NovelToon NovelToon

Mantan Sugar Baby

1. Jumpa Lagi

Sudah pukul delapan malam Nova bergegas berangkat ke bandara internasional Maroko untuk kembali ke Indonesia setelah menempuh pendidikannya di Maroko selama lima tahun.

Novaya Andara sengaja langsung melanjutkan pendidikan S2 nya di negara yang sama. Ia ingin sekali menjadi seorang dosen sesuai dengan jurusan manajemen bisnis syariah di negara itu. Nova memang ingin memperdalam ilmu agamanya yang masih minim.

Sejak duduk di bangku SD dan SMP, Nova memang bersekolah di sekolah yang berbasis Islam. Namun sayang, saat masuk SMA bisnis papa hancur terancam bangkrut dengan utang Bank setumpuk. Dua tahun pertama mereka harus menjual semua aset berharga termasuk rumah besar yang mereka tempati. Namun itu saja belum cukup untuk menutupi utang di Bank. Ibunya yang awalnya terlihat sehat dan bugar tiba-tiba kena serangan jantung dan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit

Karena takut ayahnya masuk penjara dan ibunya meninggal, Nova memberanikan diri untuk mendaftarkan dirinya menjadi calon Sugar baby. Itupun ia diberitahu sahabatnya Marissa yang biasa di sapa Icha.

Karena pesawatnya harus transit di negara Abu Dhabi- Uni Emirat Arab, Nova harus menunggu di ruang transit untuk menunggu pesawat berikutnya menuju Indonesia.

Karena ketiduran, Nova tidak mendengar panggilan nomor pesawat miliknya membuat ia asyik dengan mimpinya. Seorang ibu yang sengaja membangunkan Nova jika gadis itu adalah salah satu penumpang yang terus dipanggil oleh maskapai penerbangan tersebut.

"Nona..nona!" Wanita paruh baya itu mengguncang tubuh Nova hingga membuat gadis cantik itu terbangun.

"Nona ...! Apakah panggilan itu untuk nomor pesawat anda?"

Nova melihat lagi tiketnya dan benar saja itu nomor pesawat miliknya. Ia bergegas berdiri sambil mengucapkan terimakasih pada nyonya itu.

"Terimakasih nyonya! Semoga Allah memberkatimu." Ucap Nova dengan bahasa Arab.

Karena terlalu terburu-buru, akhirnya Nova menabrak seorang pria tampan membuat tas dan ponsel yang digenggam pria tampan itu jatuh.

"Maafkan saya Tuan...!" Ucap Nova sambil memungut tas dan ponsel milik seorang pria yang ia tabrak karena buru-buru menuju gate keberangkatan karena nomor pesawatnya terus dipanggil.

Saat hendak menyerahkan tas dan ponsel milik pria tampan itu, jantung Nova seakan mau loncat keluar.

"Daddy...!" Gumam Nova lirih.

Mata Nova menatap dalam wajah tampan pria yang pernah tidur dengannya. Keduanya saling menatap namun sayang Vino sama tidak mengenali Nova, gadis yang telah membuatnya selalu merindu.

Ada kerinduan yang terbesit di hati Nova saat menatap wajah tampan Vino yang telah lima tahun terakhir terpisah dengan dirinya." Apakah Anda baik-baik saja nona..?" Tanya Vino sedikit heran dengan gadis yang ada di depannya menatapnya terlalu dalam.

"Hmm..!" Jawab Nova sambil berlalu melewati Vino menuju gate karena pesawatnya sudah mau berangkat.

"Apakah aku terlalu tampan membuat gadis Sholehah itu tidak bisa menundukkan pandangannya." Desis Vino terdengar angkuh seperti biasanya.

Iapun juga bergegas masuk ke pesawat yang sama yang ditumpangi oleh Nova. Sialnya keduanya malah duduk di bangku yang sama. Pilot langsung menjalankan pesawat saat kedua penumpangnya sudah masuk ke pesawat itu. Walaupun mereka harus menunggu kedua Nova dan Vino selama 20 menit.

Pramugari segera memberikan instruksi seperti biasa pada penumpangnya untuk menggunakan sabuk pengaman, pelampung dan lainnya. Sementara pilot mengumumkan rute perjalanan yang akan mereka tempuh.

Nova menghenyakkan bokongnya di kursi pesawat diikuti Vino yang duduk disebelahnya membuat keduanya sama-sama kaget." Kita bertemu lagi nona!" Ucap Vino pada Nova membuat bola mata Nova melebar.

