masalah apalagi sesuatu yang aku sembunyikan dari kamu. Tapi Sayang, seandainya suatu saat nanti terjadi sesuatu denganku, seandainya saja aku pergi meninggalkan kamu dan Ciara, apakah kamu akan ikhlas?" Tanya Tasya yang membuat Aksa pun terkejut sembari menatap wajah wanita yang sangat dicintainya itu.
"Kamu kenapa berbicara seperti itu Sayang? Kalau memang nggak ada apa-apa dengan kamu, kalau memang kamu baik-baik saja, kenapa kamu berbicara seperti itu?" Tanya Aksa yang terlihat tidak suka dengan ucapan Tasya.
"Aku benar-benar baik-baik aja Mas. Dokter sendiri yang mengatakan bahwa sakit kepala yang biasa rasakan, itu hanyalah sakit kepala biasa karena aku terlalu banyak pikiran. Jadi Dokter menyarankan aku untuk istirahat dan jangan terlalu stress." Tasya beralasan.
"Memangnya apa yang kamu pikirkan Sayang? Atau ini pasti gara-gara ulah customer kamu 'kan? Pasti mereka banyak menuntut atau ada yang menipu kamu, sudah order tetapi tidak membayarnya. Iya 'kan?" Tebak Aksa. "Lagipula aku nggak pernah menyuruh kamu untuk bekerja atau memikirkan sesuatu yang berat. Kalau memang pekerjaan kamu itu yang membuat kamu stress, lebih baik kamu stop aja ya Sayang. Aku juga 'kan sudah bilang, lebih baik kamu fokus aja di rumah sama Ciara. Kamu nggak perlu jualan-jualan online seperti itu lagi, aku masih sanggup kok untuk menghidupi kamu dan Ciara," kata Aksa.
Memang sebagai seorang direktur perusahaan milik keluarganya sendiri, tentunya Aksa tidak pernah kesulitan untuk masalah uang. Ya karena keluarga Aksa sendiri yang sudah menyerahkan perusahaan tersebut sepenuhnya kepada Aksa, karena ayah Aksa sudah meninggal dunia. Sedangkan ibunya saat ini adalah seorang janda yang tinggal dengan kakak Aksa yang sudah berkeluarga juga.
"Mas, 'kan sudah aku katakan kalau aku jualan online itu bukan karena kekurangan uang, bukan karena kamu nggak bisa memenuhi kebutuhan aku dan anak kita. Tapi ini hanya merupakan hobi aku dari dulu Mas. Kamu 'kan tahu sendiri dari jaman kuliah bahkan kerja di perusahaan pun aku tetap menggeluti toko online aku, karena aku juga menggunakan barang-barang tersebut," kata Tasya.
Meskipun keluarga Tasya juga merupakan keluarga yang terpandang dan kaya raya, tetapi memang Tasya sudah terkenal mandiri dan sudah mempunyai hobi yang menghasilkan uang sendiri sedari dulu.
"Terus kenapa kamu berbicara seperti itu tadi? Kenapa kamu berbicara seolah-olah kamu akan pergi meninggalkan aku dan Ciara terlebih dulu. Tentu saja aku nggak akan rela, aku nggak mau hal itu terjadi Sayang," kata Aksa tak terima.
"Aku minta maaf ya Mas, aku hanya mengatakan seandainya. Bukankah umur seseorang itu tidak ada yang tahu sampai kapan. Semuanya sudah diatur dan semuanya pasti akan pergi. Entah aku dulu atau kamu dulu, tidak ada yang tahu itu Mas," kata Tasya dengan tatapan sendu serta menahan perih di dadanya. Tasya memilih untuk menyimpan rahasia besar itu karena ia sama sekali tidak sanggup jika harus mengatakan yang sebenarnya kepada suaminya.
"Sayang sudah ya, kamu nggak usah berbicara seperti itu lagi. Lebih baik sekarang kita tidur, istirahat. Aku nggak mau kamu mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya kamu ucapkan sekarang," kata Aksa.