Gadis itu hanya bisa istighfar sambil mengelus dadanya karena jantungnya kembali berdenyut. Vino yang tidak tahu kalau ia duduk bersebelahan dengan mantan sugar Babynya merasakan jantungnya juga tidak baik-baik saja saat ini.

"Tidak....! Aku tidak boleh lagi menengok ke belakang. Dia hanya bagian masa laluku dan aku sudah berjanji kepada Allah dengan taubatan nasuha." Batin Nova sambil beristighfar dengan menggunakan tasbih miliknya.

"Gadis ini mengenakan pakaian syar'i dan cadarnya, tapi mengapa penampilannya membuat aku sangat terpesona. Bukankah selama ini aku terpesona gadis seksi dan cantik? terutama baby ku Nova. Di mana kamu sayang?" jerit Vino yang masih sangat merindukan Baby sugar nya itu.

Pesawat sudah terbang dengan kecepatan stabil. Para pramugari mengecek lagi penumpangnya dengan melihat sabuk pengaman mereka terpasang dengan benar. Mereka mulai menawarkan makan dan minum pada penumpang. Nova yang terlihat melamun tidak mendengarkan pertanyaan pramugarinya.

"Permisi nona! Anda mau pesan minuman apa..?"

Vino mengusap punggung tangan Nova untuk menyadarkan gadis itu." Nona, pramugari sedang menanyakan kepada mu, mau pesan apa?"

"A..iya! Saya mau jus apel saja!" Ucap Nova gugup.

Deggg...!

"Bukankah suara itu milik Nova? Apakah hanya kebetulan saja? Ah..!tidak mungkin gadis ini Nova. Jika dua Nova, pasti dia sudah menegurku dan juga memelukku. Mungkin aku terlalu merindukannya makanya jadi salah tingkah sendiri." Batin Vino ingkar.

Vino membantu meletakkan gelas minuman jus apel untuk Nova di meja gadis itu dan juga satu kotak yang berisi roti dan kue. Nova seakan tidak berselera makan saat ini karena tubuhnya masih saja gemetar.

"Ya Allah..! Bumi Mu begitu luas di dunia ini, mengapa Engkau mempertemukan kami lagi di saat aku sedang menapaki cahaya kebenaran-Mu ya Robby." Ratap Nova pada Tuhannya.

"Apakah kamu tidak mau meminum jusmu, nona?" Tanya Vino pada Nova yang sedari tadi sibuk berdzikir dengan tasbihnya yang ia sembunyikan di dalam jilbab panjangnya.

Nova segera meneguk jusnya sambil membuka sedikit cadarnya. Vino ingin melirik gadis itu membuka sedikit cadar dari bawah dagunya namun tidak enak karena takut Nova malu padanya. Sementara roti dan kue di masukkan ke dalam tasnya.

"Kenapa tidak di makan kuenya?" Tanya Vino.

"Saya masih kenyang." Sahut Nova.

"Astaga...! Suara itu punya Nova. Aku tidak mungkin salah menandai suaranya. Nova ...! Apakah kamu adalah baby ku?" Batin Vino ingin memeluk Nova saat ini.

Nova tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Ia akhirnya menangis juga karena kerinduannya pada Vino tidak mampu ia singkirkan begitu saja sekalipun ia terus memohon kepada Allah untuk menghapus kenangan indah penuh nikmat dosa bersama pria itu.

Walaupun tangisan Nova tidak terdengar oleh Vino, namun Vino bisa melihat guncangan hebat tubuh Nova yang sedang menangis. Vino memberanikan diri mengusap punggung Nova yang setengah membungkuk.

"Nona...! Apakah anda baik-baik saja? apakah ada yang sakit, hmm?"

"Tidak apa. Saya baik-baik saja." Ucap Nova sambil membenarkan lagi jilbab dan cadarnya hingga membuat tasbihnya jatuh.

Keduanya secara bersamaan mengambil tasbih yang jatuh hingga mempertemukan wajah mereka yang tidak terkikis oleh jarak dan manik hitam mereka beradu.

"Mata mu sangat cantik nona." Puji Vino tanpa sadar."

Deggg...

2. Boleh Berkenalan?

Degup jantung Nova dan Vino makin tidak terkendali kala keduanya merasa ada yang aneh dengan perasaan mereka. Ada sesuatu yang sangat mereka rindukan. Ada yang ingin mereka ulangi. Seakan mereka tidak asing satu sama lain. Kerinduan itu seakan memanggil jiwa mereka untuk berlabuh. Setidaknya cukup pelukan hangat yang akan melepaskan semua beban kerinduannya yang sudah menghimpit terlalu lama.