"Iya Mas, maafkan aku ya," ucap Tasya.
Lalu keduanya pun merebahkan tubuh di atas kasur dengan posisi Aksa yang memeluk tubuh mungil sang istri, sedangkan Tasya menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik suaminya itu, hingga keduanya pun terlelap.
****
Audrey Lovania Hermawan, dikejutkan dengan sesuatu yang sangat menyakitkan hati saat ia baru saja pulang dari bekerja. Pasalnya suaminya yang pengangguran karena bisnis yang ia bangun gagal, sehingga menyebabkannya pun enggan mencari pekerjaan kecuali dengan jabatan tinggi, membuatnya menjadi kasar dan sering marah-marah terhadap Audrey. Bahkan ia tidak segan-segan mengajak wanita lain ke rumah di saat istrinya itu sedang bekerja seperti saat ini.
Audrey yang awalnya melihat high heels seorang wanita di luar rumah, membuatnya merasa curiga dan penasaran, sehingga secara perlahan ia masuk ke dalam rumahnya dan menuju kamar yang di saat itu pintunya tidak tertutup rapat. Ia sangat terkejut dan syok melihat dengan jelas sepasang sejoli yang sedang melakukan pergelutan di atas ranjang. Tubuhnya juga bergetar melihat dengan mata kepalanya sendiri pengkhianatan Galih Handoko, suaminya itu bersama dengan wanita yang tak asing baginya, yaitu wanita yang selalu dikatakan oleh Galih adalah sepupunya.
"Mas, kamu ini benar-benar nakal ya. Nekat sekali mengajakku untuk melakukannya di rumahmu. Memangnya kamu tidak takut jika istri kamu tahu?" Tanya Siska.
"Aku tidak takut. Lagipula istriku itu sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu yang begitu cantik dan sempurna. Bahkan aku sudah merasa bosan dengan istriku yang selalu saja sibuk dengan dunianya sendiri, sibuk bekerja sampai lupa dengan suaminya yang ada di rumah," kata Galih.
Audrey mengepal erat kedua tangannya, tentu saja melihat dan mendengar hal tersebut membuat Audrey merasa jijik sekaligus merasa sangat marah. Hingga ia pun sudah tidak tahan lagi untuk mengungkapkan perselingkuhan suaminya itu.
"Benar-benar keterlaluan kalian berdua!" Teriak Audrey sembari menghempaskan pintu secara kasar, sehingga pasangan yang sudah kepalang tanggung itu pun terpaksa menghentikan aktivitasnya karena merasa sangat terkejut dan langsung saja menutupi tubuh polos mereka dengan selimut.
"Sa-sayang, kamu sudah pulang?" Tanya Galih gugup, karena tak biasanya Audrey pulang secepat ini.
Akan tetapi Susan malah terlihat sangat santai, ia merasa puas karena pada akhirnya istri sah memergoki suaminya sedang berselingkuh dengan wanita lain.
"Benar-benar menjijikan ya kamu, jadi ini wanita yang kamu katakan sepupu kamu itu hah? Aku kurang baik apa sama kamu Galih, kamu sudah 1 tahun menjadi pengangguran aku terima, aku yang sudah capek-capek bekerja dan sampai rumah malah melihat pemandangan seperti ini. Aku benar-benar sudah tidak kuat lagi, aku akan menggugat cerai kamu secepatnya. Aku sudah tidak sudi lagi untuk menjalani rumah tangga ini bersama kamu," kata Audrey yang mencoba untuk menahan air matanya tidak menetes, tetapi pada kenyataannya air mata itu mengalir begitu saja untuk mengapresiasikan rasa sakitnya itu.
"Audrey, aku bisa jelaskan. Jadi wanita ini yang sudah menggodaku." Galih malah menyalahkan wanita di sampingnya.
"Galih, kenapa kamu malah menyalahkanku. Kamu sendiri yang mengatakan bahwa pelayanan istri kamu itu sudah tidak memuaskan," kata Susan yang sengaja memanasi Audrey.
"Diam! Aku tidak memintamu untuk berbicara," bentak Galih.
Sedangkan Audrey di saat itu segera saja beranjak pergi meninggalkan pasangan selingkuh itu. Galih pun segera memakai celananya dan mengejar sang istri yang di saat itu hendak keluar dari rumah.
"Heh, sini kamu. Kamu mau kemana?" Kata Galih sembari mencengkram erat tangan istrinya.
"Akh, lepas Mas, sakit." Audrey merintih kesakitan.
Akan tetapi Galih sama sekali tak memperdulikannya, ia malah mendorong tubuh Audrey ke dinding lalu beralih mencengkram erat dagunya serta menatap tajam.
"Kamu dengar ya Audrey, aku tidak akan pernah menceraikanmu," ingat itu!" Kata Galih.
"Aku tidak peduli dan aku akan tetap meminta cerai," kata Audrey yang membuat emosi Galih semakin memuncak.
Dengan sangat kasar Audrey menepiskan tangan Galih dari dagunya dan hendak pergi, akan tetapi tanpa sengaja Galih malah mendorong tubuh istrinya itu hingga terbentur ke dinding dan jatuh pingsan tergeletak di atas lantai.
Bersambung …
Audrey Lovania Hermawan.
Galih membelalakkan matanya, ia sangat terkejut dan tidak menyangka jika perbuatannya itu telah menyakiti istrinya. Bahkan ia tidak tahu harus melakukan apa saat ini, karena terlalu takut membuat tubuhnya itu pun terasa bergetar.
"Sayang, apa yang kamu lakukan?" Tanya Susan yang saat itu keluar dari kamar.
"Aku tidak sengaja mendorong Audrey hingga dia seperti ini. Kamu harus bantu aku, kita bawa dia ke rumah sakit," kata Galih.
"Nggak usah Sayang, memang kamu mau kalau nanti kita bawa dia ke rumah sakit terus kamu akan disalahkan?" Sergah Susan.
"Jadi maksud kamu, aku harus membiarkan istri aku tergeletak di sini, begitu? Memang aku yang salah, jadi sudah sepantasnya 'kan aku disalahkan," kata Galih yang mendadak emosi.
"Bukan itu maksud aku, nanti kalau kamu dilaporkan ke polisi bagaimana? Aku yakin Audrey tidak akan tinggal diam setelah apa yang kamu lakukan terhadapnya. Memangnya kamu mau kalau kamu dilaporkan gara-gara kasus KDRT, kamu mau masuk penjara?" Kata Susan menakut-nakuti, membuat Galih pun berpikir sejenak.
"Jelas saja aku tidak mau, tapi kita tidak mungkin membiarkan Audrey dalam kondisi seperti ini. Lebih baik sekarang kita bawa Audrey ke rumah sakit, setelah itu kita tinggalkan saja dia di sana," kata Galih.
"Ya sudah kalau begitu, aku setuju." Susan menyetujuinya.
Setelah memakai baju terlebih dulu, segera saja Galih membopong tubuh sang istri dan memasukkannya ke dalam mobil diikuti oleh Susan. Lalu sesuai kesepakatan, mereka membawanya ke rumah sakit dan meninggalkannya begitu saja di sana.
****
Saat sedang asik menyuapi sang anak makan siang, tiba-tiba saja ponsel Tasya berdering dan ada panggilan masuk dari sahabatnya.
"Halo Rey, ada apa? Kangen ya?" Tanya Tasya menjawab telepon tersebut.
"Halo selamat Siang Nyonya. Maaf apa boleh saya tahu dengan siapa saya berbicara?" Tanya seseorang dari seberang telepon.
Tasya tampak kebingungan, karena suara yang menelponnya tersebut bukanlah suara yang ia kenal meskipun menggunakan telepon sahabatnya.