Itu semua hanya bisa diketahui oleh Nova. Namun kontak batin Vino begitu terkoneksi kuat pada wanita di hadapannya ini walaupun sejujurnya ia tidak tahu bahwa wanita yang ada di hadapannya ini adalah wanita yang sama yang pernah menjadi sugar Babynya.

Deru nafas keduanya memburu hebat. Seakan memaksa untuk saling menyentuh entah harus di mulai dari mana. Merasa saat itu setan sedang membuat jaring jebakan untuk melemparnya kembali ke lumpur dosa, Nova menarik tubuhnya sambil mengucapkan istighfar dengan lirih. Sementara keduanya sama-sama memegang tasbih dan mengangkatnya secara bersamaan.

"Maaf...!" Ucap Vino melepaskan genggamannya pada tasbih itu.

"Terimakasih...!" Nova menggenggam erat tasbihnya dengan kuat menahan tubuhnya yang gemetar hebat dengan air mata kembali lolos karena kerinduan. Vino bisa melihat itu tangan gemetar Nova yang sedang mengendalikan dirinya.

"Ya Allah. Aku mohon jauhkan aku dari laki-laki ini sejauh mungkin dari hidupku. Berilah jodoh hamba yang terbaik menurut Engkau ya Robb. Sesungguhnya pilihanmu lah yang terbaik untukku yang akan mendidik aku pada jalan kebenaran dan mengantarkan aku ke surgaMu yang merindukanku untuk kami huni bersama atas ridho-Mu." Batin Nova sambil menarik nafas panjang.

Sementara Vino tidak sabar untuk berkenalan dengan Nova karena merasa hatinya sedang terpaut pada momen langka yang tidak bisa ia jabarkan dengan untaian kata bahwa ia jatuh cinta pada wanita yang serba tertutup ini.

"Maaf nona...! Apakah anda masih singel...?" pertanyaan bodoh apa yang saat ini seorang Alviano Dermawangsa nekat berbasa-basi dengan wanita Sholehah yang ada di sampingnya.

Nova gelagapan mendengar pertanyaan Vino dan ia pun tergelitik geli juga mendengar lelaki yang sama yang sedang ingin mengenal dirinya.

"I..iya..Tuan! Aku masih singel." Jawab Nova gugup.

"Boleh Berkenalan?"

"Astaga...! Aku harus menyebut namaku siapa?" Bingung Nova memikirkan nama yang cocok untuk berkenalan dengan Vino.

"Saya Novi...!" Hanya nama itu yang melintas dibenak Nova saat ini.

Hampir saja Vino tersedak dengan liurnya sendiri saat ia berharap nama itu disebut oleh wanita ini adalah Nova tapi malah Novi.

"Ternyata benar... !Dia bukan Nova, baby aku. Jika dia Nova, pasti dia menegur ku atau memeluk aku. Nova...sayang. Di mana kamu sayang. Aku sangat merindukanmu." Batin Vino menjerit memanggil nama wanitanya yang pernah menghiasi hari-harinya.

Nova tidak berharap Vino memperkenalkan dirinya padanya karena tidak penting dan dianggap mubasir.

"Aneh. Kenapa dia tidak mau menanya balik namaku? kenapa gadis ini sangat cuek dan angkuh seperti pertama kalinya aku mengenal Nova. Kenapa kepribadian mereka sama. Astaga...! Mengapa aku harus jatuh cinta pada gadis sempurna ini? Kenapa pesona gadis ini sangat memikat ku? Tidak..tidak! Aku tidak mau jadi gila karena gadis ini. Tapi kenapa jiwaku menginginkan dirinya." Batin Vino tersiksa sendiri dengan perasaan aneh dalam dirinya.

"Para penumpang pesawat Garuda Indonesia yang terhormat! Pesawat kita sesaat lagi akan mendarat ke bandara Changi Singapura. Bagi penumpang tujuan Jakarta silahkan turun menuju ruang transit untuk melanjutkan perjalanan anda! terimakasih sudah terbang bersama kami. Kami dari kru pesawat Garuda Indonesia mengucapkan selamat jalan dan sampai jumpa dilain kesempatan!" Ucap operator Garuda Indonesia.

"Apakah kamu turun di sini Novi?" Tanya Vino begitu takut jika harus berpisah dengan Nova di bandara setempat.

"Tidak...! Tujuan aku ke Jakarta." Sahut Nova.

"Kalau begitu kita turun bersama menuju ruang transit." Ajak Vino.

"Ba... baiklah. Tapi..! kita bukan muhrim, Tuan!"

Nova seakan ingin menghibur hatinya untuk menerima ajakan pria yang pernah memanjakan dirinya.

"Setidaknya kamu masih gadis dan bukan milik orang lain. Anggap saja aku calon suami kamu dan kita bisa nikah secepatnya jika kamu berkenan." Ucap Vino begitu gamblang membuat darah Nova makin berdesir.

Degggg....

"Cih...! Sifatnya masih saja sama seperti dulu. Ceplas-ceplos tanpa filter tiap kali ngomong." Batin Nova yang sudah berdiri di depan Vino menunggu antrian untuk keluar dari pesawat menuju ruang transit.

"Tapi kenapa Daddy... tidak naik pesawat jet pribadinya? Tumben naik pesawat komersial dan duduk di kelas bisnis bukan first class? Apakah dia sudah miskin? Mana mungkin dia jatuh miskin kalau kekayaannya sudah menjadi orang terkaya ke lima di dunia?" Batin Nova.

Entah mengapa, Vino begitu posesif saat Nova berjalan keluar harus bersentuhan dengan laki-laki lain. Ia meletakkan tangannya kedua sisi lengan Nova tanpa menyentuh tubuh Nova.

"Daddy...! Kenapa kamu masih melakukan hal yang sama padaku padahal kamu tidak tahu siapa aku saat ini karena pakaianku yang serba tertutup." Batin Nova.

Keduanya sudah di berada di ruang tunggu sebagai penumpang transit. Karena menunggu hanya satu jam keduanya tidak memilih untuk minum kopi di salah satu restoran di bandara tersebut. Nova memilih minum milkshake minuman favoritnya sedari dulu dan Vino biasa dengan kopi hitamnya.

"Kamu tinggal di Jakarta mana?" Tanya Vino membuka kebekuan diantara mereka setelah terlalu lama berdiam diri.

"Aduh...? Aku sendiri juga belum tahu alamat yang akan aku tuju karena semua aset keluargaku tidak tersisa satupun.

"Aku tidak tinggal di Jakarta. Aku harus melanjutkan perjalanan ku di Surabaya. Jadi mungkin aku menginap dulu di hotel di Jakarta baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta api." Ucap Nova berbohong.

"Baiklah. Nanti sampai di Jakarta aku akan mengantarmu ke hotel." Ujar Vino.

"Tidak usah Tuan. Aku tidak mau merepotkan Anda. lagi pula anda itu sudah berkeluarga dan aku tidak ingin jadi fitnah." Ucap Nova mengingat lagi di mana hari terakhir pertemuannya dengan Vino pria ini sedang melakukan pertunangan dengan wanita yang dijodohkan kedua orangtuanya.

"Tahu dari mana aku sudah menikah? Kamu bahkan tidak mau tahu siapa namaku." Ucap Vino kesal.

"Hanya menebak saja. Bukankah usiamu sudah sangat matang untuk membentuk sebuah keluarga?"

"Aku masih mencari seseorang yang telah lama menghilang dalam hidupku. Aku bukan milik siapa-siapa. Aku hanya miliknya. Aku sedang menantikan dirinya dan aku sedang mencari dirinya. Aku sangat merindukannya sampai kapanpun aku tidak akan menikah kecuali dengan dirinya." Ucap Vino dengan wajah sendu.

"Apakah tuan sangat mencintainya? Siapa gadis beruntung itu tuan? Apakah dia juga sangat mencintaimu? Mengapa dia bisa kabur dari anda?" Tanya Nova dengan jantung berdebar sambil menyedot milk shake miliknya.

"Gadis yang aku cintai itu adalah Nova dan nama kamu hampir sama dengannya hanya beda huruf akhirnya saja bahkan suara kalian juga sama.

Uhukkk...uhukkk...uhuk..!

Nova tersedak saat namanya disebut begitu vokal oleh kekasih hatinya.

3. Gadis Yang Sama

Setibanya di Bandara internasional Soekarno-Hatta, Vino menemani Nova untuk menemani Nova mengambil koper gadis itu di ruang bagasi kedatangan. Padahal Nova sudah berkali-kali menolaknya karena ia begitu takut Vino mengenali dirinya.