"Kamu siapa? Kenapa ponsel Audrey ada sama kamu?" Tasya bertanya-tanya.
"Maaf Nyonya, kami dari pihak rumah sakit ingin menginfokan kabar Nyonya Audrey. Karena tadi ada yang membawa Nyonya Audrey ke rumah sakit ini, tetapi ditinggalkan begitu saja.
"Apa?? Ada apa dengan sahabat saya?" Tanya Tasya yang begitu terkejut.
"Jadi memang ada hal penting yang ingin kami sampaikan mengenai Nyonya Audrey. Tapi kami bingung harus menghubungi siapa, untuk itulah kami menghubungi Nyonya karena Nyonya berada di panggilan terakhir pada ponsel ini. Saat ini Nyonya Audrey belum sadar dan harus dirawat di rumah sakit. Kami juga membutuhkan persetujuan dari keluarga," terang suster.
"Lakukan saja apa yang terbaik untuk sahabat saya Suster," kata Tasya.
"Apa saya boleh tahu apa hubungan Anda dengan Audrey? Apakah Nyonya Audrey tidak mempunyai keluarga?" Tanya suster.
"Saya Tasya, saya sahabatnya Audrey. Keluarga Audrey ada di luar negeri. Sayalah orang yang paling dekat dengan Audrey, bisa dikatakan saya keluarganya di sini," kata Tasya.
"Ya sudah, apakah sekarang Nyonya Tasya bisa datang ke rumah sakit?" Tanya suster.
"Bisa Suster. Saya akan segera ke rumah sakit," kata Tasya, lalu telepon pun berakhir.
"Sayang kamu lanjutkan makannya sama Mbak dulu ya. Mami harus ke rumah sakit sekarang, kasihan Tante Audrey sendirian," kata Tasya.
"Tante Audrey kenapa Mi? Ciara nggak boleh ikut ya?" Tanya Ciara.
"Ciara Sayang, untuk saat ini kamu di rumah aja dulu ya. Mami mau memastikan dulu bagaimana keadaan Tante Audrey, Ciara mengerti 'kan? Ciara siapkan aja makannya sama mbak, Oke! Ciara anak baik 'kan?" Kata Tasya yang membuat anaknya itu pun langsung mengerti.
"Iya Mi. Kirim salam ya untuk Tante Audrey, semoga Tante Audrey cepat sembuh," ucap Ciara.
"Aamiin, anak baik. Terimakasih ya Sayangnya Mami," ucap Tasya. "Mbak Lastri, tolong ya lanjutkan suap Ciara, saya ada keperluan mendadak," ucapnya yang memanggil salah ART di rumahnya itu, yang bertugas untuk membantu ART utama terkadang membantu untuk menjaga dan mengurusi segala keperluan Ciara.
"Baik Nyonya," jawab Lastri.
Setelah itu pun, Tasya segera saja melajukan mobil menuju ke rumah sakit untuk melihat sahabatnya.
****
Saat dalam perjalanan, setelah menghubungi suaminya memberi kabar, di saat itu pula Tasya beberapa kali mencoba untuk menghubungi Galih tetapi sama sekali tidak ada jawabannya. Bahkan telepon Audrey juga sempat di-reject oleh oleh suami sahabatnya itu.
"Duh …Galih kemana sih, lagi darurat seperti ini kok malah me-reject telepon aku. Dia tahu nggak sih kalau saat ini istrinya sedang berada di rumah sakit," gerutu Tasya yang merasa sangat kesal. Terlebih lagi jika mengingat bagaimana kondisi rumah tangga sahabatnya itu dengan sang suami, membuat kekesalan Tasya semakin bertambah.
Setibanya di rumah sakit, Tasya pun langsung saja menuju ke ruang IGD dimana tempat sahabatnya itu berada. Di saat itu pula kebetulan Audrey telah sadar, sehingga Tasya langsung saja menghampirinya dan memeluk tubuh sahabatnya itu.
"Rey, kamu kenapa bisa seperti ini sih? Kenapa? Apa yang terjadi?" Tanya Tasya yang terlihat begitu khawatir.
"Aku nggak apa-apa Sya, aku baik-baik aja kok seperti yang kamu lihat," kata Audrey.
Tasya melepaskan pelukannya, "Kamu jangan bohong. Ini sebenarnya ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan suami kamu," ujar Tasya.
"Iya, tadi aku memang sempat bertengkar sama Galih. Tapi aku pingsan bukan karena Galih, aku merasa perut aku tiba-tiba aja sakit dan aku pingsan begitu aja. Bahkan aku nggak sadar siapa yang sudah bawa aku ke rumah sakit," jelas Audrey.
"Kalau terakhir kali tadi kamu bareng Galih, ya berarti Galih lah yang membawa kamu ke sini. Tapi kenapa dia harus meninggalkan kamu di rumah sakit, bahkan sampai Suster kebingungan mencari keluarga kamu," kata Tasya.
"Jadi tadi Suster yang menghubungi kamu ya Sya?" Tanya Audrey.
"Iya, karena panggilan telepon terakhir di hp kamu itu nomor aku, jadi Suster menghubungi aku," jawab Tasya.
"Aku minta maaf ya jadi merepotkan kamu," ucap Audrey.
"Kamu ini ngomong apa sih Rey, kita ini kan sahabat, bahkan kita sudah seperti adik kakak. Jadi nggak ada yang namanya merepotkan," ujar Tasya.
"Iya Sya, sekali lagi terimakasih ya," ucap Audrey dengan raut wajah sedih, sehingga membuat Tasya bertanya-tanya.
"Ada apa Rey? Kamu ada masalah lagi dengan Galih? Pasti itu juga 'kan sebabnya Galih meninggalkan kamu di rumah sakit," tanya Tasya.
Memang Audrey paling tidak bisa menyembunyikan masalah dari sahabatnya itu. Sehingga ia pun menangis dan menceritakan apa yang baru saja terjadi tadi di rumah, sebelum pada akhirnya ia pingsan.
"Apa? Benar-benar keterlaluan ya Galih. Ini benar-benar sudah tidak bisa dimaafkan lagi, kamu harus tegas. Lebih baik kamu berpisah saja dengan Galih, aku benar-benar nggak mau melihat kamu terus disakiti seperti itu," ucap Tasya yang begitu sangat marah, rasanya ia ingin menemui suami sahabatnya itu dan mencabik-cabik wajahnya.
"Iya Sya, aku juga sudah berniat akan menggugat cerai Galih. Karena ini memang sudah nggak bisa dimaafkan lagi," ucap Audrey dengan air matanya yang terus menetes.
"Sudah ya, kamu jangan menangis. Kamu nggak pantas menangisi pria seperti itu. Kamu itu terlalu baik untuk pria brengsek seperti Galih. Aku yakin kok Galih pasti akan terkena karmanya suatu saat nanti," ucap Tasya lalu kembali memeluk Audrey.
"Maaf Nyonya, saya mau menyampaikan mengenai kondisi Nyonya Audrey saat ini," kata dokter yang menghampiri keduanya, sehingga mereka pun melerai pelukan.
"Ada apa Dokter? Memangnya ada penyakit serius yang saya alami?" Tanya Audrey yang seketika menjadi takut.
"Ini adalah laporan hasil pemeriksaan Nyonya Audrey, silahkan Nyonya lihat sendiri," kata dokter menyerahkan sebuah amplop kepada Audrey.
Audrey pun segera menerima dan membuka amplop tersebut serta mengambil selembar kertas yang dilipat di dalamnya, lalu ia membuka dan membacanya bersama dengan Tasya. Keduanya sama-sama syok melihat hasil pemeriksaan tersebut serta tangis Audrey pun pecah begitu saja.
Bersambung …
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!