"Ya Allah, kalau diikutin terus sama Vino, bukan tidak mungkin aku akan mudah dikenali olehnya. Bantu aku ya Allah untuk menjauhkan aku dari makhluk langkah ini walaupun hatiku masih sangat mencintainya." Batin Nova.

Nova mengambil kopernya namun tangannya ditepis oleh Vino." Biar aku yang mengangkatnya." Ucap Vino lalu memindahkan koper besar milik Nova yang lumayan berat itu ke atas troli.

Nova begitu takut saat melihat stiker boarding yang menempel pada kopernya di baca oleh Riky." Tuan...! Biar saya sendiri yang mendorong trolinya." Pinta Nova.

"Sebentar lagi kita tiba di luar. Asisten ku sudah menunggu kita di luar." Ucap Vino tanpa curiga atau mau mencari tahu stiker itu.

"Hai bos...!" Sapa asisten Hilman pada Vino membuat jantung Nova kembali berdetak.

Pasalnya Nova juga sangat dekat dengan asisten mantan sugar Babynya itu. Setiap kali ada permasalahan antara dia dan Vino, Nova selalu curhat pada asisten Hilman.

"Tuan...! Siapa gadis ini?" Tanya Hilman saat keduanya sudah berada di depan mobil.

"Calon istriku." Ucap Vino asal.

"Maaf Tuan...! Anda bilang apa..?"

"Tidak bilang apa-apa."

"Kalau begitu biar saya naik taksi saja menuju hotel." Ucap Nova sambil merebut koper miliknya dari tangan Vino.

"Suara itu...?" Asisten Hilman mengenali suara Nova.

"Tuan...! Apakah ini non Nova? Apakah Anda sudah menemukannya?" Tanya Hilman begitu yakin.

Nova tersentak mendengar ucapan Hilman yang sudah mengenalinya hanya dengan mendengar suara khas Nova.

"Angkat koper gadis ini ke bagasi. Dan dia bukan Nova tapi Novi." Ucap Vino dengan wajah datarnya.

"Astaga...! Kenapa ada orang yang bisa mirip ya. Tapi belum tentu wajah mereka mirip ya. Bercadar begini, mana bisa mengenalinya. Bagaimana tuan bisa kenalan dengan gadis Sholehah ini?" Tanya Hilman.

"Apakah kamu tidak bisa diam Hilman?"

"Maaf Tuan...! Aku sangat berharap, tuan bisa bersama lagi dengan nona Nova. Apa kabar nona Nova ya?" Lirih Hilman membuat Nova menahan kesedihannya.

"Rupanya mereka sangat merindukanku selama ini." Batin Nova sambil menahan tangisnya.

"Antarkan dia dulu ke hotel, baru kita ke apartemen."

"Lha....! Bukannya nginap di apartemen Tuan?"

"Lihatlah gadis itu? Apakah dia mau ikut menginap bersama pria yang bukan muhrimnya? Kalau ngomong jangan asal." Gerutu Vino seakan sedang menjaga imagenya di depan Nova yang dikira gadis lain yang bernama Novi.

"Tumben nggak galak. Apa lagi jaim sama ni gadis Sholeha. Kenapa sikap tuan jadi kaku begini. Baguslah ketemu sama gadis Sholehah jadi nggak bisa berkutik dua Ama gue. Rasain loe, emang enak nggak bisa sembarangan mangap sekarang?" Ledek Hilman dalam hatinya sambil tersenyum sendiri.

Sesuai arahan Vino, mobil itu masuk ke sebuah hotel mewah untuk mengantarkan Nova di tempat itu. Vino segera turun menuju resepsionis untuk mengambil kartu akses kamar Nova yang sudah ia booking. Nova yang sudah tahu bagaimana aksi Vino hanya bisa diam karena dia sudah tahu perkataan Vino tidak bisa dibantah.

Sementara Hilman terus mengamati penampilan Nova dan ingin melihat mata Nova yang membuatnya merasa mata indah itu milik Nova. Iapun memberanikan diri untuk bertanya kepada Nova yang duduk tenang sambil membaca dzikir dengan tasbihnya di balik jilbabnya.

"Non Novi..!"

"Iya..!"

"Kenal sama tuan Vino di mana?"

"Di pesawat."

"Pesawat yang dari Real Madrid Spanyol?"

"Bukan...! Di Abu Dhabi saat transit."

"Oh...! Pantes. Ko bisa manut sama tuan Vino? kenapa nggak di tolak ajakannya?"

"Emang kenapa?"

"Karena selama ini tuan Vino tidak pernah mau dekat dengan perempuan manapun semenjak ia kehilangan kekasihnya. Aku hanya takut saja, non di permainkan oleh tuan Vino. Rasanya hatinya tidak bisa terbagi begitu saja pada wanita lain." Ucap Hilman panjang lebar.

"Oh begitu. Makasih ya sudah diingatkan." Ucap Nova.

"Ayo aku antarkan kamu ke kamar mu dan kau, kembali ke mobil dan tunggu urusanku selesai!" Ucap Vino pada Nova dan Hilman secara bersamaan.

"Baik Tuan..!"

Vino menarik kopernya Nova ke dalam lift dan Nova begitu takut, Vino akan melihat stiker di koper miliknya.

Setibanya di kamar, Nova segera meminta kartu akses pada Vino.

"Tuan..! Cukup sampai di sini saja. Tolong jangan masuk ke kamar saya!" Pinta Nova lembut.

"Baiklah aku mengerti, Novi! Nanti malam aku mau mengajak kamu makan malam. Persiapkan dirimu, aku akan menjemputmu!"

"Baiklah." Ucap Nova.

Vino bergegas pergi meninggalkan Nova dan masuk ke dalam lift. Tidak berapa lama, Nova memesan taksi online untuk menjemputnya.

Nova menuju ke rumah sahabatnya Anggun yang saat ini sudah bercerai dengan suaminya dan menjadi singel mom. Ia ingin menginap di rumah sahabatnya itu sementara waktu agar bisa mencari tempat kos.

Setibanya di rumah Anggun, gadis ini sangat kaget saat membuka pintu rumahnya dan tidak mengenali siapa gadis yang ada di depannya kini.

"Nona cari siapa ya?"

"Apakah saya bisa bertemu dengan nyonya Anggun?"

"Iya, saya sendiri? Anda siapa?" Tanya Anggi yang masih ragu dengan kecurigaannya yang merasa gadis ini adalah Nova.

"Boleh saya masuk, besti?" Tanya Nova sambil melepaskan cadarnya.

"Tuh kan..! Apa ku bilang, kamu pasti Nova." Pekik anggun sambil memeluk sahabat terbaiknya itu.

Anggun membawa masuk Nova lalu keduanya saling berpelukan erat penuh haru." Ke mana saja sih loe, Nova? Sugar Daddy loe sampai interogasi gue menanyakan keberadaan loe sama gue seperti gue sudah nyulik loe."

"Tolong rahasiakan keberadaan ku, Anggun! Aku tidak mau bertemu dia lagi. Aku sudah tobat. Aku sudah kembali ke jalan yang benar. Selama ini aku sedang menempuh pendidikan ku di kota Casablanca Maroko. Sekarang aku sudah mendapatkan gelar sarjana S2." Ucap Nova.

"Masya Allah. Sekalinya berubah tidak tanggung-tanggung, kamu Nova. Langsung pakai pakaian syar'i dan bercadar juga. Hebat kamu Nova. Gue iri sama loe." Ujar Anggun sangat merindukan Nova.

Saat malam tiba, Vino segera menuju hotel untuk mengajak Nova makan malam di restoran Ancol. Namun sayang, setibanya di hotel itu Vino sangat kaget mengetahui Nova tidak ada di kamarnya dan kartu aksesnya di tinggal begitu saja di dalam kamar itu. Dan sialnya dia tidak memiliki nomor kontak milik Nova.

"Ada apa tuan? Tanya asisten Hilman saat Vino sudah kembali lagi ke mobil.

"Novi tidak ada di kamarnya. Gadis itu diam-diam kabur begitu saja dari kamarnya." Ucap Vino sendu.

"Tuan..! Apakah tuan tidak curiga dengan kelakuan gadis itu?"

"Maksud kamu apa Hilman?"

"Apa tuan benar-benar tidak tahu, gadis yang mengaku bernama Novi itu?"

"Apakah kamu tidak bisa bicara langsung pada intinya, hah?" Bentak Vino kesal.

"A...iya Tuan! Sebenarnya Novi itu adalah nona Nova sendiri. Dia bisa mengelabuhi kita dengan penampilannya itu. Jika dia benar orang lain, dia tidak akan kabur begitu saja. Itu asumsi dariku, Tuan. Silahkan ambil kesimpulan sendiri." Ucap Hilman.

Duaaarrr...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!